Elan menatap Ella yang terlelap di pelukannya. Dua insan itu masih tak memakai sehelai benang pun. Hanya selimut tebal yang menyelimuti tubuh mereka. Pergulatan panas yang mereka lakukan meninggalkan jejak manis sampai membuat salah satunya kelelahan.Ya, Ella sejak tadi sudah terlelap di dalam pelukan Elan. Sedangkan Elan sempat tertidur sebentar, namun pria itu kembali membuka matanya—dan sekarang tengah menikmati pemandangan bidadari cantik yang terlelap di pelukannya.Senyuman di wajah Elan terlukis melihat Ella. Dia tahu Ella pasti tak mungkin mampu menolak sentuhannya. Karena dirinya pun tak pernah bisa berhenti menyentuh wanita itu. Dia selalu ingin lagi dan lagi seperti nikotin yang sudah kecanduan.Elan membawa tangannya menelusuri wajah cantik Ella. Dia menyukai Ella yang terlelap seperti anak kecil dalam pelukannya. Well, wajar saja kalau sekarang wanita itu kelelahan, karena Elan memang tadi benar-benar menyerangnya tanpa henti. Pria itu bagaikan harimau jantan yang sudah
Mata Ella melebar terkejut mendengar apa yang Elan katakan. Raut wajah panik, cemas, takut semuanya melebur menjadi satu. Wanita itu meyakinkan bahwa apa yang dia dengar ini adalah salah, tapi tidak … semua kata-kata Elan terdengar sangat jelas di telinganya.Napas Ella berembus pendek. Tercekat dan sulit untuk berembus normal. Semua perkataan Elan membuat jantungnya tak henti berdetak karuan. Ingin dia memaki dan berteriak sekeras mungkin—tapi hasilnya dia tak bisa mengeluarkan suara.Ella bingung luar biasa. Wanita itu tak tahu harus bagaimana. Sungguh, pria yang ada di hadapannya ini memang pria yang sudah tidak lagi waras. Rasanya otak Ella blank tak bisa berpikir jernih.“Kau gila, Elan!” seru Ella dengan nada keras.Elan mengangguk sama sekali tak mengelak dengan apa yang Ella katakan. “Kau benar. Aku memang sudah gila.” Nadanya terdengar begitu santai, seakan tak sama sekali melakukan dosa.Mata Ella mendelik tajam. “Elan, jangan bersikap konyol. Ayahku bisa membunuhmu! Kau saj
Sebuah pukulan keras terlayang di pipi kanan Elan dan sukses membuat tubuh Elan mundur dua langkah ke belakang. Tampak pria itu sedikit meringis mendapatkan pukulan dari Benny. Namun, tentunya pukulan itu tetaplah tak membuat Elan tumbang.“Dad?” Mata Ella melebar terkejut di kala ayahnya memukul Elan. Pun Grania yang ada di samping Ella ikut terkejut saat Benny memberikan pukulan pada Elan.Elan mundur dua langkah ke belakang sambil menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. “Relaks, Tuan Fitzgerald. Kau harus tenangkan dirimu. Jangan terpancing emosi. Tujuanku ke sini baik.”Mata Benny menyalang kian tajam penuh amarah. “Aku tidak akan membiarkan putriku mengenal orang busuk sepertimu. Kau membuat putri bungsuku terluka. Sekarang, aku tidak akan membiarkan putri sulungku dekat dengan pria macam dirimu.”“Dad, tenangkan dirimu.” Ella menyentuh lengan sang ayah, meminta ayahnya untuk tenang dan tak terpancing emosi.“Diam kau, Ella! Jangan ikut campur!” tukas Benny menekankan, me
Mata Elan berkilat tajam mendengar apa yang Christian katakan. Rahangnya mengetat. Tangannya mengepal begitu kuat. Emosinya menyulut, tapi dia tak ingin meledakan kemarahan dalam dirinya.Ya, Elan menyadari bahwa apa yang dikatakan Christian sama sekali tidaklah salah. Dirinya memang telah terjebak oleh kerumitan ini. Dia tahu bahwa memang tak bisa lagi menutupi apa yang ada di dalam pikirannya. Elan mengembuskan napas kasar, memejamkan mata singkat, mengatur emosi dalam dirinya. Dia sadar jika dirinya murka sekarang adalah hal yang sia-sia. Yang ada di pikirannya memang masalah dengan Ella, bukan masalah dengan Christian.Elan mendekat ke arah bartender, meminta bartender untuk memberikan vodka padanya. Dalam keadaan pikiran yang kacau, satu-satunya yang sedikit menenangkan pikirannya adalah minuman alkohol.“Silakan diminum, Tuan.” Sang bartender memberikan vodka yang dipesan Elan pada Elan.Tanpa berkata apa pun, Elan menyambar vodka itu dan menenggak hingga tandas.Christian ters
