Home / Rumah Tangga / Skandal Gila Suamiku / BAB 6. Menyadap WA Roni

Share

BAB 6. Menyadap WA Roni

last update Last Updated: 2024-03-08 09:00:07

Aku mendadak terkejut dan langsung membuka mata. Kulayangkan pandangan ke sekeliling kamar yang gelap. Tanganku meraba-raba ke bawah bantal, tempat di mana aku biasa menyimpan ponselku.

Kulihat waktu menunjukkan hampir pukul tiga pagi. Ah, ternyata aku ketiduran. Padahal tadi niatku hanya akan menemani Erin dan Erlan sampai tidur. Dan setelah itu mau keluar menunggu Bang Roni pulang yang tadi izin ke rumah Mas Indra. Namun ternyata aku justru ikut terlelap. Mungkin saking lelahnya setelah beraktivitas seharian.

Aku beringsut pelan dan turun dari tempat tidur. Aku mau mengecek apakah Bang Roni sudah pulang? Sebab biasanya dia kalau sudah nongkrong  di tempat Mas Indra, bisa sampai menjejak ke subuh.

Aku keluar dan kulihat Bang Roni sudah tertidur pulas di depan TV. Entah kapan ia pulang, aku tak mendengarnya. Ia pun tak membangunkanku.

Aku duduk di samping ia tidur sambil memandangi Bang Roni lekat. Kejadian tadi siang mulai dari telepon dari Riya hingga kejadian saat shalat Isya tadi berulang di kepalaku.

Aku jadi bertanya-tanya. Apakah ini semua terjadi karena kesalahanku? Karena aku yang sudah tak menarik lagi di matanya? Atau karena dia memang sebenarnya sudah lama menaruh hati pada Riya?

Mungkinkan Bang Roni berselingkuh karena hubungan kami selama beberapa tahun ini merenggang? Tak lagi mesra seperti dulu?

Aku akui, sejak memiliki anak kedua, kami memang semakin jarang berkomunikasi. Bang Roni yang bekerja dari pagi sampai malam, membuat kami jarang bicara berdua karena aku kadang sudah tidur setiap kali ia pulang kerja. Kami bahkan sudah tak tidur seranjang lagi sejak aku melahirkan Erlan, anak keduaku. Dan jujur saja, beberapa bulan belakangan, kami sudah sangat jarang berhubungan badan. Entah kenapa, aku seperti tak memiliki hasrat untuk itu.

Rasa sepi karena jauh dari orang tua, kesulitan ekonomi yang belum juga membaik bahkan sejak awal menikah hingga sekarang, ditambah lagi kelelahan mengurus anak dan rumah membuatku stres dan sering marah-marah dengan Bang Roni.

Setiap kali ia mendekatiku untuk bermesraan, aku selalu menepis tangannya dan menjauh, seolah jijik pada suamiku sendiri. Jadi, apakah karena itu? Apakah ini semua salahku?

Aku berbaring di samping Bang Roni. Mengambil lengannya dan kemudian melingkarkannya di pinggangku.

Bang Roni tersadar, ia langsung memeluk erat sambil memasangkan selimut ke tubuhku hingga ke batas leher. Hangat sekali. Aku tak ingat kapan terakhir kali kami berada dalam satu selimut seperti ini. Dan sekarang, aku mau tidur nyenyak di sampingnya. Tak peduli apa yang akan terjadi hari esok.

***

Aku baru saja pulang setelah mengantar Erin ke sekolah. Erlan dan Bang Roni masih tidur. Sengaja tak kubangunkan karena memang sekarang baru pukul 7 kurang. Jadi aku memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaanku di dapur terlebih dahulu.

Saat sedang menyusun piring, mendadak aku merasa ingin melakukan sesuatu. Aku mendatangi Bang Roni yang masih terlelap. Ia tampak nyenyak sekali. Pandanganku tertuju pada ponsel miliknya yang berada tepat di atas kepala suamiku itu.

Perlahan kuambil dan kubuka layar ponselnya. Kami memang saling mengetahui kode ponsel masing-masing, agar tak ada rahasia di antara kami. Tapi ternyata tetap saja ada celah yang bisa dipakai.

Ku buka aplikasi W******p miliknya. Yang kucari tentu saja nomor Riya. Dan benar saja, nama Riya bertengger di daftar chat paling atas Bang Roni. Tapi anehnya, semua pesan dihapus. Padahal Riya pasti adalah yang terakhir kali chat dengannya. Tapi kosong tak ada apa pun.

