Lukman memandang ke arah luar. Langit bersinar dengan cerah burung-burung terlihat hingga di dahan pepohonan. Yang tumbuh di halaman samping rumah. “Kita sudah terikat dan tidak akan berpisah. Kita akan menjalani ini bersama, walaupun bayangan itu selalu mengintai hubungan kita.”Suara desahan lega terlontar dari bibir Natasya. Ia merasa senang, karena Lukman memilih untuk mempertahankan pernikahan mereka.Sasha berjalan mendekati Lukman, kemudian memeluk punggung suaminya itu. Ia menempelkan wajah di punggung tersebut. “Terima kasih, Mas. Berdua kita akan memperbaiki hubungan ini. Walaupun noda itu tidak mungkin hilang, karena bekasnya begitu dalam.”Lukman memutar badan memberikan pelukan hangat kepada Sasha. Diciumnya dengan lembut bibir itu. “Aku akan menelepon ibu panti mengatakan kepadanya, kalau aku berterima kasih atas kunjungannya. Dan juga ingin berpamitan karena membawamu jauh dari ibu panti.”Sasha terdiam, ia tidak mengira Lukman akan menghubungi ibu panti. Dengan suara l
Begitu pintu ia buka berdiri dengan gagah Kevin. Tatapan keduanya bertemu, terlihat mata Kevin bersinar senang. “Suamimu sudah pergi! Kamu tidak perlu khawatir kita akan ketahuan.”Sasha membelalakan matanya dengan bibir cemberut. “Bapak memata-matai saya? Apa maksud Bapak melakukannya? Suami saya memang tidak ada di rumah, tetapi saya memiliki tetangga yang melihat apa yang Bapak lakukan.”Dengan santainya Kevin menggandeng tangan Sasha. Mengajaknya untuk duduk di kursi yang ada di teras tersebut.“Saya hanya merindukan untuk menyentuhmu. Apa yang sudah kamu lakukan dengan saya? Apakah ketika kita tidur bersama itu kamu menggunakan ramuan. Untuk membuat saya selalu merindukanmu.” Kevin membawa jemari Sasha ke bibir lalu menciumnya lembut.Sasha menarik tangannya dengan kasar. Ia merasakan ada aliran listrik saat pria itu menyentuhnya. Sesuatu yang dahulu ia rasakan saat bersama dengan suaminya. Namun, seiring waktu getaran itu menghilang. Dan kini ia merasakannya pada orang yang sala
“Buktikan! Maka saya akan bersedia makan malam dengan Anda.” Sasha mengangkat dagunya.Kevin menyunggingkan senyum, ia mengeluarkan ponsel lalu menekan tombol hijau pada layar ponselnya. ‘Halo! Bisakah kau kirimkan kepadaku di mana Lukman sekarang berada. Istrinya yang cantik ingin melihat keberadaannya.’ Lukman mengangkat satu alisnya ke arah Sasha.Sasha menggembungkan pipi lalu mengempiskannya kembali. Ia pura-pura bersikap tenang, padahal dirinya tidak sabaran melihat bukti apa yang dimaksud oleh Kevin.“Lihat! Di sinilah suamimu sedang berada. Dan ia terlihat tidak merasa kesepian atau merindukan istrinya.” Kevin memperlihatkan layar ponselnya kepada Sasha.Sasha mengepalkan kedua tangan. Ia melihat Lukman yang sedang duduk di sofa ganda. Dengan dua orang wanita berpakaian seksi yang berada di samping kiri dan kanannya. Suaminya itu tampak tidak sepenuhnya dalam keadaan sadar.“Pasti kau yang memerintahkan orang untuk melakukannya. Kau sudah membayar kedua wanita itu untuk mengg
