[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 18 (1540/1800)][Health Point: 39/39][Kekuatan: 34 | Pertahanan: 35 | Kecerdasan: 31 | Kelincahan: 34][Money Power: $1.090.065.000]Davis sedang memastikan persiapan penyambutan angggota baru malam ini. Sammy, Don, Angela, Jacob dan beberapa anggota pasukannya tampak sibuk mengatur semua persiapan di dalam dan luar rumah. Sementara itu, Alex tengah menemani Angela bermain di lantai atas.“Semua persiapan hampir selesai, Davis. Kita hanya perlu menunggu kedatangan Trex dan yang lain,” ujar Don.Davis tampak tegang dan senang di saat bersamaan. Ia ingin tahu seperti apa anggota baru pasukannya meski sudah mengetahui nama-namanya dari pemberitahuan sistem, Sammy, dan Don.Davis masih bingung kenapa anggota-anggota barunya memiliki tingkat kesetiaan yang sangat tinggi padanya, padahal ia dan mereka belum pernah bertemu sekalipun.Davis melihat tingkat kesetian Angela, Alex, dan Jacob di layar hologram. Mereka memiliki tingka
“Ayahmu sedang berada di kamarnya untuk bersiap-siap. Dia memintamu untuk pergi lebih dulu ke Oaktown bersamaku dan pengawal lain,” ujar Tommy.“Kenapa dia tidak berangkat bersamaku?” tanya Jack seraya menoleh ke lantai atas.“Kau bisa langsung bertanya padanya, Jack. Aku tidak bisa membaca pikiran ayahmu.” Tommy tersenyum.“Berhenti menghinaku, sialan!” Jack menaiki tangga, memasuki kamar Jeremy. Ia melihat pria itu tengah bersama seorang wanita. “Sialan!”Jack bergegas menuruni tangga, melewati Tommy. “Kita berangkat sekarang.”Rombongan mobil melaju meninggalkan gerbang rumah.“Suasana hatimu tampak sangat kacau sekarang, Jack. Apa karena kau akan bertemu dengan Levon?” Tommy tersenyum tipis.Jack mengembus napas panjang, menyandarkan punggung ke kursi, memijat kening.“Aku menyarankanmu untuk berpura-pura tidak mengetahui identitas Levon. Dia tidak segan-segan untuk menghancurkanmu dan ayahmu jika dia mau,” ucap Tommy.Jack berdecak, melihat tatapan serius Tommy di pantulan kaca j
“Apa yang kalian berdua lakukan di tempat ini, bajingan? Tidak bisakah kalian menjauh dariku untuk sementara waktu?” tanya Jack dengan tatapan geram, mengamati Russel dan Roland bergantian.Russel mendengkus kesal. “Siapa yang mengikutimu, brengsek? Jangan berpikir kau sosok penting sehingga aku mengikutimu ke mana pun kau pergi.”“Kenapa aku harus bertemu dengan dua orang brengsek seperti kalian? Malam ini benar-benar menyebalkan,” ujar Roland.Jack berdecak, mengawasi sekeliling. “Apa mungkin si pria ayam akan muncul juga dan membuat malam ini semakin membosankan?”Sebuah mobil menepi tidak jauh dari Jack, Russel, dan Roland.“Brengsek,” gumam Edwin ketika melihat Jack, Russel, dan Roland yang tengah berkumpul tak jauh dari mobilnya terpikir.“Ada apa, Edwin?” tanya seorang pria yang duduk di samping Edwin. Ia tertawa ketika melihat Jack, Russel, dan Roland. “Lihatlah siapa yang tengah berbincang sekarang? Bukankah mereka dalah mantan musuhku?”Pria bernama Emir turun dari mobil. “E
“Aku tidak apa-apa, Kakek. Aku hanya sangat senang mendapatkan anggota baru sampai aku tidak bisa berkata-kata untuk sesaat.” Davis tersenyum meski masih bingung dengan penglihatan barusan.“Kejadian itu kembali muncul secara tiba-tiba dan semakin jelas dari waktu ke waktu. Jika kejadian itu sungguhan, lalu siapa seorang pria, seorang wanita, dan seorang bayi yang sedang dikejar-kejar oleh sebuah pasukan? Apa mereka memiliki hubungan denganku?”Davis berjalan ke tengah-tengah halaman. “Aku sudah mempersiapkan semua ini untuk menyambut kalian semua. Nikmatilah malam ini sebaik mungkin.”Davis mulai mendekat pada anggota barunya. Ia sangat senang meski masih bertanya-tanya kenapa mereka memiliki level kesetiaan yang sangat tinggi, padahal untuk mendapatkan kesetian Angela, Alex, dan Jacob, ia harus membayakan nyawanya sendiri.“Senang berjumpa dengan kalian.” Davis melambaikan tangan.“Senang berjumpa dengan Anda, Tuan Davis.” Rudy membungkuk hormat.“Kau tidak perlu bersikap seperti it
