Beranda / Rumah Tangga / Skandal Gila Suamiku / BAB 7. Masih Memberi Kesempatan

Share

BAB 7. Masih Memberi Kesempatan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-08 13:00:03

Kepalaku pusing bukan kepalang. Sakit hatiku terasa memuncak. Kini, tak ada lagi alasan bagiku untuk meragukan kata-kata Riya. Semua benar adanya. Bang Roni main gila di belakangku.

Ku tutup layar laptopku. Aku tak mampu lagi untuk melanjutkan pekerjaan yang baru kuterima beberapa hari yang lalu itu. Otakku sudah tak bisa berpikir. Penuh akan pikiran tentang ini.

Aku memilih untuk tidur siang demi mendinginkan hati. Tapi semakin aku mencoba untuk memejamkan mata, semakin aku tak bisa tidur karena menangis.

Tapi sungguh, aku menangis bukan karena takut kehilangan Bang Roni. Aku menangis karena sedih telah dibohongi dan dibodoh-bodohi oleh dua orang yang begitu sangat kupercaya. Seandainya mereka memang saling menyukai, kenapa tak bilang langsung di depanku? Pasti akan aku ikhlaskan.

Aku memang mencintai suamiku, tapi aku bukanlah orang bodoh yang hanya menggantungkan diri pada satu orang. Aku masih bisa mencari laki-laki yang seribu kali lebih baik darinya di luar sana. Duniaku masih luas dan hidupku masih panjang. Sungguh aku tak pernah takut kehilangan laki-laki pengkhianat seperti dia.

Waktu berjalan tak terasa. Entah sudah berapa lama aku hanya bolak-balik di atas tempat tidur. Kudengar suara motor Bang Roni berhenti di depan rumah. Kulirik jam dinding, baru jam setengah empat sore. Kenapa awal sekali ia pulang kerja?

“Sayank tidur kah?” tanyanya begitu ada di depan pintu kamar.

“Nggak, Cuma lagi rebahan.” Jawabku malas.

“Sayank tetap di dalam kamar ya, nggak usah keluar dulu.”

“Kenapa?”

“Ada orang mau pasang TV kabel di rumah kita.”

“Beneran? Ada uangnya?” aku terkejut sebab memang sudah lama sekali kami tak menonton TV karena tak punya receiver sendiri. Dan kini Bang Roni bilang kami akan berlangganan TV kabel. Padahal biaya pasang dan bulanannya lumayan mahal.

“Ada lah. Supaya ada hiburan. Demi sayank biar makin semangat nulisnya.”

“Biar aku semangat nulis atau biar aku asyik nonton TV sampai nggak sadar kalau Sayank berbuat aneh-aneh?” sindirku. Tapi Bang Roni hanya tertawa.

“Mulai lagi deh. Dah, di dalam aja ya. Kalau udah beres nanti kupanggil keluar kok.”

Aku hanya mengiyakan. Selama kurang lebih sejam aku di dalam kamar bersama Erin dan Erlan, menunggu TV selesai dipasang.

“Asyik... Kita udah bisa nonton TV mulai malam ini.” Erin tertawa riang, dan Erlan ikut melompat girang. Aku hanya tersenyum melihat mereka.

Tak lama kami dipanggil keluar. Bang Roni memamerkan TV baru yang telah tersambung beragam channel TV, baik dari dalam maupun luar negeri. Anak-anak terlihat begitu senang karena bisa menonton acara kartun kesukaan mereka. Tapi tidak denganku, hatiku merasa biasa saja karena merasa apa yang dilakukan Bang Roni ada maksud terselubung.

“Malam ini aku ada pengajian ya Sayank. Jadi aku izin keluar.”

“Di mana?”

“Di tempat Paman Asdi. Paling jam 8 udah pulang.”

“Iya, pulang ya jam 8. Ada yang mau aku omongkan.” Kataku.

“Soal apa?”

“Nanti aja. Aku mau lipat baju, abis itu mandi. Lebih enak ngomong nanti malam.”

