Home / Pendekar / Sistem Aura (Infinity) / Episode 1: Kesepakatan Sepihak Dari Penghakiman Massal.

Share

Episode 1: Kesepakatan Sepihak Dari Penghakiman Massal.

Author: Radif
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Episode 1: Kesepakatan Sepihak Dari Penghakiman Massal.

Berulang-ulang sudah perang dari generasi ke generasi terjadi.

Dari kepiluan, pengkhianatan, kebencian, sampai pengampunan mewarnai gegap gempita kehidupan.

Ilmu Aura yang sebagai sumber eksistensi seluruh makhluk di dunia ini. Pun, Aura sebagai kekuatan yang tidak hanya mematuhi hukum alam, sudah umat manusia manfaatkan Aura guna menciptakan kreasi magis dalam berbagai hal, bahkan sanggup memengaruhi hukum alam itu sendiri.

Ilmu tersebut memberikan potensi baru, konflik baru hingga realitas yang tak pernah diimajinasikan sebelumnya.

Umat manusia telah mampu memasuki suatu peradaban mutakhir dan pencapaian lain dalam segala bidang. Termasuk pencapaian imajiner yang hebatnya menjadi kenyataan.

Pertarungan demi kekuasaan, demi cinta, demi kehormatan, demi tanah kelahiran, atau pertarungan demi kebebasan, sudah tak lagi tabu, dan nyaris memberikan kenyataan yang paradoksal. Atau malah menjadi infinity: Tiada berkesudahan dan tanpa batas.

Kedamaian jelas menjadi perdebatan yang kontroversial. Di beberapa perkara, kedamaian justru dianggap kebodohan. Bukti implikasi terhadap penganut utopisme.

Umat manusia yang terlahir dengan ilmu tersebutlah dilabeli pewaris Aura.

Para pewaris Aura seketika dicap sebagai umat manusia paling pembawa petaka. Tetapi dengan demikian pula, merekalah yang mengatur sistem dan hukum-hukum tatanan dunia.

Dan semuanya berlangsung, sejak dahulu hingga saat ini ....

***

Perang dunia generasi ke 69 masih panas berlangsung. Empat dari delapan bangsa-bangsa Aura telah dikuasai bangsa Selatan.

Pemerintah bangsa Selatan menetapkan amendemen baru yang lebih otoriter. Dan seketika berlanjut menjadi sistem yang totaliter.

Salah satunya, wajib militer. Dan seandainya ditolak, maka jangan heran kalau nyawa dibadan sudah dilegalkan untuk dicabut.

Kala itu, udara bertiup lembut dengan hawanya yang mencekam.

Itu hal wajar, menegangkan malah. Betapa tidak, bukan hanya perang yang memengaruhi faktor suasana, tetapi, di sanalah, tepat di dalam ruang bawah tanah, seorang wanita muda tengah berjuang setengah mati demi melahirkan buah hati pertamanya.

Ruangan terang dan bersih. Layak untuk di sebut kamar salin. Dindingnya bercat biru dengan lantai dari marmer yang tampak mahal juga berkilau.

Wanita berambut hijau sebahu itu tentu tidak sendirian. Suaminya yang telah bersetelan zirah perang hadir menyemangati, lebih lagi ia mendoakan. Berdiri di samping kanan kasur istrinya seraya menggenggam tangannya begitu erat.

Sang bidan terus memotivasi dan memberikan instruksi krusial, supaya semua usaha ini berakhir manis.

Rintihan bergaung memenuhi seisi kamar, erang dari calon 'ibu' itu tidak terbendung lagi. Segala sesak dan rasa sakit bagaikan refleks membuatnya merintih susah payah.

Hingga akhirnya, perjuangan berjam-jam sang wanita serta-merta berujung manis. Ia menjadi seorang 'ibu' sekarang, sebab telah lahir buah hatinya ke dunia ini.

Lebih lagi secara mencengangkan dua bayi kembar terlahir darinya. Dua bayi yang uniknya tidak menangis sama sekali.

Kedua bayi yang memiliki iris bening bak berlian, berkilau nan jernih—pola iris mereka tidak bulat sempurna sebagaimana normalnya, lebih menyerupai bentuk wajik dan bening.