Hatiku tak karuan. Kalau memang mereka Cuma chat biasa, untuk apa dihapus? Kalau dihapus, bukankah itu berarti ada yang disembunyikan?

Otakku bergerak cepat. Kukembalikan ponsel Bang Roni ke tempat semula. Kini aku mengambil HP milikku dan berlari ke luar. Aku mencari tempat sepi untuk menelepon seseorang. Aku butuh pertolongan.

“Halo Sartika....” suara seorang wanita terdengar begitu panggilan telepon dariku diangkat. “Kenapa?” Tanyanya.

“Anu Mbak Yanti, ada Bang Iwan nggak?”

“Bang Iwan lagi kerja. Baru aja berangkat.”

“Saya boleh minta tolong nggak sama Bang Iwan?”

“Minta tolong apa? Kalau memang ada perlu, kamu telfon langsung aja ke nomornya. Nggak ada nyimpan kah? Nanti aku kirim.”

“Ada sih, Cuma aku mau izin ke Mbak dulu. Soalnya aku nggak enak kalau langsung nelfon Bang Iwan.” Kataku. Karena biar bagaimanapun, kalau aku langsung menghubungi suami orang tanpa seizin istrinya, itu pasti adalah sesuatu yang sangat tidak sopan. Bisa menimbulkan fitnah dan merusak rumah tangga orang lain.

Bang Iwan dan Mbak Yanti adalah mantan rekan kerjaku dulu waktu masih bekerja di salah satu supermarket di kota kami. Aku dan Mbak Yanti bagian administrasi, sementara Bang Iwan bagian gudang. Kami cukup akrab. Dan yang aku tahu, Bang Iwan mahir di bidang IT.

“Emangnya mau minta tolong apa Sar?”

“Mbak, dulu Bang Iwan pernah nyadap WA Yuni kan? Anak baru yang pernah kita curigai nggak bener itu.”

“He eh. Emangnya kenapa?”

“Mbak, aku mau minta tolong ajarin gimana caranya nyadap WA.” Sampai di sini aku mulai menangis.

“Kenapa Sar? Kamu pasti mau nyadap WA suami kamu kan?”

“Iya Mbak.” Kataku sambil menangis pelan, takut Bang Roni bangun.

Mbak Yanti sempat terdiam. Namun kemudian ia berkata. “Yang sabar ya Sar. Kalau memang kamu mau mengetahui dan mencari kebenarannya, lakukan aja apa yang menurut kamu harus dilakukan. Mbak sebenarnya tahu caranya nyadap WA, tapi lebih baik kamu hubungi Bang Iwan aja. Soalnya kalau Mbak yang jelasin takut kamu nggak ngerti.”

“Iya Mbak. Aku minta izin nelfon Bang Iwan ya.”

“Iya nggak pa-pa. Semoga masalah kamu bisa diatasi ya. Mbak Cuma bisa kasih doa dan support.”

“Makasih Mbak.”

Aku langsung menutup telepon. Dan kini aku menghubungi Bang Iwan untuk meminta bantuannya.

Setelah kuceritakan sekilas, Bang Iwan bersedia membantuku untuk menyadap WA Bang Roni. Langkah demi langkah ia ajarkan. Benar saja, kalau Mbak Yanti yang mengajarkan, aku pasti akan pusing tujuh keliling. Bang Iwan saja sampai berkali-kali memberitahu caranya, aku baru paham.

“Gimana? Udah bisa Sar?” tanya Bang Iwan.

“Bisa Bang. Sekarang chat yang masuk ke HP Bang Roni, juga masuk ke HP ku. Makasih ya Bang.”

“Iya sama-sama. Sebaiknya kamu cepat kembalikan HP suami kamu ke tempatnya. Takut dia curiga.”

“Makasih banyak ya Bang. Sampaikan terima kasihku juga untuk Mbak Yanti.”

Aku mematikan panggilan telepon. Dan dengan perlahan ku kembalikan ponsel Bang Roni. Semoga saja ia tidak sadar kalau HP nya ku sadap.

Aku kembali melanjutkan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Setelah selesai memasak, aku membangunkan Bang Roni, karena dia memang harus pergi bekerja.

