Share

02. Malam Pertama

Penulis: azura_sky
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-10 09:36:21

Jihan mendumel saking kesalnya karena teman kosan dirinya bergurau dengan mengatakan dia melakukan open booking. Padahal ucapan temannya itu tidak sepenuhnya salah. Jihan melakukan itu, tapi hanya dengan seorang pria. Itu pun karena ia sedang membutuhkan sejumlah uang, kalaupun tidak, mana mungkin ia melakukan hal seburuk itu.

Pintu hotel bernomor 234 di hadapan Jihan pun diketuknya. Wanita itu sempat mengatur napas, mengusir rasa kesal yang ada dalam benaknya. Ia berusaha tersenyum kembali. Tak lama, pintu pun terbuka. Mario berdiri di ambang pintu dan memperhatikan Jihan.

"Masuk!" Mario pun mengeluarkan perintahnya.

Jihan pun masuk lebih dahulu karena Mario memegang pegangan pintu. Pria itu akan segera menutup pintunya setelah Jihan berada di dalam. Pandangan Jihan mengamati setiap sudut ruang kamar mewah tersebut. Pria itu memesan kamar yang mahal dengan segala kenyamanan yang terjamin bagi penghuninya.

Mario yang telah menutup pintu pun duduk di sofa. Ia meraih segelas minuman dewasa dan meneguknya perlahan. Pria itu sempat menawarkannya kepada Jihan, tapi wanita itu menolaknya karena memang ia tidak meminum air yang seperti itu.

"Sudah diminum obatnya?" tanya Mario.

Jihan mengangguk seraya duduk di sofa single di sisi sebelah kanan dari Mario.

"Malam ini kamu cukup temani aku ngobrol, urusan kita tidur bersama atau nggak, kita lihat nanti. Sepulang bertemu sama kamu, aku langsung dapat kerjaan banyak tadi, makanya kepala aku agak mumet," ucap Mario.

"Oke, nggak masalah," timpal Jihan.

"Kamu kerja di mana?" tanya Mario berusaha mencairkan suasana.

"Aku SPG, Om. Cuma dua minggu kemarin aku keluar dan itu awal mulanya aku daftar aplikasi kencan online itu," jawab Jihan sambil mengambil sepotong keju yang ada di hadapannya.

"Kamu butuh uang buat apa sampai akhirnya gabung di aplikasi itu? Itu pun kalau kamu mau jawab, kalau nggak ya terserah," kata Mario.

"Buat biaya hidup, kota besar yang kita tempati ini Om tahu sendiri, semua serba mahal. Yang utamanya sih buat aku kirim ke nenek aku. Beliau sudah sepuh, dari kecil sampai lulus SMA aku tinggal sama nenek. Sekarang nenek mulai sakit-sakitan, jadi aku harus kirim uang buat biaya pengobatan dan keperluannya di kampung," cerita Jihan.

"Orang tuamu ke mana?" Mario mulai penasaran dengan kehidupan Jihan, ia pun membenarkan posisi duduknya agar bisa lebih rileks.

"Aku anak broken home, Om. Mereka sudah punya keluarga masing-masing dan mereka nggak peduli sama aku," sahut Jihan dengan ekspresi wajah santainya.

Mario pun diam. Ia tidak ingin bertanya lebih jauh soal kehidupan pribadi Jihan lagi. Terlalu sensitif rasanya dan Mario tidak ingin Jihan merasa risih kepadanya. Setidaknya ia cukup paham alasan dibalik Jihan setuju tawaran yang ia berikan.

***

Jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Jihan baru saja kembali dari kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Pada akhirnya mereka melakukan malam pertama mereka. Mungkin bukan kali pertama bagi Jihan, tapi bersama Mario, ini adalah malam pertama mereka.

Mario awalnya kaku dan tampak malu, tapi secara naluri pria pada umumnya, ia pun akhirnya mengambil alih seperti seorang ahlinya. Jihan bahkan sempat ragu bahwa pria itu memang masih perjaka dan tidak pernah melakukan hubungan panas tersebut.

Saat ini, Jihan duduk menghadap ke arah cermin sembari mengeringkan rambutnya dengan menggunakan hair dryer. Mario masih terlelap dengan tubuh yang hanya tertutupi oleh sebagian selimut hotel. Pria itu tidur dengan nyenyak, walau sebenarnya permainan mereka tadi sangat luar biasa, tapi tidak ada raut kelelahan di wajahnya.