Bukannya menjawab pertanyaan Sasha. Kevin mendorong lembut wanita itu masuk mobil. Setelah mereka berdua duduk dengan nyaman, ia berbisik di telinga Sasha. “Kita akan bertengkar saat hanya berdua saja di apartemenku.”Mendengar kata apartemen Sasha menjadi panik. Tadinya ia mengira, kalau Kevin akan membawanya makan di restoran.“Kau hanya becanda saja, bukan? Kita pastinya akan makan di suatu tempat dan itu bukanlah apartemenmu!” sahut Sasha.Kevin meletakan kepalanya di pundak Sasha. Dengan suara serak ia bertanya, “Apakah kau lebih suka kita makan malam di hotel? Barang kali saja kau ingin mengenang kenangan kita, setelah bercinta yang tidak menikmati makan secara intim bersama.”Tangan Sasha gatal hendak memukul Kevin. Pria itu suka sekali membuatnya merasa kesal. “Tidak ada yang perlu diulang. Peristiwa kala itu merupakan suatu kesalahan fatal yang tidak seharusnya terjadi.”Kevin tertawa kecil, ia menegakan badan. Diraihnya kepala Sasha untuk bersandar di pundaknya. “Nikmati saj
Kevin menarik selimut yang digunakan Sasha menutupi dadanya. “Jangan ditutupi! Kau tidak perlu merasa malu aku sudah melihat dan menyentuh semuanya dengan tangan dan bibirku.”Sasha mencoba menarik kembali selimut itu dari tangan Kevin. Namun, Kevin sepertinya ingin bermain-main dengan dirinya.Dengan bersemangat Sasha menarik selimut itu, tetapi hal yang terjadi di luar dugaannya. Kevin terjatuh tepat di atas badannya.Kepala pria itu berada tepat di dadanya membuat Sasha serasa berhenti bernafas. Ia membuka mulut, lalu menutupnya kembali. “To-tolong!” ucap Sasha dengan suara lemah.Ia tidak yakin meminta tolong kepada Kevin untuk apa. Kevinlah yang memutuskan apa yang harus dilakukan. Ia menurunkan selimut yang menutupi badan Sasha. Hingga memperlihatkan bagian atas wanita itu yang hanya menggunakan bra seksi.Kevin menelan ludah matanya berbinar, begitu pula dengan apa yang dilihatnya di mata Sasha. “Apakah kau meminta tolong kepadaku untuk melakukan ini?”Kevin menundukkan kepal
Begitu keluar dari kamarnya Kevin tidak langsung menuju meja makan, ia menuju kamar tamu. Dirinya merasa perlu untuk mendinginkan badannya. Ia tadi hampir saja kehilangan kendali dirinya yang terkenal kuat. Dan itu karena wanita bernama Sasha.***Sasha menatap wanita itu dengan tajam, ia tidak suka diperingatkan akan sesuatu yang bukan urusan wanita itu. “Saya tidak perlu nasihat darimu! Apakah kau cemburu karena bukan dirimu yang duduk di sini dan bukan dirimu?” Pelayan itu mendengus tidak suka mendengar apa yang dikatakan Sasha. Dengan nada suara kasar ia berkata, “Saya mungkin pelayan, tetapi saya jauh lebih terhormat dari Anda. Yang bersedia menyerahkan tubuh kepada pria yang bukan suaminya.”Kata-kata pelayan itu bagaikan air es yang menyiram dada Sasha. Ia merasa sakit, karena disadarkan orang lain. Betapa hina dan memalukannya dirimu.“Apakah aku memperbolehkanmu untuk bersikap kasar kepada tamuku, Ades? Kau kupecat! Bawa semua barang-barangmu jangan sampai ada yang ketinggal
Sasha langsung tersedak makanan yang sedang dikunyahnya. Ia menjadi batuk-batuk sampai matanya berair. “Kamu sudah gila!” seru Sasha begitu batuknya sudah reda,Kevin tidak beranjak dari duduknya, ia tidak merasa perlu membantu Sasha. Karena wanita yang pernah tersedak, bukan hanya Sasha seorang. “Katakan kepadaku dengan jujur, apakah kau pernah memikirkan apa yang kukatakan barusan?” tanya Kevin dengan tatapan lekat pada mata Sasha.Tenggorokan Sasha tercekat, lidahnya menjadi kelu. Ia tidak akan mengatakan dengan jujur kepada Kevin. Yang hanya akan membenarkan perkiraan dari pria itu.“Kau tidak perlu merasa emas aku akan hamil anakmu. Malam itu aku sedang dalam masa tidak subur,” sahut Sasha dengan pipi bersemu merah.“Hmm, kalau begitu kita harus mencobanya di saat kau sedang subur. Agar kau bisa mengandung anakku.” Kevin memasukan daging ke mulut.Sasha meletakan garpu yang ada di tangannya. Ia tidak menyembunykikan raut wajah kesal di wajahnya. “Aku tidak akan pernah mengandun
