Davis segera berlari, memasuki beberapa gang kecil hingga tiba di trotoar. Ia melihat Julian dan Julius tengah mencarinya. “Sistem tidak memberiku quest. Aku lebih baik pergi dan menghindari pertarungan.”Davis memasuki mobil, melaju dengan cepat. Ia melihat dua pria kembar itu mengamati mobilnya. “Mereka adalah orang-orang yang berbahaya. Aku harus memberi tahu pihak keamanan di rumah kakek untuk meningkatkan penjagaan mereka.”Davis melepas masker, kacamata, dan topi, mengembus napas panjang. “Aku tidak tahu jika Black Lizard sudah mulai bergerak. Aku penasaran kenapa mereka sampai mencariku. Apa karena aku yang menguasai jalanan Leaventown saat ini?”Davis menepikan mobil di depan kediaman keluarga Anderson, menatap kamar Sebastian. “Dua pria kembar itu akan mengincar kakek. Toba memberikan banyak informasi pada mereka mengenai aku.”“Aku harus semakin berhati-hati dalam bergerak. Keluarga Anderson, terkhusus kakek justru akan terseret. Aku tidak boleh membuat kakek berada dalam ba
Julian dan Julius keluar dari mobil, mengangkut beberapa kotak makanan, mengawasi keadaan sekitar. Mereka mendengar suara tepuk tangan yang membahana dari dalam ruangan.Julian dan Julius memasuki dapur, menyimpan kotak-kotak makanan, kembali ke mobil untuk mengambil barang-barang lain.“Kita berhasil masuk rumah ini tanpa kesulitan.” Julian tersenyum bengis, mengawasi sekeliling. Ia melihat beberapa pengawal yang berjaga di sekitar halaman dan teras rumah.“Usaha kita mengawasi rumah ini berjam-jam tidak sia-sia. Kita tertolong karena dua staff restoran bodoh yang kita hajar,” sahut Julius.Jualian dan Julius kembali memasuki rumah.“Kau sudah menyiapkan obatnya?” tanya Julian.“Aku sudah menyiapkannya khusus untuk Davis. Kita akan menghajar dan menculiknya saat di lengah.” Julius tersenyum lebar.“Aku heran kenapa Toba, Lexy, dan John bisa kalah dari orang sebodoh Davis.”Julius mendengkus. “Sejak awal, mereka hanya keroco lemah dan tidak berguna.”Davis sudah berada di deretan kelu
Davis dan Sarah berada di depan Sebastian. Drake, Louise, dan Ivan tampak kesal meski tidak mengatakan dan berbuat apa pun. “Kakek, aku memberikan hadiah ini untukmu.” Sarah tersenyum lebar, memberikan sebuah kado. “Aku harap kau selalu sehat dan bahagia.”“Terima kasih, Sarah. Kau anak yang sangat baik.” Sebastian mengelus rambut Sarah. “Aku tidak sabar untuk melihat hadiahmu.”Sarah memeluk Sebastian dengan erat, mengabaikan tatapan sinis dari Drake, Louise, dan Ivan. “Kita akan bermain nanti.”Sarah bergeser ke samping, mendekat pada Susan, Rebecca, dan Emmely.Davis memeluk Sebastian. “Terima kasih atas kebaikan yang kau berikan padaku selama ini, Kakek. Aku berdoa untuk kesehatan dan kebahagianmu. Aku sangat beruntung memilikimu dalam hidupku.”“Aku akan selalu berada di sisimu sampai kapan pun, Davis.” Sebastian mendekap Davis dengan erat, memejamkan mata, menahan tangis.Davis menangkap gelagat aneh dari dua pelayan yang sedang membersihkan mejanya. Ia perlahan melepas pelukan
