Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang.
Seiring berlalunya waktu, persentase tenaga Aura Eriel mulai menyusut. Dengan kapabilitas teleportasi yang memakan banyak 'Tenaga Aura', tentu bukanlah hal aneh apabila dalam kurun waktu sejam saja 85% Tenaga Aura Eriel habis. Itu sudah diakumulasikan dengan teknik Aura lainnya. {Satu kali penggunaan teleportasi memakan Tenaga Aura berkisar 5%.} Atau artinya, Eriel hanya sanggup melakukan 13 kali kapabilitas Aura cahaya dalam waktu sejam—untuk tetap mengaktifkan kapabilitas Aura maka peserta wajib memancarkan Aura tersebut di luar fisik selama kapabilitasnya aktif, sementara penonaktifan kapabilitasnya sendiri cukup dengan melenyapkan Aura dari luar fisik. Pertarungan hanya menyisakan Eriel yang berjuang susah payah. Menyerang orang tuanya maju mundur. Menyajikan gaya kombat yang terbilang standar. Sekadar melakukan pukulan-pukulan lurus, atau tendangan-tendangan selayaknya seni beladiri fisik, ataupun kalau mentok ia melakukan gerakan akrobat yang berujung tendangan dan pukulan keras. Diikuti banyak teknik kombat yang sudah ia laksanakan. Walau lewat pandangan masyarakat awam sekalipun dapat menilai bahwa keunggulan masih dimiliki Mama-nya. 30 menit kemudian secara sepihak duel dihentikan Mama-nya. “Oke, cukup!” pinta sang jenderal tingkat A ini. Menampilkan gelagat ketidakpuasan. Eriel bernapas tersengal-sengal. Berdiri agak membungkuk empat meteran di hadapan ibunya. Tenaga Aura yang banyak dikurasnya telah menyematkan rasa lelah luar biasa. Hanya Kael yang sedari tadi betah bergeming di posisinya. Mematung. Tidak sekali pun menyerang. “El, mama harap kamu punya alasan efektif untuk pilihanmu yang cuman diam tak berguna.” Dengan menatap tajam putranya Jenderal Aldia menyindir. “Huh, kakak payah ... tak punya semangat juang!” timpal Eriel sembari berupaya menetralkan laju napasnya. ”Wajar saja diriku diam, lagian mama baru saja memutuskan untuk menghentikan pelatihannya ....“ Dinaungi ekspresi mengantuk Kael telah jujur bicara. Kendati jauh lebih jujur dikatakan ia memang malas bergerak. ”Oh ayolah ..., sebab dari sejam lebih kamu malah mematung! Hanya mematung!“ ketus Jenderal Aldia dengan berkacak pinggang. Geram akan sikap malas putranya. Mengetahui sikap malas semestinya bukanlah sesuatu yang layak diterima, dengan santai Kael menyelipkan dua tangannya ke saku depan jaket hoodie-nya dan saat mulutnya hendak memuntahkan kalimat advokasi, orang tuanya menyelang: ”Nilaimu tertinggal jauh dari adikmu sendiri, El. Kalau kemalasan yang selalu melandaskanmu untuk menunggu waktu yang tepat, maka selamanya kamu menunggu. Malah lawanmu yang sudah jauh mengunggulimu. Kau akan selalu kalah, El. Selalu kalah ....“ Berkumandang penuh penekanan kata bagaimana sang mama secara khusus mengkritik watak leha-leha Kael. Kael mengangguk, ia memang menanti waktu yang tepat. Bahkan untuk kedua kalinya ia harus menelan lagi argumen pembelaan begitu keputusan dari Mama-nya dicetuskan: “Cukup untuk hari ini. Kalian tetap mama nyatakan gagal!” ”Tapi Ma! Aku belum selesai! Jangan libatkan aku dengan tabiat kakak!“ Eriel protes. Ini bukanlah hasil yang pantas baginya dapatkan. ”Biar aku saja yang melawan mama. Kupastikan aku sanggup membuat mama jatuh!“ Orang tuanya menggelengkan kepala pelan. Tidak menemukan alasan brilian dalam menyetujuinya. ”Kalian adalah saudara kandung. Sehingga wajar kalian mama anggap sepaket; tim ....