Home / Fantasi / Sistem Aura (Infinity) / Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang.

Share

Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang.

Author: Radif
last update Last Updated: 2021-09-16 18:15:19

Episode 4: Kesalahpahaman Berangkat Dari Peradaban Cara Pandang.

Seiring berlalunya waktu, persentase tenaga Aura Eriel mulai menyusut. Dengan kapabilitas teleportasi yang memakan banyak 'Tenaga Aura', tentu bukanlah hal aneh apabila dalam kurun waktu sejam saja 85% Tenaga Aura Eriel habis.

Itu sudah diakumulasikan dengan teknik Aura lainnya.

{Satu kali penggunaan teleportasi memakan Tenaga Aura berkisar 5%.}

Atau artinya, Eriel hanya sanggup melakukan 13 kali kapabilitas Aura cahaya dalam waktu sejam—untuk tetap mengaktifkan kapabilitas Aura maka peserta wajib memancarkan Aura tersebut di luar fisik selama kapabilitasnya aktif, sementara penonaktifan kapabilitasnya sendiri cukup dengan melenyapkan Aura dari luar fisik.

Pertarungan hanya menyisakan Eriel yang berjuang susah payah. Menyerang orang tuanya maju mundur. Menyajikan gaya kombat yang terbilang standar. Sekadar melakukan pukulan-pukulan lurus, atau tendangan-tendangan selayaknya seni beladiri fisik, ataupun kalau mentok ia melakukan gerakan akrobat yang berujung tendangan dan pukulan keras.

Diikuti banyak teknik kombat yang sudah ia laksanakan. Walau lewat pandangan masyarakat awam sekalipun dapat menilai bahwa keunggulan masih dimiliki Mama-nya.

30 menit kemudian secara sepihak duel dihentikan Mama-nya.

“Oke, cukup!” pinta sang jenderal tingkat A ini. Menampilkan gelagat ketidakpuasan.

Eriel bernapas tersengal-sengal. Berdiri agak membungkuk empat meteran di hadapan ibunya. Tenaga Aura yang banyak dikurasnya telah menyematkan rasa lelah luar biasa.

Hanya Kael yang sedari tadi betah bergeming di posisinya. Mematung. Tidak sekali pun menyerang.

“El, mama harap kamu punya alasan efektif untuk pilihanmu yang cuman diam tak berguna.” Dengan menatap tajam putranya Jenderal Aldia menyindir.

“Huh, kakak payah ... tak punya semangat juang!” timpal Eriel sembari berupaya menetralkan laju napasnya.

”Wajar saja diriku diam, lagian mama baru saja memutuskan untuk menghentikan pelatihannya ....“ Dinaungi ekspresi mengantuk Kael telah jujur bicara. Kendati jauh lebih jujur dikatakan ia memang malas bergerak.

”Oh ayolah ..., sebab dari sejam lebih kamu malah mematung! Hanya mematung!“ ketus Jenderal Aldia dengan berkacak pinggang. Geram akan sikap malas putranya.

Mengetahui sikap malas semestinya bukanlah sesuatu yang layak diterima, dengan santai Kael menyelipkan dua tangannya ke saku depan jaket hoodie-nya dan saat mulutnya hendak memuntahkan kalimat advokasi, orang tuanya menyelang:

”Nilaimu tertinggal jauh dari adikmu sendiri, El. Kalau kemalasan yang selalu melandaskanmu untuk menunggu waktu yang tepat, maka selamanya kamu menunggu. Malah lawanmu yang sudah jauh mengunggulimu. Kau akan selalu kalah, El. Selalu kalah ....“

Berkumandang penuh penekanan kata bagaimana sang mama secara khusus mengkritik watak leha-leha Kael.

Kael mengangguk, ia memang menanti waktu yang tepat. Bahkan untuk kedua kalinya ia harus menelan lagi argumen pembelaan begitu keputusan dari Mama-nya dicetuskan:

“Cukup untuk hari ini. Kalian tetap mama nyatakan gagal!”