“Tentang apa sih?” Bang Roni penasaran.

“Nanti malam aja.” Kataku sambil berlalu.

***

Aku menyeringai kecil. Sejak tadi aku telah membaca chat mesra mereka berdua. Meski sakit, tapi aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

[ Dari pada nggak ngapa-ngapain, mending nanti pas adzan Isya datang ke sini. Rapi-rapi wangi-wangi... ]

Lagi-lagi Riya yang selalu mengawali chat mereka. Suka sekali dia dengan suamiku. Sayangnya pengecut. Padahal kalau ia meminta langsung, pasti aku hibahkan laki-laki kere itu untuknya.

[ Nggak bisa. Malam ini aku ada pengajian. Libur dulu lah ya ciumannya. Ngerti kan? ]

[ Nggak mau. Tadi sore terlalu sebentar... ]

DEGGG...

Tadi sore kapan? Setahuku Bang Roni Cuma datang ke sana kalau adzan Maghrib atau Isya.

[ Nanti aku kasi waktu yang lebih lama. Biar kamu puas... ]

[ Eh, tapi kok bisa? Tadi sore senekat itu? ]

[ Oh, tadi ada orang yang pasang TV kabel di rumah. Jadi aku pura-pura minjam remote TV ke rumah Sayank.. Sekalian lah... ]

[ Alah, bilang aja pengen minta cium kan? Biar semangat.. Kalau dicium istrinya kan nggak bisa dapat semangat .. ]

[ Dia nggak mau cium, mending cium Sayank... ]

Aku beristighfar berkali-kali dalam hati. Bang Roni yang sedang asyik di kursi teras sambil berbalas chat tak sadar kalau aku sedang susah payah menahan agar air mataku tak jatuh. Dadaku terasa sesak.

Ternyata tadi sore di saat aku berada di dalam kamar bersama anak-anak, dia pergi melesat ke sebelah dan berciuman?

[ Aku juga malam ini mau keluar sih? ]

[ Ke mana? ]

[ Ada aja. Ada perlu sama seseorang ]

[ Siapa? ]

[ Rahasia... ]

[ Hmmm... Ya udah. Sayank udah makan belum? Mau kubelikan mie ayam kayak kemarin? ]

Aku memutar bola mata. Bang Roni menawarkan wanita itu untuk membelikannya makanan? Padahal untuk aku saja ia tak pernah belikan kecuali aku yang minta.

[ Boleh. Mie ayam yang malam itu Sartika antar ke rumah ya. Enak ]

[ Oke. Udah dulu ya, kita sambung nanti malam lagi ]

Berkali-kali aku membuang napas yang terasa menyesakkan dada. Bagaimana tidak, aku baru teringat kalau tiga malam yang lalu, saat Bang Roni baru pulang sekitar jam setengah sebelas malam, ia memintaku untuk mengantarkan sebungkus mie ayam ke rumah Riya.

Dia bilang, Riya meneleponnya dan meminta tolong untuk dibelikan mie ayam karena lapar. Saat itu gerimis hampir hujan, dan aku berlari mengantar mie ayam itu ke rumah Riya.

Ketika Riya memberi uang untuk mengganti biaya beli mie ayam, aku menolaknya. Ku pikir, Riya selama ini sudah memberiku banyak makanan enak. Tak ada salahnya kalau sesekali kami yang mentraktirnya.

Tak ku sangka, ternyata malam itu aku yang bodoh ini hanya sekedar mengantarkan mie ayam ke rumah selingkuhan suamiku. Ternyata malam itu Bang Roni yang berinisiatif membelikan Riya mie ayam kesukaannya. Aku jadi merasa kalau aku ini hanya seorang kurir, seorang babu.

“Sayank, aku pergi pengajian dulu ya.” Suara Bang Roni mengagetkanku. Ternyata ia sudah berada di depan pintu kamar.

“Iya,” sahutku pendek.

Bang Roni yang baru saja hendak membalikkan badan kupanggil lagi. Hal ini akan kubicarakan sekarang. Aku tak mau menunggu lagi sampai ia pulang pengajian.

