Share

Bab 4. Pernikahan Dadakan

Penulis: Lavinka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-06 16:07:27

“Apa?” Ama yakin, ia tadi mendengar sesuatu.

“Ck! Baiklah, sesukamu saja,” jawab Orion akhirnya, malah mengalihkan wajahnya ke arah lain. "Kalau begitu, aku terima semua syaratnya. Tapi, aku juga punya beberapa syarat.”

“Apa itu?” Ama mengerutkan keningnya.

“Satu, tidak boleh bermesraan dengan lawan jenis selain aku di hadapan khalayak ramai. Dua, jika pergi harus saling memberi tahu ke mana dan dengan siapa. Ketiga, jika sampai perjanjian ini berakhir dan kamu memiliki sedikit rasa padaku, maka kamu harus menuruti semua keinginanku.” Orion memberikan syaratnya tanpa jeda.

“Apa-apaan itu semua tadi?” Ama menganga tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

“Deal atau nggak?” Orion menatap Ama serius.

Orion mengangkat sebelah alisnya ketika melihat Ama berpikir keras. Wanita itu tampak menimang-nimang persyaratan dari Orion. Beberapa saat kemudian, akhirnya Ama membuka suara.

“Deal!” Tangan Ama menggantung di udara.

Cepat-cepat pria itu melangkah untuk menyambut uluran tangan Ama. Tangan Orion membungkus tangan Ama yang tampak mungil. Seketika, Ama merasakan kehangatan di seluruh tubuhnya.

“Oh, ya, aku memiliki jam malam. Pukul delapan malam semua sudah harus berada di rumah.” pria itu menyengir menang dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Ama.

“Benar-benar nggak bisa dipercaya! Bahkan kamu udah nipu aku sebelum kita menikah!” Ama menarik tangannya yang ditahan oleh Orion.

***

Sesuai permintaan Ama, pernikahan mereka dilangsungkan secara tertutup dan formalitas saja. Selesai menandatangani semua dokumen, Ama meminta Orion menemaninya ke rumah sakit untuk menjenguk ayahnya.

Walaupun keadaannya sudah stabil, ayahnya belum bisa bangun dari tempat tidur. Ama bahkan tidak yakin apa ayahnya tahu soal pernikahan ini atau tidak.

Begitu Ama masuk pun, ayahnya masih tertidur. Ia kembali merasa bersalah. Seluruh hidupnya bagai di bolak-balik hanya karena satu gelas minuman dari Karina.

Ceklek!

Tiba-tiba, pintu ruang rawat inap Akbar terbuka. Adalah Karina dan Edrick yang datang.

Ama mengeryitkan dahi melihat tangan Karina yang bergelayut manja pada Edrick. Walaupun sudah bertekad membenci pria itu, tetap saja ia merasa sakit hati. Dengan begitu mudahnya Edrick mengkhianatinya.

‘Jalang itu benar-benar sudah membuatku ingin memporak-porandakan rumah sakit ini!’ batin Ama menggila.

“Ama?”

Ama merasakan seseorang menggenggam tangannya.

Ia menoleh, dan mendapati Orion berdiri di sebelahnya. Ah, iya juga. Dia kan yang mengajak pria ini ke sini.

Pria itu tersenyum, entah apa artinya. Namun, satu yang baru ia sadari adalah dia baru tahu jika wajah yang selama ini begitu membuatnya naik darah bisa begitu tampan.

Mungkinkah ada kelainan di matanya? Atau, ada sesuatu yang Ama lewatkan selama ini.

“Iya, aku tahu, kalau aku tuh ganteng,” Orion tiba-tiba berbisik di telinganya. “Tapi, sekarang bukan waktunya untuk mengangumi suamimu ini, Sayang.”

Ama langsung melengos, berdeham, dan melihat ke arah lain demi bisa menghindari kontak mata dengan Orion. Dia mengumpat pada dirinya sendiri karena sudah bodoh hingga terpesona dengan musuh bebuyutannya.

‘Sadar, Ma!’

Ngomong-ngomong soal tunangannya, ralat, mantan tunangannya. Sekarang, pandangan Ama terarah pada dua sejoli yang entah kenapa begitu menyebalkan di matanya. Tatapan Ama begitu datar seolah tak terganggu dengan tamu tak diundang itu.