“Dasar brengsek!” Julian memukul kemudi hingga klakson berbunyi. Ia menyeka darah di kepala, memacu mobil lebih cepat. “Davis mempercundangi kita!”“Kau benar.” Julius menekan kain di dahi. “Dia ternyata hanya berpura-pura tidak sadarkan diri dan menggunakan kesempatan itu untuk menghajar kita.”“Bagaimana Davis bisa tahu penyamaran kita? Dia bahkan tidak pernah bertemu dengan kita sebelumnya. Kita bahkan melakukan penyamaran menjadi pelayan. Apa mungkin dia mencari informasi mengenai orang-orang yang dekat dengan Toba, Lexy, dan John?”“Hal yang membuatku bingung adalah kenapa Davis tidak terpengaruh dengan obat yang kita masukkan ke dalam minumannya? Apa dia sudah mencurigai kita dan mengetahui kita menambahkan racun ke dalam makanan dan minumannya sebelumnya?”Julius berbaring di kursi, meringis kesakitan.“Kita bersandiwara dengan sangat baik. Kesalahan kita adalah kita terlalu meremehkan Davis hingga rencana kita gagal. Kita masih memiliki kesempatan untuk mengalahkan Davis besok
Romeo, Gabriel, Joseph, dan Paul menjauh dari pintu kamar ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Mereka bersembunyi di balik dinding.“Apa kalian mendengar perkataan kakek tadi?” tanya Romeo seraya menatap Gabriel, Joseph, dan Paul bersamaan.Romeo menoleh pada Drake, Louise, dan Ivan yang keluar dari kamar. “Kakek mengatakan jika orang tua Davis berjasa dalam keluarga kita.”“Aku memang mendengar jika Paman Drake dan yang lain membicarakan mengenai orang tua Davis dan panti asuhan tempat Davis dirawat,” sahut Romeo.“Apa mungkin orang tua Davis berasal keluarga kelas atas?” tanya Joseph.Paul berpikir keras, menatap ketiga sepupunya bergantian. “Jika melihat kekayaan yang Davis dapatkan secara tiba-tiba, aku pikir dugaan keluarga Davis berasal dari kelas atas masuk akal. Davis mungkin saja sudah bertemu dengan keluarganya sekarang dan memilih merahasiakannya dari kita.”Susan, Rebecca, dan Emmely mengintip dari tempat berbeda. Mereka terkejut dan tersenyum ketika mendengar dug
“Aku berencana untuk membangun sebuah perusahaan dalam bidang jasa keamanan. Sammy akan bertugas mengelola perusahaan tersebut dan bertanggung jawab langsung padaku. Aku ingin kalian juga membantunya,” ujar Davis.Frans berdecak. “Kau terdengar sangat menyebalkan, Davis. Kau pasti sudah tahu jika kami berenam hanyalah pedangang kecil, pemilik salon jelek, pengumpul barang bekas, dan tukang kayu. Kami tidak pernah berurusan dengan perusahaan selama hampir bertahun-tahun.”“Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Hal terpenting adalah apa yang sudah kalian lakukan di masa datang. Aku sangat mempercayai Sammy, begitupun dengan kalian. Aku yakin Sammy tidak sembarang memilih kalian menjadi anggotanya.”Don, Trex, Frans, Willy, Nathan, dan Paula seketika menatap tajam Davis, menoleh pada Sammy sesaat.“Apa hal ini ada hubungannya dengan rencanamu untuk membentuk sebuah pasukan para berandalan seperti kabar yang aku dengar?” tanya Nathan.Davis mengangguk. “Aku ingin kalian melatih para beranda
Para berandalan sudah berkumpul di halaman gedung sejak setengah jam lalu. Mereka terus berdatangan dari gerbang, pagar samping, dan belakang gedung. Suasana tampak ramai, berbanding terbalik dengan gedung lain yang tampak sepi dan angker.Para penyusup yang dikirimkan Dariel, Daisy, dan Deric sudah berada di tengah-tengah para berandalan. Nama Davis, The Street Boss, dan Roxy beberapa kali disebut.Julian dan Julius muncul dari gerbang, mengawasi sekeliling.“Aku tidak menduga para berandalan yang berkumpul sebanyak ini,” ujar Julian.“Aku juga tidak menyangka pengaruh Davis akan sebesar ini. Aku melihat beberapa berandalan dari luar kota ikut berkumpul. Tapi, aku pikir para berandalan ini tidak sepenuhnya ingin menjadi pengikut Davis. Mereka lebih tertarik untuk mengetahui tujuan Davis sebenarnya,” sahut Julius.“Kau benar, Julius. Kita hanya perlu menangkap Davis saat dia lengah. Saat kita berhasil menangkapnya, para berandalan ini akan kehilangan kepercayaan dan respek pada Davis