“Sayank, sini dulu....”

Ia mendekat. “Kenapa? Aku nggak lama kok, nanti langsung pulang.” Katanya, langsung duduk di dekatku.

“Ada yang mau Sayank omongkan?” tanyaku.

“Nggak ada.”

“Bilang aja, selagi aku masih memberikan kesempatan.”

“Kesempatan apa? Sayank mulai lagi. Coba bilang ada apa?”

“Sayank yang bilang. Kalau nggak mau ngaku juga, jangan salahkan kalau aku mengambil tindakan.”

“Aku nggak tahu salahku di mana.”

Ya Allah, masih saja nggak mau ngaku, masih mengelak.

“Oke. Gini aja. Aku Cuma mau tanya. Sayank masih sayang dengan aku? Masih mau aku jadi istri Sayank?”

“Ya iyalah.”

“Sayank, aku cinta sama Sayank. Aku ingin sekali menghabiskan sisa hidupku selamanya dengan Sayank. Tapi kalau hati Sayank udah terbagi, maaf aku mundur. Aku akan pulang.”

Aku berkata dengan mata yang mulai berair. Sungguh, aku hanya masih ingin memberinya kesempatan. Karena mengingat sejauh ini perjalanan kami.

“Aku nggak ngerti....”

“Biarkan aku selesaikan omongan!” sergahku.

“Oke. Lanjutkan.”

“Aku beri kesempatan sampai malam ini. Putuskan hubunganmu dengan siapa pun itu perempuan yang sedang menjalin hubungan gelap denganmu sekarang! Kalau Sayank nggak mau bilang nggak apa. Karena aku sebenarnya juga udah tahu siapa orangnya. Jadi, kalau sampai aku tahu sampai malam ini Sayank masih belum mengakhirinya hubungan itu. Siap-siap!”

“Siapa yang Sayank maksud...”

“Udah. Pergi sana! Silakan berpikir dan putuskan. Saat pulang nanti aku pasti akan memberi tahu ke mana arah hubungan kita!”

Bang Roni tampak bingung. Ku pikir kalau ia memang pintar, dia akan langsung mengakhiri hubungannya dengan Riya malam ini. Itu pun kalau ia memilihku.

Bab terkait

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 8. Kedatangan Riya Ke Rumah

    “Eh Say, jangan ngelamun!”Suara Riya mengagetkanku. Entah sejak kapan ia datang. Aku yang sedang termenung di kursi teras sampai tak menyadari kedatangannya.“Eh, tumben ke sini?” tanyaku dengan sedikit senyum, berusaha untuk tetap terlihat ramah. Padahal rasanya aku ingin mencakar wajah memuakkan perempuan itu.“Kan aku bilang, nanti mau ke sini buat cerita. Roni nggak ada kan?” tanya Riya sambil celingukan.“Nggak ada, aman.” Riya duduk di sampingku. Ia terlihat tak sabar untuk memuntahkan segala cerita busuknya.“Jadi gini Say, kamu tahu nggak kalau suami kamu tuh tergila-gila sama aku. Dia bucin banget. Roni bilang, sejak dekat sama aku dia nggak mau lagi ngelirik cewek lain. Dia Cuma mau fokus ke aku. Makanya, biarin aja dia berhubungan sama aku. Daripada dia selingkuh dengan cewek lain di luar sana, kan mending sama aku. Aku nggak mungkinlah merebut dia, karena aku udah punya suami. Kalau cewek lain, pasti nanti kamu dibikin cerai. Aku tuh bukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 9. Malam Sidang