Pikiran Jihan tiba-tiba kembali mengingat bagaimana perkasanya Mario tadi. Tubuh kekar dengan dada yang bidang itu bahkan terlihat lebih menarik ketimbang milik kekasihnya. Jihan bukan tipe wanita yang tak setia, tapi kebutuhan mendesak yang tidak dapat ia tunda itu pun membawanya hingga berakhir di hotel ini bersama Mario.

Kekasih Jihan sebenarnya bisa saja membantu kesulitannya, karena ia pun berasal dari keluarga cukup berada. Apalagi jabatannya di tempat kerja juga cukup tinggi. Namun, Jihan tidak mau membebani pria itu dengan masalahnya. Jikapun Jihan meminta bantuan, ia tidak enak karena takut dianggap sebagai wanita matre di mata keluarga kekasihnya itu.

Beberapa menit berlalu. Rambut Jihan sudah kering dan wanita itu telah mengenakan pakaian ganti yang memang sengaja ia bawa dari kosan. Tak mungkin jika pulang nanti ia masih mengenakan gaun yang semalam ia pakai.

Sambil menunggu matahari menampakan wujudnya, Jihan pun memilih untuk kembali tidur di sofa. Tubuhnya yang langsing pun membuat dirinya bisa tidur dengan nyaman di sofa yang ukurannya tidak terlalu besar tersebut. Rasa kantuk memang tidak dapat ia tahan lagi. Tubuhnya juga perlu istirahat setelah 'bertarung' dengan Mario.

***

Jihan terbangun karena ada yang menggoyang-goyangkan lengannya. Matanya beberapa kali mengerjap, mengumpulkan kesadaran setelah terbuai bunga tidur. Begitu ia membuka matanya dengan sempurna, wanita itu melihat Mario dengan rambut yang setengah basah dan sudah berpakaian rapi tengah berdiri di sampingnya.

"Kamu sudah mandi? Kenapa tidur di sofa?" tanya Mario.

Jihan pun bangun dan kini duduk di sofa itu dengan kaki yang ia lipat bersilang. "Sudah tadi jam tiga, Om. Aku langsung mandi pas Om tidur. Aku tidur di sini nggak mau ganggu tidurnya Om, kelihatan nyenyak banget soalnya."

Mario pun duduk di sebelah Jihan seraya mengenakan arlojinya. "Padahal di tempat tidur saja, di sini dingin dan kurang nyaman. Aku juga nggak bakalan keberatan, kok."

Jihan pun mengangguk. "Iya, Om. Lain waktu begitu deh aku."

"Cuci muka, gih! Habis ini kita cari sarapan atau kamu mau langsung pulang saja?" Mario menoleh ke arah Jihan.

"Langsung pulang saja, Om. Takut ada yang kenal sama kita, nanti urusannya panjang. Om 'kan bilang kalau kerjasama kita ini nggak boleh sampai ada yang tahu," sahut Jihan.

"Ya, sudah kalau begitu. Aku keluar duluan. Kamu bisa cuci muka, habis itu pergi setelahnya. Bagaimana?" Mario pun memberikan solusi untuk hal tersebut.

"Iya, Om. Begitu saja," jawab Jihan setuju.

Mario pun berpamitan dan ia keluar lebih dahulu dari kamar hotel tersebut. Jihan pun masuk ke dalam kamar mandi, setelahnya ia juga keluar dari kamar itu untuk kembali ke kosan dengan menaiki taksi.

***

Seminggu berlalu. Dalam tujuh hari tersebut, Jihan sudah bertemu dengan Mario sebanyak tiga kali. Sebenarnya tak masalah, hanya saja teman kosan Jihan mulai curiga karena wanita itu tidak pergi bekerja setiap hari dan jika pergi di malam hari, ia akan kembali esoknya.

"Aku rasa harus cari tempat tinggal baru, Om," kata Jihan.

"Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Mario.

"Teman-teman di kosan mulai rese, Om. Padahal aku bilang kalau aku sekarang freelance kerjanya. Cuma gara-gara kalau aku ketemu Om malam, terus pulangnya pagi-pagi, jadi mereka agak curiga gitu," curhat Jihan.

Mario berpikir sejenak untuk mencari solusi bagi permasalahan Jihan, karena secara tidak langsung ia juga harus membantu wanita itu agar kerjasama mereka tidak terhalang oleh masalah apapun.

"Jihan, gimana kalau kamu tinggal sama aku saja?" tanya Mario seraya memberikan penawaran untuk wanita itu.