“Suatu berkat, dua anak Anda kembar dan sehat ....” Wanita dewasa—yang dalam kasus ini adalah bidan—membaringkan dua bayi kembar tersebut di samping ibunya. “Lihatlah, mereka punya manik mata berlian ... ini berkah dan anugerah ....”

Dua bayi mungil itu kini terbaring manis di samping kiri-kanan mamanya. Tampak pulas tertidur. Kebahagiaan serta rasa syukur tentulah bernaung pekat dalam sukma pasutri yang kini resmi menjadi 'ibu' dan 'ayah'.

Ada sentuhan lembut penuh afeksi dari suami istri itu pada wajah putra putri mereka. Benar-benar menjadi momen haru di antara mereka. Sebagai hadiah istimewa dari cinta dan kehidupan yang akhir-akhir ini suram.

“Apa kiranya nama yang cocok?”

Maka dengan sukarela sang suami mencetuskan nama putranya dengan; Kael De Atria. Dan sang istri sendiri menamai putrinya Eriel De Atria. Dua anak kembar yang begitu sehat.

Namun demikian, momen emosional yang mengharukan ini harus segera pupus, saat suaminya sengaja membeberkan suatu fakta penting.

“Seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya, Sayang ... hari ini, aku hanya datang untuk pergi.”

Kendati pernyataan yang digaungkannya berkonotasi ironis, ekspresi yang ia tampilkan justru nampak begitu tegar.

”Suamiku, itu misi bunuh diri yang ditetapkan kerajaan .... Sia-sialah usahamu. Sebab kita semua tahu, bahwa kita sesungguhnya bukanlah berjuang demi bangsa! Dirimu dan kita semua hanyalah diperalat demi para penguasa!“ Dan lazim bila sang istri berupaya menahan kepergian suaminya.

Ia tahu segala manipulasi politik bangsa Selatan. Sadar akan segala aturan kerajaan yang diktatorial.

Tapi pria ini merasa bertanggung jawab atas perintah atasannya. Ia berani menyunggingkan senyuman penuh ketenangan malah. Dan belum membalas secara lisan.

”Jangan! Aku tidak sudi kalau dirimu mati sia-sia! Mati hanya demi kesewenang-wenangan para penguasa adalah kebodohan!“ Istrinya memohon dengan kesan memaksa.

Sayangnya itu tidak mengubah apapun. Sekalipun istrinya telah bersikeras untuk membuat suaminya menolak perintah. Tetap tidak akan mengubah pendirian sang suami.

Pria berambut hitam itu mendadak menegapkan badan. Memasang gestur tubuh seolah berhadapan dengan tokoh pimpinannya. Dan memang istrinya punya pangkat lebih tinggi, adalah seorang jenderal muda—tapi bukan karena alasan demikian sikapnya berubah formal.

Ia hanya menaruh hormat yang besar pada istrinya. Pasalnya, apa yang hendak dirinya kali ini sampaikan amat urgensi. Yang merupakan harapan dan penyerahan sebuah tanggung jawab.

”Sayang... maaf kalau dirimu pada akhirnya mesti menanggung semua beban perpisahan ini ... tetapi dengan tulus ... saya memang seyogianya pergi ... tidak punya pilihan lain, ini hukum kerajaan ... dan saya mau tak mau wajib turut andil karenanya ....“

Pria ini sukses mengubah segala hawa dalam pengaruh sikapnya; genting dan berat.

”Saya ... memohon dengan sangat, atas bantuannya untuk merawat dua buah hati kita secara tulus, dengan keberanian dan juga pantang menyerah! Maaf telah memberikan beban tanggung jawab ini pada dirimu. Maaf karena saya lebih memilih membela tanah air ketimbang hidup sebagai sosok ayah. Maaf dan sekali lagi maaf!“

Tandas ia bicara, lugas dan terdengar meyakinkan di telinga sang istri. Tatapannya yang begitu mendalam merangkum segala perasaan yang sulit dijelaskan. 

