Home / Pendekar / Sistem Aura (Infinity) / Episode 2: Kami Rela Tinggalkan Surga Yang Fana Untuk Menikmati Kesengsaraan Dunia Yang Nyata.

Share

Episode 2: Kami Rela Tinggalkan Surga Yang Fana Untuk Menikmati Kesengsaraan Dunia Yang Nyata.

Author: Radif
last update Last Updated: 2021-09-16 18:05:03

Episode 2: Kami Rela Tinggalkan Surga Yang Fana Untuk Menikmati Kesengsaraan Dunia Yang Nyata.

Pada tanggal 13, musim gugur, bintang Leo, dalam masa revolusi, sosok pionir yang dipilih sejumlah masyarakat naik panggung politik dan mendapat atensi, juga simpati.

Telah berkali-kali perjuangannya yang bertumpah pengorbanan akhirnya mulai diberikan ruang di muka publik. Ia dinilai sukses menjadi tokoh revolusioner paling berpengaruh. Hingga gagasan-gagasannya yang acap kali kontroversial telah dipandang sebagai solusi keselamatan dan menggugah setiap pihak mengangguk mematuhinya.

“... kalian semua dininabobokan oleh suatu sistem yang masif, terstruktur dan terasa wajar, yang mengharuskan setiap lini masyarakat tunduk dalam sistem tersebut. Tampaknya bermanfaat dan memanjakan hasrat. Saking memanjakannya mayoritas individu menganggapnya wajar. Namun karenanya, benarlah, bahwa kalian telah dininabobokan oleh sistem tersebut ....”

Lalu dikesempatan lainnya beliau mengimbuhkan:

“Izinkan aku beberkan satu premis yang begitu krusial ... tentang kehidupan layak yang diidamkan oleh kaum utopis ... yang secara tidak sadar kita juga mendambakannya ....”

”Adalah kenyataan bahwa kita tidak membutuhkan sistem pemerintahan, kerajaan atau apapun itu dengan akhir penyerahan kekuasaan umat manusia kepada segelintir manusia dengan dalih mewakili. Padahal yang demikian, rentan menyebabkan penyelewengan, sementara efek yang ditimbulkannya merata, bersifat represif dan tidak adil ....“

”Tetapi, dewasa ini ... kita telah menyadari satu premis yang sederhana, begitu simpel. Namun, gamblang saat didengar ... yakni ... diri kita sendiri jualah adalah pemimpin bagi diri kita sendiri ... lantas, mengapa kita takut terhadap hukum dan aturan yang dibuat oleh sesama manusia?“

Agitasi tersebut faktanya sukses menggerakkan hati masyarakat. Beliau menang dalam 'pemilu revolusi'. Pemberontak yang sukses beralih peran menjadi tokoh patriot bangsa.

Lebih lagi, selepas penunjukannya sebagai pimpinan tertinggi 'kelompok revolusi', perang saudara pada bangsa Selatan serentak berlaku. Tanpa waktu yang lama, kerajaan Selatan dinasti ke 67 sukses diruntuhkan.

Rajanya dikuliti di depan publik. Ratunya dimutilasi di panggung penghakiman. Sedang para keturunan kerajaan kabur entah ke mana.

Panji-panji simbol identitas bangsa Selatan dirobek dan dirusak hingga tak berbentuk. Istana diledakan hingga rata. Pasukan militer pihak kerajaan dieksekusi sambil diadakan ingar-bingar pesta meriah.

Ketujuh panglima militer dibakar hidup-hidup. Puluhan jenderal ditenggelamkan. Para menteri kerajaan dibantai. Pihak pembela kerajaan Selatan dieksekusi secara massal.

Hari-hari yang begitu mencekam. Berminggu-minggu penuh ketegangan berdarah. Hanya saja, mengingat hal ini bagian dari keyakinan, prinsip dan masa revolusi, seluruh peristiwa hanyalah kausalitas yang lumrah adanya.

Ratusan tragedi berlangsung secara dramatis dan eksklusif. Dalam siklus demikian, takdir, nasib serta maut berkolaborasi tanpa terasa.

