Share

Aku Korban!

Keenan terdiam.

'Gadis ini gadis pungut keluarga Matilda? Apa yang terjadi? Kenapa kebetulan ini terlalu kebetulan? Dia pasti benar-benar sudah merencanakannya.'

Tiba-tiba pria itu tertawa memikirkannya.

Tawa itu perlahan berubah menjadi lebih mengerikan disertai dengan lirikan liarnya. “Jadi ini rencanamu yang sesungguhnya?”

“Apa?” tanya Emmy tak mengerti.

“Jadi selama ini kamu sudah menargetkanku? Kamu menyukaiku, namun kamu tidak bisa melakukan apapun karena aku dijodohkan pada kakakmu sehingga kamu menjebakku. Kamu yang meminta seseorang untuk memasukkan sesuatu pada minumanku, kan?”

Keenan agak puas melihat kepanikan Emmy. Dia meneruskan gertakannya. “Ayo. Sekarang juga kita ke rumahmu, bicara pada orang tuamu sehingga kamu mengakui semuanya adalah keinginanmu.”

“Tidak.” Air mata semakin membanjiri pipi Emmy. Keluarganya tidak bisa mengetahuinya. Ibunya akan menghajarnya, begitu pula Isa.

Dia akan berakhir di pemakaman, atau kalau dia masih cukup beruntung, dia akan berakhir di brankar rumah sakit.

“Kenapa? Kamu takut?”

“Padamu?” Emmy menggeleng. “Tidak. Aku tidak salah, justru kamu yang salah. Akulah korban dalam hal ini. Kamu melecehkanku, memperkosaku berkali-kali. Ingat?”

“Korban katamu?” Keenan menganga. “Aku melecehkanmu?”

Komentar Emmy membuat Keenan berang. Dia perlu memukul sesuatu sebagai penyaluran emosinya.  Rasa frustasi melilitnya. Keenan tidak tahu bagaimana dia berakhir tidur dengan Emmy. Satu-satunya penjelasan atas kejadian itu adalah Emmy memang menjebaknya.

Tapi gadis ini terus bersikukuh pada prinsipnya, mengatakan dia tidak melakukan apapun. Dan sekarang dia mengatakan dia korban? Aku melecehkannya?

“Sekarang kamu berpura-pura sebagai korban?” Keenan berteriak kasar, meninju dinding dengan kencang.

Emmy panik. Dia menghindar sambil menutupi kepalanya karena dia takut dirinya bakal menjadi sasaran kemarahan Keenan selanjutnya. Namun Keenan tidak maju, melainkan hanya mengibaskan rasa sakit di tangannya.

Kaki Emmy gemetar, dinding hotel yang dibuat dari gipsum terlihat berlubang. “Sebaiknya kamu pergi dan anggap saja hal ini tidak terjadi,” kata Emmy dengan berlinang air mata. “Sekarang!”

“Kamu mengusir...”

“Sebelum aku memanggil polisi dan media!” Emmy memotong cepat. “Sekarang!”

Keenan mengernyit, tersenyum menyeringai. “Memanggil polisi? Bagus! Lakukan saja. Aku tidak melakukan apa pun yang membuatku harus ditangkap. Kamulah yang menipuku! Kamu menjebakku, menaruh sesuatu pada minumanku dan...”

“Kamu punya bukti?” tantang Emmy.

“Well, aku bisa menemukan buktinya secepat mungkin. Tidakkah kamu sadar kamu menantang seorang Achilles?”

“Baguslah. Aku juga ingin tahu bukti itu akan menunjukkan kesalahan siapa.”

“Kamu bernyali juga rupanya?” Keenan kembali menutup jarak diantara mereka lalu menunduk untuk melihat wajah Emmy yang ketakutan. “Aku akan melakukan apapun demi mengungkap kebenarannya. Jangan pernah berpikir jika kamu bisa menghancurkan hidupku dengan trik murahan seperti ini.”

Trik murahan? Menghancurkan hidupnya? Bukannya malah sebaliknya?

Emmy menghela nafas. Dia mendorong sedikit tubuh Keenan lalu meraih tasnya yang berserak di lantai. “Baiklah, kamu menang.” Gadis itu berdiri menghadap Keenan. “Sekarang apa maumu?”

“Mauku?” Keenan nyaris tertawa, namun kemudian tawanya menguap saat seseorang mengetuk pintu kamar. “Jangan bicara apa pun,” ancam Keenan.

Dia bergegas membuka pintu dan seseorang menggunakan seragam berdiri di sana. “Tuan Keenan Achilles?” Petugas hotel itu menutup mulut tak percaya. “Andakah yang menginap di kamar ini? Kenapa tidak memberitahu kami sebelumnya? Kami bisa menyediakan kamar terbaik untuk Anda!”

“Kamu siapa?” tanya Keenan dingin.

“Saya Lukas Arnold, manajer hotel di sini. Dengar, mungkin ada kesalahpahaman, tapi beberapa tamu melaporkan jika terjadi keributan di sini. Semuanya baik-baik saja, Tuan?”

“Tidak.” Emmy muncul sebelum Keenan menjawab.

Terlihat ekspresi terkejut di wajah manajer hotel, namun dia berusaha menjaga sikap.

“Semuanya tidak baik-baik saja. Bisa panggilkan polisi?”

“Po-polisi?” Si manajer hotel shock.

“Situasinya tidak seperti yang kamu bayangkan.” Keenan tersenyum. “Kami tidak bertengkar dan aku tidak menyakitinya. Hanya perdebatan biasa dan...” Keenan berhenti ketika manajer hotel melihat ke arah dinding hotel yang rusak. “Aku akan membayar ganti rugi untuk dindingnya. Asistenku akan menemuimu nanti.”

“Aku justru lebih khawatir pada teman wanitamu, Tuan.” Si manajer hotel menatap Emmy dari balik punggung Keenan. “Nona, anda baik-baik saja?”

“Dia baik, kami baik-baik saja.” Keenan menggantikan Emmy menjawab pertanyaan si manajer. “Katakan padanya aku tidak menyakitimu. Lihat, dia tidak terluka.”

“Nona? Benarkah?” Si manajer hotel memilih mengabaikan Keenan dan ingin mendengar sendiri jawaban dari mulut Emmy.

Emmy membuka mulut. “Aku...”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status