Nayla hanya bisa mengangguk, menyembunyikan tangisnya di dada lelaki itu. Bibirnya masih bergetar dengan tubuh yang gemetar.
Nayla tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan buruk dari Victor. Lelaki itu sama sekali tidak berubah, sebanyak apapun Nayla memberikan kesempatan, pasti akan mengulangi kesalahan yang sama.
"Nayla!"
Suara Victor terdengar menggelegar, penuh dengan teror di telinga Nayla. Nayla tersentak dengan kepala menengadah menoleh ke arah suara yang memanggil namanya dengan bentakan keras.
"Kau lari dariku, dan memilih pergi dengan laki-laki itu?" Victor berkata dengan geram. Wajah lelaki itu nampak berang dengan raut muka yang mengerikan.
"Ayo, jangan hiraukan dia!" Tangan kekar itu merengkuh bahu Nayla, menggiring Nayla untuk segera keluar dari rumah mewah itu, meninggalkan Victor yang masih marah kepadanya.
"Sekali kau berani melangkahkan kakimu keluar, aku akan memberitahukan paman Suichi bahwa kau mengkhianatiku dengan pr
Orang itu menggembuskan napas lega. Diintipnya keadaan di luar. Nampak sudah sepi dan aman, dengan hati-hati ia segera membuka pintu itu, menguncinya lagi dan segera keluar dari ruangan keramat yang penuh ketegangan itu.***"Untukmu."Zack menyodorkan sebuah kotak makanan yang berlogo salah satu rumah makan cepat saji kepada Nayla. Nayla melihat kotak makan itu dengan bingung. Secara bergantian, matanya memandang Zack dan juga kotak makanan itu."Kau belum makan apa-apa, 'kan? Bukan makanan istimewa, setidaknya perutmu terisi makanan. Bukan hanya angin."Nayla mengangguk, diambilnya kotak makanan dari tangan Zack dengan sedikit malu. Nayla memang sedang kelaparan, perutnya sedari tadi sudah meronta minta diisi, tetapi dia tidak membawa sepeser uang pun. Tas dan ponselnya tertinggal di kamar Victor, terjatuh ketika lelaki itu memaksakan kehendaknya. Sehingga Nayla hanya menahan diri dari rasa lapar yang sudah bergemuruh sejak tadi.Nayla tid
Suichi melebarkan matanya mendengar perkataan Sayaka.Keluarga besar Higashino memang sedang menginap di rumah utama. Bukan hanya anak-anaknya, suami dan istri dari anak mendiang Higashino juga turut menginap di rumah besar itu.Seharusnya momen kebersamaan yang jarang sekali terjadi ini bisa dimanfaatkan untuk saling mengakrabkan diri. Tetapi bukan keakraban yang mereka dapatkan, justru tragedi berdarah dan mematikan yang harus dilewati.Mengapa sampai ada korban pembunuhan di rumah yang sistem keamanannya sangat terjaga itu?Suichi dan Zack diikuti Sayaka di belakangnya segera berlari menuju ke lantai atas yaitu di mana kamar Akane berada. Suami Akane telah meninggal saat lelaki itu terbaring di tempat tidur dengan pisau yang menancap tepat di jantungnya."Hubungi polisi!" perintah Zack kepada Arisa yang saat ini menenangkan Akane, istri dari korban.Suichi hanya menatap tubuh adik iparnya itu tanpa ekspresi. Dalam dua hari ada dua nyawa y
Opsir Julio beralih menatap ke Arisa. Tidak ada wajah takut dan cemas dari mata gadis itu. Sepertinya gadis itu nampak lebih berani daripada anggota keluarga perempuan yang lain."Nona Arisa, Apa yang anda lakukan ketika kejadian berlangsung yaitu sekitar pukul sebelas malam?""Tidak ada, aku hanya tidur. Tetapi, ...." Arisa seolah ragu ingin melanjutkan kalimatnya."Apa? Ada sesuatu yang kau ketahui?"Arisa menggeleng, dia sama sekali tidak tahu apa-apa."Tidak ada, hanya saja ... aku melihat bibi Akane sedang mengendap-endap melihat sesuatu di ruangan sana. Ruang arsip yang ada di ujung koridor."Suichi melebarkan mata ketika mendengar kesaksian Arisa. Apa yang dilakukan oleh Akane di ruang rahasia itu?""Pukul berapa itu terjadi?""Sekitar tiga puluh menit sebelumnya. Setelah itu aku kembali ke kamar.""Mengapa anda kembali ke kamar?""Setelah tanpa sengaja aku memanggilnya, bibi Akane sempat terkejut lalu kemb
"Sepertinya kamera pengawas tidak berguna."Zack menghembuskan napas dengan kasar, sia-sia dirinya dan Arisa menatap kamera pengawas itu hingga takut berkedip, takut jika ada satu hal yang luput dari pengamatannya."Mungkin kau harus bekerja lebih keras lagi, Zack!""Atau mungkin, pembunuhnya lewat belakang. Maksudku dia memanjat lalu memasuki jendela bibi Akane," imbuh Arisa mengutarakan pendapatnya."Kamar ini tidak memiliki balkon, bukan? Dan letaknya juga berada di lantai dua. Sangat sulit jika seseorang memanjat untuk melewati jendela ini.""Aku bisa melakukannya. Kita tinggal menggunakan tali khusus lalu mengikatnya pada pinggang. Meletakkan jangkar di tempat yang pas, lalu mencoba tingkat kerenggangan dan kekuatannya. Itu sangat mudah."Zack terkekeh, ia tentu tidak lupa dengan aksi Arisa ketika menjadi seorang pencuri. Sepertinya gadis ini sangat berbakat jika bekerja dalam tim sirkus. Sayangnya Arisa terlalu kaya jika harus mengerja