Dengan penuh percaya diri, pihak revolusioner mulai menguasai bangsa Selatan.

Peristiwa kelam, yang di mana media penyebar berita pun tidak sanggup lagi menerbitkan berita. Mereka mementingkan keselamatan nyawa, ketimbang menuliskan 'pemberontak kebenaran anarkis lagi'.

Bentuk kebangsaan yang semulanya monarki absolut nan totaliter, kini dengan adanya bantuan sang patriot yang mampu menggulingkan kerajaan (beserta bantuan dari tokoh-tokoh dibelakangnya) terbentuklah tatanan kebangsaan yang baru, sebagai suatu sistem presidensial.

Tentu sudah tak mengejutkan lagi bahwa sang pionirlah yang serempak ditunjuk menjabat sebagai presiden pertama negara Bangsa Selatan.

Kendati apa yang beliau tawarkan begitu manis dan membuai sukma setiap pihak, sampai-sampai mampu mengubah sistem kehidupan sebuah bangsa besar secara radikal. Faktanya, beliau sama saja oportunisnya dengan para penguasa terdahulu. Hanya caranya yang membedakan sifat oportunis dan fasisnya.

Janji tinggallah janji; hilang saat gelar tersemat pada identitasnya. Politik hanyalah politik; dusta menjadi wajar kala tujuannya mengendalikan sekelompok manusia. Sosok naif yang dengan ide cemerlangnya telah menaklukan umat manusia bangsa Selatan.

Bukankah dengan kata lain tanpa sadar umat manusia hanya mengulang-ulang konteks zaman yang pernah ada? Pastinya dengan tokoh dan takdir yang membedakannya.

Demikianlah bagaimana sejarah baru demi mengimplementasikan keadilan, kedamaian, kebebasan dan kebenaran tercipta.

Bahkan dibalik kontroversial sang presiden pertama Bangsa Selatan, keajaiban telah terjadi pula pada dunia, bahwa selang beberapa waktu perang dunia pun berakhir. Saat Tetua Pewaris Aura Dunia sudah gugur perang generasi ke 69 akhirnya disudahi.

Dengan demikian pula Tetua Pewaris Aura ke 70 segera naik takhta, dan oleh sebab itu, tibalah masanya generasi Aura ke 70 memimpin dunia ....

***

***

***

Dua tahun pasca-perang dunia. Atau empat belas tahun semenjak kelahiran Kael dan Eriel ....

Telah ditempa dan dididik anak kembar ini cukup keras oleh sang mama. Dua anak kembar yang langsung diasingkan dari lingkup kemasyarakatan. Dengan ekspektasi agar putra serta putrinya mendapat pengetahuan yang serupa, sebagaimana pengetahuan yang telah diturunkan dari nenek moyang mereka.

Tidak ada yang lebih diutamakan kecuali mencapai kulminasi keilmuan Aura.

Pada kota Aurania mereka tinggal di bagian Barat. Di balik pegunungan yang berselimput mantel salju. Tapi ajaibnya, kediaman mereka terasa hangat, dengan panorama hijau dedaunan yang memanjakan pandangan mata.

Udaranya bersih, burung-burung kenari setiap waktu berkicau merdu, padang rumput ini dihiasi warna-warni ribuan bunga. Dan sungai berair jernih yang mengular dari kota Aurania menuju kawasan hutan.

Dan langitnya yang sering kali terbentang biru cerah. Udara bersiur lembut. Tempat yang sesungguhnya sejuk. Pun di sanalah tiga Pewaris Aura berdiri dalam suasana serius.

“... biar Mama beri tahu kalian satu perkara penting ....” Wanita berambut hijau, dengan busana perlente—kemeja putih yang dibungkus jas hitam dengan celana panjang hitamnya—menerangkan;

“Untuk mencapai nilai destruktif Aura yang mumpuni dibutuhkan minimal level enam ... yang artinya sama dengan lima puluh satu hingga enam puluh persen daya destruktif dibutuhkan ....”

”Iya Ma! Sudahlah ... sudah lama aku memahaminya!“ Antusiasme yang Eriel tampilkan benar-benar menunjukkan pemahaman akan kekuatan ilmu Aura.