“Amalthea!” suara Karina terdengar mendayu di telinganya. “Kenapa kamu jahat sekali, tidak mengundang kami di pernikahan dadakanmu?”

Ama mendengus. Karina memang terlihat sedih, tapi Ama tahu kalau wanita itu tengah menyindirnya.

“Atau… jangan-jangan itu hanya sandiwara untuk membohongi publik? Mungkin agar Mas Edrick percaya lagi kepadamu.” Karina menoleh ke arah Edrick sejenak, seperti meminta dukungan.

Ama berdecih sinis. Dia hendak membuka mulutnya, tetapi suara seseorang lebih dulu memotongnya.

“Apa sekarang kamu sudah menjadi artis dadakan, Ma?” Edrick mendengus, lalu tertawa jijik. “Wah, aku tidak menyangka seorang Ama yang angkuh dan begitu membenci musuh, tapi malah berkhianat dengan menikahinya.”

“Brengsek!” umpat Ama tak bisa ditahan.

Orion langsung mengeratkan genggaman tangannya, mencegah Ama untuk tidak melempar benda apa pun yang ada di sana ke dua manusia itu. Walaupun pernikahan kontrak, tetapi itu jauh lebih baik daripada ayahnya kenapa-kenapa.

“Aku tidak tahu kalau istriku dikelilingi orang yang sangaaaat peduli padanya,” Orion tiba-tiba berucap.

Karina dan Edrick tampak mengeryit, entah bingung atau tidak suka.

“Oh, perkenalkan, saya Orion, suami dari Amalthea,” tangan Orion memeluk pinggang Ama, menatapnya dengan penuh cinta. “Kalian benar! Aku adalah orang yang ada di skandal itu.”

“Kau!” Edrick menggeram marah.

“Tapi, jangan salah paham dulu,” Orion tersenyum lebar. “Sebenarnya itu bukan skandal, karena kami memang sudah mencintai sejak lama.”

“Omong kosong!” bentak Edrick. “Sampai dua hari lalu, dia itu masih tunanganku! Dia itu wanita murahan!”

Seolah tidak puas, Edrick melanjutkan, “Kalian itu hanyalah pasangan bejat dan gila harta. Tidak sepantasnya mendapatkan apresiasi apa pun dari semua orang. Nama kalian sudah jelek di mata masyarakat. Jadi, walau kalian menikah pun, itu tak akan membuat kondisi akan kondusif!”

Ama melotot shock setelah mendengar perkataan Edrick. Dia segera melangkah maju, mengabaikan tangan Orion yang terus bertengger di pinggangnya.

Sorot mata yang dulu penuh cinta, kini berubah datar, tanpa ekspresi. Atau, dia yang selama ini salah menganggap jika itu cinta.

Bodohnya Ama.

Didorongnya dada pria itu. Ama menatap dingin Edrick yang sama sekali tak sekali pun memalingkan wajah darinya.

“Apa benar jika kamu tak mencintaiku, Mas?” Ama tak berharap banyak, tetapi dalam lubuk hatinya yang paling kecil, dia berharap. Jika ada setitik rasa cinta dari Edrick untuknya.

“Cinta?” Pria itu tertawa begitu keras.

“Apa aku segila itu mau mencintai perempuan seperti dirimu? Tidak akan ada lelaki yang bisa bertahan dengan perempuan gila kerja seperti dirimu!”

“Mas—”

“Ck, kusarankan agar kau jaga mulutmu itu.” Orion tahu-tahu sudah mencengkeram kerah kemeja Edrick.

Bab terkait

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 5. Harus Ekseskusi

    Sosoknya yang tinggi itu tampak mengintimidasi Edrick. Ama terdiam di tempatnya. Untuk pertama kalinya, ia melihat sisi lain dari Orion. “Seperti yang kau bilang, dua hari yang lalu kalian masih bertunangan,” Orion lalu melirik Karina yang berdiri di sebelah Edrick. “Tapi, apa kau tidak memiliki kaca di rumah?” Ama tidak bisa berpaling. Pesona Orion hari ini benar-benar menjeratnya hingga netra Ama sulit sekali dialihkan dari pria tersebut. “Sayang sekali istriku harus bertemu ubur-ubur sepertimu kemarin,” Nada bicara Orion kembali seperti semula. “Dia sangat malang malang bertemu dengan pria bodoh yang sudah menyia-nyiakannya.” Sudut bibir pria itu tertarik ke atas hingga membentuk sebuah kurva senyum. Ama terpaku sesaat, merasakan debaran jantungnya yang mendadak jadi aneh. “Istriku,” panggil Orion lembut. Ama baru sadar ketika pria itu sudah merangkul pinggangnya kembali. “Hm?” sahut Ama. “Bukankah aku ini tampan?” Seperti terhipnotis, Ama mengangguk saja hingga Orion sema