Tiada yang diucapkan sama sekali dari istrinya, meski faktanya, banyak hal yang hendak ia sampaikan dan tiba-tiba buyar dalam kepala.

Tetapi di sinilah, momentum haru bergumul tak bagus dalam sentimental. Terlalu lelah untuk sang istri meratapi kenyataan. Dan tak dapat lagi menolak keputusan suaminya.

Pria yang baru saja menjadi seorang ayah ini pun bernamaskara penuh hormat pada istrinya. Kecupan lembut pada dua buah hatinya pun ia berikan sebagai representasi kasih sayangnya. Dan pada akhirnya, maka dengan gagah berani, dirinya bergegas beranjak pergi.

Ada satu kalimat yang lelaki berzirah baja itu cetuskan, tepat sebelum dirinya benar-benar lenyap dari ruangan ini.

”Kalau memang aku tidak akan pernah kembali ... bilang saja pada Kael dan Eriel tentang kepahitan ini. Jujur dan jangan menutupi apapun pada anak kita ....“ Lalu, ia menutup kalimatnya dengan senyuman lebar dan sebuah acungan jempol—sebatas improvisasi atas dukungan pada istrinya.

Tidak ada air mata dari sang istri selepas pria penuh semangat itu benar-benar hengkang. Rasanya sudah habis tercurah setiap air mata demi putra dan putrinya. Ia melamun dalam senak untuk beberapa waktu. Bagai membeku karena ketidakberdayaannya.

Bangsa Selatan berlatar belakang di bagian Selatan bumi yang dingin. Bahkan beberapa provinsinya terselimuti salju abadi.

Rezim yang totaliter, dan warganya yang fasisme. Kala publik telah menyerahkan aspek kuasa pada pihak lain, demi menentukan keputusan, baik langsung atau tidak langsung, maka telah mereka berikan pula segalanya pada rezim tersebut.

Sehingga tak terpungkiri lagi, bahwa semua sektor kehidupan berhasil dikendalikan oleh rezim yang totaliter.

Lantas, ayah Kael dan Eriel memang tidak pernah kembali lagi semenjak penugasannya. Tidak ada kabar, tidak sama sekali. Hilang seakan tak pernah terjadi apapun.

Related chapters

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 2: Kami Rela Tinggalkan Surga Yang Fana Untuk Menikmati Kesengsaraan Dunia Yang Nyata.

    Episode 2: Kami Rela Tinggalkan Surga Yang Fana Untuk Menikmati Kesengsaraan Dunia Yang Nyata. Pada tanggal 13, musim gugur, bintang Leo, dalam masa revolusi, sosok pionir yang dipilih sejumlah masyarakat naik panggung politik dan mendapat atensi, juga simpati. Telah berkali-kali perjuangannya yang bertumpah pengorbanan akhirnya mulai diberikan ruang di muka publik. Ia dinilai sukses menjadi tokoh revolusioner paling berpengaruh. Hingga gagasan-gagasannya yang acap kali kontroversial telah dipandang sebagai solusi keselamatan dan menggugah setiap pihak mengangguk mematuhinya. “... kalian semua dininabobokan oleh suatu sistem yang masif, terstruktur dan terasa wajar, yang mengharuskan setiap lini masyarakat tunduk dalam sistem tersebut. Tampaknya bermanfaat dan memanjakan hasrat. Saking memanjakannya mayoritas individu menganggapnya wajar. Namun karenanya, benarlah, bahwa kalian telah dininabobokan oleh sistem tersebut ....” Lalu dikesempatan lainnya beliau mengimbuhkan: “Izink

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Selalu Salah Dalam Mencoba.