“Apa kau melihatku sedang bercanda?” Davis tersenyum lebar.“Dasar brengsek!” cibir Don sembari menatap tajam Davis, “Davis membuat kita semua kerepotan di malam yang dingin ini.”Frans tertawa. “Aku semakin rindu dengan masa lalu saat kita masih tergabung dalam pasukan lama kita.”Sammy tersenyum tipis. “Kita akan bertaruh sekarang. Siapa yang paling banyak mengalahkan para berandalan akan mendapatkan enam ratus ribu dolar.”“Dasar bajingan! Dari mana kami mendapatkan uang sebanyak seratus ribu dolar?” Willy mendengkus kesal.“Aku akan meminjamkan kalian uang,” ucap Sammy.“Kau masih saja tidak berubah, Samuel!” Nathan mendengkus. “Baiklah, pinjamkan aku seratus ribu dolar. Aku akan membayar utangku jika aku menang.”Davis maju beberapa langkah. “Apa kalian setuju dengan syarat yang aku ajukan?”“Kami setuju!” Hampir semua berandalan menjawab.“Sebelum aku memberi tahu kalian persyaratannya, aku ingin mengingatkan kalian bahwa aku hanya memberi kalian satu kali kesempatan. Aku tidak
Langit tampak sangat cerah siang ini. Awan-awan putih bergerak pelan, disusul angin yang berembus kencang. Kawanan burung melewati pepohonan, pantai dan batu karang.Davis, anggota keluarga Anderson, dan yang lain tengah menikmati makan siang di halaman. Para pelayan tampak sibuk menghidangkan sajian di meja.Alex, Sarah, dan Elora menghangatkan suasana dengan pertengkaran kecil mereka.“Apa kau membutuhkan sesuatu, Kakek?” tanya Davis sambil meletakkan minuman di samping piring Sebastian. “Jika kau merasa makanan ini kurang, kau bisa meminta makanan lain.”“Aku tidak mungkin bisa memakan semua makanan ini sendirian, Davis.” Sebastian tertawa. “Kaulah yang seharusnya makan dengan lahap. Kau pasti membutuhkan banyak tenaga untuk pekerjaanmu.”“Di mana Alvin, Sonya, dan Sanu? Aku tidak melihat mereka.” Davis mengamati meja dan sekeliling halaman. “Mereka seharusnya bergabung dengan kita.”Drake melirik Davis sekilas. Ia tentu akan sangat marah jika Davis mengajak mereka bertiga ke meja
Daniel sontak terdiam. Rahangnya mengeras, dada berubah sesak, dan jantung berdetak sangat kencang. Semua momen ketidakadilan yang ia dapatkan selama ini seketika bermunculan dalam pikirannya. Ratusan batu seolah menghujaninya.Daniel tidak berkedip, tetap menatap Darius selama beberapa waktu. Amarah dan dendam terlihat sangat jelas di matanya. Sekujur tubuhnya mendadak gemetar dan darah bergejolak.Satu pertanyaan dari Darius membuatnya sangat kesal. Seseorang seolah terus membisikinya agar ia menghabisi Darius sekarang.“Apa yang kau lakukan pada Damian, Daniel?” tanya Darius dengan tatapan tajam. Ia mencengkeram tangan Daniel sekuat mungkin, berusaha bangkit meski beberapa kali kembali terbaring di kasur.Daniel bergegas menggigit bibir sesaat sebelum amarah menguasainya. Ia menarik napas panjang, memaksakan diri tersenyum.“Ayah, apa yang baru saja kau katakan? Aku tidak melakukan apa pun pada Damian.”“Tidak! Kau sudah mencelakai Damian! Kau sudah mencelakainya!” teriak Darius se