Melihat wajah Sasha yang terperanjat dengan mulut terbuka lebar. Kevin tertawa dengan kerasnya. “Llihatlah betapa lucunya wajahmu. Kamu pikir aku bertanya dengan sungguh-sungguh? Kau jangan berfikir serius aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada wanita sepertimu.”kevin menatap Sasha dari atas ke bawah dengan begitu intens. Membuat wanita itu merasa jengah jadinya.“Tolong! Jangan pandangi saya terus,” pinta Sasha.Kevin hanya diam saja. Ia memerintahkan kepada sopirnya yang diam dan berpura-pura tidak melihat apa yang terjadi. Untuk segera menjalankan mobil menuju rumah Sasha.Perjalanan yang panjang membuat Sasha mengantuk. Berulang kali ia menguap, tetapi berusaha ditahannya agar tidak terdur.“Tidurlah! Jangan kau paksakan matamu kalau tidak sanggup lagi di buka.” Kevin meraih kepala Sasha ia letakkan di pundaknya.Sasha memejamkan mata, ia menyerah kalah melawan kantuk. Ia juga merasa aman di dalam mobil tidak mungkin Kevin akan menggodanya lagi.Sebuah ciuman lembut di bibirnya
Lukman terdiam ia mengelus lembut punggung Devinna. “Aku pasti meninggalkan Sasha. Dan pada saat ini semua tinggal menunggu waktu saja kami akan berpisah. Dengan kita bersama di sini aku akan lebih sering menemuimu.”Senyum lebar menghiasai bibir Devinna. Ia menciumi wajah dan bibir Lukman berulang kali. Satu tangannya dengan berani membuka satu kancing kemeja Lukman. Kemudian menelusupkan tangannya ke balik kemeja tersebut.“Uh, Sayang! Kau membuat kita menginginkan tempat tidur,” bisik Lukman dengan suara serak.Devinna melirik sofa yang ada di ruang kerja Lukman. “Kita tidak perlu tempat tidur ada sofa.”Lukman mengikuti arah tatapan Devinna, ia mengangguk. Ia mendorong wanita itu turun dari pangkuannya. Kemudian ia berdiri dari duduknya, lalu membopong Devinna dan menurunkannya di sofa ganda.Suara tawa manja keluar dari bibir Devinna, Satu demi satu kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan oleh Lukman.“Kau selalu berhasil membuatku melupakan hal lain. Aku sangat rindu menyentuh
Lukman membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Sasha. “Astaga! Pertanyaan aneh macam apa itu?Sasha memberikan pelototan kepada Lukman, suaminya itu tidak tahu bagaimana perasaannya. Harus bersaing dengan seorang laki-laki, kalau perempuan mungkin dirinya masih bisa menerimanya.Terdengar jawaban dari ujung sambungan telepon, dengan nada kasar, ‘Anda sudah gila!’Sambungan telepon di tutup begitu saja oleh pria itu.Suara tawa Lukman pecah, matanya bahkan sampai berair. Ia memegang perutnya yang terasa sakit karenanya. “Astaga, Sha! Kamu ini lucu sekali, Bagaimana mungkin kamu mempunyai fikiran, kalau aku menyukai sesama lelaki. Sungguh ide yang konyol sekali.”Natasya memanyunkan bibir. “Bagaimana aku tidak berfikir, seperti itu? Setelah membaca pesan yang dikirimkan pria tadi kepadamu.”Lukman menggunakan satu tangannya mengusap lembut kepala Sasha. “Blokir saja kontak itu, biar kamu nyaman. Dan agar orang itu tidak mengirimkan pesan lagi.”Sasha mengangguk, ia melakukan apa yang