Sementara sang kakak tidak menunjukkan minat dan semangat yang sama sepertinya. Betah berdiri kalem dengan tatapan malasnya di sana. Lelaki berambut hitam bergelombang sebahu ini kelihatan mengantuk tanpa bicara sedari tadi.

Tiga meteran jadi jarak antara sang Mama dengan Kael dan Eriel ....

”Oke! Pancarkan Aura kalian! Dan serang Mama sekarang juga!“ titah wanita beriris krem ini yang sekaligus memancarkan Aura Merah darah pada dua pergelangan tangannya—rupa Aura-nya seperti asap yang terhimpun secara terstruktur, merah pekat selayaknya darah segar manusia.

Terang benderang dua tangan Kael dan Eriel. Berpancar cahaya putih laksana sinar sebuah lampu. Memekat seiring waktu, menyaput dua tangan mereka.

Eriel itu punya watak ambisius dan pantang menyerah. Gadis yang dengan gairah mudanya ini maju lebih awal. Melompat hingga tiga meter lebih seraya melesatkan Tinjuan-Aura pada mamanya.

'Tap'. Hanya melalui satu tepisan dari tangan kanan sang mama tinjuannya terpatahkan. Gadis tersebut otomatis mendarat sempurna di rerumputan. Di samping mamanya.

Sebaliknya, Kael yang lahir beberapa detik lebih dulu ketimbang Eriel baru maju menyerang manakala adiknya memberondongi mamanya dengan pukulan-pukulan Aura.

Itu salah satu teknik ofensif Fundamental dari 'seni beladiri Aura': Menyerang secara berkesinambung lewat tinjuan-tinjuan Aura yang menargetkan ulu hati atau kerongkongan lawan.

Dan begitulah, Kael tanpa ragu menyerang mamanya secara cermat. Melesatkan tinjuan Aura atau menembakkan Bola-Bola Aura. Membuat serangan dua anak kembar itu tampak memojokkan orang tua mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Selalu Salah Dalam Mencoba.

    Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Selalu Salah Dalam Mencoba. Tiga puluh lima menit sekurang-kurangnya mereka berkutat dalam adu kombat tanpa hasil. Dengan kata lain, pertarungan mereka tidak berkembang sama sekali. Orang tua kedua anak kembar itu bahkan belum sekalipun melakukan serangan, konsisten pada tindakan defensifnya. Eriel melakukan salto dengan kaki yang terlimbur Aura. Berputar, sedang tumit kaki kanannya mengarah menuju ubun-ubun mamanya. 'Wush'. Responsif dari sang mama tampak bagus. Itu terlihat dari bagaimana dirinya beringsut pesat ke belakang hingga tendangan putrinya hanya berkelebat begitu saja di depannya. Tapi, tidak usai di sana saja. Beberapa saat kemudian, Kael yang bersiaga di sisi kiri mamanya ikut melakukan serangan. 'Poufh' 'Poufh' 'Poufh' 'Poufh'. Tertembaklah Bola-Bola Aura Cahaya seukuran bola tenis dari dua tangan Kael, tepat mencecar mamanya. Akan tetapi, lagi-lagi kehebatan sang mama memang tidak main-main. Dalam jarak yang sedekat itu, dengan h

    Last Updated : 2021-09-16
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang.

    Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang. Seiring berlalunya waktu, persentase tenaga Aura Eriel mulai menyusut. Dengan kapabilitas teleportasi yang memakan banyak 'Tenaga Aura', tentu bukanlah hal aneh apabila dalam kurun waktu sejam saja 85% Tenaga Aura Eriel habis. Itu sudah diakumulasikan dengan teknik Aura lainnya. {Satu kali penggunaan teleportasi memakan Tenaga Aura berkisar 5%.} Atau artinya, Eriel hanya sanggup melakukan 13 kali kapabilitas Aura cahaya dalam waktu sejam—untuk tetap mengaktifkan kapabilitas Aura maka peserta wajib memancarkan Aura tersebut di luar fisik selama kapabilitasnya aktif, sementara penonaktifan kapabilitasnya sendiri cukup dengan melenyapkan Aura dari luar fisik. Pertarungan hanya menyisakan Eriel yang berjuang susah payah. Menyerang orang tuanya maju mundur. Menyajikan gaya kombat yang terbilang standar. Sekadar melakukan pukulan-pukulan lurus, atau tendangan-tendangan selayaknya seni beladiri fisik, ataupun kalau mentok i

    Last Updated : 2021-09-16
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 5: Kebiasaan Jadi Budaya, Budaya Jadi Ajaran.