Dennis, Dawson, dan Deavon sontak terkejut. Mereka menatap Donald tanpa berkedip, tenggelam dalam pikiran masing-masing. “Menjadikan keluarga kita di luar negeri sebagai sekutu adalah pilihan yang sangat tepat. Daniel tidak akan bisa mengalahkan mereka,” ujar Donald. “Apa yang sebenarnya kau rencanakan?” tanya Dennis, “Apa mungkin kau akan memberi tahu mereka soal kejadian ....”“Aku memang berencana untuk memberi tahu mereka mengenai kejadian itu. Mereka pasti akan sangat marah.” Donald tertawa. “Aku tidak tahu kau sudah segila ini!” Dennis mendengkus kesal. “Jika kau memberi tahu mereka, kita pasti akan mendapatkan masalah besar. Daniel tidak mungkin tinggal diam. Dia pasti akan menyeret kita semua.”Dawson berdiri. “Itu benar. Aku setuju jika kau menjadikan keluarga kita di luar negeri sebagai sekutu, tetapi memberi tahu mereka mengenai kejadian di masa lalu adalah risiko yang sangat besar. Mereka bisa saja mencurigai kita dan menghukum kita.”“Lalu, apa rencana kalian untuk men
Daisy tertidur selama beberapa menit, terbangun saat ponselnya berdering. “Ayah? Dia pasti mengkhawatirkanku.”“Aku baik-baik saja, Ayah. Aku akan bertemu dengan Helga Tolando. Dia sedang berlibur sekarang. Tenanglah, Ayah. Aku yakin mereka tidak akan menyakitiku.”Daisy mengembus napas panjang, menatap pemandangan selama beberapa waktu. “Ayah menjadi sangat mengkhawatirkanku akhir-akhir ini. Tidak, ayah sangat khawatir padaku sejak ibu meninggal dunia. Bagaimanapun juga aku satu-satunya putrinya.”Daisy tiba-tiba tersenyum saat mengingat Davis. “Astaga, apa yang aku pikirkan? Kenapa aku tiba-tiba memikirkan Davis?”Daisy mendadak cemberut. “Aku memang merindukan Davis. Aku bisa saja meminta Helga untuk mengajak Davis seperti waktu itu, tetapi aku merasa aku seharusnya yang lebih berusaha untuk dekat dengan Davis. Dia benar-benar tidak peka!”Daisy memejamkan mata sesaat. “Aku sebaiknya bertemu dengan Helga untuk bersenang-senang sekarang.”“Astaga, kenapa aku terlihat sangat menyedih
Henry Tolando memasuki gedung, berjalan menuju kamarnya. Drake hendak mengikuti, tetapi Harry melarangnya. Henry Tolando memasuki kamar, melepas jas, menjatuhkan diri di sofa. “Di mana Harry dan Helga sekarang? Mereka tidak menyambutku.”Harold menyahut, “Tuan Harry sedang bersama Davis, sedangkan Nona Helga berada di kamarnya, Tuan.”“Kau harus melakukan tugasmu dengan benar, Harry.” Henry Tolando bersandar, mengembus napas panjang. Ia mendadak jengkel saat mengingat Davis. “Apa yang terjadi antara Helga dan Davis? Harry mengatakan jika Helga marah pada Davis? Apakah Davis membuat masalah?”“Nona Helga mendadak marah saat bertemu Davis. Dia mengatakan akan meninggalkan tempat ini secepatnya.”Henry Tolando tiba-tiba mengingat ucapan Harry tempo hari. “Helga menyukai Davis. Itu benar-benar gila sekaligus memuakkan.”Helga masih berada di kamar, mengabaikan panggilan di ponselnya. “Davis benar-benar membuatku kesal. Dia bahkan tidak memujiku, padahal aku sudah mempersiapkan semuanya
“Desas-desus?” Davis terdiam saat sistem memberikan peringatan. “Sistem melarangku untuk bertanya,” gumamnya. “Aku tidak pernah mendengar desas-desus apa pun mengenai keluarga Miller. Aku sibuk membangun bisnisku selama ini.”Harry tersenyum, bergumam, “Dasar penipu sialan! Daisy mengatakan kau adalah teman masa kecilnya. Kau pasti sudah tahu mengenai desas-desus ini, Davis. Tapi, aku ingin melihat reaksimu untuk memastikan dugaanku.”Harry bersandar di pagar. “Kabar ini hanya diketahui oleh keluarga kelas atas saja. Aku akan memberi tahumu desas-desus itu karena kita adalah teman.”Davis mengamati cincin. “Seperti yang sudah aku duga, sistem tidak memberi peringatan apa pun jika aku tidak bertanya soal keluarga Miller.”Harry mengawasi sekeliling sesaat. “Anggota keluarga Miller tidak akrab satu sama lain. Mereka hanya bersikap akrab di depan semua orang. Mereka sempat terlibat konflik berdarah bertahun-tahun lalu.”Davis menggigit bibir saat akan bertanya. Ia harus tetap diam tanpa
