“Aku sudah memutuskan hal ini matang-matang. Aku akan mengembalikan harga diriku yang telah hilang. Aku akan melawan keluarga Miller dan bergabung ke pihak Dylan dan Tuan Damian. Jika aku bertemu dengan putra Tuan Damian, aku akan melindunginya dengan nyawaku sendiri sebagai bukti jika aku bersungguh-sungguh,” ujar Mario penuh kepastian.Mike tertawa. “Aku bisa melihat kesungguhan dari matamu, Mario. Kau adalah Mario yang aku kenal, bukan Mario yang pesimis dan tidak berguna seperti yang aku temui semalam. Aku akan berada di sisimu untuk membantumu.”Mario mengembus napas panjang, menyentuh dadanya. Ia merasa kembali hidup setelah terkurung dalam kungkungan depresi selama bertahun-tahun. “Aku tahu Dylan tidak akan pernah memaafkanku, tapi aku tidak ingin mati sebagai pecundang yang tidak pernah mencoba untuk memperbaiki kesalahanku.”“Ya, Dylan pasti akan tetap membencimu sepanjang hidupnya. Kau adalah orang yang sudah menghancurkan hidupnya dan hidup orang-orang yang dia sayangi.”Ma
Davis terbangun ketika langit masih gelap. Ia bersiap-siap untuk melakukan quest harian. Ketika keluar dari kamar, ia melihat Sammy sedang melakukan pemanasan. “Kau bangun lebih lambat dibanding biasanya, Davis. Aku akan menemanimu berolahraga di taman,” ujar Sammy.“Di mana Don?” tanya Davis seraya menatap kamar Don.“Don sedang mengurus si bocah nakal. Dia akan menyusul secepatnya.”Davis dan Sammy berlari di taman.Sammy berkata di sela-sela mengelilingi taman bersama Davis, “Ben mengabarkan jika terjadi pertarungan di markas setiap kelompok semalam. Orang-orang bertopeng yang memakai jaket Red Hawk menyerang markas Black Lizard, sedang orang-orang bertopeng yang memakai jaket Black Lizard menyerang markas Green Shark. Orang-orang bertopeng itu juga menyerang markas Red Hawk dan Blue Turtle dengan memakai jaket kelompok lain.”“Ini cukup aneh. Penyerangan dilakukan dalam waktu bersamaan di mana setiap kelompok menyerang markas kelompok lain.” Davis terdiam sesaat. “Jack, Edwin, Ru
“Tunggu!” Hans mengejar Davis, Sammy, Don, dan Alex. “Apa yang kau ingin katakan?” tanya Davis.Hans berpegangan pada dinding, mengendalikan napas yang terengah-engah. “Aku memiliki informasi untuk kalian.”“Kau bisa mengatakannya sekarang. Kami tidak memiliki banyak waktu.”“Aku mendengar saudaraku mengatakan jika dia dan teman-temannya sesama tahanan yang kabur akan berkumpul di sisi sungai untuk penyerangan ke sebuah markas. Jika aku tidak salah mengingat, dia sempat menyebut soal kelompok bernama Black Lizard dan Red … Red”“Red Hawk,” sambung Davis.“Ya, dia mengatakan soal kelompok itu. Dia juga mengatakan jika tahanan lain yang berada di kota lain juga akan menyerang markas.”Davis, Sammy, dan Don saling menatap satu sama lain.“Ke mana kau akan pergi setelah ini?” tanya Davis.“Aku ingin kembali ke kedai, tapi sepertinya saudaraku masih berada di sana. Jika dia tahu aku masih hidup, dia akan kembali menghajarku dan mungkin akan kembali membuangku ke sungai. Aku … tidak memili
Davis mengembus napas panjang, berbalik menghadap Sammy, Don, Alex, dan Benjamin. “Aku mengerti.”“Bawahanku baru saja mengirimkan sebuah video. Aku akan mengirimkannya padamu, Bocah Nakal,” ujar Benjamin.Alex menghubungkan tablet dengan TV, lalu memutar video. Televisi menunjukkan empat orang pria berjaket hitam dan para tahanan yang kabur berada di bawah jembatan.“Malam nanti kalian akan kembali menyerang markas Black Lizard. Kalian harus memakai topeng-topeng ini dan bergerak sesuai arahan dariku,” ujar salah satu pria yang berdiri pada dekat dengan para tahanan.“Topeng?” Davis duduk di sofa, menatap topeng yang ada di dalam kotak. “Mereka tampaknya ingin menyamar sebagai pasukanku.”“Kau benar, Davis.” Sammy menyahut.“Ben, kau harus mengerahkan pasukan lebih banyak ke jembatan dan sekitar markas Black Lizard. Aku menduga Jack akan berada di markas malam nanti. Kalau Jack tidak mendatangi markas, dia mungkin saja bertemu dengan Edwin, Russel, dan Roland.”“Aku mengerti.”Keribu
