Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang.
Seiring berlalunya waktu, persentase tenaga Aura Eriel mulai menyusut. Dengan kapabilitas teleportasi yang memakan banyak 'Tenaga Aura', tentu bukanlah hal aneh apabila dalam kurun waktu sejam saja 85% Tenaga Aura Eriel habis. Itu sudah diakumulasikan dengan teknik Aura lainnya. {Satu kali penggunaan teleportasi memakan Tenaga Aura berkisar 5%.} Atau artinya, Eriel hanya sanggup melakukan 13 kali kapabilitas Aura cahaya dalam waktu sejam—untuk tetap mengaktifkan kapabilitas Aura maka peserta wajib memancarkan Aura tersebut di luar fisik selama kapabilitasnya aktif, sementara penonaktifan kapabilitasnya sendiri cukup dengan melenyapkan Aura dari luar fisik. Pertarungan hanya menyisakan Eriel yang berjuang susah payah. Menyerang orang tuanya maju mundur. Menyajikan gaya kombat yang terbilang standar. Sekadar melakukan pukulan-pukulan lurus, atau tendangan-tendangan selayaknya seni beladiri fisik, ataupun kalau mentok ia melakukan gerakan akrobat yang berujung tendangan dan pukulan keras. Diikuti banyak teknik kombat yang sudah ia laksanakan. Walau lewat pandangan masyarakat awam sekalipun dapat menilai bahwa keunggulan masih dimiliki Mama-nya. 30 menit kemudian secara sepihak duel dihentikan Mama-nya. “Oke, cukup!” pinta sang jenderal tingkat A ini. Menampilkan gelagat ketidakpuasan. Eriel bernapas tersengal-sengal. Berdiri agak membungkuk empat meteran di hadapan ibunya. Tenaga Aura yang banyak dikurasnya telah menyematkan rasa lelah luar biasa. Hanya Kael yang sedari tadi betah bergeming di posisinya. Mematung. Tidak sekali pun menyerang. “El, mama harap kamu punya alasan efektif untuk pilihanmu yang cuman diam tak berguna.” Dengan menatap tajam putranya Jenderal Aldia menyindir. “Huh, kakak payah ... tak punya semangat juang!” timpal Eriel sembari berupaya menetralkan laju napasnya. ”Wajar saja diriku diam, lagian mama baru saja memutuskan untuk menghentikan pelatihannya ....“ Dinaungi ekspresi mengantuk Kael telah jujur bicara. Kendati jauh lebih jujur dikatakan ia memang malas bergerak. ”Oh ayolah ..., sebab dari sejam lebih kamu malah mematung! Hanya mematung!“ ketus Jenderal Aldia dengan berkacak pinggang. Geram akan sikap malas putranya. Mengetahui sikap malas semestinya bukanlah sesuatu yang layak diterima, dengan santai Kael menyelipkan dua tangannya ke saku depan jaket hoodie-nya dan saat mulutnya hendak memuntahkan kalimat advokasi, orang tuanya menyelang: ”Nilaimu tertinggal jauh dari adikmu sendiri, El. Kalau kemalasan yang selalu melandaskanmu untuk menunggu waktu yang tepat, maka selamanya kamu menunggu. Malah lawanmu yang sudah jauh mengunggulimu. Kau akan selalu kalah, El. Selalu kalah ....“ Berkumandang penuh penekanan kata bagaimana sang mama secara khusus mengkritik watak leha-leha Kael. Kael mengangguk, ia memang menanti waktu yang tepat. Bahkan untuk kedua kalinya ia harus menelan lagi argumen pembelaan begitu keputusan dari Mama-nya dicetuskan: “Cukup untuk hari ini. Kalian tetap mama nyatakan gagal!” ”Tapi Ma! Aku belum selesai! Jangan libatkan aku dengan tabiat kakak!“ Eriel protes. Ini bukanlah hasil yang pantas baginya dapatkan. ”Biar aku saja yang melawan mama. Kupastikan aku sanggup membuat mama jatuh!“ Orang tuanya menggelengkan kepala pelan. Tidak menemukan alasan brilian dalam menyetujuinya. ”Kalian adalah saudara kandung. Sehingga wajar kalian mama anggap sepaket; tim ....“ Sang Mama menguraikan alasan. ”Jadi cukup. Kalian terpaksa harus menjalani lagi pelatihan mandiri. Sampai secara berbarengan kalian lulus. Di sana baru mama perkenankan kalian keluar dari tempat ini.“ Ketimbang meluangkan waktu memberontak marah, Eriel memilih membisu memendam kejengkelannya. Sedang Kael tampil tenang. Wanita necis di hadapan mereka lantas berpaling pergi. Tidak ada keterangan lebih lanjut perihal kapan pelatihan lagi dengannya. Atau dengan kata lain, mesti menunggu sang mama selesai dari dinas kemiliterannya dan mewajibkan Kael serta Eriel dididik kembali oleh guru membosankan yang sering debat kusir dengan orang tua mereka. Sejujurnya, Kael masa bodoh dan tidak berminat dengan semua ajaran atau idealisme Mama-nya. Eriel mencebik, bermuka masam. Teramat penat harus selalu menanggung kegagalan dari ulah kakaknya yang rajin seenaknya. Disamping itu, hari yang semakin mendekati petang semakin mendinginkan hawa di sekitar. Sementara kepergian mama mereka semakin jauh. Langkah kakinya mantap juga cepat. Waktu terkuras lama hingga menyisakan kesunyian aneh di antara adik kakak itu. Mereka kini berdiri berhadapan. ”Mengapa harus kembali seperti ini, sih? Mengapa kakak begitu malas?! Aku sudah berusah payah untuk peluang ini! Aku ingin bebas! Aku ingin melihat dunia luar!“ Nada suara Eriel yang meninggi jelas terdengar menghadirkan kegusaran dan kekecewaan mendalam. Bagaimana juga harapan yang kesekian kalinya untuk bebas ... pupus. ”Tapi kakak malah berleha-leha!“ Udara dingin menggerakkan tangan Kael menutup kepalanya oleh tudung jaket hoodie-nya, pun merespons, ”Maaf Ril, kalau diriku membuatmu kecewa, selalu ... itu juga tidak membuatku memiliki argumen tepat untuk menanggapi kekecewaanmu ....“ “Payah! Kakak payah ... berkali-kali keberhasilanku harus menanggung kegagalan karena engkau payah!” Eriel meradang. Meski begitu, ketidakpedulian Kael pilih sebagai menyikapinya. Di telinganya itu trivia. Justru dengan entengnya ia bertanya, ”Ril ... aku mau memancing di luar, apa kamu mau ikut?“ ”Semestinya kakak berlatih, bukan malah pergi memancing lagi! Ingat, kakak masih belum mampu merealisasikan kapabilitas Aura kakak! Kita harus lulus, sebab kita punya misi untuk masa depan!“ Eriel menyergah dan terbilang bodoh seumpama menyepakati ajakan kakaknya. Ia menyalang menatap muka kantuk kakaknya. Dibubuhi harapan agar kakaknya dapat berubah menjadi personal yang lebih baik. Tiada respons verbal dari Kael dalam menggubrisnya. Seolah tidak ada soal yang mesti dirisaukan. Dia dengan kalemnya melangkah meninggalkan saudarinya. Berniat menuju tempat favoritnya. Betapa Eriel menggemas emosi menghadapi lagi sikap cuek kakaknya yang acap-acap mengundang marah. Nyaris setiap ujian akhir pelatihan kemalasan kakaknya jadi beban terberat baginya. ”Aku akan terus berlatih! Berlatih, sampai kakak lihat aku mencapai impian mama! Dan membuat kakak menyesali perbuatan kakak sendiri!“ pekik Eriel dalam kesungguhan lebih dari yang dapat Kael duga. Kedengaran meyakinkan, kendati Kael terlihat hanya mengacungkan jempol kanannya ke atas kepala—sebatas respons menghormati. Juga langkah kakinya tidak dihentikan saat ia membalas, ”Semoga sukses, Ril!“ Bergigit kesal dan mendekus Eriel di sana. Sepuluh jemarinya saja dikepal seperti menahan ketidakberdayaannya menghadapi kekonyolan kakaknya. Itu semua sudah biasa terjadi. Kael memang tidak begitu berbakat dalam ilmu Aura sebagaimana adik dan Mama-nya. Ketika normalnya pewaris Aura sanggup merealisasikan kapabilitas Aura mereka diumur 10 tahun ke atas, tidak sebagaimana Kael yang bahkan hingga detik ini selalu gagal. Sedangkan adiknya mencapai keberhasilan semenjak umur 9 tahun. Ketimpangan talenta yang sebetulnya lumayan mengherankan terlebih bagi Jenderal Aldia, dan membebani tentunya bagi Eriel. Eriel bersungut-sungut. Ia tidak beranjak dari sana, melainkan rasa penatnya membuat ia terduduk di rerumputan yang dingin. Entah sudah berapa puluh, atau bisa jadi ratusan kali dirinya lagi-lagi terpaksa berpasrah diri. Bersama pernapasan yang perlahan stabil. Ia duduk bersila dengan menegapkan tubuh serta menautkan dua tangannya pada muka lutut. Pun kelopak mata yang terkatup supaya konsentrasi terpenuhi. Bukan hanya merehatkan fisik, Eriel sekalian mengisi kembali 'Tenaga Aura-nya'. Wanita berambut hijau sebahu yang dipanggil Mama sudah masuk ke dalam rumah. Guna merenggut apa yang dicita-citakannya, lumrah wanita itu kukuh mempertahankan idealismenya.Secara kontekstual, mode berbusana masyarakat negara Bangsa Selatan terbilang unik. Favorit mereka adalah kain beledu dengan warna putih dan kelabu atau hitam yang tentunya mendominasi pakaian. Pada era ini, mayoritas kaum perempuan mengenakan busana yang fleksibel serta hangat: Baju beledu dengan jaket tipis yang memiliki lingkar kerah berbulu tebal, sekaligus celana pantalon kulit. Begitu pula dengan kaum pria, gaya berbusana mereka fleksibel pun hangat. Dengan kata lain, kaum pria umumnya mengenakan baju beledu dengan jaket berbulu tebal serta celana pantalon kulit. Pakaian umum pria didominasi warna kelabu serta hitam. Sedang warna busana kaum perempuan lebih didominasi kelabu juga putih. Namun, gaya berpakaian akan berbeda andai berada di lingkungan tempat tinggal. Pun disesuaikan dengan kebutuhan. Itu semua tidak termasuk dalam acara formal, adat, atau ritual magis—walau adakalanya mereka tetap mengenakan busana umum. Iklim dingin dan bersalju menjadi faktor yang substansial
Episode 6: Langkah Pertama Untuk Meninggalkan Masa Lalu, Langkah Terakhir Untuk Menetapkan Masa Depan. Inilah era generasi ke 70 dari Pewaris-Aura. Era di mana kehidupan telah menyisakan delapan Aura Utama—Aura Merah, Aura Biru, Aura Pingai, Aura Hijau, Aura Sian, Aura Cokelat, Aura Jingga dan Aura Kelabu—yang tetap eksis demi mengelola dunia. Sistem-Aura adalah kala setiap individu dan kelompok diwajibkan memprioritaskan para Pewaris-Aura disegala bidang kehidupan. Seluruh sistem sosial, norma, budaya, politik wajib dipimpin Pewaris Aura. Segala hukum wajib diatur Pewaris Aura. Sudah pasti, afirmasi tersebut sedikit direvisi oleh negara Bangsa Selatan demi kepentingan bersama. Hukum Sistem Aura hasil kreasi negara Bangsa Selatan hanya menambahkan atau mengurangi dua atau tiga pasal dalam perundang-undangannya. Terkhusus bagi setiap non-Pewaris Aura berhak dan sah untuk bergabung dalam parlementaria / institusi negara atau pengelolaan sosial tanpa penandatanganan izin setempat dari
Episode 7: Siapa Yang Peduli Kalau Nenek Moyang Kita Semua Sama Saja Salah? Tengah malam lebih tiga jam: 03:03 dini hari. Sepuluh surat yang sama telah diterima Aldia De Atria. Tersimpan rapi di laci meja kerjanya. Surat peringatan militer dengan label 'Teguran Komando Sepuluh' dengan stempel emas berlambang 'bintang sudut empat'. Yang mengartikan bahwa Jenderal A, Aldia De Atria dapat dipastikan segera dipecat secara tidak terhormat—andai kata bangsa Selatan masih dipimpin kerajaan dinasti 67 tidak ternafikan dirinya pasti dihukum mati di tempat. Asap cerutu membumbung mencemari udara. Ruangan terang berlantai marmer dan berdinding semen ini merupakan ruang kerja jenderal tingkat A itu. Dan kini tengah diisi dua manusia yang punya kepentingan bersama. Surat 'Teguran Komando Sepuluh' diberikan langsung oleh asisten yang sekaligus selaku guru Kael serta Eriel: Wanita berumur 40 tahunan yang bernama Erika (Erika Larasati) yang punya rambut pirang dikucir tinggi ke belakang, berjaket
Episode 8: Satu Persamaan Yang Menciptakan Jutaan Perbedaan Juga Perselisihan. Alternasi waktu: 7 / Bintang Cancer. Musim hujan. Diiringi rintik hujan pagi hari yang mendung, dan kadang kala petir bergelegar, anak kembar pewaris Aura cahaya tengah menjalani studinya secara serius dan malas—serius bagi Eriel, dan malas bagi Kael. Rumah minimalis yang punya arsitektur simpel dan nyaman, bermaterial kayu jati dengan ruang utama dipenuhi rak buku, sampai citra perpustakaan melekat dalam ruangan ini, di sinilah mereka belajar. Pada sudut ruangan dekat jendela kaca, wanita berambut pirang yang dikucir tinggi ke belakang yang tiada lain ialah Erika, tengah memberikan pengajarannya pada Kael dan Eriel. Berat bagi wanita empat puluh tahunan itu memberikan bermacam pengetahuan yang kontradiktif terhadap pemahamannya. Meski ia jalani demi dedikasinya pada Jenderal Aldia sampai sang Jenderal nanti dicopot jabatan atau dipecat. Dan di bangku itu Eriel nampak antusias menyimak setiap pemaparan
Episode 9: Apalah Artinya Kedisiplinan Dan Kepatuhan Tanpa Kesadaran.Sering kalinya pengajaran yang Erika laksanakan adalah sesi tanya jawab perihal buku-buku yang sudah dipelajari. Semua buku-buku punya materi yang cukup berat, membingungkan sampai terkadang butuh dukungan data lainnya untuk mevalidasi argumen-argumen yang ada.Dijam satu kegiatan studi dilanjutkan.Mengingat musim ini adalah akhir semester sekaligus akhir kelas sembilan dalam akademis tingkat menengah bagi Eriel, karenanya, gadis berambut hijau sepunggung itu mendapat kelas intensif.Posisi belajar mereka tidak berganti: Duduk bersebelahan, setengah meter jarak di antara meja kayu mereka. Pengecualian untuk Erika yang membuat posisi duduknya berada tepat di depan meja Eriel seakan mereka hendak bicara lebih intim.Sementara Kael membaca buku pilihan Erika dengan malas—buku perihal sistem ekonomi fiskal bangsa Barat.”Jujur saja Ril, sebenarnya kamu lebih pintar ketimbang saudara kembarmu ... mestinya, kamu terima ta
Episode 10: Mama ... Mama ... Mama ... MAMAAAAA ...!“Woah ....” Ekspresi kaget yang menyebalkan ditampilkan gadis itu. “Izinkan aku menebak, dan tolong jawab ... sepertinya kamu disuruh tidur di luar lagi oleh mamamu?”Kael malas harus membenarkan. Hanya duduk bergeming sebagai isyarat tidak ingin diganggu.Aira sang gadis bergaun putri itu berdiri berkacak pinggang dengan ceria di dekatnya. Menanti jawaban jujur dari Kael yang tak kunjung bicara. Yang gelagatnya telah menerbitkan asumsi bila tebakan Aira tidak salah lagi.“Sesuai janji kemarin—walau kemarin tidak disepakati sebagai perjanjian—aku hendak mengajakmu untuk berduel ....” Aira menerangkan maksud kedatangannya. “Oleh karenannya ....” Dan mengambil sesuatu dari saku dalam jaketnya.Kael tidak mungkin menolak. Mengingat kemarin dirinya ikut andil agar Aira datang besok hari—yang artinya adalah h
Episode 11: Kekuatan Dalam Bertahan Hidup Yang Diluar Estimasi.Tampak keheningan malam di halaman depan rumah minimalis tersebut terlihat sibuk oleh dua remaja yang menjadi tegang karena sebuah pertarungan.Tempat yang luas, serta rerumputan yang nyaman dipijaki nampaknya sangat berkontribusi dalam duel dua pewaris Aura di sana. Bagaimana tidak, mereka leluasa melampiaskan segala kemampuan yang ada, dan itu jelas.Ditambah Aira punya keunggulan dalam akselerasi, terutama gerakan kedua kaki serta tangannya yang sigap mengambil celah.Sementara Kael pandai dalam segi defensif. Kedua netranya serta intuisinya dapat mendeteksi arah serangan lawan.Satu lesatan dari tinjuan tangan kiri Aura Aira mampu Kael tepis dengan punggung tangan kanannya yang diliputi Aura pula. Lesatan pukulan Aura lainnya beserta sayatan belati datang dari Aira secara beruntun dan terarah.Tetapi demikian, Kael tidak kalah cekatan dalam menghalau setiap serangan ya
Episode 12: Barangkali Aku Bisa Jadi Hal Yang Menghambarkan Lukamu. Pada hutan yang dipenuhi pepohanan cemara ....Kala gadis bergaun putri tengah berlari di antara pepohonan hutan, ia mulai melambat merasakan kaki kanannya tidak beres.Aira berhenti melangkah di sana, melepas sandalnya, lalu senter kecil yang ia genggam disorot menerangi sumber kakinya yang dirasa ganjil.Tidak disangka-sangka olehnya. Ia dapati pada punggung kakinya tergurat luka sayatan yang sedikit berdarah.“Sejak kapan luka sayatan ini ada di kakiku?” herannya. Dan secara refleks pikirannya terserap ke dalam momen duel dengan sang Pewaris Aura cahaya.Sebuah ingatan yang menunjukkan pada satu momen. Tepat dikala Kael tengah berputar dengan elegan, sedang pada saat itu belati Aira meleset hingga Kael mampu mengarahkan satu tendangan menuju muka imutnya.Dan iya. Di sanalah sepertinya luka itu terbentuk: Saat Kael berputar, tendangan yang dia lakukan rupanya hanyalah pengalih perhatian semata, untuk lalu belati ya
3471-24-Gemini (Musim Gugur). 16:09. Sore yang mendung dihujani tetesan salju ….Bangsa Selatan-Kelabu, Kota Ikora, kediaman Eriel De Atria ….Untuk semua waktu yang telah hilang dalam kebersamaan dengan saudara kembarnya, yang dididik spesial untuk tujuan yang mulia. Pun mamanya yang jadi teladan, atau alasan-alasan mengapa Eriel mencapai semuanya. Barang tentu, dia tidak membunuh kakaknya karena—selain, Eriel perlu melihat apa yang mamanya lihat dari kakaknya yang barangkali tidak dimiliki olehnya—setelah semua yang dilaluinya memicu potensi baru. Membuat satu rencana baru yang lebih prospektif, untuk karier, untuk bertahan hidup—menyoal kesepakatan dengan saudara kembarnya. Itu teramat penting. Eriel De Atria bersama suami dan putrinya kini berkumpul di kamar yang bertema dedaunan khas botani. Seakan ada topik paling sensitif yang baru kali ini akan diungkapkannya dan tidak boleh ada yang mengetahuinya kecuali mereka. Namun ….“AAAARRGGHHH …!” Eriel meneriakkan suatu beban emosi.
Tiap-tiap jawaban yang paradoks adalah untuk pertanyaan yang paradoks ….Pria gundul itu duduk tegap dengan bersila di sana. Di atas air yang sekelilingnya hanyalah putih kosong (Realita Tengah, Dimensi 999, semesta kreasi Dewan Direksi Pertama). Menyaksikan panel antarmuka layar yang memproyeksikan semua data skenario permainan dan pencapaian yang telah dilaluinya … tetapi ….'Ding!' Nada khas notifikasi seakan berbunyi dalam kepalanya ….SISTEM: [… berikut data soal skenario pertama: Berperan sebagai seorang Kesatria Cahaya yang mendirikan Sistem-Aura. Skenario kedua: Memerankan seorang nelayan yang menjadi penjahat kelas global. Skenario ketiga: Memerankan ras Iblis yang mendirikan tatanan sosial baru ….]Dan ….Catatan sejarah menuliskan bahwa dahulu kala Sistem-Aura bernama Sistem-Cahaya, tetapi, Dewan Direksi-Pertama yang berbekal ilmu pengetahuan baru menggagas nama baru, yang kemudian dikenallah sebagai … Sistem-Aura.Ia pertama kali hadir melalui angin; lahir dari angin—pada
17:44.Hari pun menggelap … sinar mentari redup bersama bulir-bulir salju yang turun mengantarkan suhu dingin kepada sang bumi Selatan. Anak-anak menanggalkan semua permainan serunya untuk kembali ke rumah, menghangatkan diri bersama keluarga. Kecuali mereka yang kehilangan arti dari keluarga, menyambut dinginnya salju dengan kerelaan yang tinggi atau kepasrahan yang apa adanya. Di sebuah bangunan bar dua lantai yang berarsitekturkan buah anggur di Kota Nirvena ternyata jadi lokasi keberadaan Intania dan Ixia sekarang. Tempatnya mulai ramai, dikunjungi dari bermacam kalangan masyarakat. Pencahayaannya agak keunguan remang-remang. Diiringi piano bernada gotik yang dimainkan secara berbakat oleh seorang pemuda bermuka jelek hingga membangkitkan suasana nyaman untuk seluruh pengunjung .… Sebagaimana di sebuah meja dekat panggung piano, sepasang Energias membicarakan ilmu Energi dalam upaya meretas Sistem dan mengendalikan dunia. Para Auranias membahas pertandingan liga Nasional Pewaris
Terbentang jeda sepersekian detik …. Untuk pertanyaan yang Kael ajukan, Eriel sendiri terus terang saja tidak bisa memastikannya. Dia datang untuk mengetahui fakta tentang kakaknya—walaupun tidak masuk akal baginya. Sementara urusan ke depannya akan ditentukan sebagaimana situasi yang terjadi. Seperti sekarang ini …. 'Wush'. Dengan nekat dan tiba-tiba Kael mendorong dirinya sendiri melompat ke depan. Dengan cara yang paling menyakitkan dan berisiko tinggi dia melepaskan tubuhnya dari tusukan mematikan Pusaka Trisula-Berlian. Berdiri 10 meteran di hadapan kembarannya. Sambil terengah-engah dan sekuat tenaga mengelola konstruksi napasnya. Dengan mengontrol fluktuasi Aura-nya sedapat mungkin darahnya ditahan agar tidak berakibat fatal. “HHAAHH … HHAAHH ….” Kael tahu ini tidak menguntungkan baginya. Fisik dan staminanya sudah terkuras untuk banyak latihan. Sedangkan Eriel memang kentara tidak sungguh-sungguh dalam menghabisi saudaranya. “GYYAAAAH …!” Kael mengepalkan kedua tan
Kota Tera …. Hari ini … iya, hari yang cerah untuk mereka yang kangen menyaksikan matahari menyinari bumi Selatan. Awan-awan kelabu sedikit menyisihkan ruang-ruang untuk mempertontonkan birunya langit yang terbentang menawan. Sinar cerah mentari menyorot pula dua manusia di atas apartemen berlantai 4 (Apartemen Duoduo yang berarsitekturkan tabung dengan tema gotik). Dari keadaan Zihao yang terluka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perilaku tidak menyehatkan di sana. Bercecerannya darah hitam keunguan, darah kemerahan dan sejumlah kerusakan lingkungan bahkan sempat dibarengi kemarahan beberapa warga. Zihao dinilai melakukan pertarungan liar yang melanggar aturan rezim Haven, bersekongkol dengan siluman untuk merampok harta salah seorang penghuni apartemen. Meskipun fakta menyatakan, Zihao datang untuk mengambil kembali emas dan permata yang siluman curi, namun malah dicurigai berkonspirasi hanya karena berhasil mengambil kembali benda-benda berharga tersebut. Kini, Nieni yang