“ Sang Mama menguraikan alasan. ”Jadi cukup. Kalian terpaksa harus menjalani lagi pelatihan mandiri. Sampai secara berbarengan kalian lulus. Di sana baru mama perkenankan kalian keluar dari tempat ini.“ Ketimbang meluangkan waktu memberontak marah, Eriel memilih membisu memendam kejengkelannya. Sedang Kael tampil tenang. Wanita necis di hadapan mereka lantas berpaling pergi. Tidak ada keterangan lebih lanjut perihal kapan pelatihan lagi dengannya. Atau dengan kata lain, mesti menunggu sang mama selesai dari dinas kemiliterannya dan mewajibkan Kael serta Eriel dididik kembali oleh guru membosankan yang sering debat kusir dengan orang tua mereka. Sejujurnya, Kael masa bodoh dan tidak berminat dengan semua ajaran atau idealisme Mama-nya. Eriel mencebik, bermuka masam. Teramat penat harus selalu menanggung kegagalan dari ulah kakaknya yang rajin seenaknya. Disamping itu, hari yang semakin mendekati petang semakin mendinginkan hawa di sekitar. Sementara kepergian mama mereka semakin jauh. Langkah kakinya mantap juga cepat. Waktu terkuras lama hingga menyisakan kesunyian aneh di antara adik kakak itu. Mereka kini berdiri berhadapan. ”Mengapa harus kembali seperti ini, sih? Mengapa kakak begitu malas?! Aku sudah berusah payah untuk peluang ini! Aku ingin bebas! Aku ingin melihat dunia luar!“ Nada suara Eriel yang meninggi jelas terdengar menghadirkan kegusaran dan kekecewaan mendalam. Bagaimana juga harapan yang kesekian kalinya untuk bebas ... pupus. ”Tapi kakak malah berleha-leha!“ Udara dingin menggerakkan tangan Kael menutup kepalanya oleh tudung jaket hoodie-nya, pun merespons, ”Maaf Ril, kalau diriku membuatmu kecewa, selalu ... itu juga tidak membuatku memiliki argumen tepat untuk menanggapi kekecewaanmu ....“ “Payah! Kakak payah ... berkali-kali keberhasilanku harus menanggung kegagalan karena engkau payah!” Eriel meradang. Meski begitu, ketidakpedulian Kael pilih sebagai menyikapinya. Di telinganya itu trivia. Justru dengan entengnya ia bertanya, ”Ril ... aku mau memancing di luar, apa kamu mau ikut?“ ”Semestinya kakak berlatih, bukan malah pergi memancing lagi! Ingat, kakak masih belum mampu merealisasikan kapabilitas Aura kakak! Kita harus lulus, sebab kita punya misi untuk masa depan!“ Eriel menyergah dan terbilang bodoh seumpama menyepakati ajakan kakaknya. Ia menyalang menatap muka kantuk kakaknya. Dibubuhi harapan agar kakaknya dapat berubah menjadi personal yang lebih baik. Tiada respons verbal dari Kael dalam menggubrisnya. Seolah tidak ada soal yang mesti dirisaukan. Dia dengan kalemnya melangkah meninggalkan saudarinya. Berniat menuju tempat favoritnya. Betapa Eriel menggemas emosi menghadapi lagi sikap cuek kakaknya yang acap-acap mengundang marah. Nyaris setiap ujian akhir pelatihan kemalasan kakaknya jadi beban terberat baginya. ”Aku akan terus berlatih! Berlatih, sampai kakak lihat aku mencapai impian mama! Dan membuat kakak menyesali perbuatan kakak sendiri!“ pekik Eriel dalam kesungguhan lebih dari yang dapat Kael duga. Kedengaran meyakinkan, kendati Kael terlihat hanya mengacungkan jempol kanannya ke atas kepala—sebatas respons menghormati. Juga langkah kakinya tidak dihentikan saat ia membalas, ”Semoga sukses, Ril!