Kevin tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih. Ia menatap Mona dan meraih jemari wanita itu ke bibirnya. “Seperti yang kau lihat sekarang ini Mona memakai cincin yang baru saja kupasangkan ke jarinya. Silakan.Mona menyunggingkan senyum mengejek kepada Sasha, ia dengan sombongnya mengangkat jarinya yang telah tersemat cincin dari Kevin. “Cincin ini cantik sekali dan aku sangat menyukai. Apa yang diberikan Kevin kepadaku.”Sasha mengulas senyum, walaupun harus dipaksakannya. Ia tidak mau Mona melihat hal itu, ia membenci wanita itu.“Indahnya sesuatu berbeda tiap orang, bagimu indah. Akan tetapi ….” Sasha tidak meneruskan ucapannya. Ia membiarkan wanita itu menyimpulkan sendiri. Dirinya mengangkat pundak, dengan senyuman di bibir.“Selamat untuk pertunangan kalian! Permisi, kami tidak mau mengganggu lebih lama lagi.” Lukman menggandeng Sasha menjauh dari meja tersebut.Ia sengaja membawa Sasha menuju meja yang jaraknya lumayan jauh dari meja Kevin dan Sasha. Se
Lukman tidak terlihat merasa bersalah sama sekali, wajahnya terlihat jengkel. “Mobil sialan! Mobil ini juga sering dipakai oleh pegawai lainnya. Dan aku tidak tahu siapa yang sudah meninggalkan jejak memalukan, seperti itu.”Sasha mengerutkan kening, ia mencoba mengingat sesuatu. Kemudian, ia teringat, kalau Lukman beberapa hari yang lalu pulang ke rumah hanya diantar saja. Tadinya ia mengira mobil suaminya itu masuk bengkel.Lukman menyalakan mesin mobil melajukannya meninggalkan areal pantai tersebut. Dalam perjalanan, Lukman mencoba untuk memecah keheningan dengan mengajak Sasha bercakap-cakap. Namun, istrinya itu bergeming. Ia tetap diam dengan tangan terlipat di atas pangkuan.“Mas, kita mau kemana?” tanya Sasha, setelah dilihatnya, kalau mobil yang dikemudikan Lukman tidak melalui jalan menuju rumah mereka.“Sekarang kau mau juga bicara denganku,” ketus Lukman.Sasha mengerutkan bibir, ia memang salah, karena sudah mengabaikan suaminya itu. Namun, itu ia lakukan, karena dirinya
Sasha menyentak lepas tangannya dari genggaman tangan Patricio. Ia menginjak kaki Kevin menggunakan heels yang dipakainya. “Kalau aku hamil itu tidak ada hubungannya denganmu!”Dibalikkannya badan, ia berlari menuju parkiran. Akan tetapi, Kevin tidak tinggal diam begitu saja. Ia mengejar Sasha menarik ke dalam pelukannya.“Lepaskan! Bagaimana, kalau ada orang yang melihat kita? Gosip lama itu akan kembali menyebar dan membuat rumah tangga saya menjadi semakin dalam masalah saja.” Sasha coba menggigit lengan Kevin.“Kau suka sekali menggigit! Aku akan menyukai kau melakukannya di saat dan tempat yang tepat. Aku hanya ingin jawaban jujur darimu. Apakah kau sedang hamil? Karena itu bisa jadi adalah anakku,” tandas Kevin.Sasha memejamkan mata, dihembuskannya nafas dengan kasar. “Aku tidak sedang hamil! Akku tadi hanya berbohong saja, sekarang lepaskan aku.”Kevin melepaskan lengan Sasha dari cekalannya. Ia menatao dingin wajah wanita itu. “Awas! Kalau kau sampai berbohong, maka aku akan
Dengan suara serak Sasha menyahut, “Tunggu sebentar, Mas!”Disibaknya selimut yang membungkus tubuh, diturunkannya kaki menyentuh lantai keramik yang dingin. Ia berjalan keluar kamar dengan tergopoh-gopoh, karena suara gedoran pintu, serta teriakan Lukman yang semakin keras saja.Dibukanya pintu rumah dan tidak diketahuinya, kalau Lukman bersandar pada daun pintu. Hingga secara otomatis suaminya itu langsung saja jatuh terduduk di lantai.“Astaga! Maaf, Mas. Aku tidak sengaja membuat Mas jatuh.” Sasha membungkukkan badan, hendak membantu Lukman.Ia langsung menutup mulutnya, karena aroma alkohol yang begitu menyengat. “Mas, kamu sekarang menjadi pemabuk!”Sasha membantu Lukman untuk berdiri, tetapi dengan kasar ditepis Lukman. Walaupun mabuk, Sasha yang dalam posisi berjongkok tidak siap menerima dorongan dari Lukman, hingga ia terjatuh.Dengan suara kasar Lukman berkata, “Kau yang membuatku menjadi begini! Kau menjadikan suamimu sendiri sebagai pemabuk!”Sasha menatap Lukman dengan
