Ramon masih duduk sendirian di balkon hotel tempatnya menginap selama berada di negara ini. Sebenarnya, dia punya satu apartemen khusus, tapi dia enggan menggunakannya karena lokasinya terlalu jauh dengan rumah Rayhan dan Vero.Awalnya, Ramon terlihat memang sudah sangat merelakan kebahagiaan Vero bersama dengan Rayhan. Secara tulus, pria itu memberikan restu dan semangatnya kepada Rayhan agar bisa selalu hidup baik dan bahagia bersama dengan wanita yang pernah sangat ingin dimilikinya seumur hidup.“Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Jadi, sepertinya memang inilah jalan terakhir yang bisa aku lakukan,” gumam Ramon di sela hisapan asap tembakaunya.Kakinya tersilang dan tampak begitu menikmati pemandangan kota dari atas balkon. Tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran seseorang, meski kau mengenalnya cukup baik dan dalam sekali pun. Begitu pula dengan yang saat ini terjadi pada Ramon.“Ada apa?” tanya Ramon dengan nada ketus.“Kapan kau akan pulang? Anak kita merindukanmu,” ja
Petrus berjalan meninggalkan hotel dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Dia ingin melindungi Rayhan tanpa ada mengetahui. Sementara, Ramon sendiri sebenarnya mengetahui kalau ada orang di luar kamar hotelnya. Namun, dia tidak ingin membuat semuanya terlalu terbuka dan membiarkan Petrus bekerja dengan rencananya sendiri.“Aku suka sekali permainan yang seperti ini,” batin Ramon dengan senyum yang tersungging penuh misteri.Di rumah yang terbilang cukup mewah kini Rayhan dan Vero sudah membersihkan diri dan sudah tampil dalam keadaan segar lagi. Sepasang suami istri itu keluar dari kamar dan sudah wangi untuk membawa anak semata wayangnya bermain di taman.“Sayang, ke mana kita akan pergi?” tanya Rayhan pada Vero.“Taman komplek saja. Aku ingin membawanya bermain di sana,” jawab Vero dan masuk ke kamar bermain Richard.Di sana, putranya tampak sudah rapi dengan pakaian bermainnya dan sedang ditemani oleh Esra. Richard saat melihat ibunya masuk ke ruangan itu tentu saja langsung
“Baik. Kalau kau sudah memutuskan untuk bekerja sama denganku, kau tidak punya jalan untuk kembali. Apakah kau sudah siap dengan semua resikonya?” tanya seorang pria yang tak lain adalah Ramon di seberang telepon itu.“Aku siap, Tuan. Kalau begitu, apa yang harus aku lakukan untuk saat ini? Aku ingin segera memilikinya,” jawab Esra dengan penuh rasa percaya diri dan keyakinan penuh.“Sabarlah sebentar lagi. Jangan tergesa-gesa karena tidak ada yang bisa kau lakukan untuk saat ini. Tunggu saja perintah dariku!”“Tapi, aku tidak bisa menunggu terlalu lama, Tuan. Aku ingin secepatnya atau aku akan bertindak sendirian tanpa menunggumu!”Ramon di seberang sana tidak menjawab lagi ucapan atau ancaman yang diberikan oleh Esra. Tidak dia sangka sama sekali jika wanita yang bekerja sebagai pengasuh anak Rayhan itu akan seberani itu dalam berbicara kepdanya. Menurut pandangan Ramon, tentu saja dia adalah wanita yang lugu dan polos sama seperti pengasuh lainnya.Apalagi, sejak awal Esra tidak me
“Kencan? Maksudmu ... kau ingin kencan denganku? Yang benar saja!” seru Petrus tidak bisa percaya.“Benar. Kenapa tidak? Aku serius mengatakannya,” ucap Esra berusaha meyakinkan Petrus lagi.“Maaf, aku tidak bisa!”“Kenapa?”“Apa menurutmu, aku tidak terlalu menarik sebagai seorang wanita?”“Bukan seperti itu, Esra! Tapi ... aku sudah punya kekasih. Kau tahu itu bukan? Aku akan melamarnya dan sebentar lagi kami akan memiliki anak,” terang Petrus dengan jujur kepada pengasuh Richard itu.Selama ini memang Esra tidak terlalu ikut campur tentang masalah atau hubungan yang dijalin Petrus dengan orang lain. Termasuk dengan Alesha yang sebenarnya sudah sering dibahas oleh Veronica. Namun, Esra tidak pernah peduli dan menganggap hal itu tidak terlalu penting untuk dia ketahui.Jadi, wajar saja jika saat ini dia merasa begitu terkejut saat mendengar Petrus akan segera menikah dan tidak lama lagi akan mempunyai anak dari kekasihnya itu. Hal yang memang tidak pernah diketahui oleh Esra sama sek