    Episode 3: Tak Salah Mencoba, Walau Selalu Salah Dalam Mencoba. Tiga puluh lima menit sekurang-kurangnya mereka berkutat dalam adu kombat tanpa hasil. Dengan kata lain, pertarungan mereka tidak berkembang sama sekali. Orang tua kedua anak kembar itu bahkan belum sekalipun melakukan serangan, konsisten pada tindakan defensifnya. Eriel melakukan salto dengan kaki yang terlimbur Aura. Berputar, sedang tumit kaki kanannya mengarah menuju ubun-ubun mamanya. 'Wush'. Responsif dari sang mama tampak bagus. Itu terlihat dari bagaimana dirinya beringsut pesat ke belakang hingga tendangan putrinya hanya berkelebat begitu saja di depannya. Tapi, tidak usai di sana saja. Beberapa saat kemudian, Kael yang bersiaga di sisi kiri mamanya ikut melakukan serangan. 'Poufh' 'Poufh' 'Poufh' 'Poufh'. Tertembaklah Bola-Bola Aura Cahaya seukuran bola tenis dari dua tangan Kael, tepat mencecar mamanya. Akan tetapi, lagi-lagi kehebatan sang mama memang tidak main-main. Dalam jarak yang sedekat itu, dengan h

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang.

    Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang. Seiring berlalunya waktu, persentase tenaga Aura Eriel mulai menyusut. Dengan kapabilitas teleportasi yang memakan banyak 'Tenaga Aura', tentu bukanlah hal aneh apabila dalam kurun waktu sejam saja 85% Tenaga Aura Eriel habis. Itu sudah diakumulasikan dengan teknik Aura lainnya. {Satu kali penggunaan teleportasi memakan Tenaga Aura berkisar 5%.} Atau artinya, Eriel hanya sanggup melakukan 13 kali kapabilitas Aura cahaya dalam waktu sejam—untuk tetap mengaktifkan kapabilitas Aura maka peserta wajib memancarkan Aura tersebut di luar fisik selama kapabilitasnya aktif, sementara penonaktifan kapabilitasnya sendiri cukup dengan melenyapkan Aura dari luar fisik. Pertarungan hanya menyisakan Eriel yang berjuang susah payah. Menyerang orang tuanya maju mundur. Menyajikan gaya kombat yang terbilang standar. Sekadar melakukan pukulan-pukulan lurus, atau tendangan-tendangan selayaknya seni beladiri fisik, ataupun kalau mentok i

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 5: Kebiasaan Jadi Budaya, Budaya Jadi Ajaran.

    Secara kontekstual, mode berbusana masyarakat negara Bangsa Selatan terbilang unik. Favorit mereka adalah kain beledu dengan warna putih dan kelabu atau hitam yang tentunya mendominasi pakaian. Pada era ini, mayoritas kaum perempuan mengenakan busana yang fleksibel serta hangat: Baju beledu dengan jaket tipis yang memiliki lingkar kerah berbulu tebal, sekaligus celana pantalon kulit. Begitu pula dengan kaum pria, gaya berbusana mereka fleksibel pun hangat. Dengan kata lain, kaum pria umumnya mengenakan baju beledu dengan jaket berbulu tebal serta celana pantalon kulit. Pakaian umum pria didominasi warna kelabu serta hitam. Sedang warna busana kaum perempuan lebih didominasi kelabu juga putih. Namun, gaya berpakaian akan berbeda andai berada di lingkungan tempat tinggal. Pun disesuaikan dengan kebutuhan. Itu semua tidak termasuk dalam acara formal, adat, atau ritual magis—walau adakalanya mereka tetap mengenakan busana umum. Iklim dingin dan bersalju menjadi faktor yang substansial

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 6: Langkah Pertama Untuk Meninggalkan Masa Lalu, Langkah Terakhir Untuk Menetapkan Masa Depan.

    Episode 6: Langkah Pertama Untuk Meninggalkan Masa Lalu, Langkah Terakhir Untuk Menetapkan Masa Depan. Inilah era generasi ke 70 dari Pewaris-Aura. Era di mana kehidupan telah menyisakan delapan Aura Utama—Aura Merah, Aura Biru, Aura Pingai, Aura Hijau, Aura Sian, Aura Cokelat, Aura Jingga dan Aura Kelabu—yang tetap eksis demi mengelola dunia. Sistem-Aura adalah kala setiap individu dan kelompok diwajibkan memprioritaskan para Pewaris-Aura disegala bidang kehidupan. Seluruh sistem sosial, norma, budaya, politik wajib dipimpin Pewaris Aura. Segala hukum wajib diatur Pewaris Aura. Sudah pasti, afirmasi tersebut sedikit direvisi oleh negara Bangsa Selatan demi kepentingan bersama. Hukum Sistem Aura hasil kreasi negara Bangsa Selatan hanya menambahkan atau mengurangi dua atau tiga pasal dalam perundang-undangannya. Terkhusus bagi setiap non-Pewaris Aura berhak dan sah untuk bergabung dalam parlementaria / institusi negara atau pengelolaan sosial tanpa penandatanganan izin setempat dari

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 7: Siapa Yang Peduli Kalau Nenek Moyang Kita Semua Sama Saja Salah?