Aku juga terburu-buru berkemas, karena harus melanjutkan menulis naskah yang semalam sempat terbengkalai.

Saat Bang Roni sarapan, aku sibuk mengetik di laptopku, seolah tak terjadi apa-apa. Padahal ponsel stand by di dekatku. Kalau Bang Roni kelihatan membuka HP, maka aku juga membuka akses sadapan WA. Namun sejauh ini hanya ada chat biasa dari teman-teman kerja atau orang lain yang sebagian besar tak kukenal.

Selesai sarapan Bang Roni pamit keluar. Aku pun melanjutkan menulis sambil mataku tak lepas menatap HP. Aku menunggu dengan hati berdebar.

Sekitar setengah jam, Bang Roni datang lagi. Kali ini ia membawa sebuah meja kayu kecil setinggi setengah betisku.

“Nih, buat sayank.”

“Apa ini?” tanyaku heran.

“Buat meja laptop. Biar Sayank enak ngetiknya, kerja pun jadi mudah. Aku bikin sendiri tadi, numpang di mebel Kang Wardi.”

“Cepat sekali...” kataku takjub. Bang Roni memang punya banyak bakat, dan cepat selesai setiap mengerjakan sesuatu.

Aku tak menyangkal, kalau aku sangat senang diberi meja ini. Bang Roni memang kadang suka memberiku kejutan-kejutan kecil yang membuat aku bahagia. Ia sebenarnya memang suami yang perhatian. Tapi untuk meja kecil ini, kenapa tiba-tiba membuatkannya untukku? Apa ini hanya untuk menutupi kesalahannya?

“Aku nggak ada maksud apa-apa ya bikinin itu. Jangan bilang kalau aku buatin Sayank meja itu, karena aku lagi melakukan kesalahan.” Kata Bang Roni, seolah bisa menebak jalan pikiranku.

“Aku nggak ada bilang loh. Sayank merasa kah?” sindirku.

“Nggak. Takutnya kamu mikir gitu.”

“Iya dalam pikiranku emang kayak gitu, sih. Sayank pasti ada sesuatu kalau tiba-tiba baik sama aku.”

“Jangan bilang gitu lah. Aku baik karena aku sayang.” Katanya.

Aku mencibir. Tapi ia justru tertawa. Dikiranya aku sedang bercanda kali.

“Aku pergi kerja dulu ya.”

Bang Roni mencium tanganku, dan aku membalasnya. Kini bagiku, itu hanya sebuah sekedar formalitas belaka. Yang entah kapan masih bisa bertahan.

Kudengar suara sepeda motor Bang Roni yang menjauh. Ia sudah pergi. Kini aku bisa dengan bebas memantaunya. Ponsel sengaja kuletakkan di samping laptop, jadi aku bisa langsung melihat setiap kali ada chat yang masuk ke HP Bang Roni.

Tak lama, ada chat masuk dari perempuan murahan itu, Riya.

[ Ayank udah pergi kerja ya? Jahat, nggak mau nelfon dulu. Nggak mau pamitan ke aku. Masak Cuma pamitan sama istrinya ]

Aku menarik bibir kanan atasku. Ia memanggil Bang Roni dengan sebutan Ayank? Dasar perempuan nggak punya harga diri!

Bang Roni mengetik. Aku menunggu apa jawaban yang diberikan lelaki bangsat itu buat gundiknya.

[ Sayank pasti ngintip dari jendela ya? Maaf lah, soalnya udah terlambat pergi kerja. Aku tadi habis buatin istriku meja kecil untuk dia nulis. Biar dia nggak curiga... ]

AN***G!!! Bang Roni memanggilnya dengan sebutan Sayank?! Nggak boleh! Itu adalah panggilan untukku. Hanya untukku! Tega sekali dia. Laki-laki tak tahu malu itu, memberikan panggilan sayang milikku untuk orang lain.

[ Ayank so sweet... Mau juga dong dibuatin sesuatu... Mau juga dapat kejutan... ]

Hatiku panas. Perempuan itu tanpa tahu malu berani meminta dimanja oleh suamiku. Dan lagi-lagi, kepalaku seakan meledak saat membaca balasan dari Bang Roni untuk Riya.

