Darius membuka pintu. “Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin berjalan-jalan di sekitar taman dan danau.”“Kami akan menemanimu mengelilingi taman dan danau setelah sarapan, Ayah,” kata Dawson. “Ikutlah sarapan bersama kami. Suasana pasti akan berbeda ketika kau bergabung.”“Di mana Daniel, Donald, dan Dennis?” Darius keluar dari kamar menggunakan kursi roda. “Apa mereka sudah pergi bekerja?”Dawson dan Deavon saling bertatapan sesaat.“Mereka sebentar lagi akan berkumpul di ruangan makan untuk sarapan, Ayah. Putra dan cucumu juga berada di sana.” Dawson berdiri di belakang kursi roda Darius.Darius tidak mengatakan apa pun setelahnya, membiarkan Dawson mendorong kursi rodanya. Ia masih penasaran kenapa putra-putranya mencari keberadaan Dylan.“Ayah.”“Kakek.”Dariel, Daniel, dan anggota keluarga Miller seketika berdiri dari kursi ketika melihat Darius datang bersama Dawson dan Deavon.“Kami sangat senang kau bergabung bersama kami untuk sarapan, Ayah. Ini pertanda jika keadaanmu sudah m
Dariel dan Darius tenggelam dalam pikiran masing-masing. Suasana pagi tampak cerah dengan kawanan burung yang terbang melintasi danau. Dua ekor angsa saling kejar-mengejar.Darius terus menerka mengenai apa yang terjadi. Dylan adalah orang yang sangat peduli dan menghormatinya. Bukan hanya di masa sekarang, tetapi di awal-awal pertemuan mereka.Darius menyanyangi Dylan meski pria itu bukan anak kandungnya. Kedekatan Dylan dengan Damian membuatnya memberikan perhatian khusus pada pria itu. Dylan adalah sosok yang jenius dan berkali-kali membuatnya terkejut dengan kecerdasannya.Darius mendapat kabar jika Dylan teratuh ke jurang dan tewas. Meski begitu, ia belum pernah melihat jasadnya sekalipun. Hubungan Dylan dengan Daniel, Donald, Dennis, Dawson, dan Deavon memang tidak baik dan terkadang sempat terjadi perselisihan.Darius menyentuh dadanya yang mendadak sesak. Dugaannya mengenai keterlibatan Daniel dna putra-putranya dalam kejadian dua puluh lima tahun lalu semakin membesar. “Munki
“Ini sudah pagi, Alex. Lihatlah jam dinding dan jendela itu.” Sarah mencebik, mendekat pada Sammy. “Aku sudah siap berangkat ke sekolah, tapi kau justru masih tertidur.”Alex berdiri dari sofa, menguap beberapa kali. “Kau memang harus berangkat ke sekolah, Sarah. Aku akan kembali tertidur untuk mengisi energiku.”Sammy mengangkat Alex dan menempatkan remaja itu ke atas bahunya. “Kau tidak boleh tertidur lagi, Anak Nakal. Kau harus berolahraga sekarang juga. Aku dan Don juga akan melatihmu beladiri.”Alex terkejut, meneguk ludah, berontak. “Aku memiliki tugas penting sekarang. Turunkan aku sekarang.”Sammy dan Don membawa Alex keluar rumah.“Aku akan menemanimu berolahrga, Alex.” Jacob segera menyusul.Davis memelankan laju lari ketika melihat Sammy, Don, Alex, dan Jacob mendekat. “Sammy dan Don tampaknya kembali ke rumah untuk mengajak Alex berolahraga.”“Davis, Alex ingin menemanimu berolahraga.” Sammy mejatuhkan Alex.“Hei!” Alex mengelus bokongnya yang sakit. “Mereka sudah bertinda
Pencarian terus dilakukan oleh Trex, Frans, Willy, Nathan, Paula, dan yang lain. Mereka melewati satu per satu kota, mendengar cerita teman-teman mereka setelah peristiwa dua puluh lima tahun lalu. Satu per satu anggota baru berhasil direkrut.Di saat yang sama, pencarian Dylan terus dilakukan oleh Samson dan pasukan keluarga Miller. Akan tetapi, mereka tidak bisa menemukan keberadaan Dylan. Di saat yang sama, Levon Frangkrut bersama badan intelejen negara masih kesulitan untuk menemukan pria itu.Keluarga Miller tetap berada di kediaman utama. Mereka menyerahkan semua urusan pekerjaan pada orang-orang kepercayaan mereka. Mengetahui fakta jika Dylan belum berhasil ditemukan, membuat Daniel, Donald, Dennis, Dawson, dan Deavon nyaris gila. Kehidupan mereka seperti dihantui oleh seorang pria yang entah berada di mana.Daniel tengah bersama Darius, berjalan-jalan di sekitar danau. Tidak akan pembicaraan apa pun di antara mereka hingga Darius kembali ke kamarnya.Darius bisa melihat wajah