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 6. Ada yang Berniat Buruk

    “Sialan! Kok, aku malah mau-mau aja dijadiin babu sama itu permen neon!” Wanita itu mengomel sepanjang jalan menuju dapur. Tangannya mengikat rambutnya tinggi, hingga leher jenjangnya terlihat.Ia melongok ke arah lemari, mencari-cari keberadaan beras, atau bahan-bahan yang bisa dia pakai untuk menyokong perut mereka. “What?!” Mata Ama melotot shock saat menemukan persedian dapur di lemari Orion begitu lengkap. “Ini orang emang rajin masak, atau ini kebetulan aja?”Dia kemudian sibuk mencuci beras, memasukkannya ke dalam magic com dan mengatur timer. Sambil menunggu beras matang, dia memilih untuk mengambil wortel, kol, dan daun bawang, memotongnya, kemudian mencampurnya menjadi satu dengan tepung. Dia ingin membuat bakwan sebagai teman nasi gorengnya nanti.Setelah nasi matang, dia mulai berkutat membuat nasi goreng. Dia mengambil udang dan juga telur sebagai toping. Tidak lupa daun bawang di potong-potong dan ditaburkan di atas penggorengan. “Yes! Akhirnya, udah jadi!”“Kamu mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 7. Mandi Bersama

    “Bolehkah saya yang menjawabnya?” Sebelum Ama menyelesaikan jawabannya, sebuah tangan besar menggenggamnya di bawah meja. Adalah Orion pelakunya. Ama mengerjap.“Apa kalian tahu takdir kalian apa?” Orion mengambil alih mikrofon yang satunya. “Itu adalah kisah kami.” Orion melempar tatapan teduh pada Ama. “Kisah kami memang sedikit rumit, tetapi di balik pertengkaran yang sering dilakukan, ada cinta yang mengikat kami untuk bersama.”Orion memberikan senyum manis pada Ama sebelum kembali melanjutkan ucapannya, “Pernikahan kami memang terkesan mendadak, tapi percayalah! Tidak ada yang saling menikung di sini. Ama dan Edrick sudah berpisah saat kami memutuskan menikah. Terima kasih!”Ama terdiam, mendengarkan perkataan Rion ketika menjawab pertanyaan karyawan yang terakhir. Dia sedikit tersentuh dengan kata-kata Orion. Bibirnya sempat membalas senyum pria itu sebelum dirinya tersadar, kalau mereka masih berada di tempat konferensi pers. ‘Bagaimana bisa dia terlihat begitu lancar? Pad

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 8. Intinya, kita udah nikah.

    Keesokan paginya, Ama dibuat kesal lantaran tak menemukan baju yang pas untuk dirinya berangkat ke kantor. Ya, hari ini ada rapat penting, dan dia sebagai seorang CEO maka harus datang. “Bisa-bisanya aku lupa, kalau hari ini ada rapat,” dumel Ama, kekesalan itu makin menjadi lantaran ia tak menemukan pakaian miliknya. “Terus, aku harus pakai baju apa?” Ia pun menendang lemari di hadapannya. “Apa salah lemariku sih, Mal? Kenapa sepagian kamu udah marah-marah?” Suara dari balik punggung Ama menginterupsi. Ama mendengkus, lalu berjalan menuju sofa dan duduk di sana. Bibirnya cemberut dengan tangan mengutak-atik hp. “Gak usah ganggu aku!” Ia menelpon sekretarisnya, tetapi sebuah tangan merebut ponselnya. “Rion, kamu ngapain, sih?!” “Pakai ini aja!” Sebuah paper bag tiba-tiba disodorkan oleh Orion, tepat di depan Ama. “Apa ini?” Kening Ama mengernyit, tetapi tetap menerima paper bag itu. “Loh, baju siapa ini?” Wanita itu membolak-balikkan setelan kantor yang baru saja diberika