[ Ya udah, untuk Sayank nanti aku buatin anak ya... Kita bikin sama-sama ... Mau nggak? ]

Related chapters

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 7. Masih Memberi Kesempatan

    Kepalaku pusing bukan kepalang. Sakit hatiku terasa memuncak. Kini, tak ada lagi alasan bagiku untuk meragukan kata-kata Riya. Semua benar adanya. Bang Roni main gila di belakangku.Ku tutup layar laptopku. Aku tak mampu lagi untuk melanjutkan pekerjaan yang baru kuterima beberapa hari yang lalu itu. Otakku sudah tak bisa berpikir. Penuh akan pikiran tentang ini. Aku memilih untuk tidur siang demi mendinginkan hati. Tapi semakin aku mencoba untuk memejamkan mata, semakin aku tak bisa tidur karena menangis.Tapi sungguh, aku menangis bukan karena takut kehilangan Bang Roni. Aku menangis karena sedih telah dibohongi dan dibodoh-bodohi oleh dua orang yang begitu sangat kupercaya. Seandainya mereka memang saling menyukai, kenapa tak bilang langsung di depanku? Pasti akan aku ikhlaskan.Aku memang mencintai suamiku, tapi aku bukanlah orang bodoh yang hanya menggantungkan diri pada satu orang. Aku masih bisa mencari laki-laki yang seribu kali lebih baik darinya di lua

    Last Updated : 2024-03-08
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 8. Kedatangan Riya Ke Rumah

    “Eh Say, jangan ngelamun!”Suara Riya mengagetkanku. Entah sejak kapan ia datang. Aku yang sedang termenung di kursi teras sampai tak menyadari kedatangannya.“Eh, tumben ke sini?” tanyaku dengan sedikit senyum, berusaha untuk tetap terlihat ramah. Padahal rasanya aku ingin mencakar wajah memuakkan perempuan itu.“Kan aku bilang, nanti mau ke sini buat cerita. Roni nggak ada kan?” tanya Riya sambil celingukan.“Nggak ada, aman.” Riya duduk di sampingku. Ia terlihat tak sabar untuk memuntahkan segala cerita busuknya.“Jadi gini Say, kamu tahu nggak kalau suami kamu tuh tergila-gila sama aku. Dia bucin banget. Roni bilang, sejak dekat sama aku dia nggak mau lagi ngelirik cewek lain. Dia Cuma mau fokus ke aku. Makanya, biarin aja dia berhubungan sama aku. Daripada dia selingkuh dengan cewek lain di luar sana, kan mending sama aku. Aku nggak mungkinlah merebut dia, karena aku udah punya suami. Kalau cewek lain, pasti nanti kamu dibikin cerai. Aku tuh bukan

    Last Updated : 2024-03-08
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 9. Malam Sidang

    Aku menangis tanpa suara. Sakit sekali rasanya. Rasa marahku seakan sudah sampai batas. Bang Roni benar-benar sudah tak bisa diselamatkan lagi.Padahal sebelum ia pergi, aku sudah memberi pilihan dan kesempatan padanya untuk mengakhirinya hubungan dengan Riya. Meski secara tersirat, seharusnya dia mengerti. Tapi kini aku mengetahui kalau ia masih saja menggoda Riya lewat chat.Kepalaku sakit berdenyut karena membaca chat mesra mereka yang masuk di ponselku. Bayangkan saja, mereka chat an sejak jam 9 malam tadi sampai kini hampir jam 2 pagi.Bang Roni sempat meneleponku, meminta izin untuk pulang larut malam, karena katanya ia sedang lembur tempat Mas Indra. Ternyata itu hanya alasan, agar ia bisa lebih leluasa chat an dengan Riya.[ Sayank tahu nggak, kalau sebenarnya Sayank itu jodoh aku, tapi untuk di akhirat nanti ]Itu adalah salah satu kalimat godaan yang dilontarkan Bang Roni untuk Riya, membuat hatiku sedih bukan kepalang.