Bab terkait

  • Skandal Sang CEO Dingin   03. Candu

    "Silakan masuk," ucap Mario seraya membuka pintu sebuah unit apartemen. Dengan dua koper di tangannya, Jihan pun memasuki hunian tersebut. Sebuah unit apartemen tipe studio akan Jihan tempati selama beberapa bulan ke depan. Tadinya ia ditawari untuk tinggal bersama Mario, tapi setelah dipikirkan kembali, hal tersebut bisa saja mendatangkan masalah dikemudian hari. Oleh sebab itu, Mario memilih menyewa sebuah unit apartemen yang masih satu lingkungan dengan hunian miliknya. "Om, beneran aku boleh tinggal disini?" tanya Jihan. Mario yang baru saja menutup pintu pun lantas menempatkan tubuhnya di sebuah sofa pun menjawab, "tentu saja. Kamu bilang tetangga kosanmu pada rese, kan?"Jihan menggangguk. "Iya, Om. Aku tinggal di sini sampai kontrak kita berakhir, habis itu aku cari kosan baru, kok.""Oke," jawab Mario singkat. Jihan menyimpan kedua kopernya di sisi tempat tidur. Tiba-tiba Mario memeluknya dari belakang. Dia pun berbisik di telinga Jihan dengan deep voice khas miliknya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Skandal Sang CEO Dingin   04. Sugar Baby

    Jihan membantu mengeringkan rambut Mario yang basah. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Wanita itu tidak jadi pergi ke klub bersama Hana karena Mario menghubunginya. Jihan mengalah karena dia lebih mengutamakan sugar daddy-nya itu ketimbang teman baiknya. Untung saja Hana dapat mengerti hal itu."Om, mau nginep atau pulang?" tanya Jihan."Aku numpang tidur sampai matahari terbit, habis itu aku pulang soalnya harus pergi kerja juga. Kalau kamu nggak nyaman berbagi tempat tidur, aku bisa kok tidur di sofa," jawab Mario."Ya, nggak gitu juga kali, Om. Tidur saja nggak apa-apa sekasur juga. Nggak apa-apa," sahut Jihan.Mario membalikkan tubuhnya. Dia mengambil hair dryer yang tengah dipegang oleh Jihan. Pria itu pun mematikan alat tersebut dan menyimpannya di atas meja rias."Jihan, kamu mau ikut aku ke Jerman, nggak?" tanya Mario."Jerman? Ngapain, Om? Itu nggak ada di kontrak kita loh, ya! Jangan mendadak rubah-rubah isi kerjasamanya, dong!" protes Jihan."Bukan gitu, aku ada acara d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Skandal Sang CEO Dingin   05. Sebuah Peringatan

    Bandar Udara Frankfrurt, Jerman.Setelah melakukan perjalanan jauh dengan dua kali transit di negara yang berbeda, akhirnya Jihan menginjakkan kakinya untuk pertama kali di Jerman. Wanita itu pun mengalami jet lag. Kepalanya sakit, badannya terasa tidak enak dan perubahan suasana hati yang cukup signifikan.Mario yang paham akan kondisi Jihan tersebut pun lantas meminta Jovan untuk membelikan kopi untuk wanitanya itu. Jovan yang tidak dapat membantah perintah dari atasannya itu pun lantas berbelok sebentar ke sebuah coffee shop di bandara. Sembari menunggu kopi datang, Mario pun menunggu koper milik Jihan, Jovan dan dirinya.Pada akhirnya, memang hanya tiga orang itu saja yang pergi ke negeri Hitler tersebut. Jihan menggantikan sekretaris Mario yang memang sengaja tidak pria itu ajak. Wanita itu diliburkan dengan sogokan uang saku agar tutup mulut dari karyawan lain beserta orang tua Mario.Beberapa menit pun berlalu. Koper sudah didapatkan, begitupun dengan kopi yang cukup membantu ko

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Skandal Sang CEO Dingin   06. Cappuccino

    Jihan dimanjakan dengan keindahan negara Jerman. Saat mobil melaju membawanya menuju Zeil Shopping Center bersama Mario, Jovan dan Alaric sebagai sopir yang menemani mereka. Mario membiarkan Jihan berlama-lama di pusat perbelanjaan tersebut, sedangkan ia dan Jovan akan menemui Gabriel, anak dari pemilik perusahaan yang mengundang orang tuanya untuk datang ke acara tersebut."Pakai ini, beli apapun yang kamu mau, tapi yang pasti harus bisa dibawa saat kita pulang nanti," kata Mario seraya memberikan sebuah Black Card kepada Jihan."Oke," jawab Jihan dengan singkat.Setelah sampai di depan pusat perbelanjaan, Jihan pun turun dengan dibukakan pintu oleh Jovan. Pria itu pun sempat berkata, "kalau nggak bisa bahasanya, gunakan saja penerjemah yang ada di ponsel pintarmu itu, buat dia berguna."Jihan berdecak, lagi-lagi pria itu membuatnya kesal. Entah kenapa Mario justru nyaman berteman dengan pria seperti Jovan. Kalau Jihan menjadi Mario, sudah pasti dia akan segera memecat pria itu dan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Skandal Sang CEO Dingin   01. Open Booking

