Zack berbalik menghadap Nayla setelah mengakhiri percakapannya bersama Stevan di telepon. Gadis itu nampak menunduk dalam, dengan pikiran yang kacau.
Zack menatap Nayla dengan pedih. Ia tahu bahwa Victor bukanlah laki-laki yang baik untuk Nayla. Victor sudah terlalu banyak mengkhianati gadis itu. Tetapi Nayla tidak menyadarinya. Bahkan lelaki itu telah berhasil menanamkan benihnya di rahim wanita lain, wanita yang hampir merenggut nyawa Nayla.
Zack menggerakkan kakinya, melangkah mendekati Nayla. Ia terhenti ketika mata Nayla yang menunduk mengarah kepadanya. Zack dan Nayla saling memandang, beradu tatap dalam diam.
Zack melihat mata Nayla sudah penuh dengan bulir bening yang akan bersiap untuk menerobos keluar dari kelopak matanya. Zack bisa merasakan Nayla dalam kondisi bimbang. Apakah Nayla mulai merasakan getaran cinta untuknya? Ataukan gadis itu hanya mengasihaninya saja?
"Nay!"
Zack berucap lirih, sedikit bergetar di bibirnya. Nama panggilan
Satu per satu, mereka semua mulai meninggalkan pemakaman, hanya tinggal seseorang yang masih duduk di sana. Menatap dengan pedih makam yang penuh dengan taburan kelopak bunga, berwarna-warni dengan semerbak bau yang merangsek indra pemciuman.Dia mengepalkan tangan, dipenuhi rasa bersalah di dalam hatinya. Merasa tidak pantas dengan memegang tanggung jawab sebanyak itu. Tetapi, tidak ada yang bisa ia lakukan selain melanjutkan semuanya. Melanjutkan apa yang sudah digariskan dan ditakdirkan untuknya.Pandangannya menerawang, mengingat satu per satu anggota keluarganya yang sedang dirundung duka itu. Apa tindakannya ini sudah benar? Meskipun ia tahu, semua orang menghormatinya bukan karena ingin hormat, melainkan hanya takut kepadanya.***"Nayla!"Gadis itu menoleh, ketika mendengar seseorang telah memanggilnya.Tampaklah Victor sedang memegang buket bunga lily putih di tangan kanannya, berjalan mendekat dengan menunjukkan senyumnya yang mena
"Arisa!"Stevan menghampiri Arisa, menyatakan bela sungkawanya atas kematian kakeknya. Ia menyalami bibi Sayaka yang memang sudah ia kenal sebelumnya."Apa kalian ingin pergi juga?""Tidak Bibi, aku akan pulang bersamamu."Arisa segera menjawab pertanyaan dari bibi Sayaka sebelum Stevan mendahuluinya. Arisa tahu bahwa Stevan sering mengambil kesempatan meskipun itu hanya ada sedikit. Lelaki itu tidak pernah menyia-nyiakan sekecil apapun kesempatan untuk berduaan dengan Arisa, sehingga membuat Arisa segera mengantisipasi segala kemungkinan, agar Stevan tidak berniat mengambil celah yang ada."Saya hanya ingin berbicara sebentar dengan Arisa. Apakah saya bisa meminjam Arisa sepuluh menit saja?" Stevan meminta izin terlebih dahulu kepada bibi Sayaka, berusaha sesopan mungkin demi mencuri hati wanita paruh baya itu.Melihat Zack yang tidak bisa akur dengan tuan Hendriq membuat Stevan berpikir untuk menjalin hubungan baik kepada semua orang
Nayla hanya bisa mengangguk, menyembunyikan tangisnya di dada lelaki itu. Bibirnya masih bergetar dengan tubuh yang gemetar.Nayla tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan buruk dari Victor. Lelaki itu sama sekali tidak berubah, sebanyak apapun Nayla memberikan kesempatan, pasti akan mengulangi kesalahan yang sama."Nayla!"Suara Victor terdengar menggelegar, penuh dengan teror di telinga Nayla. Nayla tersentak dengan kepala menengadah menoleh ke arah suara yang memanggil namanya dengan bentakan keras."Kau lari dariku, dan memilih pergi dengan laki-laki itu?" Victor berkata dengan geram. Wajah lelaki itu nampak berang dengan raut muka yang mengerikan."Ayo, jangan hiraukan dia!" Tangan kekar itu merengkuh bahu Nayla, menggiring Nayla untuk segera keluar dari rumah mewah itu, meninggalkan Victor yang masih marah kepadanya."Sekali kau berani melangkahkan kakimu keluar, aku akan memberitahukan paman Suichi bahwa kau mengkhianatiku dengan pr