    Secara kontekstual, mode berbusana masyarakat negara Bangsa Selatan terbilang unik. Favorit mereka adalah kain beledu dengan warna putih dan kelabu atau hitam yang tentunya mendominasi pakaian. Pada era ini, mayoritas kaum perempuan mengenakan busana yang fleksibel serta hangat: Baju beledu dengan jaket tipis yang memiliki lingkar kerah berbulu tebal, sekaligus celana pantalon kulit. Begitu pula dengan kaum pria, gaya berbusana mereka fleksibel pun hangat. Dengan kata lain, kaum pria umumnya mengenakan baju beledu dengan jaket berbulu tebal serta celana pantalon kulit. Pakaian umum pria didominasi warna kelabu serta hitam. Sedang warna busana kaum perempuan lebih didominasi kelabu juga putih. Namun, gaya berpakaian akan berbeda andai berada di lingkungan tempat tinggal. Pun disesuaikan dengan kebutuhan. Itu semua tidak termasuk dalam acara formal, adat, atau ritual magis—walau adakalanya mereka tetap mengenakan busana umum. Iklim dingin dan bersalju menjadi faktor yang substansial

    Last Updated : 2021-10-28
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 6: Langkah Pertama Untuk Meninggalkan Masa Lalu, Langkah Terakhir Untuk Menetapkan Masa Depan.

    Episode 6: Langkah Pertama Untuk Meninggalkan Masa Lalu, Langkah Terakhir Untuk Menetapkan Masa Depan. Inilah era generasi ke 70 dari Pewaris-Aura. Era di mana kehidupan telah menyisakan delapan Aura Utama—Aura Merah, Aura Biru, Aura Pingai, Aura Hijau, Aura Sian, Aura Cokelat, Aura Jingga dan Aura Kelabu—yang tetap eksis demi mengelola dunia. Sistem-Aura adalah kala setiap individu dan kelompok diwajibkan memprioritaskan para Pewaris-Aura disegala bidang kehidupan. Seluruh sistem sosial, norma, budaya, politik wajib dipimpin Pewaris Aura. Segala hukum wajib diatur Pewaris Aura. Sudah pasti, afirmasi tersebut sedikit direvisi oleh negara Bangsa Selatan demi kepentingan bersama. Hukum Sistem Aura hasil kreasi negara Bangsa Selatan hanya menambahkan atau mengurangi dua atau tiga pasal dalam perundang-undangannya. Terkhusus bagi setiap non-Pewaris Aura berhak dan sah untuk bergabung dalam parlementaria / institusi negara atau pengelolaan sosial tanpa penandatanganan izin setempat dari

    Last Updated : 2021-10-29
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 7: Siapa Yang Peduli Kalau Nenek Moyang Kita Semua Sama Saja Salah?

    Episode 7: Siapa Yang Peduli Kalau Nenek Moyang Kita Semua Sama Saja Salah? Tengah malam lebih tiga jam: 03:03 dini hari. Sepuluh surat yang sama telah diterima Aldia De Atria. Tersimpan rapi di laci meja kerjanya. Surat peringatan militer dengan label 'Teguran Komando Sepuluh' dengan stempel emas berlambang 'bintang sudut empat'. Yang mengartikan bahwa Jenderal A, Aldia De Atria dapat dipastikan segera dipecat secara tidak terhormat—andai kata bangsa Selatan masih dipimpin kerajaan dinasti 67 tidak ternafikan dirinya pasti dihukum mati di tempat. Asap cerutu membumbung mencemari udara. Ruangan terang berlantai marmer dan berdinding semen ini merupakan ruang kerja jenderal tingkat A itu. Dan kini tengah diisi dua manusia yang punya kepentingan bersama. Surat 'Teguran Komando Sepuluh' diberikan langsung oleh asisten yang sekaligus selaku guru Kael serta Eriel: Wanita berumur 40 tahunan yang bernama Erika (Erika Larasati) yang punya rambut pirang dikucir tinggi ke belakang, berjaket