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 9. Muak

    “Apa kamu bilang?” Karina menarik lengannya paksa, bahkan kuku jari kakak tirinya ada yang menancap di kulitnya. “Lepaskan tangan kotormu dari lenganku, Sundel!” Mata Ama berkilat marah. “Apa? Sundel!” Karina berseru tak terima. Karina pun mendorong bahu Ama dengan telunjuknya. “Hei, Jalang! Asal kamu tau, yah! Yang lebih pantas dengan Mas Edrick itu cuma aku. Dan apa kamu bilang tadi? Bekasan? Sorry, sepertinya itu tak berlaku untukku. Karena kenyataannya, akulah yang pertama untuk Mas Edrick!” Pertama? Kening Ama mengernyit, mencoba memproses maksud dari perkataan Karina yang menyebutkan jika dialah yang pertama, bukan dirinya. “Apa, sih, mau kamu?” Ama menepis tangan Karina. Rasa perih langsung menyengat ketika tangan kakak tirinya sudah menghilang dari lengannya. “Arkh, kenapa kamu mendorongku, Ama?” Wanita itu berakting. Ama menatap Karina bosan. “Please, deh, gak usah sok jadi ratu drama di sini. Aku muak tau, gak, sih!” “Ama! Berani sekali kamu mengatai calon istri

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09
  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 10. Semua lelaki Sama Saja

    Ama menggeleng pilu. “T-tapi kita–” “Ssttt!” Rion meletakkan jarinya di depan bibir Ama. “Cukup kamu tanamkan dalam pikiran dan hatimu, Amal. Ada aku, Orion, suamimu! Aku gak akan pernah meninggalkanmu!” katanya menyakinkan. Ama membiarkan pria itu menempelkan kening mereka, sementara ia memejamkan mata sambil menangis. “Bohong! Kau sama saja dengan bajingan itu! Kau pasti akan meninggalkanku,” sahutnya bosan. Pria itu berdecak, lalu mengecup keningnya. Ia ingin protes, tetapi Orion dengan berani mengecup bibirnya. “Orion!” Ama mendelik kesal. Ia langsung mendorong tubuh Orion, sedangkan dirinya memilih berjalan ke arah kursi taman. Bibirnya ia usap seolah tak sudi dicium oleh sang suami. Namun, Orion hanya terkekeh. Sepertinya ia sangat senang melihat Ama marah-marah. Pria itu pun menarik tangan Ama agar berhadapan dengannya lagi. “Apa mantanmu itu baru saja mengganggumu?” tanyanya dengan suara yang lebih lembut. Ama menaikkan satu kakinya dengan punggung bersandar, seda

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 11. Tapi, Bohong!

    “K-kau mencintaiku…?” cicit Ama dengan suara bergetar.Entahlah, kenapa ia merasa sedikit takut sekarang. Bukan takut yang bagaimana, tapi ia takut kalau dadanya meledak karena jantungnya berdetak tidak normal.‘Aku gak bakal mati kan ya?’Apalagi, Orion tidak cepat menanggapi. Pria itu malah mengulurkan tangannya untuk menyelipkan anak rambut Ama ke belakang telinga. Lalu, bibir pria itu mengarah ke telinga Ama.“Tapi, bohong,” bisiknya kemudian.Mata Ama seketika terbuka lebar. Menatap Orion yang sedang terbahak di kursi kemudinya dengan tatapan tak percaya. “ORION!” teriaknya.Dan, Orion hanya terbahak.“J-jadi, kamu mempermainkan ku?” tanyanya dengan tangan mengepal.Orion tersenyum kalem dan mulai menjalankan kembali mobilnya. “Kamu tuh lucu, Mal. Apalagi kalau lagi tegang begitu. Lagian, aku tahu kamu gak mungkin mencintaiku,” ujarnya sambil melirik Ama.Suara Orion kembali terdengar memecah hening di antara mereka. “Aku juga gak mungkin menjalani pernikahan dengan seseorang ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 12. Si Pemaksa