    Aku menangis tanpa suara. Sakit sekali rasanya. Rasa marahku seakan sudah sampai batas. Bang Roni benar-benar sudah tak bisa diselamatkan lagi.Padahal sebelum ia pergi, aku sudah memberi pilihan dan kesempatan padanya untuk mengakhirinya hubungan dengan Riya. Meski secara tersirat, seharusnya dia mengerti. Tapi kini aku mengetahui kalau ia masih saja menggoda Riya lewat chat.Kepalaku sakit berdenyut karena membaca chat mesra mereka yang masuk di ponselku. Bayangkan saja, mereka chat an sejak jam 9 malam tadi sampai kini hampir jam 2 pagi.Bang Roni sempat meneleponku, meminta izin untuk pulang larut malam, karena katanya ia sedang lembur tempat Mas Indra. Ternyata itu hanya alasan, agar ia bisa lebih leluasa chat an dengan Riya.[ Sayank tahu nggak, kalau sebenarnya Sayank itu jodoh aku, tapi untuk di akhirat nanti ]Itu adalah salah satu kalimat godaan yang dilontarkan Bang Roni untuk Riya, membuat hatiku sedih bukan kepalang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 10. Semuanya Baru Dimulai

    “Jadi dia sendiri yang mengaku dan cerita ke Sayank? Dia ceritakan semua, tentang apa yang kulakukan, sampai sedetail itu?” tanya Bang Roni.“Menurutmu?! Kau dengar sendiri kan? Kalau dia nggak punya perasaan sama sekali padamu. Dia Cuma butuh kau untuk menyalurkan nafsunya. Makanya dia ceritakan semua padaku, mengadukan semua kelakuanmu. Karena setelah dia bosan denganmu, dia tinggal pergi melenggang mencari selingkuhan baru. Aku heran dan nggak habis pikir, kok bisa-bisanya kau mempertaruhkan masa depan rumah tangga kita, anak-anak kita, hanya demi seorang perempuan yang lebih murahan dari pada lon**? Lebih jahat dari pada pencuri? Ke mana akalmu Roni? Seharusnya kau pakai akal sehat, pakai logika! Jangan nafsu aja yang kau kedepankan!”BRAKKK...!!!Bang Roni meninju meja kecil yang ia buat untukku tadi. Untung saja tak ada laptop di atasnya, karena meja itu terbelah menjadi dua. “Dan satu lagi, kau bilang sekarang tak lagi bahagia hidup denganku, apalagi seja

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 11. Pukulan Pertama Untuk Riya

    Ponsel Bang Roni kini aku yang pegang. Dia sudah menyerahkan semua padaku dan menunggu apa pun itu instruksi dariku. Semua rencana sudah kusematkan di dalam kepala. Mulai hari ini, aku yang akan mempermainkan perasaan mereka.[ Ayank, kok tumben nggak ada nge-chat? ][ Yank, telfon sebentar dong. Pengen dengar suaranya ][ Ayank marah atau lagi sibuk? ]Berkali-kali chat masuk dari Riya sengaja tak ku balas. Tapi aku sengaja membukanya agar ia melihat dan merasa dicuekin. Sementara dari awal pagi, aku sudah menyuruh Bang Roni untuk pergi bekerja, tentunya tanpa membawa ponsel. Kini aku yang pegang kendali. Sejak kejadian semalam, aku sudah buat perjanjian dengan Bang Roni agar ia tak protes dengan apa pun yang akan aku lakukan. Dan tentu saja, ia mau tak mau harus setuju.“Kau jangan mengatakan apa pun pada Riya. Jangan bilang kalau aku sudah mengatakan semuanya padamu. Anggap saja tak terjadi apa-apa malam ini. HP kamu aku yang pegang, dan aku yang ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 12 Meminta Izin Pada Bang Sarip