”Tapi Ma! Aku belum selesai! Jangan libatkan aku dengan tabiat kakak!“ Eriel protes. Ini bukanlah hasil yang pantas baginya dapatkan. ”Biar aku saja yang melawan mama. Kupastikan aku sanggup membuat mama jatuh!“

Orang tuanya menggelengkan kepala pelan. Tidak menemukan alasan brilian dalam menyetujuinya.

”Kalian adalah saudara kandung. Sehingga wajar kalian mama anggap sepaket; tim ....“ Sang Mama menguraikan alasan. ”Jadi cukup. Kalian terpaksa harus menjalani lagi pelatihan mandiri. Sampai secara berbarengan kalian lulus. Di sana baru mama perkenankan kalian keluar dari tempat ini.“

Ketimbang meluangkan waktu memberontak marah, Eriel memilih membisu memendam kejengkelannya. Sedang Kael tampil tenang.

Wanita necis di hadapan mereka lantas berpaling pergi. Tidak ada keterangan lebih lanjut perihal kapan pelatihan lagi dengannya. Atau dengan kata lain, mesti menunggu sang mama selesai dari dinas kemiliterannya dan mewajibkan Kael serta Eriel dididik kembali oleh guru membosankan yang sering debat kusir dengan orang tua mereka.

Sejujurnya, Kael masa bodoh dan tidak berminat dengan semua ajaran atau idealisme Mama-nya.

Eriel mencebik, bermuka masam. Teramat penat harus selalu menanggung kegagalan dari ulah kakaknya yang rajin seenaknya.

Disamping itu, hari yang semakin mendekati petang semakin mendinginkan hawa di sekitar. Sementara kepergian mama mereka semakin jauh. Langkah kakinya mantap juga cepat.

Waktu terkuras lama hingga menyisakan kesunyian aneh di antara adik kakak itu. Mereka kini berdiri berhadapan.

”Mengapa harus kembali seperti ini, sih? Mengapa kakak begitu malas?! Aku sudah berusah payah untuk peluang ini! Aku ingin bebas! Aku ingin melihat dunia luar!“ Nada suara Eriel yang meninggi jelas terdengar menghadirkan kegusaran dan kekecewaan mendalam. Bagaimana juga harapan yang kesekian kalinya untuk bebas ... pupus. ”Tapi kakak malah berleha-leha!“

Udara dingin menggerakkan tangan Kael menutup kepalanya oleh tudung jaket hoodie-nya, pun merespons, ”Maaf Ril, kalau diriku membuatmu kecewa, selalu ... itu juga tidak membuatku memiliki argumen tepat untuk menanggapi kekecewaanmu ....“

“Payah! Kakak payah ... berkali-kali keberhasilanku harus menanggung kegagalan karena engkau payah!” Eriel meradang.

Meski begitu, ketidakpedulian Kael pilih sebagai menyikapinya. Di telinganya itu trivia. Justru dengan entengnya ia bertanya, ”Ril ... aku mau memancing di luar, apa kamu mau ikut?“

”Semestinya kakak berlatih, bukan malah pergi memancing lagi! Ingat, kakak masih belum mampu merealisasikan kapabilitas Aura kakak! Kita harus lulus, sebab kita punya misi untuk masa depan!“ Eriel menyergah dan terbilang bodoh seumpama menyepakati ajakan kakaknya.

Ia menyalang menatap muka kantuk kakaknya. Dibubuhi harapan agar kakaknya dapat berubah menjadi personal yang lebih baik.

Tiada respons verbal dari Kael dalam menggubrisnya. Seolah tidak ada soal yang mesti dirisaukan. Dia dengan kalemnya melangkah meninggalkan saudarinya. Berniat menuju tempat favoritnya.

Betapa Eriel menggemas emosi menghadapi lagi sikap cuek kakaknya yang acap-acap mengundang marah. Nyaris setiap ujian akhir pelatihan kemalasan kakaknya jadi beban terberat baginya.

”Aku akan terus berlatih! Berlatih, sampai kakak lihat aku mencapai impian mama! Dan membuat kakak menyesali perbuatan kakak sendiri!“ pekik Eriel dalam kesungguhan lebih dari yang dapat Kael duga.