    “Iya, ini aku, Edrick.” Ama tak bisa menahan diri untuk tak merotasikan kedua bola matanya. “Ada apa? Kalau tidak ada hal yang perlu–” “Ama, tunggu! Jangan dimatikan dulu!” Suara di seberang terdengar memotong ucapan Ama. Kening wanita itu mengernyit heran. Ama memijit pelipisnya. “Apa lagi?” tanyanya bosan. Kejadian semalam saja masih belum hilang dari ingatan. Haruskah pagi ini Ama kembali berurusan dengan Edrick yang notabene sudah menghinanya? Pria itu bahkan sudah menjudge dirinya sebagai wanita yang tak pantas untuk disukai oleh orang lain. “Sial! Berani sekali pria itu menghubunginya setelah apa yang telah dia lakukan,” umpatnya dalam hati. Ama menjadi berpikir, apa selama ini Edrick memang semenyebalkan itu? “Ama, bisakah kita kesampingkan dulu masalah pribadi kita?” Suara Edrick terdengar memelas. Ama berdecih. Ia bahkan ingin meludahi ponselnya sendiri sekarang. “Lalu untuk apa seorang Edrick menghubungiku? Apa kau masih level berbicara denganku?” Wanita itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13

Bab terbaru

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 113. Iri?

    Farah memukul lengan Kirun. “Cium, noh, tembok!” Setelah itu, dia pun berlalu pergi meninggalkan calon suaminya di teras. “Yah, Calon Bojo! Kok, lananganmu ditinggal, sih?” Kirun memanggil Farah.“Ora urus!” Bibir wanita itu tak berhenti mengulas senyum. “Jadi, aku sekarang udah mau jadi istri? Kyaaa, aku jadi gak sabar nunggu hari itu tiba!”Farah tak menggubris Kirun di belakang yang sedang memandangnya. Hatinya tengah berbunga-bunga juga malu secara bersamaan. Bagaimana tidak? Orang yang disukai akhirnya melamar. “Amal, aku mau nikah!” Farah berteriak tertahan di depan pintu utama. Namun, wajah itu langsung berubah biasa saja ketika tiba di ruang tamu. Kirun sudah menyusul dan kini duduk di samping ayah dan ibunya. Memandang Farah yang terus mengacuhkan dirinya. Namun, ia tidak marah, justru tersenyum senang karena lamaran keduanya berhasil.“Jadi, kita langsung cari hari bagusnya aja bagaimana, Pak, Bu?” Orang tua Kirun segera berseloroh seolah tak sabar untuk menikahkan anak m

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 112. Pilih Kamu, iya kamu

    “Saya berniat melamar anak Bapak dan Ibu,” jeda Leo sambil menunjuk sopan ke arah Farah.Farah membelalak. Tangannya menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi kaget luar biasa. “Melamar saya?”“Iya, Far,” jawab Leo, “sudah lama aku menyimpan perasaan ke kamu. Sekarang, aku ingin melamarmu untuk menjadi pendamping hidupku, dan ibu dari anak-anakku kelak.”Adik Kirun yang perempuan berbisik kepada kakaknya. “Saingan lo pejabat, Bang. Yakin lo masih punya kesempatan?” Kirun sempat insecure melihat lelaki di sampingnya. Leo bahkan datang seorang diri tanpa bala bantuan seperti dirinya untuk melamar seorang wanita. Rivalnya yang terlalu percaya diri, atau dirinya seorang pengecut. Apalagi, saingan kali ini bukan kaleng-kaleng, pejabat negara langsung. Apa dia tidak kalah telak? Jelas, kekayaan yang dimiliki olehnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Leo.Haruskah Kirun menyerah?“Berisik lo, Dek!” timpal Kirun, “ setidaknya gue yakin, kalau Farah itu ada rasa sama gue.”“Percaya diri