“Bisakah kau mengendarai mobil lebih cepat?” ketus Helga sembari menendang kursi sopir. “Kau mengendarai mobil seperti siput!” “Kau tampaknya tidak sabar bertemu Davis, Helga.” Harry tertawa terbahak-bahak. “Tenanglah, Davis tidak akan pergi ke mana-mana.” “A-apa maksudmu, Harry?” Helga memutar bola mata, berdecak saat wajahnya memerah. “A-aku hanya ingin segera beristirahat. Aku bahkan akan langsung pergi jika liburan ini membosankan.”“Kenapa Davis memilih tempat itu sebagai tempat liburan?” Helga mendengkus kesal. “Dia memang memiliki selera yang jelek. Dia seharusnya memilih tempat yang aku pilih sejak awal.”“Mengomel tidak akan mengubah apa pun, Helga. Kau harus menikmati liburan ini dengan baik. Bukankah kau sangat menantikan liburan ini sampai kau mempersiapkan banyak hal?”“Aku tidak mempersiapkan apa pun! Aku tidak akan pergi jika ayah tidak memaksaku!”“Kau membeli banyak busana kemarin. Kau bahkan pergi ke salon kecantikan hingga larut malam. Kau tentu ingin tampil luar
Romeo mengamati kamar Sebastian di balik dinding. “Alvin dan Sonya tampaknya masih belum keluar dari kamar kakek. Apa yang sebenarnya mereka lakukan?”Romeo terdiam saat Sonya keluar dari ruangan sambil membawa sebuah gelas. “Apakah dia menemui Kakek untuk mengambilkan minuman?”Sonya melirik Romeo sekilas, berbelok ke kiri. “Mereka masih mencurigaiku.”Romeo mendengkus kesal saat ponselnya berbunyi. “Ya, aku baru saja selesai bersiap-siap. Tunggu aku di sana, Gabriel.”Romeo mengamati kamar Sebastian sesaat, menuruni tangga. Ia tersenyum saat melihat Drake berjalan dari arah sebaliknya. “Paman.”“Apa yang kau inginkan, Romeo? Katakan sekarang,” ujar Drake. “Aku melihat Alvin dan Sonya memasuki kamar kakek, Paman. Sonya keluar dari kamar sambil membawa gelas, sedangkan Alvin masih berada di kamar Kakek hingga sekarang.”Drake terdiam sesaat. “Jangan halangi jalanku.”Romeo mengamati kepergian Drake. “Paman Drake masih saja ketus seperti biasa. Aku yakin dia pasti akan mendatangi kake
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 40 (1800/4000)][Health Point: 58/58][Kekuatan: 58 | Pertahanan: 59 | Kecerdasan: 58 | Kelincahan: 58][Money Power: $30.439.190.000]Rombongan mobil melaju kencang di sebuah jembatan, melewati pepohonan menjulang tinggi ke langit.Sebuah bangunan megah terlihat dari jarak agak jauh. Angin berembus kencang, menggoyangkan dedaunan dan ranting. Langit tampak sangat cerah.Rombongan mobil keluar dari hutan, melaju di jalanan lurus. Kendaraan-kendaraan itu memasuki gerbang, menepi di depan bangunan. Para penjaga dan pelayan sontak membungkuk saat satu per satu orang turun dari mobil.Davis keluar dari mobil, membantu Sebastian duduk di kursi roda. Ia tersenyum saat mengamati pemandangan sekeliling.“Tempat ini sangat luar biasa. Aku menyukai tempat ini.” Davis tersenyum, mengamati Sebastian. “Kau baik-baik saja, Kakek? Kau terus diam sepanjang perjalanan.”“Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit lelah karena perjalanan panjang. A