Alex bermain game selama menunggu Hans. Ketika menoleh ke samping jalan, ia melihat seseorang yang tengah duduk di dekat tiang listrik.Alex mengamati pria itu saksama, terkejut ketika menyadari sosok itu. “Paman Andy?”Alex terkejut, tetapi berakting senormal mungkin. Ia berpura-pura bermain game, padahal ia mengamati Andy dengan saksama melalui ponsel. “Dia terus mengikutiku sejak kemarin. Dia tampaknya memang ingin membalas dendam.”Alex melihat Hans keluar dari pintu. Ketika menoleh ke samping, ia tidak mendapati Andy berada di tempat tadi. “Kenapa Paman Andy tidak bergabung bersama para tahanan lain dan justru terus mengejarku?”“Dia memang pantas masuk penjara karena kejahatannya.” Alex menoleh pada Hans yang baru memasuki mobil. “Kau membawa cukup banyak barang, Hans.”“Ya, aku membawa beberapa alat masak yang tidak ada di markas dan juga beberapa barang peninggalan keluargaku. Kau tidak masalah dengan ini?”“Tentu saja tidak. Kau berhak membawa barang-barangmu.”Mobil melaju
“Berikan salam perkenalan pada mereka, Stevan. Aku akan mengurus orang-orang yang berada di dalam,” ujar Levi seraya berjalan menuju pintu.“Aku mengerti.” Stevan merenggangkan tubuh beberapa waktu.Para berandalan mengelilingi Levi dan Stevan dalam waktu singkat.“Siapa kalian dan apa yang kalian inginkan di tempat kami?” tanya salah seorang berandalan berbadan besar. “Pergilah sebelum kalian hancur di tanganku.”“Stevan, jangan membuatku menunggu.” Levi mengamati ruangan dalam. Ia melihat seorang pria tengah bersama dua wanita. “Kau membuatku iri, brengsek!”Stevan seketika melayangkan pukulan pada si berandalan besar, lantas menendang perutnya dengan lutut. Berandalan besar itu seketika tumbang ke lantai tanpa perlawanan.Para berandalan seketika mundur hingga sebuah jalan terbuka untuk Levi.“Aku dan temanku hanya ingin mencari teman kami di sini. Jika kalian tidak ingin babak belur, jangan menghalangiku dan temanku. Kami akan pergi setelah bertemu teman kami atau mendapatkan info
Jack menendang pintu hingga terbuka lebar. Ia memasuki ruangan, menatap Edwin, Russel, Roland, dan beberapa orang yang berdiri di dekat mereka.“Brengsek! Kenapa kalian selalu membuat masalah dan membuatku murka?” teriak Jack sembari menatap tajam Edwin, Russel, dan Roland.Randy, Ferdinand, dan Albert memasuki ruangan, berdiri di belakang Jack.“Tutup mulutku, bajingan!” Roland menggebrak meja, menatap bengis Jack. “Orang-orangmu sudah menyerang markasku semalam hingga beberapa bawahanku terluka! Kaulah yang membawa masalah!”“Aku tidak pernah memerintahkan bawahanku untuk menyerang markasmu!” Jack mencengkeram baju Roland, bersiap melayangkan pukulan.“Cukup!” pekik Russel dengan tatapan tajam, mendorong Jack dan Roland menjauh. Jack dan Roland berdecak, mundur beberapa langkah.“Aku yakin kalian sudah mengetahui apa yang terjadi. Kita bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan cepat jika kita bisa bekerja sama,” ujar Russel.Jack dan Roland duduk di kursi, saling menatap tajam.Ed
Jack, Edwin, Russel, dan Roland terkejut ketika Levon menghubungi mereka. Keempat pria itu menatap satu sama lain, menerima panggilan Levon.Wajah Levon seketika muncul di layar.“Bagaimana kabar kalian?” tanya Levon sembari tersenyum lebar. “Aku senang karena kalian bisa berkumpul selayaknya sahabat dekat. Aku tahu kalau kalian bisa menjadi teman yang baik dan mendukung satu sama lain.”Levon tertawa ketika melihat Jack, Edwin, Russel, dan Roland yang tampak tegang. “Kita sudah bertemu di acara tempo hari. Akan tetapi, kita bertemu sebagai tamu yang terikat dengan aturan, bukan bertemu sebagai seorang seseorang teman seperti sekarang. Aku mengucapkan selamat karena kalian berhasil mengetahui dalang di balik serangan pada markas kalian kemarin dan hari ini. Aku tidak tahu jika kalian bisa menebaknya secepat ini.”Jack, Edwin, Russel, dan Roland tampak sangat kesal. Mereka menatap Levon tanpa berkedip, mengepalkan tangan erat-erat.“Jika kalian bertanya kenapa aku tahu kalian berkumpul
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m