[Peringatan][Dua puluh berandalan mengurumuni Anda saat ini][Sistem mengaktifkan mode penyelamatan]Dylan meneguk minuman, mengamati deretan informasi para berandalan beserta level kekuatan mereka. Ia tersenyum karena gerombolan itu hanya para berandalan biasa.“Siapa kau sebenarnya, Brengsek?” tanya salah seorang berandalan seraya memelotot tajam. “Kenapa kau berada di kota ini?”“Apa kau benar-benar pembunuh bayaran?”“Apa yang kau sembunyikan di dalam gubuk kumuhmu?”“Bagaimana kau bisa memiliki banyak uang?”“Apa kau mencurinya dari orang-orang kaya?”“Kami tahu mayat-mayat itu hanyalah boneka!”Dylan berjalan meninggalkan minimarket. Para berandalan terus mengikutinya. Ia menyedot minuman, menguap beberapa kali. Cincinnya terus berkedip-kedip merah.“Dasar brengsek! Kau pasti sengaja mengabaikan kami!” Salah satu berandalan menarik kerah baju Dylan hingga belanjaannya terjatuh ke trotoar.Beberapa pejalan kaki melihat kejadian itu, tetapi mereka hanya berbisik-bisik dan buru-bu
“Davis.” Darius menangis sesegukan sembari memandang Davis di layar. “Kau mirip dengan ayahmu Damian, Davis. Lihatlah dirimu. Kau tampak sangat gagah dan luar biasa. Aku bersyukur kau baik-baik saja sekarang.”[Davis sedang membangun pasukan sekarang][Davis sudah mengetahui soal dirinya yang merupakan anggota keluarga Miller, tapi dia belum mengetahui soal orang tuanya dan keluarganya][Aku akan memberi tahu Davis saat dia siap]Darius menyeka air mata, memandang Davis lekat-lekat, tersenyum. “Aku mengerti. Aku akan mempercayakan semuanya padamu, Dylan.”[Berhati-hatilah dengan keluargamu][Aku akan memberi kabar lagi nanti]Lukisan kembali seperti semula. Darius kembali menangis. Air matanya berjatuhan membasahi celananya. “Maafkan aku Davis, Damian, Dominique. Aku tidak bisa melindungi kalian. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.”Darius menghapus tangis, menatap tajam, mengepalkan tangan erat-erat. “Dylan mengingatkanku untuk berhati-hati dengan keluargaku berkali-k
Benjamin terdiam ketika melihat dua orang pria yang berjalan dari rerimbunan pohon. “Aku bukan Benjamin. Kalian tampaknya salah orang.”“Kami tidak salah orang. Kami memang mencarimu, Benjamin,” ujar Frans.“Teman kami paling takut dengan ketinggian. Dia bahkan menangis ketika sedang latihan, padahal pelatihnya adalah monster mengirimkan yang tidak segan menghajar juniornya hingga tidak sadarkan diri.”Benjamin sontak terkejut, berusaha mengingat dua orang pria di depannya. Pikirannya melanglangbuana pada masa lalu. “Frans? Levi?”Frans dan Levi tertawa.“Apa kalian berdua berprofesi sebagai pencuri kayu hutan sekarang?” Benjamin bersiaga. “Aku tidak akan membiarkan kalian membawa satu ranting pun dari hutan ini meski kalian adalah temanku.”“Kami tidak ingin mencuri kayumu, Benjamin. Kami datang untuk memberi tahumu sebuah informasi penting,” kata Frans.Sebuah alarm tiba-tiba berbunyi nyaring.Benjamin segera mengecek jam tangannya. Jam menunjukkan sebuah rekaman sepuluh pria berada
Mobil keluar dari kawasan hutan, memasuki jalan yang cukup lengang.Frans memacu mobil lebih cepat, mengambil jalur sebelah kanan. Mobil memasuki kawasan pinggiran kota, beralih ke pusat kota Lilitown.Hujan mendadak mengguyur deras. Beberapa kendaraan tampak terjebak macet di jalur berbeda. Para pejalan kali terlihat berlarian di mana sebagian memilih berteduh di halte bus dan depan toko.Mobil menepi di sebuah minimarket.Frans, Levi, dan Benjamin memasuki minimarket, mengambil beberapa makanan dan minuman. Beberapa berandalan mulai mengerumuni mobil.“Apa kalian berasal dari luar kota?” tanya penjaga toko sembari memasukkan belanjaan ke dalam tas.Frans menoleh ke luar. Ia melihat beberapa berandalan tengah mengerumuni mobil.“Para berandalan itu sangat menganggu. Mereka beberapa kali ketahuan mencuri dan meminta uang dengan paksa pada para pejalan kaki. Sore tadi, beberapa berandalan tiba-tiba tersengat listrik hingga tidak bisa bergerak selama berjam-jam karena adanya kerusakan