    Last Updated : 2024-03-09
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 10. Semuanya Baru Dimulai

    “Jadi dia sendiri yang mengaku dan cerita ke Sayank? Dia ceritakan semua, tentang apa yang kulakukan, sampai sedetail itu?” tanya Bang Roni.“Menurutmu?! Kau dengar sendiri kan? Kalau dia nggak punya perasaan sama sekali padamu. Dia Cuma butuh kau untuk menyalurkan nafsunya. Makanya dia ceritakan semua padaku, mengadukan semua kelakuanmu. Karena setelah dia bosan denganmu, dia tinggal pergi melenggang mencari selingkuhan baru. Aku heran dan nggak habis pikir, kok bisa-bisanya kau mempertaruhkan masa depan rumah tangga kita, anak-anak kita, hanya demi seorang perempuan yang lebih murahan dari pada lon**? Lebih jahat dari pada pencuri? Ke mana akalmu Roni? Seharusnya kau pakai akal sehat, pakai logika! Jangan nafsu aja yang kau kedepankan!”BRAKKK...!!!Bang Roni meninju meja kecil yang ia buat untukku tadi. Untung saja tak ada laptop di atasnya, karena meja itu terbelah menjadi dua. “Dan satu lagi, kau bilang sekarang tak lagi bahagia hidup denganku, apalagi seja

    Last Updated : 2024-03-09
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 11. Pukulan Pertama Untuk Riya

    Ponsel Bang Roni kini aku yang pegang. Dia sudah menyerahkan semua padaku dan menunggu apa pun itu instruksi dariku. Semua rencana sudah kusematkan di dalam kepala. Mulai hari ini, aku yang akan mempermainkan perasaan mereka.[ Ayank, kok tumben nggak ada nge-chat? ][ Yank, telfon sebentar dong. Pengen dengar suaranya ][ Ayank marah atau lagi sibuk? ]Berkali-kali chat masuk dari Riya sengaja tak ku balas. Tapi aku sengaja membukanya agar ia melihat dan merasa dicuekin. Sementara dari awal pagi, aku sudah menyuruh Bang Roni untuk pergi bekerja, tentunya tanpa membawa ponsel. Kini aku yang pegang kendali. Sejak kejadian semalam, aku sudah buat perjanjian dengan Bang Roni agar ia tak protes dengan apa pun yang akan aku lakukan. Dan tentu saja, ia mau tak mau harus setuju.“Kau jangan mengatakan apa pun pada Riya. Jangan bilang kalau aku sudah mengatakan semuanya padamu. Anggap saja tak terjadi apa-apa malam ini. HP kamu aku yang pegang, dan aku yang ak

    Last Updated : 2024-03-09
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 12 Meminta Izin Pada Bang Sarip

    “Say, semalam Roni bilang kalau dia nggak bisa lagi datang ke rumahku.” Kata Riya.Ia tiba-tiba saja duduk di sampingku yang sedang bersantai di teras rumah. Aku memang suka sekali menghabiskan waktu di kursi sofa butut pemberian mertuaku yang memang sengaja kami letakkan di teras. Selain karena rumah kami yang sempit, juga karena agar kami bisa menghirup udara segar di sore hari. Aku bahkan betah berlama-lama duduk di situ, kadang sampai malam.“Oh ya? Kok gitu? Kalian berantem apa gimana?” tanyaku pura-pura tidak tahu. Padahal aku suka melihat keadaannya kini yang mulai kalang kabut.“Nggak ada. Malah malam sebelumnya kami masih video call sambil chat an. Tahu-tahu besoknya dia nggak datang ke rumah seperti biasa. Pas aku tanyain, katanya dia nggak mau lagi ke rumahku diam-diam.”“Trus?”“Dia bilang, mau ngomong sesuatu sama aku. Pengen ketemuan di luar. Tapi mau ajak kamu juga.”“Loh kok gitu? Berani banget dia.”“Dia bilang, dia mau ngaku aja s

    Last Updated : 2024-03-10
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 13 Jalan Bertiga

    Aku sedang memakaikan bedak di wajah Erlan saat Bang Roni datang dan mengatakan kalau mobil yang akan kami pakai malam ini sudah siap. Mobil itu baru saja ia ambil dari rumah orang tuanya sebelum Maghrib tadi. Dan kini kami sedang bersiap-siap untuk pergi.Riya dan kedua anaknya belum datang. Dia pasti sedang bersolek di sana. Dan aku bisa menebak bagaimana penampilan dia malam ini. Pasti ia akan berdandan habis-habisan, untuk menunjukkan kalau ia jauh lebih cantik dan menarik dari pada aku. Tanpa sadar aku tersenyum sendiri memikirkannya.“Sayank dandan kan nanti?” Tanya Bang Roni pelan. Mungkin dia heran melihatku yang belum tersentuh bedak sama sekali. Aku memang selalu mendahulukan penampilan anak-anak setiap mau bepergian. Setelah mereka rapi, baru aku mengganti baju dan berdandan.“Kenapa? Takut matamu keseleo karena melihat kecantikan Riya? Sementara pas liat istrimu sendiri tampak layu seperti bunga kering?” sindirku pedas.“Bukan gitu. Takut Riya keburu