    "MD203?" Seorang wanita menghampiri salah satu meja di kafe yang ia datangi. Pria yang tengah duduk menunggu seseorang itu pun lantas mendongak. Tak lama dari itu, ia mengangguk dan segera mempersilahkan wanita tersebut untuk duduk. Sang wanita lantas menempati kursi kosong di hadapan pria itu. "Maaf membuat Anda menunggu lama. Aku pemilik akun Freya07," ucap Wanita tersebut seraya tersenyum manis. "Perkenalkan namamu saja langsung. Kita sudah sepakat untuk bertemu dan mengatakan nama asli kita, bukan?" Sang pria terkesan to the point ingin mengetahui nama asli wanita yang selama seminggu ini bertukar pesan dengannya di sebuah aplikasi kencan online. "Aku Jihan, Om. Sekarang giliran Om perkenalkan nama aslinya, jangan berbohong atau aku akan meminta KTP punya Om," gurau wanita bernama Jihan tersebut. "Namaku Mario. Oke, setelah tahu nama masing-masing, kita bisa langsung membahas hal yang sempat aku tawarkan waktu itu, 'kan?" Mario memang tidak pandai berbasa-basi, ia lebih senan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05

Bab terbaru

  • Skandal Sang CEO Dingin   06. Cappuccino

    Jihan dimanjakan dengan keindahan negara Jerman. Saat mobil melaju membawanya menuju Zeil Shopping Center bersama Mario, Jovan dan Alaric sebagai sopir yang menemani mereka. Mario membiarkan Jihan berlama-lama di pusat perbelanjaan tersebut, sedangkan ia dan Jovan akan menemui Gabriel, anak dari pemilik perusahaan yang mengundang orang tuanya untuk datang ke acara tersebut."Pakai ini, beli apapun yang kamu mau, tapi yang pasti harus bisa dibawa saat kita pulang nanti," kata Mario seraya memberikan sebuah Black Card kepada Jihan."Oke," jawab Jihan dengan singkat.Setelah sampai di depan pusat perbelanjaan, Jihan pun turun dengan dibukakan pintu oleh Jovan. Pria itu pun sempat berkata, "kalau nggak bisa bahasanya, gunakan saja penerjemah yang ada di ponsel pintarmu itu, buat dia berguna."Jihan berdecak, lagi-lagi pria itu membuatnya kesal. Entah kenapa Mario justru nyaman berteman dengan pria seperti Jovan. Kalau Jihan menjadi Mario, sudah pasti dia akan segera memecat pria itu dan m

  • Skandal Sang CEO Dingin   05. Sebuah Peringatan

    Bandar Udara Frankfrurt, Jerman.Setelah melakukan perjalanan jauh dengan dua kali transit di negara yang berbeda, akhirnya Jihan menginjakkan kakinya untuk pertama kali di Jerman. Wanita itu pun mengalami jet lag. Kepalanya sakit, badannya terasa tidak enak dan perubahan suasana hati yang cukup signifikan.Mario yang paham akan kondisi Jihan tersebut pun lantas meminta Jovan untuk membelikan kopi untuk wanitanya itu. Jovan yang tidak dapat membantah perintah dari atasannya itu pun lantas berbelok sebentar ke sebuah coffee shop di bandara. Sembari menunggu kopi datang, Mario pun menunggu koper milik Jihan, Jovan dan dirinya.Pada akhirnya, memang hanya tiga orang itu saja yang pergi ke negeri Hitler tersebut. Jihan menggantikan sekretaris Mario yang memang sengaja tidak pria itu ajak. Wanita itu diliburkan dengan sogokan uang saku agar tutup mulut dari karyawan lain beserta orang tua Mario.Beberapa menit pun berlalu. Koper sudah didapatkan, begitupun dengan kopi yang cukup membantu ko