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 111. Dua Sekaligus

    “Ada yang harus kulakukan. Ya, aku harus memberi makan kucing!” seru Farah cepat.“Loh, sejak kapan Farah punya kucing?” Kirun menggaruk belakang kepalanya. “Eh, apa jangan-jangan dia mau ngehindar lagi dari gue?”Lelaki itu terduduk di kursi dengan lemas. Tubuhnya mendongak, menatap langit cerah yang seolah tengah mengejeknya. “Ya Allah, apa ini adalah karma buat gue yang udah buat hati banyak wanita di luar sana tersakiti? Jika memang benar, Engkau berhasil, Tuhan!”Kirun menepuk bagian dadanya. “Di sini sakit banget, Ya Allah!” Di dalam sana kini tengah menangisi nasibnya yang begitu malang. Ditinggal Farah iya, bahkan ditolak lamarannya sudah dirasakan langsung olehnya dari seorang perempuan yang ia cintai.Sungguh sial sekali nasib percintaan Kirun. Jika dulu, ia begitu masa bodoh dengan para perempuan. Kini, ia seolah bisa melihat dirinya sendiri dari sikap Farah padanya.“Nasib punya muka pas-pasan, tapi ini semua takdir Tuhan.” Bibir Kirun kini menyenandungkan sebuah lagu yan

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 110. Keputusan

    "Aku hanya merasa kaget aja, Yank,” jawab Orion setelah sekian detik terpaku. Dia tidak menyangka jika usahanya selama ini berbuah manis. Cinta yang diperjuangkan hanya untuk Amalthea, berbalas oleh sang pemilik hati. Ya, walaupun mereka sudah menikah setahun lebih, tetapi Amalthea jarang mengungkapkan perasaannya. Jadi, wajar saja jika Orion terkejut. “Sayang, coba tampar aku!” ujarnya menatap sang istri.“Apaan sih, Mas? Nggak usah ngaco, deh! Lagian kamu itu tidak sedang bermimpi, ini nyata.” Amalthea menangkup wajah Orion, lalu mengecup bibir itu dengan mesra. Setelah puas, barulah ia melepaskannya. “See, apa kau masih merasa ini mimpi?”Mata Orion mengerjap, ia tak mengalihkan sedikitpun pandangan dari wajah Amalthea. Istrinya memang begitu cantik, murah hati, hingga ia jatuh sejatuh-jatuhnya mencintai wanita yang kini berada di hadapan. “Ya, aku memang sedang tidak bermimpi. Karena kau jauh lebih indah daripada mimpi-mimpi setiap malamku dulu. This is real, no dream.” Orion la

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 109. Siapa Yang Duluan

    “No! Aku gak setuju.” Amalthea menolak usulan sang suami. “Lebih baik, kita serahkan saja ke mereka. Aku juga udah minta Kak Leo buat deketin Farah sendiri. Kamu tau, kan, aku lagi hamil, Yank?” Tangannya mengusap perutnya yang sudah mulai membesar.“Astaga!” Orion menepuk kening karena hampir lupa jika istrinya tengah berbadan dua. Ia langsung menundukkan wajahnya kemudian mengecup perut Amalthea berkali-kali. “Maaf, Sayang. Hampir saja Papa lupa jika kamu berada di sana,” sesalnya.Bibir Amalthea cemberut, tetapi hanya sebentar. “It's ok, Papa. Yang penting Papa cepet sehat biar bisa main lagi sama dedek bayi,” ujarnya menirukan suara anak kecil.“Iya, Sayang. Aamiin. Makasih doanya.” Orion kembali mengecup puncak perut istrinya, lalu ia menengadahkan wajah untuk menatap Amalthea. “Makasih ya, karena kamu selalu ada untukku, Yank.”Amalthea mengusap wajah suaminya yang masih terlihat pucat. “Sama-sama, Mas. Lagian, kita kan emang harus saling mendukung satu sama lain. Ingat, kita in

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 108. Balas Budi

    Orion menatap sekitarnya dengan mata mengerjap. Dia mengerang sambil memegang bagian kepala yang terasa pening. “Ke mana semua orang? Bukankah aku tadi sedang ada di ruangan rapat?” tanyanya pada diri sendiri.Suara pintu yang terbuka dan munculnya sosok Amalthea membuat pria itu menoleh. Mereka saling bertatapan dan untuk sesaat ada kelegaan dari wajah mereka. “Sayang,” panggil Orion berusaha untuk bangun. Amalthea tersenyum senang melihat suaminya yang akhirnya sadar setelah 2 jam pingsan. Kakinya melangkah cepat untuk membantu Orion duduk di ranjang kecil yang terdapat di ruangan kantor sang suami. “Kamu sudah bangun, Mas?” Orion mengangguk, lalu menepuk sisi kosong ranjang di sampingnya. “Kemarilah! Aku ingin memelukmu, Sayang,” pintanya dengan wajah yang pucat.Amalthea menuruti keinginan sang suami. Setelah itu, ia duduk dan menghamburkan tubuhnya ke dalam dekapan hangat Orion. Jujur, ia sangat khawatir ketika melihat orang yang selama ini kuat, tiba-tiba jatuh pingsan. Diha