    Last Updated : 2021-10-31
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 8: Satu Persamaan Yang Menciptakan Jutaan Perbedaan Juga Perselisihan.

    Episode 8: Satu Persamaan Yang Menciptakan Jutaan Perbedaan Juga Perselisihan. Alternasi waktu: 7 / Bintang Cancer. Musim hujan. Diiringi rintik hujan pagi hari yang mendung, dan kadang kala petir bergelegar, anak kembar pewaris Aura cahaya tengah menjalani studinya secara serius dan malas—serius bagi Eriel, dan malas bagi Kael. Rumah minimalis yang punya arsitektur simpel dan nyaman, bermaterial kayu jati dengan ruang utama dipenuhi rak buku, sampai citra perpustakaan melekat dalam ruangan ini, di sinilah mereka belajar. Pada sudut ruangan dekat jendela kaca, wanita berambut pirang yang dikucir tinggi ke belakang yang tiada lain ialah Erika, tengah memberikan pengajarannya pada Kael dan Eriel. Berat bagi wanita empat puluh tahunan itu memberikan bermacam pengetahuan yang kontradiktif terhadap pemahamannya. Meski ia jalani demi dedikasinya pada Jenderal Aldia sampai sang Jenderal nanti dicopot jabatan atau dipecat. Dan di bangku itu Eriel nampak antusias menyimak setiap pemaparan

    Last Updated : 2021-11-01
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 9: Apalah Artinya Kedisiplinan Dan Kepatuhan Tanpa Kesadaran.

    Episode 9: Apalah Artinya Kedisiplinan Dan Kepatuhan Tanpa Kesadaran.Sering kalinya pengajaran yang Erika laksanakan adalah sesi tanya jawab perihal buku-buku yang sudah dipelajari. Semua buku-buku punya materi yang cukup berat, membingungkan sampai terkadang butuh dukungan data lainnya untuk mevalidasi argumen-argumen yang ada.Dijam satu kegiatan studi dilanjutkan.Mengingat musim ini adalah akhir semester sekaligus akhir kelas sembilan dalam akademis tingkat menengah bagi Eriel, karenanya, gadis berambut hijau sepunggung itu mendapat kelas intensif.Posisi belajar mereka tidak berganti: Duduk bersebelahan, setengah meter jarak di antara meja kayu mereka. Pengecualian untuk Erika yang membuat posisi duduknya berada tepat di depan meja Eriel seakan mereka hendak bicara lebih intim.Sementara Kael membaca buku pilihan Erika dengan malas—buku perihal sistem ekonomi fiskal bangsa Barat.”Jujur saja Ril, sebenarnya kamu lebih pintar ketimbang saudara kembarmu ... mestinya, kamu terima ta

    Last Updated : 2021-11-03
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 10: Mama ... Mama ... Mama ... MAMAAAAA!

    Episode 10: Mama ... Mama ... Mama ... MAMAAAAA ...!“Woah ....” Ekspresi kaget yang menyebalkan ditampilkan gadis itu. “Izinkan aku menebak, dan tolong jawab ... sepertinya kamu disuruh tidur di luar lagi oleh mamamu?”Kael malas harus membenarkan. Hanya duduk bergeming sebagai isyarat tidak ingin diganggu.Aira sang gadis bergaun putri itu berdiri berkacak pinggang dengan ceria di dekatnya. Menanti jawaban jujur dari Kael yang tak kunjung bicara. Yang gelagatnya telah menerbitkan asumsi bila tebakan Aira tidak salah lagi.“Sesuai janji kemarin—walau kemarin tidak disepakati sebagai perjanjian—aku hendak mengajakmu untuk berduel ....” Aira menerangkan maksud kedatangannya. “Oleh karenannya ....” Dan mengambil sesuatu dari saku dalam jaketnya.Kael tidak mungkin menolak. Mengingat kemarin dirinya ikut andil agar Aira datang besok hari—yang artinya adalah h

    Last Updated : 2021-11-04

Latest chapter

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 376: Mungkinkah Seribu Orang Memikirkan Satu Hal Secara Sama Persis Dalam Satu Waktu?

