Episode 237: Di Atas Rasa Sakitnya Kami Tertawa Puas, Di Atas Penderitaannya Kami Bersyukur Bahagia, Kematiannya Adalah Puncak Dari Hiburan Kami!Bangsa Selatan-Kelabu ....Sebuah ruangan terang nan bersih, bersuasanakan harapan kecemasan dan berisikan segala benda-benda medis yang higienis tengah diisi oleh delapan individu.Ruangan ini seperti sebuah kubah kaca yang dikelilingi alat-alat dengan fungsi yang sistematis dan berbahaya.Figur wanita berpenampilan eksentrik duduk di sofa merah yang tersedia bersama tiga Auranias yang duduk di samping kiri-kanannya. Menyaksikan langsung kegiatan empat individu di depan mereka yang disekat kaca tebal; di dalam kubah kaca.“Uhuk ...! Uhuk ...!” Batuk-batuk yang sulit dan menyakitkan Eriel muntahkan sedari tadi.Kentara bahwa Eriel De Atria menahan derita aneh yang menggerogoti kesadarannya, wajahnya lesu pucat pasi, matanya berbungkus kesuraman, gestur duduk tegapnya penuh perjuangan untuk dipertahankan, sementara dua tangannya bergetar geti
Episode 238: Di Atas Pena, Sutradara Tertawa, Menyaksikan Manusia, Mempertanyakan Sandiwara Dunia.Liora menyerah. Pasalnya, Siluman Pentana tidak pernah ada di sana. Dirinya yakin, itu bukan karena informasinya yang keliru, tepatnya sang Siluman pandai dalam berkamuflase. 23:08.Di malam dingin yang terbentang bising-bising pertempuran bersama kesunyian misterius ... Liora sudah berdiri menyandarkan punggungnya pada tiang depan kelas dengan bersedekap menyilangkan tangan dalam niat menanti dua rekannya.Delapan menit setelah penantiannya yang membosankan, dua Auranias yang ditunggu pun hadir; Deus yang bicara melantur dan Kael yang tampil sehat karena menelan pil Pemulihan tipe B membuat fisiknya terlihat normal walau mantelnya tetap menggambarkan pengalaman tempur yang melelahkan. Ketika mereka saling bertemu, Liora menatap Kael dengan isyarat mempertanyakan hasilnya.Tanpa basa-basi Kael mengeluarkan selembar Kartu Penyegelan yang berpola lingkaran hitam bulat bernomor 70, di
Episode 239: Bangunkan Aku Ketika Kenyataan Tidak Lagi Menindasku.3468 / 15 / Taurus (Musim Gugur).Bangsa Selatan-Kelabu pada kota Ikora ....19:22.Malam itu Arius kesulitan mengalihkan atensinya dengan bermain lego. Menyadari sang Mama tercinta tersiksa lebih dari sebulan rasanya tidak etis dipersepsikan baik-baik saja.Kakek neneknya (kedua orang tua Hiro Asashi) sampai hadir dalam rumah megah kepunyaan Eriel. Untuk sekarang, mereka berada di ruangan yang hangat, lantai pertama, duduk di sofa berbentuk daun pisang menemani dan menenangkan Arius. Sayang, itu berlaku sebentar. Rintihan siksa yang Mama-nya gaungkan sedari siang terlalu berat diabaikan.“Arius ...!” Sang nenek (Auranias Pingai, level 78, wanita 50 tahunan berambut cokelat yang disanggul dan berbusana hangat khas bangsa Selatan-Kelabu, bernama Usua Runium) memanggil cucunya yang lepas dari sisinya.Arius berlari ke lantai dua. Berlari menuju sebuah ruangan yang ditempati kedua orang tuanya.“KHHHHUUUUAAKH ...!”Mereka
Episode 240: Biar Alam Yang Bicara Lewat Bahasanya Yang Apa Adanya.3468 / 18 / Taurus (Musim Gugur).12:11.'Bruk'.Seorang wanita 30 tahunan berambut cokelat pendek baru saja tumbang dengan tanpa daya di atas ring. Sedang pria bertopi hitam (wasit) mengangkat tangan kanan Ineia menampilkan sang sosok pemenang atas duel seni beladiri Aura tipe Fundamental.Ineia tersenyum berseri-seri. Berdiri tegap di hadapan puluhan manusia.'Prok' 'Prok' 'Prok' ....Gemuruh tepuk tangan para pemirsa menyertai kemenangannya. Untungnya, busana identitas Ineia sebagai anggota militer sudah ditanggalkan sehingga tidak ada bisik-bisik sentimental disebabkan Ineia termasuk Auranias terlatih.Kael hanya tersenyum senang dengan menyelipkan dua tangan ke saku mantel kumalnya di samping ring tanpa bertepuk tangan. Kemenangan rekannya sudah dalam tebakannya yang akurat.Ineia turun dengan melompat dari ring menuju panitia guna mengambil uang hadiahnya, sebesar 2000 Kinh. Lantas membagi setengahnya pada Kael