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 107. Pihak Berwajib

    Leo menarik kursi di samping Amalthea. Ia tak sedikit pun mengalihkan pandangan dari adik tingkatnya ketika kuliah. “Karena aku ke sini memang karena kamu, Ama.”“Mencurigakan sekali. Tapi,” jeda Amalthea melihat ke arah sekitar. “Sepertinya kita harus pindah ke tempat lain, Le!”Farah dan Leo kemudian mengangguk. Mereka berjalan bersama di mana dua wanita di depan, sedangkan si lelaki di belakang mengikuti. Ketika sampai di ruangan yang lebih privasi, barulah Leo melepas topi dan maskernya. “Kita langsung saja,” ucap Amalthea tak mau menunda-nunda. “Jadi, ada apa Pak Dewan menemui kami?”“Kamu, bukan kami!” Farah meralat ucapan Amalthea. “Aku di sini hanya menemani kalian saja.”Amalthea merotasikan kedua bola matanya malas. “Sama aja.”Farah hendak menyahut, tetapi segera diinterupsi oleh Leo. “Ok, aku diam “Leo tersenyum, lalu menatap Amalthea yang masih cantik, padahal sedang hamil. “Kamu kapan nikah? Dan, kenapa aku tidak kamu undang?”“Jangankan kamu, Le. Aku yang sahabat baik

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 106. Rencana di atas Rencana

    “Jadi, apa yang mau kamu omongin.”“Yaelah, sabar Napa jadi orang. Kasih gue napas,” ujarnya di antara deru napasnya. “Njir, aku udah kek lagi disatroni sama debcolektor,” keluh Farah sambil menyeruput teh manis di tas meja.Amalthea memilih duduk bersandar dengan satu kaki yang ditopang. Namun, tatapannya tak pernah lari dari keberadaan Farah. Wanita di depan sana terlihat seperti baru saja keluar dari bencana. “Kau sungguh sangat-sangat berantakan, Far,” cibir Amalthea.“Cih! Ini semua ulah kamu yang minta aku buat kerja pagi-pagi begini,” timpal Farah sengit. “Ish, mana makanan buat aku, Mal? Kamu beneran gak mesenin apa pun buat aku?”Amalthea menghela napas malas, lalu mencari keberadaan pelayan cafe. Mereka berdua kini tengah berada di tempat nongkrong yang buka 24 jam tidak jauh dari rumah sakit. “Mbak, pesanan saya apa masih lama?” tanyanya pada si pelayan.“Untuk meja nomor 9 sedang di-plating, Kak. Jadi, mungkin sebentar lagi rekan kami antar,” balas perempuan muda bernama

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 105. Kacau

    Didi kini tengah berjalan mengendap-endap di belakang gedung tua. Ia sudah janjian dengan seseorang di tempat itu. Namun, ia sedikit terlambat karena ada urusan tadi. Jadi, ketika sampai di lokasi, seseorang sudah berdiri menunggunya.“Maaf, gue telat. Lo udah lama nunggu?” Didi segera duduk di kursi reot, di samping si teman. Ia juga mengipasi diri sendiri lantaran merasa gerah setelah memakai penyamaran topi, masker, juga jaket.“Ckckck!” Wanita yang memakai pakaian serba hitam itu melengos. “Gue udah hampir lumutan nungguin lo, Bangke!” sambungnya sarkas. “Lain kali, kalau lo bikin gue nunggu lagi, gue gak segan buat nendang lo!”“Maaf, Er. Gue tadi ada urusan bentar,” jelas Didi. “Shit! Ini nyamuk malah nyipok gue, njir!” omelnya.Erni menyeringai tidak peduli. Namun, dia sebenarnya juga sudah bosan terus berada di tempat angker. Jika tak ingat akan uangnya, maka ia tak akan mau.“Oh, iya, lo bawa, kan, apa yang gue mau?” Didi segera menadahkan tangan ke wanita bernama Erni. Erni

DMCA.com Protection Status