    “Say, semalam Roni bilang kalau dia nggak bisa lagi datang ke rumahku.” Kata Riya.Ia tiba-tiba saja duduk di sampingku yang sedang bersantai di teras rumah. Aku memang suka sekali menghabiskan waktu di kursi sofa butut pemberian mertuaku yang memang sengaja kami letakkan di teras. Selain karena rumah kami yang sempit, juga karena agar kami bisa menghirup udara segar di sore hari. Aku bahkan betah berlama-lama duduk di situ, kadang sampai malam.“Oh ya? Kok gitu? Kalian berantem apa gimana?” tanyaku pura-pura tidak tahu. Padahal aku suka melihat keadaannya kini yang mulai kalang kabut.“Nggak ada. Malah malam sebelumnya kami masih video call sambil chat an. Tahu-tahu besoknya dia nggak datang ke rumah seperti biasa. Pas aku tanyain, katanya dia nggak mau lagi ke rumahku diam-diam.”“Trus?”“Dia bilang, mau ngomong sesuatu sama aku. Pengen ketemuan di luar. Tapi mau ajak kamu juga.”“Loh kok gitu? Berani banget dia.”“Dia bilang, dia mau ngaku aja s

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 13 Jalan Bertiga

    Aku sedang memakaikan bedak di wajah Erlan saat Bang Roni datang dan mengatakan kalau mobil yang akan kami pakai malam ini sudah siap. Mobil itu baru saja ia ambil dari rumah orang tuanya sebelum Maghrib tadi. Dan kini kami sedang bersiap-siap untuk pergi.Riya dan kedua anaknya belum datang. Dia pasti sedang bersolek di sana. Dan aku bisa menebak bagaimana penampilan dia malam ini. Pasti ia akan berdandan habis-habisan, untuk menunjukkan kalau ia jauh lebih cantik dan menarik dari pada aku. Tanpa sadar aku tersenyum sendiri memikirkannya.“Sayank dandan kan nanti?” Tanya Bang Roni pelan. Mungkin dia heran melihatku yang belum tersentuh bedak sama sekali. Aku memang selalu mendahulukan penampilan anak-anak setiap mau bepergian. Setelah mereka rapi, baru aku mengganti baju dan berdandan.“Kenapa? Takut matamu keseleo karena melihat kecantikan Riya? Sementara pas liat istrimu sendiri tampak layu seperti bunga kering?” sindirku pedas.“Bukan gitu. Takut Riya keburu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 14 Bicara Enam Mata

    “Serius loh, nggak tahu suamiku malam ini kena apa, tiba-tiba ngajak jalan pake mobil sama anak-anak.”Aku bersandiwara. Tapi, entah siapa di sini sebenarnya yang sedang dipermainkan? Atau sesungguhnya kami ini saling mempermainkan?Ya, mungkin awalnya Bang Roni dan Riya mempermainkan aku dengan hubungan terlarang mereka. Kemudian aku yang membohongi Bang Roni dengan sempat pura-pura tak mengetahui perihal perselingkuhannya. Sekarang, giliran Riya yang kami bodohi. Yang mana aku dan Bang Roni kini bersikap seolah-olah tak tahu apa-apa, padahal kami bersekongkol untuk menjatuhkannya. Atau sebaliknya, apakah saat ini Riya yang sedang mempermainkan aku dan suamiku?Entahlah. Yang jelas, sekarang akulah yang pegang kendali. Aku yang akan mengarahkan ke mana haluan ini akan menuju. Aku yang akan menorehkan kisah untuk kami bertiga ke depannya.“Mungkin ada yang mau dia omongkan, Say.” “Mungkin. Mau ngomong apa emangnya, Sayank?” aku memandang Bang Roni yang kini

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10
  • Skandal Gila Suamiku   BAB 15 Curhatan Riya

    “Antarkan aku ke toilet.” Kataku pada Bang Roni yang baru saja selesai membayar ke kasir.“Mau pipis?” tanyanya. Namun aku tak menjawab. Bang Roni mengikutiku dari belakang. Begitu sampai di depan pintu toilet aku membalikkan badan dan memandangnya dengan wajah penuh pertanyaan. “Masuk aja. Aku tunggu di sini.” Katanya sambil menunjuk ke arah pintu toilet.Aku menggeleng. “Aku nggak pengen ke toilet. Cuma mau ngomong dengan kamu.” Kataku dengan nada penuh kecurigaan.Bang Roni tampak waspada. “Sayank mau ngomong apa?”“Masih manggil aku Sayank? Sekarang Cuma ada kita berdua.” Kataku protes. Menunjukkan bahwa aku keberatan dengan cara ia memanggilku.“Oke...” Bang Roni mengangkat kedua tangannya, seolah mengatakan ‘terserah’. “Kamu mau ngomong apa?” tanyanya kagok. “Apa yang kalian lakukan saat berdua-duaan tadi?”“Nggak ada. Kami nggak ngapa-ngapain.” Jawabnya.“Aku nggak percaya. Perasaanku nggak enak.” “Bener, kami nggak a