“ Bergigit kesal dan mendekus Eriel di sana. Sepuluh jemarinya saja dikepal seperti menahan ketidakberdayaannya menghadapi kekonyolan kakaknya. Itu semua sudah biasa terjadi. Kael memang tidak begitu berbakat dalam ilmu Aura sebagaimana adik dan Mama-nya. Ketika normalnya pewaris Aura sanggup merealisasikan kapabilitas Aura mereka diumur 10 tahun ke atas, tidak sebagaimana Kael yang bahkan hingga detik ini selalu gagal. Sedangkan adiknya mencapai keberhasilan semenjak umur 9 tahun. Ketimpangan talenta yang sebetulnya lumayan mengherankan terlebih bagi Jenderal Aldia, dan membebani tentunya bagi Eriel. Eriel bersungut-sungut. Ia tidak beranjak dari sana, melainkan rasa penatnya membuat ia terduduk di rerumputan yang dingin. Entah sudah berapa puluh, atau bisa jadi ratusan kali dirinya lagi-lagi terpaksa berpasrah diri. Bersama pernapasan yang perlahan stabil. Ia duduk bersila dengan menegapkan tubuh serta menautkan dua tangannya pada muka lutut. Pun kelopak mata yang terkatup supaya konsentrasi terpenuhi. Bukan hanya merehatkan fisik, Eriel sekalian mengisi kembali 'Tenaga Aura-nya'. Wanita berambut hijau sebahu yang dipanggil Mama sudah masuk ke dalam rumah. Guna merenggut apa yang dicita-citakannya, lumrah wanita itu kukuh mempertahankan idealismenya.Secara kontekstual, mode berbusana masyarakat negara Bangsa Selatan terbilang unik. Favorit mereka adalah kain beledu dengan warna putih dan kelabu atau hitam yang tentunya mendominasi pakaian. Pada era ini, mayoritas kaum perempuan mengenakan busana yang fleksibel serta hangat: Baju beledu dengan jaket tipis yang memiliki lingkar kerah berbulu tebal, sekaligus celana pantalon kulit. Begitu pula dengan kaum pria, gaya berbusana mereka fleksibel pun hangat. Dengan kata lain, kaum pria umumnya mengenakan baju beledu dengan jaket berbulu tebal serta celana pantalon kulit. Pakaian umum pria didominasi warna kelabu serta hitam. Sedang warna busana kaum perempuan lebih didominasi kelabu juga putih. Namun, gaya berpakaian akan berbeda andai berada di lingkungan tempat tinggal. Pun disesuaikan dengan kebutuhan. Itu semua tidak termasuk dalam acara formal, adat, atau ritual magis—walau adakalanya mereka tetap mengenakan busana umum. Iklim dingin dan bersalju menjadi faktor yang substansial
Episode 6: Langkah Pertama Untuk Meninggalkan Masa Lalu, Langkah Terakhir Untuk Menetapkan Masa Depan. Inilah era generasi ke 70 dari Pewaris-Aura. Era di mana kehidupan telah menyisakan delapan Aura Utama—Aura Merah, Aura Biru, Aura Pingai, Aura Hijau, Aura Sian, Aura Cokelat, Aura Jingga dan Aura Kelabu—yang tetap eksis demi mengelola dunia. Sistem-Aura adalah kala setiap individu dan kelompok diwajibkan memprioritaskan para Pewaris-Aura disegala bidang kehidupan. Seluruh sistem sosial, norma, budaya, politik wajib dipimpin Pewaris Aura. Segala hukum wajib diatur Pewaris Aura. Sudah pasti, afirmasi tersebut sedikit direvisi oleh negara Bangsa Selatan demi kepentingan bersama. Hukum Sistem Aura hasil kreasi negara Bangsa Selatan hanya menambahkan atau mengurangi dua atau tiga pasal dalam perundang-undangannya. Terkhusus bagi setiap non-Pewaris Aura berhak dan sah untuk bergabung dalam parlementaria / institusi negara atau pengelolaan sosial tanpa penandatanganan izin setempat dari
Episode 7: Siapa Yang Peduli Kalau Nenek Moyang Kita Semua Sama Saja Salah? Tengah malam lebih tiga jam: 03:03 dini hari. Sepuluh surat yang sama telah diterima Aldia De Atria. Tersimpan rapi di laci meja kerjanya. Surat peringatan militer dengan label 'Teguran Komando Sepuluh' dengan stempel emas berlambang 'bintang sudut empat'. Yang mengartikan bahwa Jenderal A, Aldia De Atria dapat dipastikan segera dipecat secara tidak terhormat—andai kata bangsa Selatan masih dipimpin kerajaan dinasti 67 tidak ternafikan dirinya pasti dihukum mati di tempat. Asap cerutu membumbung mencemari udara. Ruangan terang berlantai marmer dan berdinding semen ini merupakan ruang kerja jenderal tingkat A itu. Dan kini tengah diisi dua manusia yang punya kepentingan bersama. Surat 'Teguran Komando Sepuluh' diberikan langsung oleh asisten yang sekaligus selaku guru Kael serta Eriel: Wanita berumur 40 tahunan yang bernama Erika (Erika Larasati) yang punya rambut pirang dikucir tinggi ke belakang, berjaket