  • Skandal Sang CEO Dingin   04. Sugar Baby

    Jihan membantu mengeringkan rambut Mario yang basah. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Wanita itu tidak jadi pergi ke klub bersama Hana karena Mario menghubunginya. Jihan mengalah karena dia lebih mengutamakan sugar daddy-nya itu ketimbang teman baiknya. Untung saja Hana dapat mengerti hal itu."Om, mau nginep atau pulang?" tanya Jihan."Aku numpang tidur sampai matahari terbit, habis itu aku pulang soalnya harus pergi kerja juga. Kalau kamu nggak nyaman berbagi tempat tidur, aku bisa kok tidur di sofa," jawab Mario."Ya, nggak gitu juga kali, Om. Tidur saja nggak apa-apa sekasur juga. Nggak apa-apa," sahut Jihan.Mario membalikkan tubuhnya. Dia mengambil hair dryer yang tengah dipegang oleh Jihan. Pria itu pun mematikan alat tersebut dan menyimpannya di atas meja rias."Jihan, kamu mau ikut aku ke Jerman, nggak?" tanya Mario."Jerman? Ngapain, Om? Itu nggak ada di kontrak kita loh, ya! Jangan mendadak rubah-rubah isi kerjasamanya, dong!" protes Jihan."Bukan gitu, aku ada acara d

  • Skandal Sang CEO Dingin   03. Candu

    "Silakan masuk," ucap Mario seraya membuka pintu sebuah unit apartemen. Dengan dua koper di tangannya, Jihan pun memasuki hunian tersebut. Sebuah unit apartemen tipe studio akan Jihan tempati selama beberapa bulan ke depan. Tadinya ia ditawari untuk tinggal bersama Mario, tapi setelah dipikirkan kembali, hal tersebut bisa saja mendatangkan masalah dikemudian hari. Oleh sebab itu, Mario memilih menyewa sebuah unit apartemen yang masih satu lingkungan dengan hunian miliknya. "Om, beneran aku boleh tinggal disini?" tanya Jihan. Mario yang baru saja menutup pintu pun lantas menempatkan tubuhnya di sebuah sofa pun menjawab, "tentu saja. Kamu bilang tetangga kosanmu pada rese, kan?"Jihan menggangguk. "Iya, Om. Aku tinggal di sini sampai kontrak kita berakhir, habis itu aku cari kosan baru, kok.""Oke," jawab Mario singkat. Jihan menyimpan kedua kopernya di sisi tempat tidur. Tiba-tiba Mario memeluknya dari belakang. Dia pun berbisik di telinga Jihan dengan deep voice khas miliknya.

  • Skandal Sang CEO Dingin   02. Malam Pertama

    Jihan mendumel saking kesalnya karena teman kosan dirinya bergurau dengan mengatakan dia melakukan open booking. Padahal ucapan temannya itu tidak sepenuhnya salah. Jihan melakukan itu, tapi hanya dengan seorang pria. Itu pun karena ia sedang membutuhkan sejumlah uang, kalaupun tidak, mana mungkin ia melakukan hal seburuk itu. Pintu hotel bernomor 234 di hadapan Jihan pun diketuknya. Wanita itu sempat mengatur napas, mengusir rasa kesal yang ada dalam benaknya. Ia berusaha tersenyum kembali. Tak lama, pintu pun terbuka. Mario berdiri di ambang pintu dan memperhatikan Jihan. "Masuk!" Mario pun mengeluarkan perintahnya. Jihan pun masuk lebih dahulu karena Mario memegang pegangan pintu. Pria itu akan segera menutup pintunya setelah Jihan berada di dalam. Pandangan Jihan mengamati setiap sudut ruang kamar mewah tersebut. Pria itu memesan kamar yang mahal dengan segala kenyamanan yang terjamin bagi penghuninya. Mario yang telah menutup pintu pun duduk di sofa. Ia meraih segelas minuman

  • Skandal Sang CEO Dingin   01. Open Booking

    "MD203?" Seorang wanita menghampiri salah satu meja di kafe yang ia datangi. Pria yang tengah duduk menunggu seseorang itu pun lantas mendongak. Tak lama dari itu, ia mengangguk dan segera mempersilahkan wanita tersebut untuk duduk. Sang wanita lantas menempati kursi kosong di hadapan pria itu. "Maaf membuat Anda menunggu lama. Aku pemilik akun Freya07," ucap Wanita tersebut seraya tersenyum manis. "Perkenalkan namamu saja langsung. Kita sudah sepakat untuk bertemu dan mengatakan nama asli kita, bukan?" Sang pria terkesan to the point ingin mengetahui nama asli wanita yang selama seminggu ini bertukar pesan dengannya di sebuah aplikasi kencan online. "Aku Jihan, Om. Sekarang giliran Om perkenalkan nama aslinya, jangan berbohong atau aku akan meminta KTP punya Om," gurau wanita bernama Jihan tersebut. "Namaku Mario. Oke, setelah tahu nama masing-masing, kita bisa langsung membahas hal yang sempat aku tawarkan waktu itu, 'kan?" Mario memang tidak pandai berbasa-basi, ia lebih senan

DMCA.com Protection Status