Orang itu menggembuskan napas lega. Diintipnya keadaan di luar. Nampak sudah sepi dan aman, dengan hati-hati ia segera membuka pintu itu, menguncinya lagi dan segera keluar dari ruangan keramat yang penuh ketegangan itu.***"Untukmu."Zack menyodorkan sebuah kotak makanan yang berlogo salah satu rumah makan cepat saji kepada Nayla. Nayla melihat kotak makan itu dengan bingung. Secara bergantian, matanya memandang Zack dan juga kotak makanan itu."Kau belum makan apa-apa, 'kan? Bukan makanan istimewa, setidaknya perutmu terisi makanan. Bukan hanya angin."Nayla mengangguk, diambilnya kotak makanan dari tangan Zack dengan sedikit malu. Nayla memang sedang kelaparan, perutnya sedari tadi sudah meronta minta diisi, tetapi dia tidak membawa sepeser uang pun. Tas dan ponselnya tertinggal di kamar Victor, terjatuh ketika lelaki itu memaksakan kehendaknya. Sehingga Nayla hanya menahan diri dari rasa lapar yang sudah bergemuruh sejak tadi.Nayla tid
Suichi melebarkan matanya mendengar perkataan Sayaka.Keluarga besar Higashino memang sedang menginap di rumah utama. Bukan hanya anak-anaknya, suami dan istri dari anak mendiang Higashino juga turut menginap di rumah besar itu.Seharusnya momen kebersamaan yang jarang sekali terjadi ini bisa dimanfaatkan untuk saling mengakrabkan diri. Tetapi bukan keakraban yang mereka dapatkan, justru tragedi berdarah dan mematikan yang harus dilewati.Mengapa sampai ada korban pembunuhan di rumah yang sistem keamanannya sangat terjaga itu?Suichi dan Zack diikuti Sayaka di belakangnya segera berlari menuju ke lantai atas yaitu di mana kamar Akane berada. Suami Akane telah meninggal saat lelaki itu terbaring di tempat tidur dengan pisau yang menancap tepat di jantungnya."Hubungi polisi!" perintah Zack kepada Arisa yang saat ini menenangkan Akane, istri dari korban.Suichi hanya menatap tubuh adik iparnya itu tanpa ekspresi. Dalam dua hari ada dua nyawa y
Opsir Julio beralih menatap ke Arisa. Tidak ada wajah takut dan cemas dari mata gadis itu. Sepertinya gadis itu nampak lebih berani daripada anggota keluarga perempuan yang lain."Nona Arisa, Apa yang anda lakukan ketika kejadian berlangsung yaitu sekitar pukul sebelas malam?""Tidak ada, aku hanya tidur. Tetapi, ...." Arisa seolah ragu ingin melanjutkan kalimatnya."Apa? Ada sesuatu yang kau ketahui?"Arisa menggeleng, dia sama sekali tidak tahu apa-apa."Tidak ada, hanya saja ... aku melihat bibi Akane sedang mengendap-endap melihat sesuatu di ruangan sana. Ruang arsip yang ada di ujung koridor."Suichi melebarkan mata ketika mendengar kesaksian Arisa. Apa yang dilakukan oleh Akane di ruang rahasia itu?""Pukul berapa itu terjadi?""Sekitar tiga puluh menit sebelumnya. Setelah itu aku kembali ke kamar.""Mengapa anda kembali ke kamar?""Setelah tanpa sengaja aku memanggilnya, bibi Akane sempat terkejut lalu kemb
"Sepertinya kamera pengawas tidak berguna."Zack menghembuskan napas dengan kasar, sia-sia dirinya dan Arisa menatap kamera pengawas itu hingga takut berkedip, takut jika ada satu hal yang luput dari pengamatannya."Mungkin kau harus bekerja lebih keras lagi, Zack!""Atau mungkin, pembunuhnya lewat belakang. Maksudku dia memanjat lalu memasuki jendela bibi Akane," imbuh Arisa mengutarakan pendapatnya."Kamar ini tidak memiliki balkon, bukan? Dan letaknya juga berada di lantai dua. Sangat sulit jika seseorang memanjat untuk melewati jendela ini.""Aku bisa melakukannya. Kita tinggal menggunakan tali khusus lalu mengikatnya pada pinggang. Meletakkan jangkar di tempat yang pas, lalu mencoba tingkat kerenggangan dan kekuatannya. Itu sangat mudah."Zack terkekeh, ia tentu tidak lupa dengan aksi Arisa ketika menjadi seorang pencuri. Sepertinya gadis ini sangat berbakat jika bekerja dalam tim sirkus. Sayangnya Arisa terlalu kaya jika harus mengerja
Nayla baru saja keluar dari kamarnya. Gadis itu sudah berpenampilan rapi. Sling bag leather-nya sudah bertengger melingkar di bahunya. Gadis itu mengenakan mini dress motif bunga yang dibalut dengan blazer putih berlengan panjang. Rambut brunette-nya dibiarkan tergerai memanjang di punggungnya dengan polesan make up ringan yang sengaja ia bubuhkan di wajahnya, membuat gadis itu terlihat cantik memesona.Nayla menuruni anak tangga dengan mengenakan sepatu putih jenis flat, menapaki satu per satu anak tangga itu dengan perlahan.Dari atas tangga dengan kaki yang terus menapak turun, Nayla bisa melihat Zack dan Arisa sedang bercengkrama di bawah sana. Di atas sofa ruang tengah dengan punggung menyandar santai di sandaran sofa, keduanya terlihat akrab tanpa ada rasa canggung sedikit pun.Mengapa Zack bisa seakrab itu dengan Arisa?Mata Nayla tidak beralih sedikit pun ke arah Zack dan Arisa, ada rasa tidak senang melihat kedekatan mereka. Senyuman itu, seharus