Daisy terkejut, menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang mendadak memerah. Wajah Davis mendadak berada di sekelilingnya.Darius tertawa. “Hanya dengan melihat wajahmu yang memerah, aku tahu kau sedang menyukai seseorang. Apa pria itu adalah pria bernama … Davis?”“Kakek, aku tidak menyukai Davis.” Daisy menoleh ke sisi lain. Ia melihat dua ekor angsa tengah saling kejar-mengejar.“Seperti kata pepatah, wanita sulit berkata jujur mengenai perasaannya.” Darius tertawa. “Aku tidak akan memberi tahu siapa pun, terutama ayah dan ibumu. Kau bisa berterus terang pada kakekmu. Aku sejujurnya tidak sabar melihatmu menikah dengan pria yang kau cintai.”“Kakek.” Daisy tersenyum, menyentuh pipinya yang memanas. “Aku benar-benar malu untuk mengatakannya, apalagi padamu.”Darius menoleh, mengelus lembut tangan Daisy. “Kau bisa mempercayai kakekmu, Daisy. Aku bisa menjaga rahasiamu.”Daiys menunduk, merasa bimbang untuk bercerita, terlebih mengenai perasaannya. Akan tetapi, ketika melihat wajah Da
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 18 (1540/1800)][Health Point: 39/39][Kekuatan: 34 | Pertahanan: 35 | Kecerdasan: 31 | Kelincahan: 34][Money Power: $1.090.065.000]Davis sedang memastikan persiapan penyambutan angggota baru malam ini. Sammy, Don, Angela, Jacob dan beberapa anggota pasukannya tampak sibuk mengatur semua persiapan di dalam dan luar rumah. Sementara itu, Alex tengah menemani Angela bermain di lantai atas.“Semua persiapan hampir selesai, Davis. Kita hanya perlu menunggu kedatangan Trex dan yang lain,” ujar Don.Davis tampak tegang dan senang di saat bersamaan. Ia ingin tahu seperti apa anggota baru pasukannya meski sudah mengetahui nama-namanya dari pemberitahuan sistem, Sammy, dan Don.Davis masih bingung kenapa anggota-anggota barunya memiliki tingkat kesetiaan yang sangat tinggi padanya, padahal ia dan mereka belum pernah bertemu sekalipun.Davis melihat tingkat kesetian Angela, Alex, dan Jacob di layar hologram. Mereka memiliki tingka
“Ayahmu sedang berada di kamarnya untuk bersiap-siap. Dia memintamu untuk pergi lebih dulu ke Oaktown bersamaku dan pengawal lain,” ujar Tommy.“Kenapa dia tidak berangkat bersamaku?” tanya Jack seraya menoleh ke lantai atas.“Kau bisa langsung bertanya padanya, Jack. Aku tidak bisa membaca pikiran ayahmu.” Tommy tersenyum.“Berhenti menghinaku, sialan!” Jack menaiki tangga, memasuki kamar Jeremy. Ia melihat pria itu tengah bersama seorang wanita. “Sialan!”Jack bergegas menuruni tangga, melewati Tommy. “Kita berangkat sekarang.”Rombongan mobil melaju meninggalkan gerbang rumah.“Suasana hatimu tampak sangat kacau sekarang, Jack. Apa karena kau akan bertemu dengan Levon?” Tommy tersenyum tipis.Jack mengembus napas panjang, menyandarkan punggung ke kursi, memijat kening.“Aku menyarankanmu untuk berpura-pura tidak mengetahui identitas Levon. Dia tidak segan-segan untuk menghancurkanmu dan ayahmu jika dia mau,” ucap Tommy.Jack berdecak, melihat tatapan serius Tommy di pantulan kaca j
“Apa yang kalian berdua lakukan di tempat ini, bajingan? Tidak bisakah kalian menjauh dariku untuk sementara waktu?” tanya Jack dengan tatapan geram, mengamati Russel dan Roland bergantian.Russel mendengkus kesal. “Siapa yang mengikutimu, brengsek? Jangan berpikir kau sosok penting sehingga aku mengikutimu ke mana pun kau pergi.”“Kenapa aku harus bertemu dengan dua orang brengsek seperti kalian? Malam ini benar-benar menyebalkan,” ujar Roland.Jack berdecak, mengawasi sekeliling. “Apa mungkin si pria ayam akan muncul juga dan membuat malam ini semakin membosankan?”Sebuah mobil menepi tidak jauh dari Jack, Russel, dan Roland.“Brengsek,” gumam Edwin ketika melihat Jack, Russel, dan Roland yang tengah berkumpul tak jauh dari mobilnya terpikir.“Ada apa, Edwin?” tanya seorang pria yang duduk di samping Edwin. Ia tertawa ketika melihat Jack, Russel, dan Roland. “Lihatlah siapa yang tengah berbincang sekarang? Bukankah mereka dalah mantan musuhku?”Pria bernama Emir turun dari mobil. “E
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m