Episode 8: Satu Persamaan Yang Menciptakan Jutaan Perbedaan Juga Perselisihan. Alternasi waktu: 7 / Bintang Cancer. Musim hujan. Diiringi rintik hujan pagi hari yang mendung, dan kadang kala petir bergelegar, anak kembar pewaris Aura cahaya tengah menjalani studinya secara serius dan malas—serius bagi Eriel, dan malas bagi Kael. Rumah minimalis yang punya arsitektur simpel dan nyaman, bermaterial kayu jati dengan ruang utama dipenuhi rak buku, sampai citra perpustakaan melekat dalam ruangan ini, di sinilah mereka belajar. Pada sudut ruangan dekat jendela kaca, wanita berambut pirang yang dikucir tinggi ke belakang yang tiada lain ialah Erika, tengah memberikan pengajarannya pada Kael dan Eriel. Berat bagi wanita empat puluh tahunan itu memberikan bermacam pengetahuan yang kontradiktif terhadap pemahamannya. Meski ia jalani demi dedikasinya pada Jenderal Aldia sampai sang Jenderal nanti dicopot jabatan atau dipecat. Dan di bangku itu Eriel nampak antusias menyimak setiap pemaparan
Episode 9: Apalah Artinya Kedisiplinan Dan Kepatuhan Tanpa Kesadaran.Sering kalinya pengajaran yang Erika laksanakan adalah sesi tanya jawab perihal buku-buku yang sudah dipelajari. Semua buku-buku punya materi yang cukup berat, membingungkan sampai terkadang butuh dukungan data lainnya untuk mevalidasi argumen-argumen yang ada.Dijam satu kegiatan studi dilanjutkan.Mengingat musim ini adalah akhir semester sekaligus akhir kelas sembilan dalam akademis tingkat menengah bagi Eriel, karenanya, gadis berambut hijau sepunggung itu mendapat kelas intensif.Posisi belajar mereka tidak berganti: Duduk bersebelahan, setengah meter jarak di antara meja kayu mereka. Pengecualian untuk Erika yang membuat posisi duduknya berada tepat di depan meja Eriel seakan mereka hendak bicara lebih intim.Sementara Kael membaca buku pilihan Erika dengan malas—buku perihal sistem ekonomi fiskal bangsa Barat.”Jujur saja Ril, sebenarnya kamu lebih pintar ketimbang saudara kembarmu ... mestinya, kamu terima ta
Episode 10: Mama ... Mama ... Mama ... MAMAAAAA ...!“Woah ....” Ekspresi kaget yang menyebalkan ditampilkan gadis itu. “Izinkan aku menebak, dan tolong jawab ... sepertinya kamu disuruh tidur di luar lagi oleh mamamu?”Kael malas harus membenarkan. Hanya duduk bergeming sebagai isyarat tidak ingin diganggu.Aira sang gadis bergaun putri itu berdiri berkacak pinggang dengan ceria di dekatnya. Menanti jawaban jujur dari Kael yang tak kunjung bicara. Yang gelagatnya telah menerbitkan asumsi bila tebakan Aira tidak salah lagi.“Sesuai janji kemarin—walau kemarin tidak disepakati sebagai perjanjian—aku hendak mengajakmu untuk berduel ....” Aira menerangkan maksud kedatangannya. “Oleh karenannya ....” Dan mengambil sesuatu dari saku dalam jaketnya.Kael tidak mungkin menolak. Mengingat kemarin dirinya ikut andil agar Aira datang besok hari—yang artinya adalah h
