Levon turun dari mobil, menatap takjub bangunan megah dan mewah di depannya. “Tempat ini lebih cocok disebut istana dibanding kediaman sebuah keluarga.”Lucas tertawa. “Simpan rasa takjubmu untuk sekarang, Levon. Kau harus fokus pada pekerjaan pentingmu. Selain kakakmu, kau adalah putraku yang akan melanjutkan hubungan baik keluarga kita dengan keluarga Miller. Kau harus mendapatkan kepercayaan mereka.”Lucas dan Levon melalui pemeriksaan yang ketat untuk sampai ke rumah ini. Samson dan beberapa pengawal menyambut kedatangan mereka di terus rumah.“Tuan Daniel sudah menunggu Anda berdua di ruang utama. Aku akan mengantar kalian bertemu dengannya,” ujar Samson.“Terima kasih, Tuan,” sahut Lucas dan Levon.Levon semakin takjub ketika melihat suasana di dalam kediaman keluarga Miller. Meski ia tinggal di rumah yang juga selayaknya istana, tetapi rumah ini jauh lebih dari segi apa pun dibandingkan rumahnya.Lucas dan Levon duduk di kursi. Samson meninggalkan ruangan, lantas kembali bersam
“Levon memang berhasil mengetahui di mana aku berada sekarang, tapi dia tidak akan bisa menemukan keberadaanku dengan mudah, begitupun dengan keluarga Miller.” Dylan tertawa terbahak-bahak. “Aku akan memberikan sedikit kejutan padanya sebagai hadiah karena sudah mengejutkanku.”Dylan mengetik sangat cepat, tertawa beberapa kali. Ia tampak semangat. Layar menunjukkan progres yang terus berlangsung hingga berakhir di angka seratus persen.“Ini akan menjadi sangat menarik. Jangan dendam jika hadiahku tidak sesuai dengan harapanmu, Levon.”Dylan bersandar di kursi, menguap beberapa kali. “Aku sudah mengetatkan keamanan. Levon tidak akan bisa berbuat macam-macam lagi sekarang.”Layar menunjukkan Davis yang tengah berada di kantor. “Trex, Frans, Willy, dan Nathan sedang pergi menuju tempat rekan-rekan mereka yang lain. Sebelum Davis melawan keluarga Miller, dia harus menghadapi banyak rintangan yang berbahaya, salah satunya adalah Lucas Frangkrut. Davis membutuhkan pasukan yang sangat kuat.
“Kau tentu mendengar ucapan Tuan Dennis barusan, Ayah. Dylan bukan orang sembarangan. Dia orang yang sangat cerdas. Dia membuatku sangat kerepotan.”“Levon, kau harus segera menemukan keberadaan pria bernama Dylan itu. Nama baik keluarga kita berada di tanganmu sekarang.”Levon mengembus napas panjang. “Aku mengerti, Ayah.”Levon dan Lucas menuruni tangga, berjalan menuju pintu keluar. Mereka bertemu dengan Dariel di teras.“Tuan Dariel, aku ingin memperkenalkanmu dengan putraku Levon,” ujar Lucas.Dariel mengelurkan tangan, mengamati Levon dengan cepat. “Senang bertemu denganmu, Levon. Aku sudah mendengar cukup banyak mengenaimu dari ayahmu.”Levon membalas uluran tangan Dariel. “Senang bertemu dengan Anda. Aku sangat terhormat bertemu dengan Anda.”“Apa kalian berdua akan pergi?” tanya Dariel.“Waktu kunjungan kami sudah selesai. Kami akan kembali jika kami kembali diundang.”Levon dan Lucas membungkuk, meninggalkan Dariel, memasuki mobil.“Dariel memiliki sikap yang cukup berbeda d
Paula mengikuti seorang wanita tua, berjalan di lorong yang panjang, mengamati siswa-siswa di beberapa ruangan kelas berbeda.Paula dan wanita tua itu berhenti di depan sebuah kelas. Beberapa kali terdengar suara tawa dan teriakan dari dalam kelas.“Nona Smith berada di kelas ini. Kelas ini berisi anak-anak nakal. Nona Smith adalah guru terlama yang bertahan mengajar kelas ini.” Wanita tua itu membenarkan letak kacamata, mengamati Paula dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Aku akan memanggil Nona Smith. Tunggulah di sini.”“Terima kasih atas bantuan Anda dan maaf jika kehadiranku membuat Anda kerepotan.” Paula membungkuk singkat.Wanita tua itu membuka pintu kelas. Ketika kaki kanannya baru memasuki kelas, sebuah balon air mendarat di wajahnya.“Aku mendapatkan tangkapan yang besar.” Seorang remaja laki-laki tertawa terbahak-bahak. “Berikan aku bola air lagi. Aku belum puas jika babi tua belum pingsan.”“Hentikan semua ini!” ujar seorang wanita berkacamata yang duduk di kursi, “dia a