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11

Bab terbaru

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 47 Perpisahan Yang Menyayat Hati

    “Waktu kemarin aku mau pulang, kamu ada bilang kan, kalau aku harus melakukan sesuatu yang bisa membantuku untuk bangkit dan melupakan semuanya? Aku udah berpikir masak-masak selama beberapa hari ini. Dan aku rasa, aku tahu apa yang harus dilakukan. Aku... Udah memutuskan untuk pergi menenangkan diri di pesantren.” Ujar Bang Roni sambil menunduk.“Kamu mau mondok?” tanyaku agak terkejut. Karena tak pernah terpikir kalau Bang Roni akan mengambil keputusan seperti ini.“Iya. Aku akan melanjutkan pendidikan di salah satu pondok pesantren besar di Jawa Timur.” Jawab Bang Roni.“Kapan?”“Hari ini juga, Sar. Aku ke sini hanya singgah sebentar. Ada yang mau kuberikan padamu.”Aku mengerutkan alis. “Memangnya kamu mau memberikan apa?” tanyaku penasaran.Bang Roni tak langsung menjawab. Ia justru meletakkan di depan kami, tas ransel yang sejak tadi ada di punggungnya.Dan apa yang ia keluarkan dari dalam tas itu membuatku membelalakkan mata.Itu gepoka

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 46 Berpamitan

    Aku benar-benar terkejut mendengar pengakuan Azmil. Menjadi salah satu selingkuhan Riya, adalah sesuatu yang sangat tak masuk akal bagiku. Dari mana mereka bisa saling mengenal?“Kamu nggak lagi bercanda kan, Mil? Bagaimana bisa kamu jadi selingkuhan Riya? Dari mana kamu kenal dia?” tanyaku.“Aku sering melihat akun Facebook kamu, Sar. Dan nggak tahu gimana, dia meminta untuk berteman denganku di Facebook. Awalnya aku hanya berharap bisa mendapat kabar tentang kamu, karena aku tahu dia adalah sepupu Roni. Tapi....”“Tapi kenapa?” tanyaku, karena kulihat Azmil seakan ragu untuk melanjutkan kalimatnya.“Lama-kelamaan dia minta aku untuk jadi selingkuhannya. Dia banyak cerita dan curhat soal rumah tangganya yang hambar. Dia bilang, kalau suaminya nggak perhatian dan dingin.”“Dan kamu setuju, menjadi selingkuhan istri orang?” tanyaku geram.“Aku nggak bisa nolak. Selain karena dia membayar aku, dia juga selalu melakukan hal yang mem

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 45 Kenyataan Yang Mengejutkan

    “Ayah jangan pulang....”Erin dan Erlan merengek bersamaan saat Bang Roni pamit pulang pagi ini. Sudah lima hari Bang Roni di sini, dan memang sudah saatnya untuk pergi.Meski ikut sedih melihat betapa beratnya melihat perpisahan di depan mata antara ayah dan anak, aku berusaha untuk bersikap biasa saja.“Aku pulang dulu ya Sar. Kamu yakin nggak apa-apa kalau aku tinggal? Aku khawatir Azmil dan ibunya akan mengganggu kamu lagi.” Ujar Bang Roni, sesaat setelah ia melepaskan pelukan pada kedua anaknya.“Nggak apa. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Kataku datar.Bang Roni mengangguk. “Aku tahu, kamu pasti akan baik-baik aja. Kamu adalah perempuan yang hebat.” Katanya dengan nada sedih.Kami berdua sempat terdiam. Bang Roni juga seakan enggan untuk langsung pergi. Mungkin saja dalam hati ia berharap agar aku menahan langkahnya.Tapi itu tak mungkin aku lakukan karena aku sudah melepaskan dan mengikhlaskan dia untuk pergi dari hidupku.“Sartika, s