Episode 11: Kekuatan Dalam Bertahan Hidup Yang Diluar Estimasi.Tampak keheningan malam di halaman depan rumah minimalis tersebut terlihat sibuk oleh dua remaja yang menjadi tegang karena sebuah pertarungan.Tempat yang luas, serta rerumputan yang nyaman dipijaki nampaknya sangat berkontribusi dalam duel dua pewaris Aura di sana. Bagaimana tidak, mereka leluasa melampiaskan segala kemampuan yang ada, dan itu jelas.Ditambah Aira punya keunggulan dalam akselerasi, terutama gerakan kedua kaki serta tangannya yang sigap mengambil celah.Sementara Kael pandai dalam segi defensif. Kedua netranya serta intuisinya dapat mendeteksi arah serangan lawan.Satu lesatan dari tinjuan tangan kiri Aura Aira mampu Kael tepis dengan punggung tangan kanannya yang diliputi Aura pula. Lesatan pukulan Aura lainnya beserta sayatan belati datang dari Aira secara beruntun dan terarah.Tetapi demikian, Kael tidak kalah cekatan dalam menghalau setiap serangan ya
Episode 12: Barangkali Aku Bisa Jadi Hal Yang Menghambarkan Lukamu. Pada hutan yang dipenuhi pepohanan cemara ....Kala gadis bergaun putri tengah berlari di antara pepohonan hutan, ia mulai melambat merasakan kaki kanannya tidak beres.Aira berhenti melangkah di sana, melepas sandalnya, lalu senter kecil yang ia genggam disorot menerangi sumber kakinya yang dirasa ganjil.Tidak disangka-sangka olehnya. Ia dapati pada punggung kakinya tergurat luka sayatan yang sedikit berdarah.“Sejak kapan luka sayatan ini ada di kakiku?” herannya. Dan secara refleks pikirannya terserap ke dalam momen duel dengan sang Pewaris Aura cahaya.Sebuah ingatan yang menunjukkan pada satu momen. Tepat dikala Kael tengah berputar dengan elegan, sedang pada saat itu belati Aira meleset hingga Kael mampu mengarahkan satu tendangan menuju muka imutnya.Dan iya. Di sanalah sepertinya luka itu terbentuk: Saat Kael berputar, tendangan yang dia lakukan rupanya hanyalah pengalih perhatian semata, untuk lalu belati ya
Bisa dilihat oleh mata telanjang bagaimana kehidupan rakyat Utara-Daya yang sangat majemuk. Tujuan dan kebutuhan yang menggerakkan tiap-tiap elemen masyarakat. Tradisi yang mengakar, norma yang menata, iklim yang mendukung adalah bagian terpenting dalam mendorong kemajuan tiap-tiap wilayahnya. Dengan populasi 300 juta lebih negara Utara-Daya jelas sangat kuat disektor sumber daya manusia. Sementara pengerahan optimasinya telah memenuhi hingga ke ruang-ruang kepentingan banyak manusia. Keragaman berbudaya, perbedaan cara pandang, konflik ekstrem pada akhirnya membangkitkan tekad luhur mereka dalam bersatu dan mengambil peran besar bagi dunia Aura. Mereka sudah berpikir besar. Tentang dunia. Tentang umat manusia. Tentang alam tempat mereka tinggal. Tentang ilmu pengetahuan yang mencerdaskan mereka. Seluruh realitas itu memandu mereka kepada setiap zaman dan generasi. Ratusan atau ribuan tahun yang mereka peroleh dalam persatuan suatu masyarakat jelas adalah bukti nyata betapa mereka la
Nyatanya, pertemuan Eriel dengan Pangeran Nein Al-Manamah dilakukan di hari berikutnya dengan sejumlah pengarahan yang telah disetujui. 3471-13-Pisces (Musim Kemarau). 15:11.Inilah ruangan bagai kantor, tidak banyak ornamen dekoratif, berdinding yang terlukis berlian ungu dengan lantai dari marmer kebiruan yang luasnya 4x5 meteran dan hanya diisi oleh dua orang tanpa pengawalan, tapi selalu siap sedia menghadapi situasi yang mengkhianati kondusif. Keduanya duduk di kursi depan meja bundar saling bertatap muka. Semuanya sudah diatur. Dipersiapkan. Hanya saja, supaya mendapatkan impresi keakraban maka basa-basi dan bercerita ringan diluapkan keduanya. Menyoal pertemuan mereka yang bukan kali pertama. Mengungkapkan istri Pangeran Nein yang tengah mengandung anak pertama, harapan baru untuk generasi baru. Membahas anak tunggal Eriel yang ditinggalkan untuk waktu yang tidak diketahui. Bercerita tentang hewan-hewan ajaib di dunia Aura yang mengalami evolusi ekstrem, termasuk membahas soal
Maka datangnya rombongan Pangeran Nein Al-Manamah ke dalam kelas seketika menyudahi pemaparan sejarah Kerajaan Utara-Daya yang disampaikan sang guru. Dalam ruangan bertema metalik yang memiliki atap cekung keperakan dan lantai dari marmer beliau disambut kegirangan dan hangat oleh seluruh murid. Figur laki-laki berusia 35 tahunan pemilik rambut keperakan yang dipotong agak panjang belah tengah, berjubah rumit serba nuansa kelabu metalik dengan tinggi 2 meteran yang tidak lain merupakan sang putra mahkota Pangeran Nein Al-Manamah.Merupakan tanggung jawabnya menginspeksi generasi penerus bangsa Utara-Daya di akademi Aura kali ini guna memperkuat persepsi bahwa anak-anak bangsa ini memiliki generasi pendahulu yang hebat dan berdedikasi tinggi, pun meninjau langsung bagaimana pelaksanaan pendidikan terjadi. Pendidikan yang terbaik pada generasi penerus merupakan investasi jangka panjang. Sebab negara maju dengan kurikulum pendidikannya yang maju dan menunjang banyak inovasi berangkat d
Jadi ini soal pasang surut tata kelola dunia. Mengambil referensi langsung dari sejarah kejatuhan dan kebangkitan tiap-tiap kaum. Dari zaman awal yang memiliki materi tata kelolanya sendiri, hingga zaman baru yang lebih inovatif sebagaimana masalahnya, dan tiap-tiap pergantian pada zaman ada kaum pembaharunya, ada tawaran baru yang pasti akan jadi kebutuhan dasar setiap kaum.Maka berangkat dari sana, bangsa Selatan memiliki perhitungan akan adanya kebutuhan dunia yang berkaitan dengan suatu pondasi yang menjembatani antar dunia sehingga datanglah pemahaman kepemimpinan dunia. Bangsa Barat yang memiliki atribut akan kebutuhan pendidikan mendatangkan pemahaman alam materialistis. Bangsa Timur memiliki skema dualisme kebutuhan warga dunia yang mendatangkan pemahaman etika metafisika dan bangsa Utara yang menawarkan keamanan akan semua daya tawar itu mendatangkan ilmu manajemen. Sehingga—dari bermacam perpaduan tesis-antitesis—lahirlah, tawaran Kekaisaran Satu Dunia Tetua Alara yang ber
Atas kegaduhan dan isu-isu politis yang menghinggapi dihampir seluruh negara-negara dunia Aura, Eriel De Atria lekas disidang oleh petinggi kerajaan Utara-Daya dan petinggi Majelis Utama-Aura Internasional.“... jadi maksud Reformasi Ekosistem Dunia Aura adalah langkah kudeta terhadap rezim Tetua-Alara?”Kembali pertanyaan interogatif datang dari petinggi Majelis Utama-Aura menyerang Eriel De Atria—mereka menggunakan bahasa bangsa Selatan supaya target dapat lancar menyampaikan informasinya.“Secara literal bukan.” Dengan keyakinan utuh dan ketenangan sikap Eriel membalas. “Bukan.”“... tapi indikasinya ada 'kan?”“Tidak. Karena itu bukan tujuan.”Di ruangan bernuansa perak metalik agak gelap sidang berlangsung, tapi tepat di dalam tabung akuarium (Tabung Penghakiman) yang berposisi pada tengah-tengah ruangan sang Pewaris-Aura Cahaya itu berdiri di sana. Disoroti lampu putih terang dengan meredupkan sisa lampu-lampu lainnya seakan hendak menunjukkan siapa penjahatnya. Dia bahkan telah