“Sayang ... apa yang bisa dilakukan anak kita sekarang?” tanya Rayhan dengan lembut sambil terus mendorong ayunan yang dinaiki oleh Vero dan Richard.“Dia sudah mulai belajar duduk. Sebentar lagi, dia akan mulai belajar mengejarmu.” Vero menjawab dengan tawa ringan.“Benarkah? Jadi, sekarang tidak hanya ibunya yang mengejarku, bayinya juga akan?” tanya Rayhan menggoda istrinya.“Sejak kapan aku yang mengejarmu? Kau yang selalu mengejarku!” bantah Vero ketus.“Ya. Aku yang mengejarmu dan akan selalu mengejarmu ke mana saja kau pergi.”“Itu baru lelaki sejati yang tidak membiarkan wanitanya terlihat terlalu menggilainya.”Vero memang tidak terlalu serius dalam mengatakan hal itu kepada Rayhan. Mereka sudah biasa berkata seperti itu untuk saling bercanda. Tidak ada keseriusan yang berarti atau untuk saling menyakiti di sana. Rayhan juga sudah sangat paham dengan sikap dan sifat asli Veronica, begitu juga dengan sebaliknya.Mereka bertiga menikmati suasana sore hari di taman komplek dan s
“Sudah puas bermain?” tanya Rayhan pada istrinya.“Sepertinya cukup untuk hari ini. Sudah hampir gelap dan Richard terlihat sudah sangat lelah,” jawab Vero yang menatap bayi dalam gendongan Rayhan itu.“Ya. Sebenarnya aku tahu kalau yang ingin bermain dan jalan-jalan itu adalah ibunya, bukan anaknya,” ungkap Rayhan yang diiringi suara gelak tawa.Vero tersipu malu saat mendengar gurauan dari pria yang kini sudah sangat dicintainya itu. Tidak ada lagi hari tanpa rasa cinta dan rindu untuk Rayhan. Tidak ada lagi keraguan dalam dirinya untuk hidup bersama dengan Rayhan dan menua bersama selamanya.Begitu besar cinta dan sayang yang sudah Vero serahkan kepada pria itu, tapi sepertinya tidak akan pernah cukup untuk menandingi cinta dan sayang yang diberikan Rayhan padanya. Lelaki yang sudah mempertaruhkan nyawa untuk bisa membuat Vero terus bahagia dan tersenyum itu jelas tidak akan pernah bisa digantikan dengan apapun dalam hidup Vero.“Kalau begitu, kau perlu membawaku jalan-jalan ke lua
Vero merasakan kalau tubuhnya dibawa ke dalam tempat yang sempit seperti mobil. Namun, dia tidak bisa lagi melihat apapun karena matanya sudah diikat dengan kain hitam. Mulutnya juga sudah disumpal dengan sebuah kain yang tebal.Meskipun begitu, Vero sama sekali tidak merasa takut dan gentar terhadap situasi yang sedang dihadapinya saat ini. Semua itu karena setidaknya Richard masih berada dalam pelukannya dan orang-orang yang membawanya itu tidak menyakiti putranya.Di dalam mobil yang terus bergerak itu, Vero terus berdoa jika Rayhan bisa dengan cepat mengetahui keberadaannya. Dia yakin bahwa suaminya itu bisa dengan cepat menyadari ketidak adaannya dan Richard di tempat mereka duduk tadi. Sekarang, Vero hanya perlu terus mempertahankan bayinya yang sepertinya juga mulai risih dan rewel dengan keadaan itu.“Baik, Boss. Kami akan langsung membawanya ke sana,” ucap seorang pria yang duduk di samping Vero saat ini.Vero yakin dia sedang berbicara di telpon dengan seseorang yang membaya
Merasa sudah berada di tempat yang aman dan tidak akan ada yang berani menyakitinya lagi, dengan cepat Vero membuka pembungkam mulutnya dan juga melepas ikatan kain di matanya. Namun, dia melakukannya dengan sebelah tangan saja karena dia tetap harus memastikan Richard aman di dalam pelukannya.Saat semuanya sudah terlepas dan matanya buram menatap seorang pria yang kini duduk di depannya. Tentu saja hal itu karena matanya terlalu lama tertutup paksa dengan kain hitam. Setelah beberapa menit, Vero mendapatkan kembali penglihatannya yang terang dan cerah.“Kau? Jadi ... kau yang melakukan semua ini kepadaku?” tanya Vero dengan nada tak percaya.“Apa kabar, Sayang? Apakah kau tidak merindukanku sama sekali? Kita sudah setahun tidak bertemu,” ucap pria yang ternyata adalah Ramon itu dan dia tidak menjawab pertanyaan Vero sama sekali.“Kenapa kau lakukan ini padaku, Tuan? Apa salahku padamu?”Pertanyaan Vero itu kembali tidak dijawab oleh Ramon karena merasa Vero terlalu kaku saat bertemu
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget