“Kau tentu mendengar ucapan Tuan Dennis barusan, Ayah. Dylan bukan orang sembarangan. Dia orang yang sangat cerdas. Dia membuatku sangat kerepotan.”“Levon, kau harus segera menemukan keberadaan pria bernama Dylan itu. Nama baik keluarga kita berada di tanganmu sekarang.”Levon mengembus napas panjang. “Aku mengerti, Ayah.”Levon dan Lucas menuruni tangga, berjalan menuju pintu keluar. Mereka bertemu dengan Dariel di teras.“Tuan Dariel, aku ingin memperkenalkanmu dengan putraku Levon,” ujar Lucas.Dariel mengelurkan tangan, mengamati Levon dengan cepat. “Senang bertemu denganmu, Levon. Aku sudah mendengar cukup banyak mengenaimu dari ayahmu.”Levon membalas uluran tangan Dariel. “Senang bertemu dengan Anda. Aku sangat terhormat bertemu dengan Anda.”“Apa kalian berdua akan pergi?” tanya Dariel.“Waktu kunjungan kami sudah selesai. Kami akan kembali jika kami kembali diundang.”Levon dan Lucas membungkuk, meninggalkan Dariel, memasuki mobil.“Dariel memiliki sikap yang cukup berbeda d
Paula mengikuti seorang wanita tua, berjalan di lorong yang panjang, mengamati siswa-siswa di beberapa ruangan kelas berbeda.Paula dan wanita tua itu berhenti di depan sebuah kelas. Beberapa kali terdengar suara tawa dan teriakan dari dalam kelas.“Nona Smith berada di kelas ini. Kelas ini berisi anak-anak nakal. Nona Smith adalah guru terlama yang bertahan mengajar kelas ini.” Wanita tua itu membenarkan letak kacamata, mengamati Paula dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Aku akan memanggil Nona Smith. Tunggulah di sini.”“Terima kasih atas bantuan Anda dan maaf jika kehadiranku membuat Anda kerepotan.” Paula membungkuk singkat.Wanita tua itu membuka pintu kelas. Ketika kaki kanannya baru memasuki kelas, sebuah balon air mendarat di wajahnya.“Aku mendapatkan tangkapan yang besar.” Seorang remaja laki-laki tertawa terbahak-bahak. “Berikan aku bola air lagi. Aku belum puas jika babi tua belum pingsan.”“Hentikan semua ini!” ujar seorang wanita berkacamata yang duduk di kursi, “dia a
“Aku sudah menunggu hari ini sejak lama.” Linda tersenyum bengis. “Aku akan menghajar mereka dengan penuh semangat.”Paula tertawa. “Kau kembali menjadi iblis seperti sebelumnya.”Para siswa mulai bermunculan setelah mendobrak pintu.“Apa yang sudah kau lakukan pada adikku, sialan?” Seorang siswa menunjuk Paula dengan balok kayu. “Aku akan menghabisimu dan menyeretmu ke penjara.”Para siswa mulai mengelilingi Paula dan Linda.“Mereka berjumlah kurang lebih seratus orang. Mari kita bertaruh. Jika kau bisa menghajar mereka dalam waktu tiga menit, aku akan mentraktirmu.”Linda mengikat rambut, melepas kemeja. “Aku terima tantanganmu, Paula. Meski aku sangat membencimu, tapi kau selalu memberikan tantangan yang menarik untukku.”“Apa yang kau lakukan, brengsek? Apa kau bermaksud akan menghajar kami?”“Wanita sialan itu harus kita hajar sekarang!”“Apa kau sudah siap, Linda?” tanya Paula.“Aku menunggu aba-aba darimu.”“Waktumu dimulai dari sekarang.”Linda seketika melesat maju, melompat
Frans mendekat pada Levi, berdiri di belakang pria itu.Levi melirik sesaat, kembali berkutat dengan mengangkat sampah. “Apa yang kau inginkan dariku, Tuan?”Frans tertawa. “Kau membuatku terkejut, Levi. Kau adalah orang yang paling menjaga kebersihan selama berada di pasukan kita dulu, tapi lihatlah dirimu sekarang. Kau berakhir menjadi pengumpul sampah.”Levi berhenti mengambil sampah, berbalik. Ia terkejut ketika melihat sosok teman masa lalunya di depannya saat ini. “Frans?”“Ikutlah denganku sekarang. Aku memiliki informasi penting untukmu.” Frans berjalan meninggalkan Levi, menatap dua pria yang masih bertanding di ring. Para penonton di sekitarnya tampak berteriak heboh.“Levi.” Frans berbalik. Ia melihat seorang pria tengah memarahi Levi.“Siapa kau brengsek? Kenapa kau menganggu pekerjaku?” Pria berambut gondorong mendatangi Frans dengan wajah marah. “Sampah ini masih memiliki banyak pekerjaan di sini. Dia harus membawa sampah-sampah ini keluar dari ruangan. Aku tidak akan me
Sebuah mobil melaju sangat cepat di jalanan lurus. Nathan mengamati layar kecil di dasbor, berdecak kesal. “Brengsek! Mereka sudah menemukan buruan mereka lebih dulu. Mereka pasti akan meledek dan menertawakanku jika aku tidak mendapatkan buruanku.”Nathan berbelok ke samping kanan, menoleh ke arah laut yang mulai terlihat di sela-sela gedung pencakar langit. Ia memacu mobil ke pinggiran kota, menepikan mobil di dekat sebuah bangunan kumuh.Nathan melewati bebarepa kerumuan para berandalan, mengawasi keadaan sekeliling. “Apa kau menjadi perawat para berandalan sekarang, Andre?”Para berandalan mulai menatap Nathan. Beberapa di antara mereka mulai mengikuti Nathan dari belakang dan samping.Nathan menghindari sebuah lembaran batu dari seorang berandalan di sisi kanannya. Ia berdecak, terus berjalan menuju bangunan kumuh.“Siapa kau dan apa yang ingin kau lakukan di markas kami?” tanya salah seorang berandalan bertato.Nathan terus berjalan. Ia menampar seorang berandalan yang menyerang
Edwin bergegas keluar dari kamar, menuruni tangga. Ia melihat ayahnya tengah berbincang dengan Eslon dan beberapa pengawal di ruang tamu.Edwin dan Eslon sempat bertatapan beberapa waktu.“Ayah,” ujar Edwin seraya mendekat.Erwin memberi tanda pada Eslon dan para pengawal untuk pergi. Ia mengembus napas panjang, bersandar di kursi, tak menoleh pada Edwin. “Duduklah, Edwin.”Seorang wanita datang bersama sebuah nampan. Ia menyimpan gelas minuman dengan hati-hati, melirik Edwin sesaat, bergegas pergi.“Aku baru membaca pesanmu satu jam lalu. Eslon sudah memberitahuku soal detailnya. Aku ingin mengetahuinya darimu sekarang,” ucap Erwin.Edwin duduk berhadapan dengan Erwin, menunduk, mengepalkan tangan erat-erat. “Aku mendapatkan masalah karena seseorang. Dia adalah petarung jalanan bernama Davis. Dia menguasai Leaventown dan berniat mengambil alih wilayah kekuasaanku dan wilayah kelompok lain. Dia memiliki pasukan bertopeng yang sangat hebat. Untuk itu, aku dan pemimpin kelompok lain mem
Di tempat berbeda, Sebastian tengah menatap pantulan wajahnya di cermin. Pria tua itu sudah berkali-kali berbicara dengan anggota pasukannya dahulu. Ia cukup terhibur saat melihat wajah ketakutan mereka.“Aku banyak kehilangan rekan-rekanku saat peristiwa dua puluh lima tahun lalu. Aku berharap jika mereka kembali berkumpul dan berada di dekat Davis untuk melingdunginya sekaligus membantunya. Tantangan besar sudah menghadang Davis di depan, terlebih dia sudah bersinggungan dengan politikus dan kepala kepolisian negara ini.”Sebastian menatap ponselnya, menoleh pada pintu kamar. “Tuan Dylan belum memberikan informasi apa pun lagi padaku. Dia tampaknya masih sangat sibuk. Aku ingin mengunjunginya, tapi dia tidak memberikan alamatnya padaku.”“Ayah,” panggil Drake di luar ruangan.Sebastian segera duduk di kursi roda, menekan sebuah tombol. “Masuklah, Drake.”Drake bergegas memasuki kamar, mengamati Sebastian. “Ayah, aku mendengar kau terus berada di kamar nyaris sepanjang waktu. Kau bah
[Peringatan][Dua puluh berandalan mengurumuni Anda saat ini][Sistem mengaktifkan mode penyelamatan]Dylan meneguk minuman, mengamati deretan informasi para berandalan beserta level kekuatan mereka. Ia tersenyum karena gerombolan itu hanya para berandalan biasa.“Siapa kau sebenarnya, Brengsek?” tanya salah seorang berandalan seraya memelotot tajam. “Kenapa kau berada di kota ini?”“Apa kau benar-benar pembunuh bayaran?”“Apa yang kau sembunyikan di dalam gubuk kumuhmu?”“Bagaimana kau bisa memiliki banyak uang?”“Apa kau mencurinya dari orang-orang kaya?”“Kami tahu mayat-mayat itu hanyalah boneka!”Dylan berjalan meninggalkan minimarket. Para berandalan terus mengikutinya. Ia menyedot minuman, menguap beberapa kali. Cincinnya terus berkedip-kedip merah.“Dasar brengsek! Kau pasti sengaja mengabaikan kami!” Salah satu berandalan menarik kerah baju Dylan hingga belanjaannya terjatuh ke trotoar.Beberapa pejalan kaki melihat kejadian itu, tetapi mereka hanya berbisik-bisik dan buru-bu
Mario masih tercenung, mengamati gambar di tangannya. Pikirannya penuh dengan kenangan masa lalu bersama putra kecil Damian dan Dominique.Mario menatap air mata yang terus menetes membasahi kertas. Bahunya berguncang berkali-kali sampai akhirnya ia menangis terisak-isak.Mario mengawasi kamar sekilas. “Apa mungkin Davis masih hidup? Aku mengira Dylan sudah meninggal, tetapi dia ternyata masih hidup. Davis kemungkinan memang masih hidup.”Mario segera menghidupkan komputer, mencari informasi mengenai Davis. Deretan informasi seketika bermunculan di layar. “Aku mengakses informasi kependudukan negara ini dan menemukan banyak sekali pria bernama Davis.”Mario menatap gambar, mencocokkan foto dengan informasi di layar. “Daisy menyerahkan kertas ini padaku beberapa hari lalu, tetapi aku baru melihat gambar pria ini sekarang. Donald mendadak datang sehingga aku belum sempat mengeceknya.”“Jika pria itu memang Davis, maka Daisy sudah bertemu dengannya.” Mario sontak terdiam, mengepalkan tan
Hujan mengguyur deras sejak beberapa jam lalu. Ruangan makan tampak ramai oleh cerita Sarah dan Elora. Petir beberapa kali menggelegar hingga kedua anak itu menjerit ketakutan.Suasana yang ramai perlahan sepi setelah kepergian Sarah dan Elora. Davis berpindah ke ruangan utama, menonton berita di televisi. Pembawa berita tengah menyiarkan kabar ledakan bom dan kelompok teroris di ibu kota Floxia. “Aku sudah memberi tahu Tuan Henry soal penyerangan musuh pada Evan Mulikas. Akan tetapi, aku cukup mengkhawatirkan keadaan Evan Mulikas. Dia adalah sosok penting dalam aliansi. Jika dia terluka atau sampai tewas, aliansi pasti akan melemah. Logan dan Ludwig kemungkinan besar akan langsung menyerang. Jika aliansi kalah, mereka kemungkinan akan mengincarku.”Davis mengembus napas panjang, bersandar di kursi, tertawa. “Aku tampaknya terlalu berpikir berlebihan. Evan Mulikas dan pasukannya bukanlah orang-orang lemah. Dia adalah mantan kepala kepolisian Fluxton dan para bawahannya adalah orang-o
Ludwig berjalan menuju gedung, mengawasi keadaan sekeliling saksama. Ia mengabaikan para tahanan yang berkumpul di halaman.Ludwig menghubungi Logan, berjalan lebih cepat. “Bagaimana keadaan di tempat ini? Apakah musuh mencurigai keberadaanku?”Logan menamati layar-layar yang menunjukkan Ludwig dan kondisi penjara. “Tidak ada hal yang mencurigakan hingga sekarang. Akan tetapi, kau harus tetap waspada. Ingat kau hanya memiliki waktu setengah jam. Saat ini, aku masih mengunduh data sekarang.”“Aku mengerti.” Ludwig menutup panggilan, menuruni sebuah tangga. Saat tiba di lantai bawah, ia bergabung dengan para petugas kebersihan yang lain.“Para bawahan Evan Mulikas masih berkeliaran di dalam penjara dan kepolisian hingga saat ini. Mereka mengawasi Lucas, Liam, dan Levon dengan sangat ketat. Mereka bahkan tidak mengalihkan pandangan dari Paman Lando meski dia sedang sakit. Aku tidak boleh sampai tertangkap oleh mereka.”Beberapa polisi memasuki ruangan. Pemimpin mereka memberikan arahan s
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 36 (965/3500)][Health Point: 54/54][Kekuatan: 54 | Pertahanan: 55 | Kecerdasan: 53 | Kelincahan: 54][Money Power: $30.323.995.000]Sebastian tengah berada di sisi kolam, duduk di kursi roda. Pikirannya tertuju pada peristiwa semalam. “Davis tidak fokus dengan pertarungan. Dia tampaknya sedang memikirkan cara untuk menghadapi Logan dan Ludwig. Meski dia tidak terlibat langsung dengan dua orang itu, tetapi aku yakin dia akan turun dalam pertarungan untuk mengamankan Henry Tolando.”Sebastian menoleh ke belakang saat Sonya menghampirinya.“Apa sudah ada perkembangan dari pencarian anggota lain, Simon?” tanya Sonya sembari melirik sekeliling, memastikan keadaan aman. Ia menyimpan sebuah gelas di meja.“Grey dan Benny memberi tahuku jika mereka bertemu dengan Moses semalam. Sung dan Tora juga bertemu dengan Mathilda di lokasi berbeda. Akan tetapi, Toshi dan Taka belum bertemu siapa pun hingga saat ini. Moses dan Mathilda berak
Langit sudah sepenuhnya gelap saat beberapa rombongan mobil mulai memasuki gerbang, menepi di depan sebuah bangunan mewah. Satu per satu anggota aliansi turun dari kendaraan, memasuki gedung. Mereka berbincang mengenai pesan dari Henry Tolando yang mendadak.Jack tiba beberapa menit kemudian. Pria itu turun dari mobil, mendengkus kesal saat melihat Emir dan Russel. “Dasar brengsek! Kenapa aku terus terlibat dengan sampah-sampah itu?”Jack mengabaikan Emir dan Russel, berjalan memasuki gedung. “Ayah sudah tiba lebih dahulu. Dia tampak tegang setelah mendapatkan pesan dari Tuan Henry. Sial! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku juga menjadi tegang?”“Aku yakin Tuan Henry memiliki informasi penting. Dia tidak mungkin meminta seluruh anggota aliansi untuk berkumpul dalam waktu mendadak,” ujar Emir yang berjalan di samping Jack. “Apa kau bisa menebak?”“Tutup mulutmu, brengsek! Kita akan tahu setelah kita tiba di ruangan.” Jack mendengkus kesal, berjalan lebih cepat saat Russel juga mend
Rombongan mobil mulai meninggalkan penjara, melewati sebuah jembatan panjang.Donald melirik Dennis, tersenyum. “Kau akhirnya mau memihakku, Dennis. Aku tahu kau sudah sangat kesal pada Daniel.”Dennis mendengkus kesal. “Aku hanya tahu berandal seperti apa yang kau rekrut menjadi sekutumu. Aku sama sekali tidak ingin terlibat dalam perselisihanmu dengan Daniel.”“Kehadiranmu sekarang cukup membuatku senang.” Donald tersenyum, menoleh ke samping, mengamati laut dan pantai yang tampak ramai. “Kau akan terikat denganku selamanya, Dennis. Aku tahu kau sangat menyayangi Daisy sehingga kau tidak ingin dia menderita,” batinnya.“Sial! Aku akhirnya terseret dalam perselisihan ini.” Dennis mengepalkan tangan erat-erat, mengamati gedung pencakar langit di pusat kota Pixeltown. “Aku melakukan semua ini demi Daisy. Aku harus menjaganya sampai akhir hidupku.”“Daisy sering kali pergi menuju Leaventown akhir-akhir ini. Apakah ada sesuatu yang menarik di kota kecil itu?” tanya Donald.“Dia hanya ing
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 36 (800/3500)][Health Point: 54/54][Kekuatan: 54 | Pertahanan: 55 | Kecerdasan: 53 | Kelincahan: 54][Money Power: $30.323.830.000]Davis dan henry Tolando berada di sebuah ruangan. Sammy dan para pengawal menunggu di luar ruangan, begitu pun dengan Harry dan para bawahan Henry Tolando.Langit sore terlihat indah dari arah jendela. Kawanan burung bergerak serempak menuju arah selatan. Beberapa pengunjung tampak keluar masuk kawasan.“Aku akan langsung berbicara pada intinya, Tuan.” Davis mengembus napas panjang. “Timku sudah mendapatkan lokasi keberadaan Logan dan Ludwig. Mereka berada di Somacity, sebuah kota yang terletak di wilayah timur ibu kota Floxia. Mereka sering bertemu di sebuah rumah di kawasan elit.”Davis mengirimkan lokasi rumah itu pada Henry Tolando.Henry Tolando bergegas memeriksa alamat, menghubungi Harold. Wajahnya tampak tegang dan kesal. “Harold, kirimkan pasukan kita ke alamat itu.”“Tunggu, Tuan. Ak
Lima hari berjalan sangat lambat bagi Dariel. Ia terus berada di rumah untuk menjaga Daniel.Dariel sedang berlatih bersama Adrian di ruangan olahraga. Sayangnya, ia tidak fokus hingga berkali-kali terkena serangan.Adrian menendang Dariel hingga pria itu terjatuh dan ambruk di arena. “Kau tidak fokus dalam berlatih, Tuan Muda. Aku sebaiknya memberimu waktu untuk beristirahat. Aku berharap kau bisa fokus setelahnya.”Dariel mengembus napas panjang, mengamati langit-langit ruangan. “Aku akan tertidur selama beberapa waktu di sini.”“Baiklah, aku tidak akan mengganggumu, Tuan Muda.” Adrian berjalan ke sisi arena, meneguk minuman sembari mengamati Dariel. “Tuan Dylan mengatakan jika Donald dan Deric pergi untuk mencari sekutu. Dariel pasti tertekan dengan kabar tersebut. Dia ... masih belum siap menghadapi keluarganya sendiri.”Adrian meninggalkan ruangan olahraga, berdiri di samping kursi. “Kau adalah pria yang baik, Tuan Muda. Sayangnya, kau harus menanggung dosa dan kesalahan dari aya
“Apa kau setuju jika dia menjadi menggantikan Draco, Tuan?” tanya Logan.Ludwig mendengkus kesal, mengembus napas panjang. “Dia adalah kaki tangan, Draco. Aku pikir tidak ada sosok lain yang lebih layak selainnya.”Logan berdiri dari sofa. “Kau akan pergi ke Leaventown hari ini, Pedro. Seperti yang sudah aku jelaskan padamu melalui telepon, kau akan menggantikan Draco untuk menjadi mata-mata. Targetmu adalah Jeremy, Erwin, atau anggota utama aliansi yang lain.”“Aku mengerti.” Pedro mengganggu. “Jika tidak ada lagi hal yang perlu aku dengar, aku akan segera pergi ke Leaventown sekarang juga.”“Kau boleh pergi sekarang. Semua persiapanmu sudah aku siapkan.”Pedro meninggalkan ruangan, menutup pintu. Ia bergegas memasuki mobil, meninggalkan bangunan. “Aku mendengar Henry Tolando memanggil Draco ke kediamannya. Akan tetapi, hal yang menggaguku adalah si Dewa Kematian Seberapa kuat dia sampai Draco kalah melawannya?”Pedro mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tahu seberapa kuat Draco. Dia t