    Episode 7: Siapa Yang Peduli Kalau Nenek Moyang Kita Semua Sama Saja Salah? Tengah malam lebih tiga jam: 03:03 dini hari. Sepuluh surat yang sama telah diterima Aldia De Atria. Tersimpan rapi di laci meja kerjanya. Surat peringatan militer dengan label 'Teguran Komando Sepuluh' dengan stempel emas berlambang 'bintang sudut empat'. Yang mengartikan bahwa Jenderal A, Aldia De Atria dapat dipastikan segera dipecat secara tidak terhormat—andai kata bangsa Selatan masih dipimpin kerajaan dinasti 67 tidak ternafikan dirinya pasti dihukum mati di tempat. Asap cerutu membumbung mencemari udara. Ruangan terang berlantai marmer dan berdinding semen ini merupakan ruang kerja jenderal tingkat A itu. Dan kini tengah diisi dua manusia yang punya kepentingan bersama. Surat 'Teguran Komando Sepuluh' diberikan langsung oleh asisten yang sekaligus selaku guru Kael serta Eriel: Wanita berumur 40 tahunan yang bernama Erika (Erika Larasati) yang punya rambut pirang dikucir tinggi ke belakang, berjaket

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 8: Satu Persamaan Yang Menciptakan Jutaan Perbedaan Juga Perselisihan.

    Episode 8: Satu Persamaan Yang Menciptakan Jutaan Perbedaan Juga Perselisihan. Alternasi waktu: 7 / Bintang Cancer. Musim hujan. Diiringi rintik hujan pagi hari yang mendung, dan kadang kala petir bergelegar, anak kembar pewaris Aura cahaya tengah menjalani studinya secara serius dan malas—serius bagi Eriel, dan malas bagi Kael. Rumah minimalis yang punya arsitektur simpel dan nyaman, bermaterial kayu jati dengan ruang utama dipenuhi rak buku, sampai citra perpustakaan melekat dalam ruangan ini, di sinilah mereka belajar. Pada sudut ruangan dekat jendela kaca, wanita berambut pirang yang dikucir tinggi ke belakang yang tiada lain ialah Erika, tengah memberikan pengajarannya pada Kael dan Eriel. Berat bagi wanita empat puluh tahunan itu memberikan bermacam pengetahuan yang kontradiktif terhadap pemahamannya. Meski ia jalani demi dedikasinya pada Jenderal Aldia sampai sang Jenderal nanti dicopot jabatan atau dipecat. Dan di bangku itu Eriel nampak antusias menyimak setiap pemaparan

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 9: Apalah Artinya Kedisiplinan Dan Kepatuhan Tanpa Kesadaran.

    Episode 9: Apalah Artinya Kedisiplinan Dan Kepatuhan Tanpa Kesadaran.Sering kalinya pengajaran yang Erika laksanakan adalah sesi tanya jawab perihal buku-buku yang sudah dipelajari. Semua buku-buku punya materi yang cukup berat, membingungkan sampai terkadang butuh dukungan data lainnya untuk mevalidasi argumen-argumen yang ada.Dijam satu kegiatan studi dilanjutkan.Mengingat musim ini adalah akhir semester sekaligus akhir kelas sembilan dalam akademis tingkat menengah bagi Eriel, karenanya, gadis berambut hijau sepunggung itu mendapat kelas intensif.Posisi belajar mereka tidak berganti: Duduk bersebelahan, setengah meter jarak di antara meja kayu mereka. Pengecualian untuk Erika yang membuat posisi duduknya berada tepat di depan meja Eriel seakan mereka hendak bicara lebih intim.Sementara Kael membaca buku pilihan Erika dengan malas—buku perihal sistem ekonomi fiskal bangsa Barat.”Jujur saja Ril, sebenarnya kamu lebih pintar ketimbang saudara kembarmu ... mestinya, kamu terima ta

Latest chapter

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 299: Karena Kebahagiaan Itu Membosankan, Sama Membosankannya Dengan Penderitaan!