“Siapa kau dan kenapa kau tahu mengenai pasukan keluarga Miller?” tanya Frans seraya menatap tajam Dylan.“Keluarlah sebelum kami menghajarmu, Tuan.” Levi bersiap mendorong Dylan. Ketika tangannya akan menyentuh baju pria itu, ia tiba-tiba tersengat listrik.“Ah.” Levi segera menggeser tubuh ke samping. “Aku tersengat listrik.”Dylan mengamati layar hologram. “Pasukan keluarga Miller berada beberapa block dari tempat ini. Mereka akan tiba dalam waktu satu menit lagi. Jika kalian sampai tertangkap, kalian akan berada dalam bahaya.”Frans, Levi, dan Benjmin sontak terkejut.“Katakan siapa kau?” Frans menatap tajam Dylan. “Jika kau tidak turun dalam waktu tiga detik, aku akan menghajarmu sampai kau tidak bisa bergerak dalam waktu cukup lama. Aku akan mulai menghitung. Satu, dua”Mobil tiba-tiba melaju secara otomatis. Frans, Levi, dan Benjamin sontak terkejut.“Ada apa dengan mobil ini? Dia tiba-tiba berhenti dan melaju secara otomatis.” Frans berusaha mengendalikan mobil. Meski sudah me
Hujan mengguyur cukup deras. Pasukan keluarga Miller segera menyebar ke seluruh wilayah Lilitown. Mereka bergerak ke pusat kota, pinggiran kota, kawasan penduduk, sungai, pemakanan, bangunan berhantu hingga hutan.Samson berada di dalam mobil yang melaju ke pusat kota. “Aku harus segera menemukan pria brengsek bernama Dylan itu. Aku harus membuktikan pada keluarga Miller jika aku mampu lebih baik dari mendiang ayahku.”Samson mengambil ponsel dari saku celana. Ketika akan mengecek pesan, ponselnya tiba-tiba mati. “Apa yang terjadi?”Samson menekan beberapa tombol. Ponsel tidak menyala dan hanya menampilan layar hitam. “Dasar brengsek! Dylan berhasil meretas ponselku.”Samson menoleh pada bawahannya yang duduk di sampingnya. “Bagaimana dengan ponselmu?”“Ponselku tiba-tiba tidak bisa digunakan, Tuan.”Samson berdecak, mengepalkan tanag erat-erat. “Teruskan pencarian. Kita akan mengepung Lilitown sampai kita menemukan Dylan.”Di tempat berbeda, Daniel, Donald, Dennis, Dawson, dan Deavon
Frans, Levi, dan Benjamin meninggalkan kediaman Dylan saat langit masih gelap. Mobil mereka meluncur dari jalan yang terbuka di halaman, melaju menuju pagar berlubang, melesat cepat di jalan raya.Suasana pinggiran Lilitown tampak sangat sunyi. Beberapa berandalan terlihat terbaring di trotoar. Kerumunan serangga masih memutari beberapa lampu jalan.“Kita sangat beruntung bisa bertemu dengan Tuan Dylan. Tuan Simon pun belum pernah bertemu dengannya setelah sekian lama,” ujar Levi seraya mengamati gubuk yang terus mengecil hingga akhirnya menghilang.Frans memacu mobil lebih cepat. “Kita lebih beruntung karena Tuan Dylan menolong kita dari kejaran pasukan keluarga Miller. Andai saja dia terlambat datang, kita bertiga mungkin sudah tertangkap oleh mereka.”Benjamin menatap layar ponsel yang menunjukkan jalanan Lilitown. Beberapa titik merah terlihat di beberapa ruas jalan, termasuk di pinggiran kota. “Ada empat mobil milik pasukan keluarga Miller di perbatasan. Kita harus berhati-hati.”
Darius membuka pintu. “Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin berjalan-jalan di sekitar taman dan danau.”“Kami akan menemanimu mengelilingi taman dan danau setelah sarapan, Ayah,” kata Dawson. “Ikutlah sarapan bersama kami. Suasana pasti akan berbeda ketika kau bergabung.”“Di mana Daniel, Donald, dan Dennis?” Darius keluar dari kamar menggunakan kursi roda. “Apa mereka sudah pergi bekerja?”Dawson dan Deavon saling bertatapan sesaat.“Mereka sebentar lagi akan berkumpul di ruangan makan untuk sarapan, Ayah. Putra dan cucumu juga berada di sana.” Dawson berdiri di belakang kursi roda Darius.Darius tidak mengatakan apa pun setelahnya, membiarkan Dawson mendorong kursi rodanya. Ia masih penasaran kenapa putra-putranya mencari keberadaan Dylan.“Ayah.”“Kakek.”Dariel, Daniel, dan anggota keluarga Miller seketika berdiri dari kursi ketika melihat Darius datang bersama Dawson dan Deavon.“Kami sangat senang kau bergabung bersama kami untuk sarapan, Ayah. Ini pertanda jika keadaanmu sudah m
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m