Kedengaran meyakinkan, kendati Kael terlihat hanya mengacungkan jempol kanannya ke atas kepala—sebatas respons menghormati. Juga langkah kakinya tidak dihentikan saat ia membalas, ”Semoga sukses, Ril!“

Bergigit kesal dan mendekus Eriel di sana. Sepuluh jemarinya saja dikepal seperti menahan ketidakberdayaannya menghadapi kekonyolan kakaknya.

Itu semua sudah biasa terjadi. Kael memang tidak begitu berbakat dalam ilmu Aura sebagaimana adik dan Mama-nya. Ketika normalnya pewaris Aura sanggup merealisasikan kapabilitas Aura mereka diumur 10 tahun ke atas, tidak sebagaimana Kael yang bahkan hingga detik ini selalu gagal. Sedangkan adiknya mencapai keberhasilan semenjak umur 9 tahun.

Ketimpangan talenta yang sebetulnya lumayan mengherankan terlebih bagi Jenderal Aldia, dan membebani tentunya bagi Eriel.

Eriel bersungut-sungut. Ia tidak beranjak dari sana, melainkan rasa penatnya membuat ia terduduk di rerumputan yang dingin. Entah sudah berapa puluh, atau bisa jadi ratusan kali dirinya lagi-lagi terpaksa berpasrah diri.

Bersama pernapasan yang perlahan stabil. Ia duduk bersila dengan menegapkan tubuh serta menautkan dua tangannya pada muka lutut. Pun kelopak mata yang terkatup supaya konsentrasi terpenuhi. Bukan hanya merehatkan fisik, Eriel sekalian mengisi kembali 'Tenaga Aura-nya'.

Wanita berambut hijau sebahu yang dipanggil Mama sudah masuk ke dalam rumah. Guna merenggut apa yang dicita-citakannya, lumrah wanita itu kukuh mempertahankan idealismenya.

Related chapters

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 5: Kebiasaan Jadi Budaya, Budaya Jadi Ajaran.

    Secara kontekstual, mode berbusana masyarakat negara Bangsa Selatan terbilang unik. Favorit mereka adalah kain beledu dengan warna putih dan kelabu atau hitam yang tentunya mendominasi pakaian. Pada era ini, mayoritas kaum perempuan mengenakan busana yang fleksibel serta hangat: Baju beledu dengan jaket tipis yang memiliki lingkar kerah berbulu tebal, sekaligus celana pantalon kulit. Begitu pula dengan kaum pria, gaya berbusana mereka fleksibel pun hangat. Dengan kata lain, kaum pria umumnya mengenakan baju beledu dengan jaket berbulu tebal serta celana pantalon kulit. Pakaian umum pria didominasi warna kelabu serta hitam. Sedang warna busana kaum perempuan lebih didominasi kelabu juga putih. Namun, gaya berpakaian akan berbeda andai berada di lingkungan tempat tinggal. Pun disesuaikan dengan kebutuhan. Itu semua tidak termasuk dalam acara formal, adat, atau ritual magis—walau adakalanya mereka tetap mengenakan busana umum. Iklim dingin dan bersalju menjadi faktor yang substansial

    Last Updated : 2021-10-28
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 6: Langkah Pertama Untuk Meninggalkan Masa Lalu, Langkah Terakhir Untuk Menetapkan Masa Depan.

    Episode 6: Langkah Pertama Untuk Meninggalkan Masa Lalu, Langkah Terakhir Untuk Menetapkan Masa Depan. Inilah era generasi ke 70 dari Pewaris-Aura. Era di mana kehidupan telah menyisakan delapan Aura Utama—Aura Merah, Aura Biru, Aura Pingai, Aura Hijau, Aura Sian, Aura Cokelat, Aura Jingga dan Aura Kelabu—yang tetap eksis demi mengelola dunia. Sistem-Aura adalah kala setiap individu dan kelompok diwajibkan memprioritaskan para Pewaris-Aura disegala bidang kehidupan. Seluruh sistem sosial, norma, budaya, politik wajib dipimpin Pewaris Aura. Segala hukum wajib diatur Pewaris Aura. Sudah pasti, afirmasi tersebut sedikit direvisi oleh negara Bangsa Selatan demi kepentingan bersama. Hukum Sistem Aura hasil kreasi negara Bangsa Selatan hanya menambahkan atau mengurangi dua atau tiga pasal dalam perundang-undangannya. Terkhusus bagi setiap non-Pewaris Aura berhak dan sah untuk bergabung dalam parlementaria / institusi negara atau pengelolaan sosial tanpa penandatanganan izin setempat dari

    Last Updated : 2021-10-29
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 7: Siapa Yang Peduli Kalau Nenek Moyang Kita Semua Sama Saja Salah?

    Episode 7: Siapa Yang Peduli Kalau Nenek Moyang Kita Semua Sama Saja Salah? Tengah malam lebih tiga jam: 03:03 dini hari. Sepuluh surat yang sama telah diterima Aldia De Atria. Tersimpan rapi di laci meja kerjanya. Surat peringatan militer dengan label 'Teguran Komando Sepuluh' dengan stempel emas berlambang 'bintang sudut empat'. Yang mengartikan bahwa Jenderal A, Aldia De Atria dapat dipastikan segera dipecat secara tidak terhormat—andai kata bangsa Selatan masih dipimpin kerajaan dinasti 67 tidak ternafikan dirinya pasti dihukum mati di tempat. Asap cerutu membumbung mencemari udara. Ruangan terang berlantai marmer dan berdinding semen ini merupakan ruang kerja jenderal tingkat A itu. Dan kini tengah diisi dua manusia yang punya kepentingan bersama. Surat 'Teguran Komando Sepuluh' diberikan langsung oleh asisten yang sekaligus selaku guru Kael serta Eriel: Wanita berumur 40 tahunan yang bernama Erika (Erika Larasati) yang punya rambut pirang dikucir tinggi ke belakang, berjaket

    Last Updated : 2021-10-31
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 8: Satu Persamaan Yang Menciptakan Jutaan Perbedaan Juga Perselisihan.

    Episode 8: Satu Persamaan Yang Menciptakan Jutaan Perbedaan Juga Perselisihan. Alternasi waktu: 7 / Bintang Cancer. Musim hujan. Diiringi rintik hujan pagi hari yang mendung, dan kadang kala petir bergelegar, anak kembar pewaris Aura cahaya tengah menjalani studinya secara serius dan malas—serius bagi Eriel, dan malas bagi Kael. Rumah minimalis yang punya arsitektur simpel dan nyaman, bermaterial kayu jati dengan ruang utama dipenuhi rak buku, sampai citra perpustakaan melekat dalam ruangan ini, di sinilah mereka belajar. Pada sudut ruangan dekat jendela kaca, wanita berambut pirang yang dikucir tinggi ke belakang yang tiada lain ialah Erika, tengah memberikan pengajarannya pada Kael dan Eriel. Berat bagi wanita empat puluh tahunan itu memberikan bermacam pengetahuan yang kontradiktif terhadap pemahamannya. Meski ia jalani demi dedikasinya pada Jenderal Aldia sampai sang Jenderal nanti dicopot jabatan atau dipecat. Dan di bangku itu Eriel nampak antusias menyimak setiap pemaparan

    Last Updated : 2021-11-01
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 9: Apalah Artinya Kedisiplinan Dan Kepatuhan Tanpa Kesadaran.

    Episode 9: Apalah Artinya Kedisiplinan Dan Kepatuhan Tanpa Kesadaran.Sering kalinya pengajaran yang Erika laksanakan adalah sesi tanya jawab perihal buku-buku yang sudah dipelajari. Semua buku-buku punya materi yang cukup berat, membingungkan sampai terkadang butuh dukungan data lainnya untuk mevalidasi argumen-argumen yang ada.Dijam satu kegiatan studi dilanjutkan.Mengingat musim ini adalah akhir semester sekaligus akhir kelas sembilan dalam akademis tingkat menengah bagi Eriel, karenanya, gadis berambut hijau sepunggung itu mendapat kelas intensif.Posisi belajar mereka tidak berganti: Duduk bersebelahan, setengah meter jarak di antara meja kayu mereka. Pengecualian untuk Erika yang membuat posisi duduknya berada tepat di depan meja Eriel seakan mereka hendak bicara lebih intim.Sementara Kael membaca buku pilihan Erika dengan malas—buku perihal sistem ekonomi fiskal bangsa Barat.”Jujur saja Ril, sebenarnya kamu lebih pintar ketimbang saudara kembarmu ... mestinya, kamu terima ta

    Last Updated : 2021-11-03
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 10: Mama ... Mama ... Mama ... MAMAAAAA!

