Episode 158: Tentang Rasanya Kebenaran Yang Semanis Bulan Madu. 18:14. Senja berkabut dalam terpaan hujan salju. 'Dhuafh'. Satu tinjuan-Aura telak dari Arata memusnahkan kloning siluman tikus.{Persediaan pil Energi-Aura tipe 'A': 2 (Arata).}Kael, Arata dan Yi Neira sukses memasuki gorong-gorong perumahan Kristal Tiga—saluran air yang punya aroma bau kecoak, dinding yang mengilap dan berlumut dari bebatuan kristal biru, penerangannya berasal dari batu Kristal Kuning—dengan kerepotan menghadapi puluhan duplikat siluman tikus. Tidak mulus perjuangan mereka untuk bisa sampai ketitik ini. Luka-luka berdarah sudah sering mencoret-coret tubuh, merusak busana mereka. Sementara Energi-Aura tidak lagi aneh dikuras banyak agar selalu dekat-dekat dengan keselamatan. Kael tidak hanya menganggap ini sebatas bantuan, tapi latihan mengolah kemampuan seni beladirinya pun dilangsungkan berbarengan. Mengasah insting, intuisi, dan gerakan. Dengan beberapa hantaman keras dari ujung panahnya beberap
Episode 159: Seorang Pahlawan Yang Tidak Butuh Pengakuan Publik. Secara historis manusia Ras Daun merupakan salah satu penduduk asli bangsa Laturnia. Banyak sejarawan sepakat bila manusia ras Daun adalah nenek moyang Pewaris-Aura Kuning, kaum yang terlupakan, tapi sekaligus ras manusia tertua yang masih bertahan di bumi Aura ini. Ketika terjadi purifikasi Sistem-Aura mereka menyebar ke daratan Selatan dan daratan Barat, sayangnya mereka kalah dalam perang Dominasi ras dengan kaum Barat, tetapi mampu menang melawan manusia ras Syinias (ras manusia asli bangsa Selatan). Disatu sisi, ras Daun bukanlah manusia yang senang berperang atau memperbudak, justru mereka lebih menonjolkan sisi kolaboratif pertanian. Ras Daun inilah yang diyakini dan tertulis dalam banyak literatur Selatan sebagai kelompok manusia kedua yang membantu manusia Selatan mengembangkan agrikultura dalam bidang buah-buahan. Karenanyalah, ras Daun lebih mendominasi wilayah Barat Daya dari daerah luar bangsa Selatan, be
Episode 160: Supaya Apa Kita Hidup? Supaya Apa Kita Hidup?Kota New Feel ....Apartemen Fiil yang berpendar lampu-lampu kristal ....Malam-malam seperti ini bocah-bocah apartemen baru saja menuntaskan permainan sepak bolanya. Kael bahkan ikut bersama mereka.Satu persatu mereka kembali dalam kamar apartemennya masing-masing disertai kemarahan keras oleh beberapa orang tua mereka—ya, itu wajar, lagian bocah konyol mana yang melangsungkan sepak bola di tengah malam dan pulang pada pukul 01:27.Kael di lorong hendak membuka pintu kamarnya. Tetapi tindakannya tertunda karena mendapati sosok wanita jelita yang terduduk dalam kondisi tidur di samping pintu. Begitu wanita itu dibangunkan, Kael justru mengenalinya. Sosok wanita cantik yang punya rambut krem bergelombang dengan busana hangat model gotik serba warna hitam: Jiang Jie.Jiang Jie semulanya bertingkah panik mengetahui pria yang dicari-cari dan dinantinya sudah hadir berhias senyuman kasual di mukanya. Mereka segera bangkit berdiri
Episode 161: Kalau Sudah Benci, Emas Pun Akan Dianggap Tahi. 08:42.Sudah berangkat dari pagi Ineia Aurora untuk dinas. Seragam loreng warna kelabu-merah, berbalut rompi hitam, tudung rompi, sapu tangan, tongkat listrik, dan segala penampilan serta alat-alat khusus militer Pasifikasi sudah rapi membungkus tubuh ramping Ineia. Kini dirinya dan regunya—lima individu yang dipimpin oleh seorang sersan dengan nilai rapor tertinggi—berpatroli menyusuri jalanan perumahan dinas kota. Perumahan elite pejabat kota. Tidak hanya menyaksikan beberapa pihak memperbaiki kerusakan atau membersihkan lingkungan sekitar, Ineia juga berbincang-bincang dengan rekan-rekannya sekalian siap sedia menangkap pihak-pihak yang bengal. Kabarnya, pihak militer Pasifikasi banyak menerima laporan kriminal lebih banyak tiga hari kebelakang ini. Tumpukan laporan pelecehan seksual, rudapaksa, pembunuhan berencana, korupsi, atau penyelundupan barang ilegal memenuhi meja kerja. Konfrontasi politik nasional memang te