Nayla baru saja keluar dari kamarnya. Gadis itu sudah berpenampilan rapi. Sling bag leather-nya sudah bertengger melingkar di bahunya. Gadis itu mengenakan mini dress motif bunga yang dibalut dengan blazer putih berlengan panjang. Rambut brunette-nya dibiarkan tergerai memanjang di punggungnya dengan polesan make up ringan yang sengaja ia bubuhkan di wajahnya, membuat gadis itu terlihat cantik memesona.Nayla menuruni anak tangga dengan mengenakan sepatu putih jenis flat, menapaki satu per satu anak tangga itu dengan perlahan.Dari atas tangga dengan kaki yang terus menapak turun, Nayla bisa melihat Zack dan Arisa sedang bercengkrama di bawah sana. Di atas sofa ruang tengah dengan punggung menyandar santai di sandaran sofa, keduanya terlihat akrab tanpa ada rasa canggung sedikit pun.Mengapa Zack bisa seakrab itu dengan Arisa?Mata Nayla tidak beralih sedikit pun ke arah Zack dan Arisa, ada rasa tidak senang melihat kedekatan mereka. Senyuman itu, seharus
Lelaki itu menoleh ke arah Nayla dengan sama terkejutnya. Ia tidak menyangka Nayla bisa berada di depan pintu kamar mandinya menyaksikan adegan yang seharusnya hanya menjadi rahasianya.Victor terlupa jika Nayla sudah tidak koma lagi. Perempuan itu bisa saja datang kapan saja yang dia kehendaki. Nayla memiliki akses masuk ke rumah itu.Seharusnya rahasia yang selama ini ia lakukan ketika Nayla masih terbaring koma tidak dengan mudah diketahui oleh gadis itu. Ya, Victor sangat ceroboh dengan memasukkan perempuan lain di rumahnya saat ini."Nayla!"Victor segera bangkit, meraih jubah handuknya untuk kemudian menggunakannya dengan mengikat talinya secara serampangan. Lelaki itu segera menghampiri Nayla meninggalkan perempuan yang nyaris tanpa busana karena pakaiannya sudah teronggok basah di lantai kamar mandi.Nayla membalikkan tubuhnya, hatinya sakit mendapatkan pengkhianatan yang sudah kelewat batas. Padahal dia secara mati-matian menahan dan membu
Wajah Nayla sudah memerah, menahan air mata yang masih terbendung di sana."Kau menyiksa hatiku setiap hari. Kau selalu datang dan pergi sesukamu. Mempermainkan perasaanku yang tidak sanggup ku hadapi. Sementara aku, harus bergelut dengan perasaanku antara memilih setia atau berpaling. Di saat statusku sebagai tunangan orang lain dan akan menikah dalam waktu dekat, justru ada nama lain yang memporak-porandakan semuanya. Membuat hatiku gelisah, bingung dan tidak menentu. Kau selalu merenggut malam-malamku setiap hari. Kau ... selalu muncul di mana pun, kau ... bersikap menyebalkan. Aku ...."Nayla belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Zack menarik tubuh Nayla untuk kemudian mendekap gadis itu dalam pelukannya.Nayla menangis dalam pelukan lelaki itu, meletakkan keningnya di bahu Zack. Dipeluk seperti ini, membuat Nayla merasakan kenyamanan. Sama seperti apa yang ia rasakan saat itu, yaitu ketika pria misterius itu datang dan memeluknya seperti saat ini. Begitu n
Zack sudah berada di ruang tunggu rumah sakit. Hari ini dia melakukan pelepasan gips yang membalut tubuhnya. Zack merasa dia sudah tidak memerlukannya lagi. Selain sulit bergerak dan kurang nyaman, dia ingin segera menikahi Nayla. Menurutnya pernikahannya ini harus secepatnya dilakukan sebelum Nayla berubah pikiran.Meskipun Zack tahu bahwa Nayla sudah benar-benar mencintainya, tetapi ia masih saja takut jika kejadian tak terduga lainnya akan muncul dan membuat semua penantian dan mimpinya menikahi pujaan hatinya itu pupus di tengah jalan.Tangan Zack sedari tadi tidak melepas genggamannya dari tangan Nayla. Keduanya seperti terlihat malu-malu ketika tanpa sengaja beradu pandang."Zack, jika dokter mengatakan bahwa masih tidak boleh dilepas, kau harus menurutinya. Jika tidak, aku tidak akan ....""Iya, kau tidak akan mau menikah denganku, 'kan? Tenang saja, aku akan menurut. Jangan mengatakan itu terus, ancamanmu sungguh sangat mengerikan."Nayla t