    Episode 10: Mama ... Mama ... Mama ... MAMAAAAA ...!“Woah ....” Ekspresi kaget yang menyebalkan ditampilkan gadis itu. “Izinkan aku menebak, dan tolong jawab ... sepertinya kamu disuruh tidur di luar lagi oleh mamamu?”Kael malas harus membenarkan. Hanya duduk bergeming sebagai isyarat tidak ingin diganggu.Aira sang gadis bergaun putri itu berdiri berkacak pinggang dengan ceria di dekatnya. Menanti jawaban jujur dari Kael yang tak kunjung bicara. Yang gelagatnya telah menerbitkan asumsi bila tebakan Aira tidak salah lagi.“Sesuai janji kemarin—walau kemarin tidak disepakati sebagai perjanjian—aku hendak mengajakmu untuk berduel ....” Aira menerangkan maksud kedatangannya. “Oleh karenannya ....” Dan mengambil sesuatu dari saku dalam jaketnya.Kael tidak mungkin menolak. Mengingat kemarin dirinya ikut andil agar Aira datang besok hari—yang artinya adalah h

    Last Updated : 2021-11-04
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 11: Kekuatan Bertahan Hidup Yang Diluar Estimasi.

    Episode 11: Kekuatan Dalam Bertahan Hidup Yang Diluar Estimasi.Tampak keheningan malam di halaman depan rumah minimalis tersebut terlihat sibuk oleh dua remaja yang menjadi tegang karena sebuah pertarungan.Tempat yang luas, serta rerumputan yang nyaman dipijaki nampaknya sangat berkontribusi dalam duel dua pewaris Aura di sana. Bagaimana tidak, mereka leluasa melampiaskan segala kemampuan yang ada, dan itu jelas.Ditambah Aira punya keunggulan dalam akselerasi, terutama gerakan kedua kaki serta tangannya yang sigap mengambil celah.Sementara Kael pandai dalam segi defensif. Kedua netranya serta intuisinya dapat mendeteksi arah serangan lawan.Satu lesatan dari tinjuan tangan kiri Aura Aira mampu Kael tepis dengan punggung tangan kanannya yang diliputi Aura pula. Lesatan pukulan Aura lainnya beserta sayatan belati datang dari Aira secara beruntun dan terarah.Tetapi demikian, Kael tidak kalah cekatan dalam menghalau setiap serangan ya

    Last Updated : 2021-11-06
  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 12: Barangkali Aku Bisa Jadi Hal Yang Menghambarkan Lukamu.

    Episode 12: Barangkali Aku Bisa Jadi Hal Yang Menghambarkan Lukamu. Pada hutan yang dipenuhi pepohanan cemara ....Kala gadis bergaun putri tengah berlari di antara pepohonan hutan, ia mulai melambat merasakan kaki kanannya tidak beres.Aira berhenti melangkah di sana, melepas sandalnya, lalu senter kecil yang ia genggam disorot menerangi sumber kakinya yang dirasa ganjil.Tidak disangka-sangka olehnya. Ia dapati pada punggung kakinya tergurat luka sayatan yang sedikit berdarah.“Sejak kapan luka sayatan ini ada di kakiku?” herannya. Dan secara refleks pikirannya terserap ke dalam momen duel dengan sang Pewaris Aura cahaya.Sebuah ingatan yang menunjukkan pada satu momen. Tepat dikala Kael tengah berputar dengan elegan, sedang pada saat itu belati Aira meleset hingga Kael mampu mengarahkan satu tendangan menuju muka imutnya.Dan iya. Di sanalah sepertinya luka itu terbentuk: Saat Kael berputar, tendangan yang dia lakukan rupanya hanyalah pengalih perhatian semata, untuk lalu belati ya

    Last Updated : 2021-11-07

Latest chapter

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 307: Tidak Semua Pahlawan Menggunakan Topeng.

    “Artinya, ialah … kehadiranmu di sini bukan sebatas karena kamu memimpin kelompok siluman yang besar. Jadi kami harap, jangan sekali-kali mencampuri peperangan ini. Selain dari pada kamu tidak lebih mengetahui dari pada kami, adalah ini bukan urusanmu.” Raja Siluman Barat Alden memberikan tuntutan.”Ya, saya tidak hendak secara melankolis menetapkan standar moral seperti bahwa pihak Barat adalah penjahatnya dan pihak Timur sebagai yang teraniaya lalu mencoba mendamaikan keduanya. Itu di luar tanggung jawabku tentunya. Tetapi, kehadiranku di sini, mutlak, membangun hubungan diplomatis serta penetapan solusi dari dua makhluk kontradiktif yang telah secara nyata terlibat konflik berkepanjangan.“ Ketua Odero mengklarifikasi. “Benar. Tapi, maksudku adalah … apa yang Anda sampaikan sebetulnya sudah pernah dilakukan oleh pendahulumu. Dengan cara yang berbeda; semua solusi, semua perjanjian dan omong kosong lainnya. Dan kami melihatmu sebagai anak kemarin sore yang baru mengenal cara kerja d

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 306: Wahai Manusia, Kamu Hanyalah Budak Kami, Mainan Kami!

    Seluruh langit yang berwarna kemerahan dan awan-awan kehitaman yang menggantung melingkungi seluruh wilayah asing ini. Reruntuhan rumah-rumah yang menimbun tanah hitam. Jutaan pohon kering yang terbakar. Bau busuk dan hawa suram yang bersemilir. Asap dan api, hujan dan fenomena alam yang membelakangi kenormalan.Rupanya, migrasi yang dilakukan oleh seluruh kaum Siluman Aura besar-besaran tidak luput dari campur tangan peserta utama nonaktif. Lebih dari sekadar itu, perang besar yang tidak dibatasi oleh server maupun klan di alam Siluman kini berlangsung mengerikan. Perang dunia Siluman. Sebagian wilayah Timur alam Siluman jadi medan perang (server 50). Dari semua kenyataan mengerikan yang tersuguh dapat diterka kalau perang telah melalui durasi waktu yang panjang dan tidak diketahui kapan berakhirnya.Ledakan-ledakan Aura Gelap bersahutan dalam setiap detail kecamuk peperangan. Ratusan ribu makhluk-makhluk buruk rupa yang beterbangan, melata maupun melompat-lompat saling berjibaku d

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 305: Hanya Karena Masuk Akal, Bukan Berarti Benar.

    Tiba di Kota Tera yang dihujani salju lebat, Zihao dan dua temannya selesai memesan satu kamar di sebuah apartemen berlantai 4, berikut dengan merehatkan diri sebelum menghadapi aktivitas melelahkan. Akan tetapi, dihari kemudian perjalanan mereka menuju desa Moon banyak tertunda oleh lantaran Zihao rajin membantu sejumlah orang. Entah itu seorang bocah yang menyeberang jalan, seorang kakek yang berjualan minuman ringan atau seekor kucing yang dikeroyok oleh segerombolan kucing salju. 3471-09-Libra (Musim Dingin). 15:13. “… aku masih tidak menyangka.” Tetapi, Nieni mengkhawatirkan sesuatu yang masih mengganjal di hatinya. Ada ketidakmengertian. Perasaan tidak keruan serta ikatan persahabatan yang membawanya kesituasi yang selain emosional adalah merasa butuh perhatian khusus. Sampai-sampai Narda menyatakan kalau pembunuhan kepada Ziha yang Zihao lakukan dilandasi sakit hati. Sedari kecil tidak akur, dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai beban masalah. Sehingga wajar Ziha

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 304: Sejuta Kebaikan Yang Sia-Sia Karena Satu Kesalahan Fatal.

    3471-08-Libra (Musim Dingin). 12:03.Bangsa Selatan-Putih ….“KAMU ITU MAUNYA APA SIH?!” Ziha kakak dari Zihao membentak marah. Kecewa dengan perilaku adiknya yang selalu membebani dan membawa masalah. Zihao terduduk fokus di kasurnya dengan memasukkan semua koleksi buku-buku Adiwira Cahaya ke dalam tas selempangnya. Ada niat ekstrem yang sebetulnya masih dipupuk dalam pertimbangan apakah dia harus melakukannya atau tidak.“Selalu dan selalu ada saja kekacauan, ada saja warga yang mengeluhkan kenakalanmu. Kakak sudah tidak sanggup lagi mengurus kamu. Jadi, enggak akan ada lagi uang jajan untuk bulan ini dan bulan depan. Juga kalau kakak mendengar lagi masalah … kamu cari makan saja sendiri.” Ultimatum diumumkan Ziha. Selain membuktikan perilaku Zihao tidak etis ditoleransi lagi adalah sebagai sanksi jera.Kemarahan yang lazim karena ia mendapati lagi Zihao berkelahi dengan anak-anak pendatang yang dilatarbelakangi oleh tuduhan mencuri buah-buahan milik pedagang. Tidak ada bukti soal

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 303: Hanya Karena Dia Pintar Bukan Berarti Dia Benar.

    Terbukti!Tidak mudah dan tidak dapat secara singkat sesuatu yang diidealkan terwujud. Apa yang dipersembahkan oleh Tetua-Aura Dunia Alara termasuk para pemimpin dunia belum jitu menciptakan solusi pemungkas dalam menuntaskan kasus paling mendasar di dunia. Kekaisaran Dunia Aura yang mencakup seluruh negara-negara Pewaris-Aura. Satu tatanan pemerintahan. Satu tatanan dunia. Satu pemimpin dunia yakni ... Tetua-Aura Dunia Alara yang mencakup seluruh organisasi dunia baik kemiliteran maupun kesehatan merupakan perangkat politik Kekaisaran Satu Dunia Aura Alara Nun'Um. Generasi 71 yang diusung menggelar karpet kejayaan dunia Aura melanjutkan karpet perdamaian Tetua-Aura Dunia Laier.Tepat, konsepsi terkait yang dipersembahkan pihak Tetua-Aura Alara berujung kontra-prinsip baik dari kalangan non-Pewaris Aura maupun dari negara-negara dunia, tanpa terkecuali kalangan Pewaris Aura sendiri. Adanya penolakan rasional yang menimbulkan efek samping perpecahan hingga perilaku destruktif.Seirin

  • Sistem Aura (Infinity)   Bab 12: SISTEM AURA V.7.6 (Staf Ahli).

    SISTEM: [7#-8& … GI:8#- 8GIW … J6626_&)$] “HAHAHAHA … lihat si dungu itu!” Seorang siluman kera di desa Siluman Alam (Realita Tengah server 51) mengolok-olok salah satu staf ahli yang tengah sibuk bertugas. “Staf ahli itu tidak punya kehendak bebas. Sangat patuh kepada Sistem yang memperbudaknya! HA-HA-HA ….” “BAHA-HA-HA-HA-HA ….” Betul, Moderator Ligh-05 tidak menghiraukan beberapa siluman yang mengusik pekerjaannya. Dia sangat fokus dengan aktivasi ilmu Aura [Ft57 … &&]—ilmu yang hanya dimilikinya seorang. Selepas menutup koper besarnya dirinya mencari sukarelawan diantara sekumpulan siluman kera yang sedari tadi melecehkannya secara verbal. “Pergilah bodoh! Tidak ada yang mau mengikuti makhluk lemah sepertimu!” Bukan hanya penolakan kasar, tiga ekor siluman kera tipe Api mendadak melakukan penyerangan provokatif. Ilmu Aura Gelap [Bola Api] serta [Semburan Lahar] diaktifkan mereka hingga memaksa Moderator Ligh-05 menunjukkan bakatnya yang luar biasa; aktivasi ilmu [$46 ..

  • Sistem Aura (Infinity)   Bab 11: SISTEM AURA V.7.6 (Staf Ahli).

    Staf Ahli ... demikian bagaimana nama suatu profesi dialamatkan kepada peserta utama yang eksklusif dari Realita Utama secara kolektif. Dizaman baru inilah mereka menggantikan dihampir seluruh peran staf programmer maupun pengelola seluruh alam semesta yang sebelumnya dipegang peserta utama dari Realita Simulasi.Bekerja sebagai pembimbing/konsultan dibalik layar bagi semua peserta utama tanpa mensyaratkan rasialisme, atau dengan kata lain, eksistensi mereka memang untuk membantu dan menemani seluruh peserta utama di Realita Simulasi. Tugas-tugas, bidang pekerjaan serta level mereka telah didesain sesuai yang mereka mampu dan mau. Bagai patuh tanpa syarat, tulus tanpa terkecuali, seolah-olah mereka adalah robot yang diciptakan untuk menjadi seperti itu.Diantara tiga tugas awalnya, mereka memiliki submisi/misi sampingan yang dikerjakan perindividu sejalan bidang serta level masing-masing Staf Ahli. Sejumlah penyimpangan realitas yang berupa error atau 'bug' dalam permainan dunia ini—s

  • Sistem Aura (Infinity)   Bab 10: SISTEM AURA V.7.6 (Staf Ahli).

    Berikut hasil rekapitulasi sidang paripurna semesta versi 7.5 yang berproses memasuki Sistem Aura versi 7.6 secara total:Misi pemusnahan konsepsi Pahlawan Permainan Dunia sukses diinstal. Lebih jauh lagi, jadi misi pertama yang membuahkan program baru; menurunkan jutaan peserta utama terpilih sebagai Tentara Pembaharu (pasukan peserta utama yang didesain khusus untuk melaksanakan uji coba berstandar undang-undang versi Sistem-Aura terbaru yang hanya berbekal seluruh poin status di bawah nol). Para Tentara Pembaharu yang dimaksud pun telah diturunkan semenjak tahun 3333 / 08 / Aries sampai tahun 3466 / 21 / Taurus. Dengan hasil, 75% tentara berhasil mencapai derajat 'Tokoh Utama' melalui ujian dan skenario hidup yang beragam, tanpa dibutuhkan keterikatan dengan salah satu departemen permainan dunia, sekaligus mencakup cabang tugas para Pahlawan Permainan Dunia. Dengan menyisakan tentara yang gagal total dan mengondisikan para Staf Ahli mengambil antisipasi darurat.Tetapi, satu yan

  • Sistem Aura (Infinity)   Episode 302: Karena Dalam Politik Tidak Peduli Hitam Tidak Peduli Putih.

    15:33. Bangsa Selatan-Putih ….'Puafh' 'Puafh' 'Puafh' ….Puluhan [Bola-Bola Aura] saling bertubrukan. “[Gelembung Kristal] aktifkan!”“Aktifkan [Peluru Api]!”Diikuti oleh ilmu Aura tipe Sentral yang menargetkan sejumlah Auranias. Sebuah kapal kargo di wilayah Laut Utara jadi arena pertempuran liar sejumlah Auranias dari tiga kelompok-Aura sekaligus; Onionity, Relinity dan Governity. Tidak ketinggalan Huan, Zion serta teman Zion dari kalangan marine (Aden De Canopus) ikut campur.“[Hujan Meteorit] aktifkan!” Anggota Relinity Auranias Merah level 66 melakukan serangan jarak jauh.“[Gelombang Panas; 80] kombinasi [Badai Api] aktifkan!” Anggota Onionity Auranias Merah level 67 berupaya menguasai keadaan.'BLAARRSH'.“[Gelombang Pembeku; 80] kombinasi [Hujan Aura] aktifkan!” Segera anggota Governity Auranias Pingai level 68 bermanuver untuk menaklukkan dua atau semua lawan dalam jangkauannya.Kerusakan tak terbendung. Aden sebagai marine cuman melompat-lompat menghindar tanpa perlawana

DMCA.com Protection Status