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 44 Dilabrak

    “Masuk dulu, Bu.” Kataku sambil menunjuk ke dalam rumah, mencoba untuk beramah-tamah.“Saya nggak mau lama-lama di sini. Saya datang ke sini karena saya dengar kamu menggoda Azmil.”Dahiku berkerut. “Mungkin Ibu salah paham, saya nggak melakukan hal yang seperti itu.” Kataku kemudian.“Halah nggak ada gimana? Kamu ngajak Azmil ketemuan sampai dua kali kan? Gara-gara itu, Azmil juga jadi nggak mau dijodohin, padahal kemarin udah setuju. Dia bilang mau nikahin kamu aja, karena sekarang kamu udah jadi janda.” Bu Erna terus nyerocos. Terlihat sekali kalau dia tidak menyukaiku.“Saya ketemu dengan Azmil Cuma sebagai teman kok, Bu.”“Bohong! Saya nggak percaya! Denger ya, saya nggak suka kalau Azmil sampai nikah sama kamu. Saya nggak mau anak saya kawin sama janda yang udah punya anak. Enak aja, nanti capek-capek kerja Cuma buat ngumpanin makan anak orang. Kamu itu udah berapa lama sih menjanda? Masih baru kan? Belum lama. Nggak bisa apa tahan sedikit, biar nggak

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 43 Permintaan Azmil

    “Azmil, maukah kau memberitahu jawaban dari apa yang kutanyakan tadi?” desakku, karena kulihat ia terus diam.Azmil bergeming. Ia tampak takut menatap wajahku.“Sartika, bisa nggak kau tak menanyakan hal itu lagi? Anggap aja aku Cuma sembarangan bicara.” Katanya kemudian. “Sejak kemarin aku mengajakmu bertemu, karena ada yang mau aku katakan padamu. Bukan hendak membahas masalah rumah tangga kalian.” Ujarnya lagi.Aku menghela nafas. Meski hatiku masih merasa tak puas karena belum mendapatkan jawaban, aku memilih untuk mengalah dan memberikan kesempatan pada Azmil untuk bicara.“Baiklah. Kalau gitu, katakan. Apa yang mau kamu omongin ke aku?” tanyaku.Azmil membuang nafas melalui mulut, seolah sedang melepas beban berat di dadanya. Ia memandangku lekat namun tampak ragu untuk memulai kalimat.“Aku nggak bisa lama-lama di sini, Mil. Sebelum adzan Dzuhur aku udah harus ada di rumah. Kalau memang ada hal penting yang ingin kau sampaikan, tolong bilang seka

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 42 Hal Yang Mengganjal Dari Azmil

    “Memangnya apa yang Roni perbuat? Ibu tahu persis, kalau suamimu ini nggak pernah macam-macam kok. Dia nggak tahu ini itu. Roni anaknya sopan sama orang tua. Dan selama ini, Ibu lihat dia itu sangat menyayangi kamu. Ya mungkin dia memang hampir tak memiliki waktu untuk anak istri. Tapi itu karena dia kerja kan? Dia cari uang untuk menghidupi kalian. Masalah kalau yang dia dapat itu sedikit, kan semua tergantung rezeki dari Allah. Dia anak baik, Sar. Kalau pun kamu menikah lagi, belum tentu akan dapat suami yang seperti dia lagi. Kalau dia memang pernah berbuat salah, maafkan. Beri kesempatan. Siapa di dunia ini yang nggak pernah berbuat salah?” Ibu mencecarku dengan segala argumennya. Aku hanya bisa menghela napas panjang sambil menunduk dan memejamkan mata. Aku beristighfar dalam hati.Hampir saja aku membuka aib Bang Roni. Padahal bukankah aku punya komitmen untuk membuat nama Bang Roni tetap bagus di hadapan Ibu dan keluargaku yang lain? Aku berjanji pada diriku sendir