    Last Updated : 2024-03-10
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 14 Bicara Enam Mata

    “Serius loh, nggak tahu suamiku malam ini kena apa, tiba-tiba ngajak jalan pake mobil sama anak-anak.”Aku bersandiwara. Tapi, entah siapa di sini sebenarnya yang sedang dipermainkan? Atau sesungguhnya kami ini saling mempermainkan?Ya, mungkin awalnya Bang Roni dan Riya mempermainkan aku dengan hubungan terlarang mereka. Kemudian aku yang membohongi Bang Roni dengan sempat pura-pura tak mengetahui perihal perselingkuhannya. Sekarang, giliran Riya yang kami bodohi. Yang mana aku dan Bang Roni kini bersikap seolah-olah tak tahu apa-apa, padahal kami bersekongkol untuk menjatuhkannya. Atau sebaliknya, apakah saat ini Riya yang sedang mempermainkan aku dan suamiku?Entahlah. Yang jelas, sekarang akulah yang pegang kendali. Aku yang akan mengarahkan ke mana haluan ini akan menuju. Aku yang akan menorehkan kisah untuk kami bertiga ke depannya.“Mungkin ada yang mau dia omongkan, Say.” “Mungkin. Mau ngomong apa emangnya, Sayank?” aku memandang Bang Roni yang kini

    Last Updated : 2024-03-10

Latest chapter

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 47 Perpisahan Yang Menyayat Hati

    “Waktu kemarin aku mau pulang, kamu ada bilang kan, kalau aku harus melakukan sesuatu yang bisa membantuku untuk bangkit dan melupakan semuanya? Aku udah berpikir masak-masak selama beberapa hari ini. Dan aku rasa, aku tahu apa yang harus dilakukan. Aku... Udah memutuskan untuk pergi menenangkan diri di pesantren.” Ujar Bang Roni sambil menunduk.“Kamu mau mondok?” tanyaku agak terkejut. Karena tak pernah terpikir kalau Bang Roni akan mengambil keputusan seperti ini.“Iya. Aku akan melanjutkan pendidikan di salah satu pondok pesantren besar di Jawa Timur.” Jawab Bang Roni.“Kapan?”“Hari ini juga, Sar. Aku ke sini hanya singgah sebentar. Ada yang mau kuberikan padamu.”Aku mengerutkan alis. “Memangnya kamu mau memberikan apa?” tanyaku penasaran.Bang Roni tak langsung menjawab. Ia justru meletakkan di depan kami, tas ransel yang sejak tadi ada di punggungnya.Dan apa yang ia keluarkan dari dalam tas itu membuatku membelalakkan mata.Itu gepoka

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 46 Berpamitan

    Aku benar-benar terkejut mendengar pengakuan Azmil. Menjadi salah satu selingkuhan Riya, adalah sesuatu yang sangat tak masuk akal bagiku. Dari mana mereka bisa saling mengenal?“Kamu nggak lagi bercanda kan, Mil? Bagaimana bisa kamu jadi selingkuhan Riya? Dari mana kamu kenal dia?” tanyaku.“Aku sering melihat akun Facebook kamu, Sar. Dan nggak tahu gimana, dia meminta untuk berteman denganku di Facebook. Awalnya aku hanya berharap bisa mendapat kabar tentang kamu, karena aku tahu dia adalah sepupu Roni. Tapi....”“Tapi kenapa?” tanyaku, karena kulihat Azmil seakan ragu untuk melanjutkan kalimatnya.“Lama-kelamaan dia minta aku untuk jadi selingkuhannya. Dia banyak cerita dan curhat soal rumah tangganya yang hambar. Dia bilang, kalau suaminya nggak perhatian dan dingin.”“Dan kamu setuju, menjadi selingkuhan istri orang?” tanyaku geram.“Aku nggak bisa nolak. Selain karena dia membayar aku, dia juga selalu melakukan hal yang mem

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 45 Kenyataan Yang Mengejutkan