Claudia belum memberi tahu keluarganya tentang dirinya dan Christian akan segera menikah dalam waktu dekat. Gadis itu belum menemukan waktu yang cocok untuk berbicara dengan kedua orang tuanya.Rencananya, hari ini Claudia akan ke rumah keluarganya karena ingin bertemu dengan kakaknya, namun entah dia tak tahu apakah nanti dirinya akan membahas pernikahan dengan Christian atau tidak.Jujur, hati Claudia merasa tidak tenang akibat khawatir akan kakaknya yang terluka. Sekalipun, Ella sudah merelakan Christian, tapi tetap dia masih sangat takut kakaknya akan sakit hati.Masalah dengan Elan saja sudah membuat hati Ella terpuruk. Itu yang membuat Claudia takut kalau dirinya semakin membuat kakaknya semakin sedih. Sungguh, dia ingin sekali kakaknya mendapatkan yang terbaik. “Nona, ini soup untuk Anda.” Sang pelayan menghidangkan soup untuk Claudia.“Terima kasih.” Claudia tersenyum seraya menatap sang pelayan. “Hm, apa kau melihat Christian?” tanyanya hangat. Lima belas menit lalu, Christ
Christian menelusuri kamar Claudia dengan langkah kaki pelan. Pria itu melihat foto gadis itu semasa masih kecil dulu. Senyuman di wajahnya terlukis melihat foto yang ada di hadapannya ini. Sebuah foto yang menampilkan wajah manis gadis kecil yang gemuk dan sehat. Claudia memang bukan anak kandung Benny dan Grania. Akan tetapi, Christian bisa melihat Benny dan Grania membesarkan Claudia dengan penuh cinta dan kasih sayang. Bahkan sampai detik ini saja media tak pernah ada yang tahu tentang identitas Claudia. Benny dan Grania menutup rapat tentang kehidupan Claudia. Jujur, jauh dari dalam lubuk hati Christian terdalam, dia berterima kasih pada Feray Ursula yang menitipkan Claudia pada keluarga yang tepat. Andai saja Feray menitipkan Claudia pada keluarga yang salah, sudah pasti kehidupan masa kecil Claudia penuh dengan penderitaan.Benny dan Grania memberikan kasih sayang yang luar biasa untuk Claudia. Mereka mendidik dan membesarkan Claudia layaknya anak kandung mereka. Orang luar
Embusan napas Elan menerpa kulit mulus Ella, membuat wanita itu merinding, dan tak berkutik sedikit pun. Sejak tadi, dia mengecupi leher jenjang Ella seraya memberikan remasan di pinggangnya.“E-Elan—” Ella menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya meremang merasakan embusan napas pria itu menerpa kulitnya. Seluruh organ tubuhnya seakan lumpuh, tidak mampu sama sekali berkutik akibat merasakan embusan napas Elan berada di permukaan kulit lehernya.Sentuhan kecil namun memancing seluruh organ dalam diri Ella. Memancing dalam arti lumpuh, namun mendamba. Tak menampik bahwa dia menyukai sentuhan penuh damba yang tercipta itu.Elan mencium rambut Ella. Aroma shampoo di rambut Ella telah menjadi candu dirinya. Pria itu melingkarkan tangan di pinggang Ella. Dia begitu merindukan Ella. Dia seakan ingin menghentikan waktu, agar dirinya bisa bersama dengan Ella. Ya, Ella sama sekali tak menolak ataupun berontak di kala Elan menciuminya. Jika tadi wanita itu terus berontak, kali ini dia sudah tidak l
Claudia berhasil membujuk Christian agar bertemu dengan ibu kandung pria itu. Sejatinya, Claudia ingin Christian kembali rukun dengan ibu kandungnya. Lepas dari apa pun yang terjadi, dia tak mau Christian membenci ibu kandungnya. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Tidak ada orang yang benar-benar sempurna di dunia ini. Perselingkuhan Tadeo di masa lalu, mungkin menjadi salah satu pamungkas menyembuhkan luka Christian pada ibu kandungnya. Sebenarnya, kedua orang tua Christian sama-sama telah melakukan kesalahan. Hanya saja waktu yang berbeda. Jika dulu ibu kandung Christian lebih dulu ketahuan, lain halnya dengan ayah Christian yang terbongkar semua ketika Christian sudah beranjak dewasa.Yang membuat Christian sulit melupakan kesalahan ibu kandungnya adalah karena dia melihat secara langsung ibu kandungnya berselingkuh. Kala itu Christian masih terlalu kecil. Hal itu yang cukup berdampak di mentalnya hingga yang timbul sekarang adalah kebencian yang dalam.Christian sekarang bis
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu