Tuan Hendriq menatap tangan Zack dengan geram. Lelaki yang dibencinya, yang sudah menjebloskan adik kandungnya ke penjara dengan hukuman lima belas tahun penjara dan itu sama saja dengan merenggut masa muda adik kandungnya secara paksa.
Lalu saat ini, lelaki itu dengan tenangnya malah menggandeng tangan keponakannya di hadapannya tanpa ada rasa takut sedikit pun. Mungkin hukuman yang dirinya berikan untuk lelaki itu kurang berat.
Reputasi Zack sebagai seorang polisi dengan pangkat tinggi sudah berhasil ia hancurkan. Bukannya bersedih atau membenci Nayla, lelaki itu justru maju dan berusaha mendekati keponakannya lagi.
"Nayla, masuk!"
Nayla tersentak ketika suara Hendriq menggelegar di telinganya. Entah hukuman apa yang akan ia terima nantinya. Memang dia bersalah karena tidak pulang malam tadi, tetapi dirinya bukan lagi anak kecil atau remaja yang tidak bisa menjaga diri. Dia sudah dewasa dan berhak mengatur kehidupannya sendiri. Namun, Nayla lupa bahwa s
"Ayolah Zack. Aku sudah banyak membantumu. Setidaknya untuk saat ini, kau bisa membalas semua kebaikanku kepadamu."Zack hanya melirik sekilas, enggan menjawab permintaan Stevan yang ia anggap sangat konyol itu. Bagaimana Stevan meminta dirinya untuk menemani kencan dadakan antara Stevan dan Arisa.Meskipun Zack mengenal Arisa dengan baik, tetap saja Zack merasa tidak suka menjadi orang ketiga yang akan menjadi satpam penjaga sepasang kekasih yang sedang berpacaran."Arisa lebih percaya kepadamu daripada aku. Dia mau kuajak berkencan jika kau juga ikut. Ayolah Zack, ini demi masa depanku." Stevan merengek seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan kesukaan, berusaha membujuk Zack untuk menerima tawarannya.Rencananya kali ini harus berhasil. Stevan sengaja tidak memberi tahu Zack bahwa Nayla akan menikah dua minggu lagi. Stevan tidak ingin jika nanti Zack justru menjadi patah semangat seperti sebelumnya."Menyebalkan. Aku harus apa di sana?"
"Nayla, apa kau yakin dengan pernikahanmu bersama Victor?"Nayla hanya menunduk, tidak menggeleng atau mengangguk. Dulu ia sangat menantikan pernikahan itu. Namun, saat ini ketika pernikahannya hampir tiba rasa ragu bergelayut di pikiran serta hatinya.Apakah ini adalah ujian setiap orang yang akan menikah? Ataukah Tuhan memberikan kesempatan kepadanya untuk memikirkan ulang tentang masa depannya?"Apakah sedikit pun tidak ada perasaan untuk Zack di hatimu?"Nayla menoleh ke samping, mendengar pertanyaan Arisa yang tiba-tiba itu. Tatapannya tertuju kepada Arisa yang mana sedang menunggu jawaban darinya."Mengapa kakak begitu ingin aku bersama Zack? Apakah kakak tidak menyukai Victor?"Arisa menengadah, menatap langit-langit kamar Nayla dengan kedua tangan ia letakkan ke belakang, menumpu tubuhnya yang condong ke arah yang sama."Nayla, jika kau mencari laki-laki yang benar-benar mencintaimu. Jangan bertanya kepada pikiranmu, atau kepa
Tidak banyak yang dibicarakan Zack kepada Nayla, perjalanan mereka terasa sunyi karena pada dasarnya Zack adalah seorang yang pendiam. Sementara Nayla yang biasanya mencairkan suasana kini berubah murung. Gadis itu masih memikirkan banyak hal yaitu mengenai perkataan Arisa sebelumnya.Apakah ia sudah yakin dengan keputusannya menikah dengan Victor? Apakah tidak ada sedikit pun rasa yang tersisa di hatinya untuk Zack?Zack memperhatikan Nayla yang termenung sendiri. Seolah banyak beban yang ditanggungnya. Nayla hanya diam, menatap ke depan dengan pandangan kosong. Zack ingin mengalihkan perhatiannya ke depan yaitu untuk fokus ke jalanan, tetapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya.Dari kaca spion tengah, Zack bisa melihat cahaya dari sebuah pantulan kaca atau benda bening sejenisnya berbentuk lingkaran yang berukuran kecil menerpa dahi Nayla.Bola Mata Zack menajam, menyadari sesuatu hal yang aneh dan tak biasa."Merunduk!"Zack meraih kepala