    Lalu, apalagi yang mudah dipahami kalau bukan membersihkan ikan dari durinya supaya aman dimakan?Pasalnya, kenyataan yang dihadapi warga desa Aswad selanjutnya bahkan tidak pernah mereka kira kendatipun secara bersamaan mereka membutuhkannya ....Oshi dan ratusan pendukungnya konsisten mensosialisasikan transisi tata kelola desa Aswad. Pemetaan masalah beserta data yang menginformasikan sejumlah kerusakan struktural akibat kelalaian pengelolanya dipublikasi secara cuma-cuma. Belum ampuh dengan itu, Oshi tidak takut mengangkat ajaran atau cerita-cerita kemuliaan para Aswadiata beserta sepasang anak kembar pemberontak Kerajaan Langit (Batari-Aswani dan Batara-Aswadan) demi menggugah kesadaran penduduk aslinya bahwa Oshi dan segenap kerabatnya datang baik-baik untuk membantu menyelamatkan desa Aswad. Mengangkat narasi kalau para pengelola korup dan pendukungnya sebagai anak-anak Batara-Aswadan yang membawa keburukan, sementara yang berdiri dipihak Oshi dilabeli sebagai anak-anak Batari-

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 375: Bahkan Untuk Melihat Punggung Sendiri Dibutuhkan Cermin.

    “... tidak boleh menangani masalah kriminal dengan tindak kriminal lagi! Ini akan jadi blunder.”Meninggilah intonasi suara sang Ketua El begitu mendapati rekan-rekan barunya malah menuntut tindakan lebih. Penolakan para pengelola desa mendapatkan serangan langsung dari warga yang menuntut perubahan. Belum dengan kelompok lain yang terdengar menyusup untuk suatu tujuan yang belum diketahui. Setelah kepergian Gunta keamanan agak merenggang tentu karena Ellios Nun'Dias tengah menyusun strategi dan kebijakan baru, sehingga pada saat yang sama membuka peluang konflik terbuka untuk meletus. Dan, warga primitif yang memilih untuk merampok barang-barang sebagai cara bertahan hidup yang paling efisien. Kondisi desa Aswad berangsur-angsur memburuk.3471-02-Leo (Musim Semi). 16:11.Di hari esoknya, masih dalam suasana tegang pertempuran antara Kael dan Siluman Kerbau telah memakan korban jiwa serta luka-luka. Pertempuran yang mendorong mereka ke dalam sebuah rumah makan. Rumah makan Penguinis

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 374: Kalau Sopan Santun Tidak Bisa Menyehatkan, Biar Perang Yang Bicara.

    3471-01-Leo (Musim Semi). 10:11.'BOOMMM' ... ledakan baru saja merusak gerbang akademi Aura, tapi tidak ada korban yang berjatuhan atau ... belum. “Bantu yang lain ...! Bantu yang lain ...!” desak Kael sembari dengan lihai merealisasikan ilmu Aura tipe Fundamental dalam menghalau dua siluman kerbau tipe Tanah level 55. Tepat di jalan raya. “Atau carilah perlindungan!”“... iya, aku berusaha!” Sury sedapat mungkin beranjak menuju halaman depan rumah besar berbentuk iglo. Membantu dua anak muda yang menghalangi serbuan ratusan monster Semut-Semut Salju supaya tidak masuk ke dalam rumah.'BOOMMM' ....“... serang! Serang!” Dipecahnya kedamaian lingkungan ke dalam gentingnya pertempuran oleh seekor Siluman Kerbau. Berdiri di atas seekor monster Gumpalan Lemak raksasa, di jalan raya. “Para pendatang itu tidak punya hak di sini! Jadi habisi mereka!”Makhluk kegelapan itu mengerahkan puluhan Siluman kerbau tipe Tanah demi menyerang para pemberontak desa Aswad. “GRROOAARRR ...!”Informasi

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 373: Ada Pengorbanan Ada Kerugian.