“Aku sudah menunggu hari ini sejak lama.” Linda tersenyum bengis. “Aku akan menghajar mereka dengan penuh semangat.”Paula tertawa. “Kau kembali menjadi iblis seperti sebelumnya.”Para siswa mulai bermunculan setelah mendobrak pintu.“Apa yang sudah kau lakukan pada adikku, sialan?” Seorang siswa menunjuk Paula dengan balok kayu. “Aku akan menghabisimu dan menyeretmu ke penjara.”Para siswa mulai mengelilingi Paula dan Linda.“Mereka berjumlah kurang lebih seratus orang. Mari kita bertaruh. Jika kau bisa menghajar mereka dalam waktu tiga menit, aku akan mentraktirmu.”Linda mengikat rambut, melepas kemeja. “Aku terima tantanganmu, Paula. Meski aku sangat membencimu, tapi kau selalu memberikan tantangan yang menarik untukku.”“Apa yang kau lakukan, brengsek? Apa kau bermaksud akan menghajar kami?”“Wanita sialan itu harus kita hajar sekarang!”“Apa kau sudah siap, Linda?” tanya Paula.“Aku menunggu aba-aba darimu.”“Waktumu dimulai dari sekarang.”Linda seketika melesat maju, melompat
Frans mendekat pada Levi, berdiri di belakang pria itu.Levi melirik sesaat, kembali berkutat dengan mengangkat sampah. “Apa yang kau inginkan dariku, Tuan?”Frans tertawa. “Kau membuatku terkejut, Levi. Kau adalah orang yang paling menjaga kebersihan selama berada di pasukan kita dulu, tapi lihatlah dirimu sekarang. Kau berakhir menjadi pengumpul sampah.”Levi berhenti mengambil sampah, berbalik. Ia terkejut ketika melihat sosok teman masa lalunya di depannya saat ini. “Frans?”“Ikutlah denganku sekarang. Aku memiliki informasi penting untukmu.” Frans berjalan meninggalkan Levi, menatap dua pria yang masih bertanding di ring. Para penonton di sekitarnya tampak berteriak heboh.“Levi.” Frans berbalik. Ia melihat seorang pria tengah memarahi Levi.“Siapa kau brengsek? Kenapa kau menganggu pekerjaku?” Pria berambut gondorong mendatangi Frans dengan wajah marah. “Sampah ini masih memiliki banyak pekerjaan di sini. Dia harus membawa sampah-sampah ini keluar dari ruangan. Aku tidak akan me
Sebuah mobil melaju sangat cepat di jalanan lurus. Nathan mengamati layar kecil di dasbor, berdecak kesal. “Brengsek! Mereka sudah menemukan buruan mereka lebih dulu. Mereka pasti akan meledek dan menertawakanku jika aku tidak mendapatkan buruanku.”Nathan berbelok ke samping kanan, menoleh ke arah laut yang mulai terlihat di sela-sela gedung pencakar langit. Ia memacu mobil ke pinggiran kota, menepikan mobil di dekat sebuah bangunan kumuh.Nathan melewati bebarepa kerumuan para berandalan, mengawasi keadaan sekeliling. “Apa kau menjadi perawat para berandalan sekarang, Andre?”Para berandalan mulai menatap Nathan. Beberapa di antara mereka mulai mengikuti Nathan dari belakang dan samping.Nathan menghindari sebuah lembaran batu dari seorang berandalan di sisi kanannya. Ia berdecak, terus berjalan menuju bangunan kumuh.“Siapa kau dan apa yang ingin kau lakukan di markas kami?” tanya salah seorang berandalan bertato.Nathan terus berjalan. Ia menampar seorang berandalan yang menyerang
Edwin bergegas keluar dari kamar, menuruni tangga. Ia melihat ayahnya tengah berbincang dengan Eslon dan beberapa pengawal di ruang tamu.Edwin dan Eslon sempat bertatapan beberapa waktu.“Ayah,” ujar Edwin seraya mendekat.Erwin memberi tanda pada Eslon dan para pengawal untuk pergi. Ia mengembus napas panjang, bersandar di kursi, tak menoleh pada Edwin. “Duduklah, Edwin.”Seorang wanita datang bersama sebuah nampan. Ia menyimpan gelas minuman dengan hati-hati, melirik Edwin sesaat, bergegas pergi.“Aku baru membaca pesanmu satu jam lalu. Eslon sudah memberitahuku soal detailnya. Aku ingin mengetahuinya darimu sekarang,” ucap Erwin.Edwin duduk berhadapan dengan Erwin, menunduk, mengepalkan tangan erat-erat. “Aku mendapatkan masalah karena seseorang. Dia adalah petarung jalanan bernama Davis. Dia menguasai Leaventown dan berniat mengambil alih wilayah kekuasaanku dan wilayah kelompok lain. Dia memiliki pasukan bertopeng yang sangat hebat. Untuk itu, aku dan pemimpin kelompok lain mem
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m