"Kau membiarkannya menemui pecatan polisi itu?"Hendriq geram mendengar kabar bahwa Nayla kembali menemui Zack. Dirinya sudah memperingatkan Nayla agar menjauhi lelaki itu, lelaki yang reputasinya sudah ia hancurkan dan mungkin akan lebih buruk kehidupannya jika terus saja bersikeras berhubungan dengan Nayla.Arisa hanya menunduk. Bukan karena takut, melainkan kesal dengan pamannya itu yang selalu mengekang kehidupannya dan Nayla hingga mereka berdua tidak bisa menikmati masa mudanya.Bahkan untuk masalah jodoh, baik Nayla dan Arisa juga harus patuh terhadap pilihan pamannya.Bukankah itu sangat keterlaluan?Nayla mungkin bisa menerima semua itu dengan senang hati, tetapi berbeda dengan Arisa. Jiwa memberontaknya lebih besar daripada sekedar mematuhi setiap apa yang diperintahkan juga aturan yang telah ditetapkan oleh pamannya."Aku tahu, Nayla berani menemui lelaki itu karena dukunganmu. Apa kau ingin memberontak, Arisa!"Arisa
Nayla dengan peluh di leher dan pelipisnya karena uap panas dari api kompor terlihat lebih cantik dan seksi. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh banyak orang, bahwa kecantikan seorang wanita akan lebih terpancar ketika sedang berkutat di dapur, memasakkan orang-orang yang dicintainya. Pun demikian dengan Nayla, gadis itu terlihat cantik dan memesona saat ini.Sekali lagi Nayla mengusap keringat di lehernya menggunakan punggung tangannya. Tangannya masih berkutat dengan peralatan dapur.Zack melangkah ke depan mendekat ke arah Nayla. Perlahan ia meraih rambut Nayla yang sedikit menempel di leher gadis itu karena peluh yang membasahinya. Zack menyatukan rambut-rambut Nayla untuk kemudian ia ikat membentuk kuncir kuda.Nayla tertegun ketika merasakan tangan Zack merapikan anak-anak rambutnya, menyisir dengan sela-sela jarinya lalu mengikatnya sedikit serampangan."Aku hanya melihatmu tidak nyaman dengan rambutmu, jadi aku mengikatnya," ucap Zack kemudian s
Zack berbalik menghadap Nayla setelah mengakhiri percakapannya bersama Stevan di telepon. Gadis itu nampak menunduk dalam, dengan pikiran yang kacau.Zack menatap Nayla dengan pedih. Ia tahu bahwa Victor bukanlah laki-laki yang baik untuk Nayla. Victor sudah terlalu banyak mengkhianati gadis itu. Tetapi Nayla tidak menyadarinya. Bahkan lelaki itu telah berhasil menanamkan benihnya di rahim wanita lain, wanita yang hampir merenggut nyawa Nayla.Zack menggerakkan kakinya, melangkah mendekati Nayla. Ia terhenti ketika mata Nayla yang menunduk mengarah kepadanya. Zack dan Nayla saling memandang, beradu tatap dalam diam.Zack melihat mata Nayla sudah penuh dengan bulir bening yang akan bersiap untuk menerobos keluar dari kelopak matanya. Zack bisa merasakan Nayla dalam kondisi bimbang. Apakah Nayla mulai merasakan getaran cinta untuknya? Ataukan gadis itu hanya mengasihaninya saja?"Nay!"Zack berucap lirih, sedikit bergetar di bibirnya. Nama panggilan
Satu per satu, mereka semua mulai meninggalkan pemakaman, hanya tinggal seseorang yang masih duduk di sana. Menatap dengan pedih makam yang penuh dengan taburan kelopak bunga, berwarna-warni dengan semerbak bau yang merangsek indra pemciuman.Dia mengepalkan tangan, dipenuhi rasa bersalah di dalam hatinya. Merasa tidak pantas dengan memegang tanggung jawab sebanyak itu. Tetapi, tidak ada yang bisa ia lakukan selain melanjutkan semuanya. Melanjutkan apa yang sudah digariskan dan ditakdirkan untuknya.Pandangannya menerawang, mengingat satu per satu anggota keluarganya yang sedang dirundung duka itu. Apa tindakannya ini sudah benar? Meskipun ia tahu, semua orang menghormatinya bukan karena ingin hormat, melainkan hanya takut kepadanya.***"Nayla!"Gadis itu menoleh, ketika mendengar seseorang telah memanggilnya.Tampaklah Victor sedang memegang buket bunga lily putih di tangan kanannya, berjalan mendekat dengan menunjukkan senyumnya yang mena
"Arisa!"Stevan menghampiri Arisa, menyatakan bela sungkawanya atas kematian kakeknya. Ia menyalami bibi Sayaka yang memang sudah ia kenal sebelumnya."Apa kalian ingin pergi juga?""Tidak Bibi, aku akan pulang bersamamu."Arisa segera menjawab pertanyaan dari bibi Sayaka sebelum Stevan mendahuluinya. Arisa tahu bahwa Stevan sering mengambil kesempatan meskipun itu hanya ada sedikit. Lelaki itu tidak pernah menyia-nyiakan sekecil apapun kesempatan untuk berduaan dengan Arisa, sehingga membuat Arisa segera mengantisipasi segala kemungkinan, agar Stevan tidak berniat mengambil celah yang ada."Saya hanya ingin berbicara sebentar dengan Arisa. Apakah saya bisa meminjam Arisa sepuluh menit saja?" Stevan meminta izin terlebih dahulu kepada bibi Sayaka, berusaha sesopan mungkin demi mencuri hati wanita paruh baya itu.Melihat Zack yang tidak bisa akur dengan tuan Hendriq membuat Stevan berpikir untuk menjalin hubungan baik kepada semua orang
Stevan memasuki kamarnya setelah tragedi salah masuk kamar itu berlalu. Dilihatnya Arisa masih mengenakan handuk tengah berjinjit mengambil koper yang berada di atas lemari pakaian. Hiroyuki memang menyiapkan pakaian baru di kamar masing-masing untuk kedua mempelai sehingga mereka tidak perlu repot-repot membawa pakaian ganti.Stevan tampak gugup melihat apa yang tersaji di depan matanya. Kaki jenjang Arisa yang tanpa penutup hingga paha atas terekspose sempurna membuat Stevan meneguk ludahnya berkali-kali.Ingin sekali dirinya cepat-cepat memadu kasih dengan si pemilik tubuh itu. Pasti malam ini akan begitu istimewa mengingat ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Dan Stevan juga tahu jika Arisa juga belum pernah terjamah oleh lelaki mana pun."Biar kuambilkan."Suara Stevan mengagetkan Arisa yang terlalu fokus dengan koper itu. Ia tidak menyadari kehadiran Stevan sebelumnya, hingga suara lelaki itu membuatnya terlonjak terkejut.Disilangkannya
Kini kedua pasang pengantin itu sudah berdiri di depan banyak orang, menyambut para tamu yang telah menghadiri pernikahan mereka.Zack dan Nayla juga Stevan dan Arisa secara bergantian mendapatkan ucapan selamat, baik dari keluarga terdekat juga kerabat jauhnya."Zack," Suichi yang pertama kali menghampiri sebagai keluarga tertua untuk mengucapkan selamat kepada mempelai pria.Entah sejak kapan pemandangan langka itu terjadi. Zack dan Suichi saling tersenyum untuk kemudian berpelukan erat. Keduanya seperti keluarga jauh yang baru saja bertemu untuk sekian waktu lamanya.Bahkan Nayla yang berada di dekat Zack ternganga melihat hal yang tak biasa yang kini terjadi di depannya. Begitu juga dengan Arisa, Stevan dan keluarga Nayla yang lain."Selamat ya, Zack. Ingat, jangan membuat keponakanku menangis karena ulahmu. Aku bisa saja membunuhmu jika kau melakukan itu."Zack menyunggingkan senyum ketika mendengar penuturan bengis yang masih terselip
KRIIIIINGGGGAlarm berbunyi nyaring membuat kedua lelaki itu menutup telinganya dengan bantal.Semalam Zack dan Stevan harus lembur karena menangani sebuah kasus yang membuat keduanya harus tidur menjelang pagi. Stevan memegangi bantalnya kuat dan membekam telinganya untuk menghalau suara nyaring alarm itu, sementara Zack menggapai jam mungil itu untuk menghentikan deringannya yang memekakkan telinga.Alarm berhenti berbunyi, tetapi masih saja ada satu hal yang membuat tidur keduanya terganggu.Suara dering ponsel Zack yang tidak berhenti berbunyi membuat lelaki itu harus membuka matanya secara paksa. Zack menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya."Halo!" Suara seraknya khas orang bangun tidur itu akhirnya terdengar di seberang sana."Zack, kau sedang apa?"Lelaki itu mengerjab beberapa saat mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya."Nay, ada apa kau memba
Zack menutup kedua mata Nayla menggunakan kedua telapak tangannya. Menuntun gadis itu untuk berdiri di sebuah tempat yang sebelumnya telah menjadi kejutan untuk Nayla."Kejutan!" Zack melepaskan tangannya dari mata Nayla, membuat gadis bernetra hitam itu membuka matanya, menatap sekeliling dengan apa yang telah Zack persiapkan untuknya.Zack mengajak Nayla untuk melakukan makan malam romantis di depan pantai. Tempat di mana mereka sering merajut kasih dengan banyak mimpi yang selama ini keduanya lakukan."Zack, ini sangat indah." Nayla tak bisa menyembunyikan raut kekaguman dengan apa yang telah terlihat di depan matanya.Zack menyiapkan segalanya sejak siang tadi. Acara dadakan itu telah berhasil membuat Nayla terpukau dengan kejutan manis yang Zack berikan kepadanya."Syukurlah kau menyukainya."Tangan kekar itu meraih pinggang Nayla untuk didekatkan kepadanya. Sontak lelaki itu mendapat pelototan dari mata Nayla.Zack terkekeh, men
Zack menahan lengan Nayla ketika gadis itu akan pergi."Mau ke mana?" tanyanya kemudian dengan tangan mempertahankan lengan Nayla dalam genggamannya.Gadis itu berhenti, mengurungkan niatnya yang akan pergi dari kamar Zack."Aku akan tidur di kamar atas. Kita belum menikah, 'kan?" Sedikit merah wajah Nayla ketika mengatakannya.Zack tersenyum sekaligus merasa gemas dengan sikap Nayla. Apapun yang membuat Nayla malu, dia menyukainya."Tapi ... aku ingin kau menemaniku malam ini. Boleh, 'kan?"Bertambah meronalah pipi Nayla. Zack semakin berani mengatakan hal yang mengarah ke sana."Zack, kau mau apa?" tanya Nayla kemudian, mencoba menantang Zack yang sengaja menggodanya.Zack terkekeh. Dia memang berniat untuj menggoda Nayla saja, tetapi rasa ingin melakukan sesuatu tiba-tiba menghampiri untuk ingin segera dituntaskan."Nay, sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Nayla menautkan kedua alisnya, gugup mend