    “Ayah jangan pulang....”Erin dan Erlan merengek bersamaan saat Bang Roni pamit pulang pagi ini. Sudah lima hari Bang Roni di sini, dan memang sudah saatnya untuk pergi.Meski ikut sedih melihat betapa beratnya melihat perpisahan di depan mata antara ayah dan anak, aku berusaha untuk bersikap biasa saja.“Aku pulang dulu ya Sar. Kamu yakin nggak apa-apa kalau aku tinggal? Aku khawatir Azmil dan ibunya akan mengganggu kamu lagi.” Ujar Bang Roni, sesaat setelah ia melepaskan pelukan pada kedua anaknya.“Nggak apa. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Kataku datar.Bang Roni mengangguk. “Aku tahu, kamu pasti akan baik-baik aja. Kamu adalah perempuan yang hebat.” Katanya dengan nada sedih.Kami berdua sempat terdiam. Bang Roni juga seakan enggan untuk langsung pergi. Mungkin saja dalam hati ia berharap agar aku menahan langkahnya.Tapi itu tak mungkin aku lakukan karena aku sudah melepaskan dan mengikhlaskan dia untuk pergi dari hidupku.“Sartika, s

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 44 Dilabrak

    “Masuk dulu, Bu.” Kataku sambil menunjuk ke dalam rumah, mencoba untuk beramah-tamah.“Saya nggak mau lama-lama di sini. Saya datang ke sini karena saya dengar kamu menggoda Azmil.”Dahiku berkerut. “Mungkin Ibu salah paham, saya nggak melakukan hal yang seperti itu.” Kataku kemudian.“Halah nggak ada gimana? Kamu ngajak Azmil ketemuan sampai dua kali kan? Gara-gara itu, Azmil juga jadi nggak mau dijodohin, padahal kemarin udah setuju. Dia bilang mau nikahin kamu aja, karena sekarang kamu udah jadi janda.” Bu Erna terus nyerocos. Terlihat sekali kalau dia tidak menyukaiku.“Saya ketemu dengan Azmil Cuma sebagai teman kok, Bu.”“Bohong! Saya nggak percaya! Denger ya, saya nggak suka kalau Azmil sampai nikah sama kamu. Saya nggak mau anak saya kawin sama janda yang udah punya anak. Enak aja, nanti capek-capek kerja Cuma buat ngumpanin makan anak orang. Kamu itu udah berapa lama sih menjanda? Masih baru kan? Belum lama. Nggak bisa apa tahan sedikit, biar nggak

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 43 Permintaan Azmil

    “Azmil, maukah kau memberitahu jawaban dari apa yang kutanyakan tadi?” desakku, karena kulihat ia terus diam.Azmil bergeming. Ia tampak takut menatap wajahku.“Sartika, bisa nggak kau tak menanyakan hal itu lagi? Anggap aja aku Cuma sembarangan bicara.” Katanya kemudian. “Sejak kemarin aku mengajakmu bertemu, karena ada yang mau aku katakan padamu. Bukan hendak membahas masalah rumah tangga kalian.” Ujarnya lagi.Aku menghela nafas. Meski hatiku masih merasa tak puas karena belum mendapatkan jawaban, aku memilih untuk mengalah dan memberikan kesempatan pada Azmil untuk bicara.“Baiklah. Kalau gitu, katakan. Apa yang mau kamu omongin ke aku?” tanyaku.Azmil membuang nafas melalui mulut, seolah sedang melepas beban berat di dadanya. Ia memandangku lekat namun tampak ragu untuk memulai kalimat.“Aku nggak bisa lama-lama di sini, Mil. Sebelum adzan Dzuhur aku udah harus ada di rumah. Kalau memang ada hal penting yang ingin kau sampaikan, tolong bilang seka

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 42 Hal Yang Mengganjal Dari Azmil

    “Memangnya apa yang Roni perbuat? Ibu tahu persis, kalau suamimu ini nggak pernah macam-macam kok. Dia nggak tahu ini itu. Roni anaknya sopan sama orang tua. Dan selama ini, Ibu lihat dia itu sangat menyayangi kamu. Ya mungkin dia memang hampir tak memiliki waktu untuk anak istri. Tapi itu karena dia kerja kan? Dia cari uang untuk menghidupi kalian. Masalah kalau yang dia dapat itu sedikit, kan semua tergantung rezeki dari Allah. Dia anak baik, Sar. Kalau pun kamu menikah lagi, belum tentu akan dapat suami yang seperti dia lagi. Kalau dia memang pernah berbuat salah, maafkan. Beri kesempatan. Siapa di dunia ini yang nggak pernah berbuat salah?” Ibu mencecarku dengan segala argumennya. Aku hanya bisa menghela napas panjang sambil menunduk dan memejamkan mata. Aku beristighfar dalam hati.Hampir saja aku membuka aib Bang Roni. Padahal bukankah aku punya komitmen untuk membuat nama Bang Roni tetap bagus di hadapan Ibu dan keluargaku yang lain? Aku berjanji pada diriku sendir