Sasha menjauhkan ponsel, ia menatap garang layar ponselnya. Seakan wajah Kevin terlihat di sana. “Anda keterlaluan sekali! Sudah memandang rendahku. Harus kuingatkan, kalau sudah cukup hubungan terlarang kita. Aku yakin, kalau kaulah yang sudah mengirimkan potret itu. Kau sukses membuat suamiku terluka dan marah!”KlikSambungan telepon di tutup Sasha, begitu saja. Ia melempar ponselnya ke atas tempat tidur. ‘Sekarang, apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki ini semua? Pernikahanku berada di ujung tanduk.’Sasha berjalan keluar kamar dengan wajah murah. Ia duduk di ayunan yang terletak di dekat pohon yang rindang. Angin yang sepoi-sepoi terasa menyejukkan, tetapi tidak dapat menenangkan hati Sasha yang gelisah.Ia sangat menyesali kebodohannya. Sekarang, ia hanya bisa pasrah saja apa yang akan dilakukan oleh Lukman. Ia harus bisa menerima keputusan yang diberikan suaminya itu.tatapan mata Sasha tertuju pada buket bunga mawar hitam. ‘Astaga! Apa lagi ini? Tidak cukupkah tadi aku me
‘Oh, Tuhan! Feelingku benar, ini bukanlah sekedar keisengan semata. Apakah ini semua ukah dari Kevin? Dan kiriman ini juga bersamaan dengan kedatangannya ke sini.’ Sasha memunguti potret yang jatuh ke tanah.Dirinya tidak peduli dengan bunga mawar yang jatuh di tanah. Sekalipun kelopak bunganya hancur, ia tidak peduli, karena dirinya sedang dalam masalah besar.Wajah Sasha terlihat pucat, ketika ia dengan langkah terburu-buru memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Asisten rumah tangganya terlihat bingung dan ingin bertanya ada apa dengan nyonyanya itu. Namun, ia tahu batasan dirinya.Masuk kamar tidur Sasha langsung mengempaskan badan di atas ranjang. Air matanya tumpah dengan deras. Sasha membersit hidungnya yang berair, begitupula dengan air matanya yang mengalir semakin deras.‘Mengapa jahat sekali orang yang mengambil potretku ini? Ya, Tuhan! Mengapa aku harus selalu berada dalam situasi yang memalukan dan penuh skandal? Apa mau orang itu dengan mengirimkan potretku yang tan
Kevin melihat ke arah pintu dengan ekspresi yang tak terbaca. “Duduklah dan akan saya jelaskan!”Devinna berjalan memasuki ruang kerja Kevin, lalu duduk di samping pria yang ia kenali, sebagai seorang ahli telekomunikasi di Perusahaan tersebut.“Kalau begitu beruntung sekali, saya tidak perlu susah payah meminta petugas IT kita untuk membongkar ponsel ini. Mencari tahu siapa pemiliknya. Tadi ada seseorang yang menemukan ponsel ini di pinggir jalan,” terang Kevin.Devinna mengerutkan kening, ia merasa janggal apa yang dikatakan oleh Kevin. Diambilnya ponselnya, untuk mencari tahu apakah memang benar ponselnya tidak dapat di buka, karena memang menggunakan kunci.Ia memanyunkan bibir, saat melihat ponselnya yang tergores-gores dan kacanya retak di beberapa bagian. “Apakah Bapak mengenali siapa orang yang sudah menemukan ponsel saya? Saya mau mengucapkan terima kasih, kepadanya.”“Saya tidak mengenalinya. Ada apa kamu datang ke ruangan saya? Apakah kamu sudah siap memberikan keputusanmu?