Episode 162: Skenario Kuno Mengendalikan Rakyat Adalah Menakut-Nakutinya. 12:09. Salju libur menghujani kota New Feel, tapi awan-awannya yang seolah kekenyangan tidak akan ragu untuk menumpahkan semua isinya kalau-kalau waktu sudah memaksanya. Di samping itu, aksi massa sudah berakhir atau ditunda. Sehingga aktivitas masyarakat bisa berjalan normal kembali. Dan terprovokasi oleh didihan kasmaran di dalam benaknya, seorang wanita sudah berpenampilan anggun—penampilan ala gotik—hanya demi dipandang oleh sosok pemuda yang dikaguminya. Sebuah mal pada pusat kota New Feel yang penuh kilauan kristal dikunjungi oleh Jiang Jie, Ima dan Kael. Sebenarnya berkeliling demi hanya memuaskan keinginan Jiang Jie. Ketika Jiang Jie hendak membelikan pemuda gondrong itu jam tangan baru, pemuda itu menolaknya. Ponsel, pakaian baru, parfum, kacamata, deodoran, sikat gigi, piring cantik berpola bunga-bunga atau celana dalam pola catur Kael tetap dengan teguh menolaknya. Kecuali untuk suatu benda;
Episode 163: Seorang Pahlawan Yang Jadi Korban Penantian.Ada dua orang anak laki-laki yang heran terhadap bangsanya sendiri.Tentang mengapa harus selalu ada kerusuhan yang merajalela. Tentang perang yang katanya cinta damai. Tentang perpecahan yang katanya cinta persatuan. Tentang belenggu yang katanya cinta kebebasan. Tentang perselisihan yang katanya cinta kebenaran. Demi mengetahui segala alasan substansialnya keduanya berjuang mencari tahu sendiri.Naik gunung, masuk gua, menyusuri rawa-rawa, dan bersusah payah mencari fakta. Tapi itu tidak cukup membuktikan banyak hal. Hingga suatu saat mereka mendapati dua tokoh bertopeng cermin tengah sengit bertarung dengan dua tokoh bertopeng cermin lainnya. Mereka berbeda, nampak dari warna jubah lonceng mereka yang berlainan; warna hitam dan warna putih. Keempat tokoh itu bertempur demi perkara yang kedua anak itu tidak ketahui. Begitu selesai, dengan hasil seluruhnya tewas, dari sanalah, diketahui bahwa mereka merupakan agen rahasia
Episode 164: Sampai Kapan Menunggu Pahlawan Memberikan Keadilan?3466 / 14 / Aquarius, (Musim Dingin).10:11.Desa Moon ....Hari ini beberapa regu militer Pasifikasi menyusuri jalanan bersalju. Repot-repot berpatroli. Masyarakat desa Moon sedang giat-giatnya mendekonstruksi daerah terdampak bencana. Bahu-membahu membangun lagi desa yang mereka cintai. Sementara mereka-mereka yang sempat mengungsi mulai punya alasan untuk kembali pulang. Karena masih membekas erat dalam ingatannya.Orang tuanya yang sehat, ceria dan selalu menyempatkan waktu membantunya dalam berlatih ilmu Aura telah menyuguhkan kenangan manis yang muskil terlupakan. Diterpa hujan salju intensitas sedang, cewek berjaket bomber warna putih berjalan pelan hati-hati. Dirinya sudah di halaman depan rumah bergaya jamur monokrom yang tiada lain adalah rumah orang tuanya. Ada empat individu yang sudah menanti di beranda rumah. Dua diantaranya duduk di kursi roda, dua individu lainnya adalah paman dan bibinya.Sebab ini m
Episode 165: Doa Yang Dilangitkan Hanya Untuk Hiburan Belaka Dari Ketidakberdayaan Mengubah Keadaan. 3466 / 16 / Aquarius, (Musim Dingin). Tidaklah berlebihan mengapa ada seorang manusia yang merasakan impresi keindahan dalam kesemrawutan hidup saat jiwanya teralihkan oleh sesuatu di dalam dada yang menghangat istimewa. Hari ini indah .... Hari ini indah .... Hari ini indah .... Tidak perlu diucapkan, perasaan itu sudah menjelaskannya. Alangkah melegakan hingga Jiang Jie dengan senang hati bersedia mengalaminya. Di kamar hotel, dia bangun pagi pun tubuh berasa ringan. Mandi dengan riang. Merias diri dengan girang. Menyiapkan sarapan seperti bersenang-senang. Pagi ini cerah di kota New Feel, dengan langit biru bersanding kapas-kapas awan. Sesuatu yang lumrah. Lumrah andai kata ditilik dari latar belakangnya. Karena seumur-umur, sejauh hidupnya yang terjerat belenggu kepasrahan akibat paksaan pernikahan demi hanya melunasi utang, pantas diakui, untuk kali pertamanya Jiang Ji