Nayla mendorong kursi roda dengan Zack duduk di atasnya. Kedua insan manusia itu tak bisa melepaskan senyum di bibirnya yang sejak tadi bertengger tanpa jeda.Sesekali Zack menatap ke atas, bertabrakan pandang dengan Nayla lalu saling melempar senyum.Arisa menunggu di depan lobby bersama Stevan. Gadis itu menyiapkan perlengkapan Zack yang kini masih menggunakan kursi roda.Stevan membukakan pintu mobil itu, membantu Zack untuk berpindah tempat dari kursi roda ke kursi mobil. Zack masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan ataupun berdiri sendiri.Terhitung tiga minggu sejak dirinya tersadar dari koma, Zack akhirnya memutuskan pulang dengan Nayla yang bertanggung jawab untuk merawatnya.Zack sudah berada di dalam mobil, sementara Nayla berputar untuk mengambil duduk di samping Zack dengan masuk melewati pintu bagian lain.Kursi roda sudah diletakkan di bagasi mobil bersamaan barang-barang Zack yang tertinggal."Hai, lihatlah! Apakah k
Nayla yang memahami itu, bergegas menuangkan minuman untuk Zack. Namun, dengan cepat Mandy merebut gelas berisi air itu dari tangan Nayla."Zack, minumlah!"Mandy membantu Zack minum dengan membantu lelaki itu duduk dari pembaringannya.Disesapnya air yang berada dalam gelas bening itu. Hanya sedikit saja, untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang telah kering karena selama berbulan-bulan lamanya terbaring tanpa daya di rumah sakit.Mandy membantu Zack berbaring lagi dengan menata bantal yang digunakan untuk menumpu kepalanya.Namun, Zack menolak untuk berbaring. Dia ingin duduk saja, sehingga Mandy mengubah posisi bantal itu menjadi berdiri sebagai sandaran punggung Zack.Tampaknya wajah pucat itu belum sepenuhnya tersadar. Zack mengerjapkan matanya kemudian dengan rasa pusing yang menyergap di kepala. Barulah beberapa saat kemudian, akhirnya Zack menyadari bahwa perempuan yang sedari tadi membantunya adalah Mandy."Mandy," panggil
Empat bulan kemudian ...Rumah itu terlihat sangat menyejukkan dengan banyaknya bunga yang tertata cantik di setiap sudut ruangan. Nampak asri dan indah karena dijaga dan dirawat dengan penuh cinta dan kasih sayang.Sejak kepulangan Nayla dari rumah sakit, gadis itu memilih untuk tinggal di rumah Zack. Arisa sempat melarangnya karena kondisi tubuhnya belum pulih benar, tetapi tekad Nayla sudah bulat. Hidupnya akan sepenuhnya ia dedikasikan kepada Zack.Ya, Zack masih belum sadarkan diri. Namun, hal itu tidak membuat rasa cinta Nayla berkurang. Setiap hari setelah menyelesaikan tugasnya di rumah sakit, Nayla selalu menemani Zack hingga malam.Tidak ada rasa bosan dalam diri gadis itu ketika melakukan rutinitasnya setiap hari. Bahkan Nayla menikmatinya seolah sedang mengabdikan dirinya kepada suaminya sendiri.Nayla dengan ceria membacakan Zack kisah-kisah lucu, bercerita tentang rutinitasnya yang ia lakukan setiap hari hingga harapan-harapannya meng
Wajah Nayla nampak pasi mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Napasnya masih tersenggal dengan raut muka kebingungan.Apa yang terjadi? Mengapa dia berada di rumah sakit?Ingatannya berputar ke belakang ketika terakhir kalinya ia dan Zack bersama.Kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan, virus Zombie, perbudakan, serum penawar dan ledakan besar bangunan itu. Lalu Zack? Bagaimana dengan Zack? Apakah dia baik-baik saja, atau ....Apakah Zack sudah tiada?Di mana dia?Nayla terlihat kebingunan, banyak pertanyaan di benaknya yang menuntut ingin segera mendapatkan jawaban.Arisa menghampiri Nayla yang sebelumnya menuangkan air dalam gelas bening untuk diberikannya kepada Nayla. Arisa duduk di sisi ranjang Nayla dengan menghadap kepada adik semata wayangnya itu."Nayla, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya lembut dengan menyentuh tangan Nayla sembari mengulurkan segelas air itu kepada Nayla.Nayla menoleh ke arah Arisa. Ke