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 41 Sudah Tak Ada Harapan Lagi

    “Aku tahu kalau dulu sudah menyia-nyiakan kalian. Tapi apakah kamu sama sekali nggak mau memberikan aku kesempatan untuk menebus segala kekuranganku yang dulu? Aku berjanji, akan memperlakukan kalian semua dengan baik.” Bang Roni berkata dengan mata memerah.“Aku udah memberi kamu banyak kesempatan, Roni. Tapi beberapa kali juga kau sudah mengecewakan aku. Sekarang tolong biarkan aku tenang sendiri. Udah saatnya aku bahagia.” Kataku tajam.Bang Roni tampak terdiam. Namun kemudian ia berkata, “aku sudah mengakui pada Sarip, soal hubungan aku dengan Riya. Aku ceritakan semua termasuk semua bukti yang pernah ada padamu.”Kalimat Bang Roni sungguh membuatku terkejut. Aku tak menyangka kalau dia ternyata melakukan apa yang kemarin ia bilang. “Kenapa seperti itu? Aku udah bilang agar kau tak merusak rumah tangga orang lain.”“Rumah tangga kita udah rusak Sartika. Kalaupun kau tak bisa kembali padaku, maka Riya juga harus hancur. Dia tak boleh bahagia, sementara h

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 40 Roni Datang

    “Ayaah....!” Erin dan Erlan berlari mengejar Bang Roni. Kelihatan sekali kalau mereka sangat merindukan ayahnya. Sekilas kulihat ke arah Azmil, wajahnya tampak mendung melihat pemandangan antara ayah dan anak itu. Bang Roni berjongkok dan memeluk anaknya bergantian. Ia tampak ingin menangis. Tapi dapat kulihat ia seperti sedang berusaha menguatkan dirinya. Aku tertegun melihat kedatangan Bang Roni yang tiba-tiba seperti ini. Ada rasa tak enak dalam hatiku, karena sekarang sedang bersama Azmil. Memang kami sudah bercerai, namun aku masih berada dalam masa Iddah. Aku khawatir Bang Roni akan berpikir macam-macam dan justru balik merendahkan aku. Bang Roni berdiri dan mendekatiku yang masih berdiri mematung. Tatapan matanya terasa menusuk, terutama saat ia melihat ke arah Azmil. Berbanding terbalik dengan Azmil, ia justru tak tampak sedikit pun merasa takut atau khawatir melihat kedatangan Bang Roni. Azmil terlihat santai, seolah tak akan mungkin terjadi apa-apa. Aku yang ju

  • Skandal Gila Suamiku   BAB 39 Bertemu Mantan

    Suara salam terdengar dari depan pintu rumah. Aku yang sedang berbaring sambil bermain-main dengan kucing, memilih untuk tak menghiraukannya. Karena kupikir pasti tamu Ibuku. Dan beliau juga kebetulan sedang berada di ruang tamu.Namun ternyata tak lama kemudian kudengar suara Ibu memanggil.“Sartika, keluar sebentar. Ini ada Rusdi, teman sekolahmu.” Jujur saja aku agak kaget. Karena Rusdi adalah temanku sejak SD dan kami sudah tak pernah lagi berjumpa sejak aku menikah dengan Bang Roni.Aku langsung keluar kamar karena terlalu antusias bertemu dengan teman lama. Begitu sampai di ruang tamu, kulihat dia sedang duduk di sofa. Ibu memilih untuk meninggalkan kami, katanya mau menonton acara TV kesayangannya.“Eh Rusdi, apa kabar?” Tanyaku sambil menyalami Rusdi yang langsung berdiri melihat aku datang.“Baik-baik aja. Kamu gimana? Udah lama ya nggak pulang kampung.” Katanya sambil kembali duduk. Aku pun ikut duduk di kursi yang berseberangan dengannya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status