    Episode 299: Karena Kebahagiaan Itu Membosankan, Sama Membosankannya Dengan Penderitaan!'Wush'.Sekelebat bayangan kemerahan pekat melintas di hadapannya. Gaun merah yang menjuntai hingga ke tumit kaki berkibar mistis dengan dua mata yang bersinar putih menyilaukan mengintip dari rambutnya yang hitam amat panjang serta-merta dikenali Eriel De Atria sebagai Azusa Mingxia, Pewaris Aura Cahaya terakhir di benua Selatan.Bagian mengejutkannya ketika sosok Azusa berintegrasi dengan Eriel selayaknya air dan basahnya diiringi ribuan pasukan yang siap melawan sesosok pria gondrong berbusana urakan yang mengangkat pusaka Tongkat-Kujang Berlian. Suasana dimeriahkan lagi oleh berlangsungnya gerhana matahari serta beberapa meteor kemerahan yang menghujani wilayah Selatan. Fenomena alam yang sekalian dieksploitasi oleh Eriel dan sosok pria gondrong demi memperoleh kualitas Aura Cahaya lebih tinggi. Guru Erika pun bahkan bergabung mendukung pria Auranias Cahaya itu.Dan jiwa Azusa Mingxia yang seak

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 298: Seperti Menyaksikan Benda Yang Belum Pernah Ada Di Dunia Ini.

    Episode 298: Seperti Menyaksikan Benda Yang Belum Pernah Ada Di Dunia Ini.3469 / 03 / Leo (Musim Semi). 12:05.Ruruia hanya bingung harus bersikap seperti apa saat yang didapatkan adalah sesuatu yang tidak terencana sejauh hidupnya. Walau bagaimanapun keadaannya tekadnya kokoh kepada alasan dia memulai. Yang lebih baik dari itu adalah tidak satu pun yang menyadari niat terselubungnya. Kemenangan kelompoknya tidak hanya mendapat apresiasi dari masyarakat, penghargaan berupa materi dan medali diserahkan pemerintah kota Diwa kepada kelompok Tunggalitas—ya, tidak diragukan lagi, para petinggi Tunggalitas yang mendapatkan manisnya sedang anggota-anggota dibawahnya cukup mendapatkan hikmahnya.Ratusan sampai ribuan individu rela menyesaki area rumah megah Ruruia hanya demi menyaksikan sekaligus menyambut ketua baru Tunggalitas. Amat ramai. Sampai-sampai disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi lokal sebab peristiwa ini sangat historis bagi tiap-tiap kalangan yang terlibat di da

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 297: Hidup Ini Jadi Berat Karena Sebagai Hal Yang Tidak Diinginkan.

    Episode 297: Hidup Ini Jadi Berat Karena Sebagai Hal Yang Tidak Diinginkan.Tensi pertarungan lebih tinggi dan intensitas serangan lebih rapat. Sangat ambisius dan agresif bagaimana mereka bertempur. “GYYAAAAAAAAAH ...!” Odero mengaktivasi [Sisik Seribu Api] yang mengejawantahkan ratusan bola-bola api seukuran bola tenis tepat memberondongi Aleon.'BLARSH'.“... [Benteng Timur] Aktif!” Bersama kecekatan Aleon yang luar biasa sebuah serangan balik diserahkannya, “[Seribu Duri Salju] kombinasi [Gelembung Udara Peledak] ...!”'BOOMM'.'BOOMM'.Kendatipun mati-matian serangan jarak jauh-dekat silih berganti belum ada tanda siapa yang dipastikan mencapai garis kemenangan.Begitu duel tiba dipukul 15:37, Energi-Aura milik Odero yang telah menipis dan keadaan yang menyudutkannya menciptakan alasan untuk menabrakkan dirinya menuju satu pilar. Berniat meledakkan semuanya. 'DHUAAARSS'.Selepas berhasil, keseimbangan keempat pilar berantakan. Suplai unsur alam kepada Aleon terhenti. Dan tidak

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 296: Mati Dalam Kebebasan Lebih Baik Ketimbang Hidup Dalam Perbudakan.