    Penolakan berakhir masalah. Niat baik tidak selalu berakhir baik. Kontrak investasi dan kerja sama berujung sebuah ancaman. Kael dan tim diminta angkat kaki secepatnya dari desa Aswad atau Niraja Gunta mengerahkan militer Adat dalam pengambilan keputusan yang tidak menggirangkan. Dan, tidak akan lama lagi gosip jahat siap menyerbu Kael dan tim secara mengganggu.“... kita angkat ini ke meja hijau. Kita punya bukti dan data perihal skandalnya!” Sampai-sampai Zeno mengajukan tuntutan. “Kita tangkap dia beserta antek-anteknya tanpa perlu repot-repot mengotori tangan kita.”3471-28-Virgo (Musim Semi). 06:11.Tidak butuh waktu lama bagi Kael dan rekan-rekannya untuk di hari berikutnya melakukan rapat darurat. Apalagi Kael mengharapkan pengerjaannya berjalan cepat dan akurat supaya dengan begitu hasilnya dapat lekas-lekas dialami. “Uhuk ... uhuk ...!”Mereka (Kael, Oshi, Ereia, Adam, Zeno, Cyka, Sury, Elaria, Raylio, Dhan dan Nhul) berkumpul di rumah sewa berarsitekturkan iglo dua lantai,

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 372: Revolusi Teknologi Atau Revolusi Cara Hidup.

    Ramailah isu pemerintah yang hendak mengganti alat transportasi kereta kuda secara massal ke alat transportasi bermesin. Akan ada revisi undang-undang nasional terkait bab alat transportasi. Promosi produk bahan bakar maupun sumber energi melalui media-media populer mulai diintensifkan. Kerja sama terbaru akan dilakukan bersama negara Utara-Daya dan Laturnia. Membelakangi kritik, protes dan demonstrasi sejumlah kalangan yang tidak siap dengan perubahan ekstrem, ketertinggalan dibidang teknologi dan bahkan tertinggal dalam beberapa bentuk pengelolaan memaksa Ketua Rion beserta jajarannya buru-buru mengantisipasi. Ekspansi industri yang menciptakan banyak lapangan kerja sangat erat hubungannya dengan itu—produksi bahan baku untuk didistribusikan pada proyek-proyek lebih besar dan bertahap; untuk jangka panjang. Memanfaatkan kebutuhan pasar sekaligus memanfaatkan embargo dunia terhadap negara Timur-Laut dan perseteruan Utara-Daya dengan negara Laturnia pemerintah Selatan-Putih baru saja

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 371: Biasakan Diri Dalam Penderitaan Karena Kenikmatan Tidak Pernah Selamanya.

    Dan, debu-debu salju berguguran dari langit yang kelabu .... Saat itu pukul 11:01 dan Kael pada akhirnya mau menyempatkan diri memeriksakan kesehatannya. Dia pergi sendirian ketika seluruh anggota kelompoknya disibukkan dengan urusan masing-masing. Tupai terbang albino pun entah pergi ke mana. 3471-13-Virgo (Musim Semi). Rumah medis Kasih-Ayah di kota Null jadi tempat yang cocok untuk masalahnya. Maka sambil mengantre Kael duduk di kursi panjang bersama puluhan pasien lainnya. Sesekali memeriksa ponsel genggamnya, sesekali memikirkan kesanggupannya membeli Pusaka Senapan Panah Berlian, sesekali menyaksikan televisi tabung di atas lemari yang menyiarkan beragam berita aktual atau sesekali berinteraksi dengan orang-orang yang mengenalnya sebagai Auranias Cahaya .... Surat invitasi sudah dikirim pada Niraja Gunta. Data-data terkait sekandal dan tindak kriminalnya telah didapatkan. Saksi beserta anak-anak muda yang kontra pemahaman dan menginginkan perubahan sedang dikumpulkan. Ter

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 370: Pahlawan Ditunggu Atas Kemenangannya, Penjahat Ditunggu Atas Kekalahannya, Tapi Manusia Biasa Menentukan Posisinya Sendiri.