Rupa-rupanya, di area luar kebun pelatihan, tepatnya di luar pos pengamanan yang mengarah menuju pintu masuk kebun pelatihan, Pelatih Barta tidak hanya mengambil sebuah koper hitam, dia terpaksa menunda ke tempat latihan gara-gara merasa harus minum kopi dan mengobrol dengan para penjaga. Menggali informasi teraktual. Soal mata-mata dari negara Laturnia yang ditangkap Interat (Intelijen Militer Darat), soal Dewa-Es yang pergi ke alam Siluman tanpa diketahui lagi kabarnya, soal beberapa individu tidak dikenal yang menanyakan keberadaan Pewaris Aura Cahaya, soal sekumpulan prajurit militer dari Komando Kelopak Dua yang terlibat konflik dengan masyarakat, soal korupsi dan penggelapan pajak yang menyita atensi seluruh warga negara, soal kelompok warga negara yang merusak gedung-gedung pemerintah di sejumlah kota-kota besar, soal kelompok Tunggalitas yang berseteru antar anggota internalnya karena terendusnya gerakan kudeta dan hal-hal receh di kemiliteran Komando Kelopak Tiga yang dibahas
Akhirnya, tujuan Kael menempa potensi diri telah tercapai. Level 60 berikut dengan kapasitas Energi-Aura sudah dicapai—tapi, masih belum diputuskan apakah pelatihannya berakhir hari ini atau sedikit lebih lama menempa lagi. Malah, seperti bonus kalau teknik berjalan di atas air pun telah mampu dikuasainya. 3471-22-Gemini (Musim Gugur). 08:50. Lingkungan bebatuan area kolam …. Sembari menunggu Pelatih Barta yang katanya pergi hendak mengambilkan sebuah hadiah atas pencapaian Kael, dirinya duduk bersila di atas sebuah batu besar. Dengan kedua tangan menangkup di kedua lutut, napas distabilkan, mata terfokus ke depan pada kekosongan. Melakukan Semadi Aura untuk meregenerasi Energi-Aura yang kini mencapai kapasitas 390%. Pagi yang cerah. Tanpa bulir-bulir salju. Udara dingin yang tersorot sinar keemasan dari sang baskara. Belum lagi lingkungan— Suasana mendadak berubah. Kael tergemap begitu reseptornya mendapati suatu aura keberadaan yang besar. “Hmmmm ….” Mata berliannya ke
16:55. 'Pluafh-Pluafh'. Buyar puluhan [Bola Aura] yang menghujani seonggok makhluk buruk rupa bertubuh sebesar dua kali gajah dewasa. Bentuknya seperti laba-laba kombinasi kalajengking. Sebagai hewan ajaib atau monster, makhluk itu boleh dibilang bertempat tinggal di dalam kubangan lumpur. Termasuk monster peliharaan militer darat Komando Kelopak Tiga. “Demi alang-alang …! Makhluk jelek ini sangat kuat!” Kael sudah banyak melompat-lompat dari sisi ke sisi monster jelek itu. Dalam upaya menjatuhkannya Kael tidak boleh menggunakan ilmu Aura tipe Sentral atau yang lebih tinggi lagi. Hanya boleh mengandalkan ilmu Aura tipe Fundamental untuk menjatuhkannya. "GROOAARGHH …!“ 'Boomm'. Sengatan dari ekor monster menghancurkan sebuah batu yang sebelumnya Kael pijaki—andai kata sengatan itu menusuk makhluk hidup bukan tidak mungkin luka parah hingga kematian jadi konsekuensi logisnya. 'Pluafh' 'Pluafh' dan, [Bola-Bola Aura] berdaya destruktif 59 belum cukup mujarab untuk menumbangk
3471-19-Gemini (Musim Gugur). 11:33.Hampir semua warga negara Selatan-Putih mengetahui tempat ini, sebagai wilayah dari bangsa Selatan-Putih yang masih sering dibasahi darahnya perang saudara, tempat tinggal bagi banyak separatis. Lain halnya dengan Kota Polic yang sedikit lebih tenteram. Tepatnya, desa Uno yang terletak di pinggir pantai ….Menyoal harta karun terpendam di dalamnya; keberadaan pertambangan minyak dan nikel milik swasta (PT Oilin Berlian) yang pada akhirnya terendus oleh kesadaran kolektif warga desa kalau tidak bertanggungjawabnya perusahaan berkenaan limbah dan kerusakan ekologi. Penyimpangan proyek ekspansi industri nasional yang mestinya menyerap tenaga kerja dalam negeri, tapi malah mempekerjakan tenaga luar negeri. Mengetahui skandal penggelapan pajak, suap-menyuap dan pencucian uang yang menyeret petinggi daerah serta pihak pengembang, dengan estimasi kerugian negara sekitar ratusan juta Kinh. Konflik jadi efek samping yang wajar mengenai itu dan sampai-sampai