    Episode 296: Mati Dalam Kebebasan Lebih Baik Ketimbang Hidup Dalam Perbudakan.3469 / 02 / Leo (Musim Semi).Aleon selaku pimpinan serikat kaum siluman Selatan-Putih belum kalah mempertahankan ideologinya sekalipun dengan telak dan merugikan kelompoknya telah dikalahkan—sampai mencelakainya malah.Pertempuran di hutan Rambut Alam telah tuntas, tapi banyak target operasi yang entah bagaimana melarikan diri tanpa malu-malu, tanpa dapat dihentikan saat keadaannya sangat mendukung penangkapan besar-besaran. Ada yang melakukan pembelotan atau telah terlibat situasi pelik yang menyebabkan itu lazim terjadi.Tidak diragukan lagi,—meskipun enggan diakui—sebagai salah satu yang melarikan diri dari operasi tersebut ialah Aleon dan tokoh-tokoh kesayangannya. Sementara sekutu-sekutu Odero menuntaskan urusannya masing-masing, dia dalam kemantapan hati sendirian mendatangi lokasi keberadaan Aleon. Tidak sulit baginya menemukan siluman singa itu selagi Odero sendiri yang mengumumkan dalang atas kek

  • Sistem Aura (Infinity)   Bab 9: SISTEM AURA V.7.5 (Peserta Primordial).

    Bab 9: SISTEM AURA V.7.5 (Peserta Primordial).'Di luasnya alam semesta Aura ini ... ada yang mengawasi mereka.'Menyaksikan data-data alam semesta Aura dan Gudang Ilmu-Ilmu Aura, siapapun pasti takjub akan semua pengetahuan bagai tak berujung itu, yang apabila dicatatkan sebagai sebuah buku anak-anak pun tidak akan keliru dalam menebak bahwa manusia biasa akan kehabisan umurnya sebelum mampu merampungkan semua detail yang ada. Ya, itu terdengar seperti lelucon atau lebih konyol lagi.Dan semua usaha para Programmer Aura untuk menyatukan setiap generasi dengan cara yang sangat variatif gagal total dan malah sebaliknya, pembentukan heterogen menjadi persaingan antar departemen permainan dunia yang beralih perselisihan abadi tak berujung. Satu-satunya jalan keluar sebetulnya hanyalah pemusnahan secara tak bersisa.Menyebabkan kerumitan masif, kebingungan tanpa ujung dan melontarkan ribuan pertanyaan dari mereka-mereka yang menuntut kejelasan mendalam, “Mengapa Sistem mengondisikan ske

  • Sistem Aura (Infinity)   Bab 8: SISTEM AURA V.7.5 (Peserta Primordial).

    Bab 8: SISTEM AURA V.7.5 (Peserta Primordial).Mengingkari prinsip kinerja alam semesta bagi Solum bukanlah kemustahilan. Dialah yang mendesain hukum semesta Aura. Membangun atau menghancurkan peradaban. Sebagai satu dari beberapa Programmer yang utama. Sang pimpinan Departemen Permainan Dunia Sistem Dewa-Dewi. Dalam kasus itu, beberapa sebutan istimewa tersemat kepadanya, walaupun yang paling kontroversial adalah kemampuannya dalam meretas Sistem lalu memanipulasi seluruh dunia.Dari sana tidak perlu ada yang diherankan, gelar dan ilmunya melampaui seluruh peserta di dunia Aura. Lebih baik dari itu, usianya yang sangat panjang melebihi umur alam semesta Aura. Dirinya lebih dulu eksis daripada kehadiran dunia Aura itu sendiri. Menjadi saksi banyak peristiwa dan hidup-mati makhluk-makhluk permainan. Sebelumnya bahkan ia telah menciptakan permainan dunia sesuai visual imajinasinya. Heroik, antagonistis, nyata, maya, kasar atau segala sesuatu yang eksis di semesta Aura telah diketah