    “... tahan mereka! Tahan hingga kata-kata tidak dapat lagi digelontorkan lewat mulut mereka!” Seorang pria gemuk 50 tahunan menitah aparatur keamanan dengan konotasi arogan. Dia malah berkacak pinggang serta mengangkat dagunya untuk merefleksikan superioritasnya.Satu orang ... dua orang ... lima hingga delapan orang dipukul dan ditangkap puluhan personel militer Adat tepat di depan rumah dua lantai berbentuk kupel. Dikelilingi sejumlah warga setempat yang penasaran. Lingkungan sempat terkotori pertempuran fisik yang berujung terkendali. Hujan salju yang deras tidak menghentikan kegiatan politis para anggota militer, pun hati kecil mereka yang membisikkan kalau ini salah tidak digubris. Memilih mematuhi pemimpin mereka yang kuat dan mandiri—dengan keuntungan sosial dan materi membuat mereka tidak punya alasan selain patuh.“... ampuni kami, Pak!”“Ampuni kami ...!”“Kami terdesak. Kami sungguh terdesak keadaan.”Bahkan pernyataan-pernyataan rendah hati dan penyesalan dari para pelaku

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 369: Terbanglah Ke Mana Pun, Tapi Untuk Makan Kembalilah Ke Darat.

    Dalam perjalanannya, level teknologi transportasi udara dunia Aura berada di bawah teknologi transportasi laut dan secara fluktuatif saling bersaing dalam perkembangannya. Umumnya memiliki tiga rute penerbangan yang warga dunia bisa pilih; rute zona waktu, rute cepat dan rute teleportasi. Semakin cepat tujuan tercapai, semakin besar dana dan konsekuensi yang ditanggung. Satu-satunya transportasi yang masih melestarikan Aura Gelap/ilmu sihir dan Energi-Aura/Mana dalam operasionalnya secara global (dibutuhkan untuk mengakses rute cepat dan rute teleportasi) sekaligus alat transportasi paling aman di dunia.Pesawat terbang dunia Aura sendiri ditemukan pertama kali oleh seorang ilmuwan gila warga benua Timur, lalu dikembangkan oleh warga benua Barat—setidaknya, itu yang sejarah catatkan. Maskapai pesawat terbang dunia Aura punya tiga mode (mode internasional, lokal dan global) yang punya kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Maka masuk akal jika Tetua-Aura Alara dan rombongannya—a

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 368: Pahit Seperti Obat, Manis Seperti Omong Kosong.

    Lagi-lagi cepat itu terjadi. Gelap gulita yang dirasakannya sekarang. Samar-samar merasakan rasa sakit yang teramat-amat dahsyat, tapi lemah tanpa kendali. Suara-suara keramaian yang mulai menyusut. Kesadaran memudar .... Lalu rasanya berlalu cukup lama .... “Gah ....” Entah ada apa dengan dirinya. Eriel mengalami rasa sakit di bagian dadanya; jantungnya. Kaki dan tangannya sama sakitnya. Saat kesadarannya utuh kembali dia sekuat tenaga membuka mata dan memastikan keadaan sekitar. “... a-apa ... apa yang terjadi?” Sebuah ruangan bertema klasik dengan lampu putih terang. Terbaring di atas kasur. Kedua pengawalnya yang berdiri di samping pintu. Aneta yang duduk di sofa tunggal dengan memegang Pusaka Trisula Berlian dan Madam Ni yang bergegas menghampirinya. Tempat ini bukan lagi panggung pertunjukan. “Ril ... kamu sudah sadar.” Madam Ni sangat gembira dan tidak lupa menitah seorang pengawal, “Cepat panggil Pangeran Nein. Eriel sudah pulih.” Seorang pria berotot mengangguk untu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status