Episode 241: Maafkan Aku Kawan, Wajahmu Terlalu Kriminal Untuk Jadi Pahlawan.3468 / 19 / Taurus (Musim Gugur).14:11.Di puncak gedung rumah medis berlantai 7 pusat kota ....Liora De Atria.Wanita berambut merah Bob itu berdiri di batas akhir gedung rumah medis bergaya tabung. Memandangi hamparan kosong beberapa puluh meter di depannya yang bisa dijadikan ruang yang cukup untuk lompat bunuh diri, melihat bangunan-bangunan tinggi yang tidak bisa sama tingginya, menyimak suara-suara kesibukan manusia, atau cakrawala yang terbungkus awan-awan warna perak yang membeku menahan suatu gempuran dari dalam dan akan pecah sebagai butiran salju. Berdiri di sana sendiri, seperti menunggu sesuatu yang tidak akan pernah ia temui. Suhu dingin disekitarnya cocok untuk keadaan hatinya. Dia berkontemplasi atas lembaran-lembaran skenario hidupnya. Kadang berpikir, mengapa orang-orang hidup terlihat mudah, mengapa dia yang harus mengalami ini-itu, mengapa rasanya keadilan tidak nyata atau ....Ingat
Episode 242: Kalau Ini Tidak Berguna, Biarlah, Biarlah Melihatnya Demikian, Apa Adanya.Masih terang diingatan Eriel, masa kanak-kanaknya yang digunakan untuk belajar, belajar dan belajar menggembleng diri ........Berlari-lari di bawah hujan salju, dua anak kembar 5 tahunan yang punya mata indah serupa berlian bermain riang di sisi hutan. Pedihnya suhu dingin tertahan karena busana tebal yang membungkus mereka.“GHRRROOOOAAAARR ...!” Hingga kesenangan tercuri dari mereka begitu makhluk karnivora berbulu dan bertubuh besar hadir di depan mereka. Beruang putih. Meraung dan seolah datang hendak menerkam.“Mundur Ril, biar aku yang hadapi beruang itu!” Kael memosisikan diri di hadapan Eriel dengan segenggam salju ditangan yang dimaksudkan sebagai senjata sekalian berupaya memproteksi sang adik tercinta.Beruang salju berbulu putih berjalan menghampiri kedua anak kembar itu. Menampilkan giginya yang runcing mengancam, memamerkan tatapan mata lapar dan dia entah bagaimana cukup mengerikan
Episode 243: Hiperrealitas.3468 / 26 / Taurus (Musim Gugur).Sejauh mata memandang bangunan-bangunan rumah panggung di kota Nirvena yang artistik diputihkan oleh gugusan salju yang rontok, para orang tua mengawasi anak-anaknya supaya bermain sesuai usianya, para remaja bermain sembunyi-sembunyi di luar pengawasan orang tuanya supaya bisa menikmati kebebasan melanggar norma.“HAHAHA ....”“Ayo kenai aku!”Tawa anak-anak mengiringi permainan kejar-kejaran. Diantara mereka kebanyakan berperan sebagai tikus dan hanya satu yang berperan selayaknya kucing. Masa perdamaian yang sangat layak disyukuri dan dinikmati sesuai porsi masing-masing. Tetapi lekas tawa dan kegirangan itu berganti jadi keseriusan dan ketercengangan yang intens. Tepat ketika mendapati hadirnya satu kompi militer di tengah jalan perumahan Avua yang tiba-tiba.Ratusan serdadu militer angkatan darat yang dikomandoi seorang kapten berjalan rapi melintasi mereka menuju suatu tempat. Berbaris bersama-sama selayaknya sekum
Episode 244: Hei Bangsa Yang Megah, Bangsa Yang Kami Hadiahkan Cahaya Terang, Berdirilah Dengan Percaya Diri! Berdirilah Dengan Percaya Diri!3468 / 02 / Gemini (Musim Gugur).14:03.Kota Quin ....Hujan deras yang dingin membasuh tiap-tiap rumah-rumah pohon.Para pemburu Pewaris-Aura langka bergerak ke arah pusat kota. Kabarnya, mereka tidak akan membunuh satu pun Pewaris-Aura langka asalkan sudi bekerja sama.Namun, di sebuah kamar mandi toko buku, ada rintihan kecewa yang berkumandang dari pria bermantel warna kelabu. “Berengsek! Berengsek! Kenapa aku bodoh!”Seluruh lembaran uang nominal seratus Kinh dihamburkan dari kopernya. Dirobek-robeknya bahkan. Dia duduk di lantai dengan meninju-ninju lantai dan meringis sakit hati.Betapa pemuda itu tidak sakit hati, 58 Kartu Segel Siluman yang baru saja dijual pada seorang yang menawarkan uang amat besar (400.000 Kinh) rupanya merupakan uang imitasi, palsu.Kael De Rigel baru saja ditipu oleh pria berkumis tipis tak dikenal yang berlaga