... sang pemenang yang menuliskan sejarahnya ....Dalam literatur sejarah dunia Aura, bangsa Utara-Daya dikenal tidak hanya sebagai pemimpin bangsa-bangsa dunia Aura di masa 'dunia baru' ini, melainkan kaum Aurinas aslinya yang juga sangat kuat serta ditopang sektor ekonomi dan teknologi yang menjadi acuan nomor satu dunia. Pemenang hegemoni kepemimpinan dunia Aura baru. Penguasa dan navigator utama dunia Aura. Sang Jenderal Dunia ....Tentu saja, perannya secara signifikan disektor penentuan perdamaian, keamanan dan pengelolaan sumber daya di berbagai belahan dunia merupakan acuan label 'Jenderal Dunia' yang dialamatkan kepada bangsa Utara-Daya. Dibalik banyaknya pertikaian dan kritik atas sentuhan-sentuhan pengaruhnya, pekerjaan mereka yang konsisten dan mulia tetap saja patut disanjung.Terdapat tiga ras asli yang dimiliki benua Utara, salah duanya yakni ras Neoronoid yang mendiami bangsa Utara-Daya dengan ciri kulit putih kemerahan, postur tubuh yang tinggi, mata hijau, bibir teba
08:08 pagi yang dihujani salju-salju ....“... apapun yang terjadi, ayah dan mama akan menyelesaikan ini ...!”Kalimat berkonotasi menenangkan itu datang dari seorang pria berkumis 40 tahunan (Aryan Diprana) kepada kedua anaknya yang terbilang masih dini dan tidak mengerti masalah orang dewasa.“... jagalah adikmu, ya ... mama dan ayah akan kembali,” timpal wanita 37 tahunan berambut panjang merah (Lenaya De Antares) yang memperkuat argumen suaminya.Seorang anak laki-laki 12 tahunan (Arsien De Antares) dengan adik perempuannya 6 tahunan (Thiara Lue Mall) tengah disembunyikan di bawah kasur. Mereka sempat protes dan melakukan pemberontakan kecil kendati yang paling mungkin mereka lakukan adalah sembunyi entah sampai kapan ....”HEI KAMU BAJINGAN ...! KELUARLAH ...!“”KELUARLAH KAMU MONSTER ...!“Kira-kira selusin anggota kelas prajurit pangkat C dan seorang personel militer kelas sersan pangkat B (Uzzha De Canopus) telah mengepung rumah dua lantai bergaya panggung bercat batik Parang
“... terus terang saja, aku tidak mengira rumor Auranias Cahaya di bangsa ini ternyata benar adanya.””... beberapa kelompok menganggap Pewaris Aura Cahaya yang tersisa di bangsa kita sebagai pembaharu—dalam narasi positif.“”... mengapa Anda tidak pernah memamerkan ilmu Aura Cahaya Anda ke muka publik?“”... apakah Anda betul-betul hendak melakukan suatu perubahan atau ...?“”... sepertinya Anda punya keterkaitan dengan Eriel De Atria sebagai sesama Auranias Cahaya ya?“”... semestinya Anda dari dulu hadir karena mereka yang menunggu Auranias Cahaya pasti senang dan melindungi Anda!“”... apakah kamu orang yang sama dengan Auranias Cahaya bertopeng di desa Moon?“”... apa rencana dirimu ke depan menghadapi tantangan dunia Aura ini?“Mendapatkan beragam reaksi dan komentar sebagai Pewaris Aura Cahaya dari para tamu, Kael De Rigel menggubris secara hati-hati, bicara secukupnya. Dengan tanpa membuka celah untuk menelusuri latar belakangnya secara mendetail.Tidak salah lagi, gedung ber
Di hari berikutnya. Pagi. Pukul 09:11 ....“... ini seperti kamu tidak harus wafat hanya untuk mengetahui bahwa kita pasti mati ...,” tutur seorang pemuda berambut merah ikal panjang (non-Auranias, Rieda Lim) menata meja panjang dengan menaruh botol-botol minuman sirup bermerek Insomia.“Lantas ... kamu akan percaya begitu saja pada seseorang yang memaksakan diri untuk merampok bangku kepemimpinan Ketua Zeno? Toh hanya karena dia Auranias yang kita cari-cari sangat tidak benar kalau kita membenarkan prilaku sewenang-wenangnya,” papar pemuda berambut biru cepak (non-Auranias, Juan Chul) menata gelas-gelas di atas meja.Lalu Rieda menghentikan kegiatannya hanya untuk memandang rekannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya membalas, ”Hadeehhh ... Juan, Juan ... untuk mendapatkan sesuatu kita mesti mengorbankan sesuatu.“Juan terdiam, menatap Rieda sungguh-sungguh dan tidak percaya temannya tidak bisa menerima kritikannya.3471-11-Pisces. (Musim Hujan).Acara inaugurasi hari ini akan ter