  • Sistem Aura (Infinity)   Catatan Akhir Novel

    Halo.... Salam hangat dari Penulis Sistem Aura Infinity.Maaf telah menunggu lama...Karena Ada beberapa soal yang harus penulis rampungkan, maka novel ini akan dilanjutkan setelah penulis menyelesaikan urusannya. Tentu dengan upaya agar gaya penulisan yang lebih ringan dan informatif (ya semoga saja) ....Terima kasih untuk yang berkenan membaca atau selainnya, penulis sangat mengapresiasi itu.maaf untuk banyak kesalahan dan kalimat yang menyinggung. Sungguh penulis hanya bermaksud menghibur dan moga tulisan sederhana ini bisa jadi Manfaat besar dalam kenyataan para pembaca....Nantinya penulis akan buatkan episode tambahan lebih dulu sebelum memasuki jilid 3. Beberapa episode jilid 2 pun sudah penulis revisi--artinya novel ini masih Berlanjut Sekalipun Sepi Peminat. Kalau semua ini kurang memuaskan, atau bahkan buruk yaaaa... aku kembalikan pada kebijaksanaan para pembaca....Terima kasih...

  • Sistem Aura (Infinity)   Bab 7: SISTEM AURA V.7.5 (Dewan Keadilan 0).

    Bab 7: SISTEM AURA V.7.5 (Dewan Keadilan 0).Bangsa Tanah / Eartheia ....Konon nomor 0 adalah angka terakhir yang ditemukan setelah melalui angka 1 sampai sembilan ....Pun konon, siapa yang terkoneksi dengan Sistem secara langsung dia adalah budak dari Sistem itu sendiri. Tidak ada yang begitu peduli pada seorang pria yang hidup sendiri dan terbuang di hutan Ozon selain dirinya sendiri. Bertahun-tahun di sana, bahkan biarpun dia terlahir dari keluarga yang paling dihormati di desanya, dia tampak selalu terasingkan tidak seperti anggota-anggota keluarganya, mengerjakan apapun selalu seorang diri.Semua bermula saat diantara kedua saudara kandungnya dia adalah si bungsu (anak ketiga) yang tidak mewarisi Aura; non-Auranias. Tidak sedikit pun berminat melestarikan pemahaman keluarganya yang konservatif; Ortodoks-Aura. Satu-satunya anak yang berbeda, yang vokal mengingkari cara hidup keluarganya. Memiliki cara pandang sendiri mengenai dunia Aura dan cara kerjanya. Tidak sepakat harus se

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 295: Ketika Sudah Punya Segalanya Kita Umumkan Bahwa Hidup Ini Mudah Dan Indah.

    Episode 295: Ketika Sudah Punya Segalanya Kita Umumkan Bahwa Hidup Ini Mudah Dan Indah. 18:44.Badai salju!Dalam rangka bermain bersama teman-temannya Zihao terpaksa menundanya lantaran derasnya arus badai yang menerpa Kota New Feel dan sekitarnya. Akan amat berbahaya kalau ia bermain di luar ruangan dalam cuaca yang dapat menerbangkan dua ekor kuda.Sekarang di kamarnya, Zihao menikmati lagi masa kanak-kanaknya dengan membaca komik Adiwira Auranias Cahaya Generasi Klasik. Komik yang cocok buat anak seusianya. Bahasa yang ringan tidak berbelit-belit, topik yang santai tidak berlebihan, banyak humor yang pas, tanpa bualan-bualan kontroversial, tanpa bunuh-membunuh, benar-benar pantas untuk melepaskan penat dan menghibur diri.Namun, begitu kebosanan mengintervensi jiwanya, dia meninggalkan kamarnya untuk lalu duduk bersama Mama-nya di sofa ruang utama. Sambil menonton acara televisi yang kesulitan mendapatkan sinyal karena badai yang berlangsung, sehingga hanya beberapa stasiun televi

DMCA.com Protection Status