Acara semakin meriah dari waktu ke waktu. Jack, Edwin, Russel, dan Roland tampak sibuk berbincang dengan beberapa tamu undangan. Di saat yang sama, Levon memperhatikan mereka dari kejauhan.Alunan musik terdengar merdu, menjadi latar obrolan para tamu yang berasal dari keluarga kelas atas. Para pelayan tampak hilir mudik membawa hidangan. Suasana tampak ramai dengan cerita dan tawa.“Lihatlah, orang-orang bodoh itu!” Levon tertawa dalam hati seraya menatap Jack, Edwin, Russel, dan Roland bergantian. “Mereka tampak beringas dan menyeramkan ketika mereka memimpin kelompok berandalan mereka. Tapi mereka tampak seperti pria terhormat ketika berbincang dengan tamu lain. Selain aku, mereka juga memiliki kemampuan berakting yang luar biasa.”Levon mengamati para tamu yang tengah sibuk berbincang. “Orang-orang di tempat ini adalah orang-orang bermuka dua, termasuk aku.”Levon mengambil segelas minuman dari nampan yang dibawa seorang pengawal. Ia berjalan melewati Jack, Edwin, Russel, dan Rola
Dylan tidak mengalihkan pandangan sedikit pun dari layar selama beberapa menit. Kepalan tangannya menguat bersamaan dengan tatapannya yang menunjukkan amarah yang menggebu-gebu. Kenangan masa lalu memenuhi pikirannya saat ini.Suara denting jam terdengar di heningnya ruangan. Kesunyian membuat Dylan tertarik ke masa lalu. Ia merasa kehidupannya sangat bahagia sampai kebahagian itu hancur lebur karena sebuah pengkhianatan dari orang yang sangat dipercayanya.“Semua ini berawal dari kebobohanku, kebodohan karena aku mempercayai orang sepertimu, Mario. Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku, tapi kau justru menusukku dari belakang. Kau bekerja sama dengan Daniel dan saudara-saudaranya untuk menghabisi Damian, Domonique, Davis, dan juga aku.”“Kau yang membuat kami hidup dalam penderiataan selama bertahun-tahun. Kau yang sudah membuat kami terpisah. Kau hidup dalam kesenangan di saat kami hidup dalam penderitaan berkepanjangan. Andai saja aku tidak mempercayaimu, andai saja aku tidak me
Mike berjongkok, mengembus napas panjang. “Apa kau ingat saat kau mengatakan jika Tuan Damian, Nona Dominique, putra mereka, dan Dylan kemungkinan selamat dari kejadian malam tragis itu?”Mario sontak terkejut, memaksakan diri untuk duduk, menatap Mike.“Jika mereka berhasil selamat dan masih hidup hingga sekarang, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan terus bersembunyi hingga kau menjadi mayat di ruangan ini atau kau akan berbalik dan kembali berada ke pihak mereka untuk membantu mereka membalaskan dendam pada keluarga Miller?”Mario kembali berbaring di lantai, memunggungi Mike. Ketika ia memejamkan mata, semua tindakan pengkhianatannya seketika bermunculan. Tubuhnya bergetar karena penyesalan dan amarah. Ia merasa iri pada Dylan dan hal itulah yang mendorongnya untuk menerima tawaran dari keluarga Miller. Akan tetapi, setelah semua yang telah ia berikan untuk keluarga Miller, mereka justru ingin menghabisinya.“Keluarga Miller berada di puncak piramida sekarang. Semua orang memuj
Sebastian membuka mata. Ketika menoleh ke belakang, ia melihat sebuah pasukan sudah berbaris rapi. “Aku cukup kecewa karena respons kalian masih cukup lambat. Kalian memang tidak terlambat, tapi kalian membuatku menunggu cukup lama. Apa kalian menjadi lemah karena kalian sudah lama tidak mendapatkan pelatihan dariku?”Sammy dan yang lain tidak menjawab. Wajah mereka tampak tegang untuk sesaat.Sebastian berbalik, menatap Sammy, Don, Trex, dan yang lain satu per satu. Ia seperti tertarik ke masa lalu saat melihat Sammy dan yang lain berbaris seperti sekarang. “Samuel, laporkan laporan lengkapnya padaku.”“Jumlah anggota pasukan berjumlah tiga puluh lima orang. Tiga puluh dua orang, termasuk aku, berkumpul di sini. Tommy dan Eslon sedang dalam tugas mata-mata, sedang Sonny berada di rumah sakit. Ada lima anggota yang masih belum ditemukan keberadaannya hingga sekarang,” ujar Sammy.“Kalian harus mencari mereka secepatnya.” Sebastian kembali memunggungi Sammy dan yang lain. “Lanjutkan la
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m