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 41 Sudah Tak Ada Harapan Lagi

    “Aku tahu kalau dulu sudah menyia-nyiakan kalian. Tapi apakah kamu sama sekali nggak mau memberikan aku kesempatan untuk menebus segala kekuranganku yang dulu? Aku berjanji, akan memperlakukan kalian semua dengan baik.” Bang Roni berkata dengan mata memerah.“Aku udah memberi kamu banyak kesempatan, Roni. Tapi beberapa kali juga kau sudah mengecewakan aku. Sekarang tolong biarkan aku tenang sendiri. Udah saatnya aku bahagia.” Kataku tajam.Bang Roni tampak terdiam. Namun kemudian ia berkata, “aku sudah mengakui pada Sarip, soal hubungan aku dengan Riya. Aku ceritakan semua termasuk semua bukti yang pernah ada padamu.”Kalimat Bang Roni sungguh membuatku terkejut. Aku tak menyangka kalau dia ternyata melakukan apa yang kemarin ia bilang. “Kenapa seperti itu? Aku udah bilang agar kau tak merusak rumah tangga orang lain.”“Rumah tangga kita udah rusak Sartika. Kalaupun kau tak bisa kembali padaku, maka Riya juga harus hancur. Dia tak boleh bahagia, sementara h

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 40 Roni Datang

    “Ayaah....!” Erin dan Erlan berlari mengejar Bang Roni. Kelihatan sekali kalau mereka sangat merindukan ayahnya. Sekilas kulihat ke arah Azmil, wajahnya tampak mendung melihat pemandangan antara ayah dan anak itu. Bang Roni berjongkok dan memeluk anaknya bergantian. Ia tampak ingin menangis. Tapi dapat kulihat ia seperti sedang berusaha menguatkan dirinya. Aku tertegun melihat kedatangan Bang Roni yang tiba-tiba seperti ini. Ada rasa tak enak dalam hatiku, karena sekarang sedang bersama Azmil. Memang kami sudah bercerai, namun aku masih berada dalam masa Iddah. Aku khawatir Bang Roni akan berpikir macam-macam dan justru balik merendahkan aku. Bang Roni berdiri dan mendekatiku yang masih berdiri mematung. Tatapan matanya terasa menusuk, terutama saat ia melihat ke arah Azmil. Berbanding terbalik dengan Azmil, ia justru tak tampak sedikit pun merasa takut atau khawatir melihat kedatangan Bang Roni. Azmil terlihat santai, seolah tak akan mungkin terjadi apa-apa. Aku yang ju

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 39 Bertemu Mantan

    Suara salam terdengar dari depan pintu rumah. Aku yang sedang berbaring sambil bermain-main dengan kucing, memilih untuk tak menghiraukannya. Karena kupikir pasti tamu Ibuku. Dan beliau juga kebetulan sedang berada di ruang tamu.Namun ternyata tak lama kemudian kudengar suara Ibu memanggil.“Sartika, keluar sebentar. Ini ada Rusdi, teman sekolahmu.” Jujur saja aku agak kaget. Karena Rusdi adalah temanku sejak SD dan kami sudah tak pernah lagi berjumpa sejak aku menikah dengan Bang Roni.Aku langsung keluar kamar karena terlalu antusias bertemu dengan teman lama. Begitu sampai di ruang tamu, kulihat dia sedang duduk di sofa. Ibu memilih untuk meninggalkan kami, katanya mau menonton acara TV kesayangannya.“Eh Rusdi, apa kabar?” Tanyaku sambil menyalami Rusdi yang langsung berdiri melihat aku datang.“Baik-baik aja. Kamu gimana? Udah lama ya nggak pulang kampung.” Katanya sambil kembali duduk. Aku pun ikut duduk di kursi yang berseberangan dengannya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status