Zack sudah berada di ruang tunggu rumah sakit. Hari ini dia melakukan pelepasan gips yang membalut tubuhnya. Zack merasa dia sudah tidak memerlukannya lagi. Selain sulit bergerak dan kurang nyaman, dia ingin segera menikahi Nayla. Menurutnya pernikahannya ini harus secepatnya dilakukan sebelum Nayla berubah pikiran.
Meskipun Zack tahu bahwa Nayla sudah benar-benar mencintainya, tetapi ia masih saja takut jika kejadian tak terduga lainnya akan muncul dan membuat semua penantian dan mimpinya menikahi pujaan hatinya itu pupus di tengah jalan.
Tangan Zack sedari tadi tidak melepas genggamannya dari tangan Nayla. Keduanya seperti terlihat malu-malu ketika tanpa sengaja beradu pandang.
"Zack, jika dokter mengatakan bahwa masih tidak boleh dilepas, kau harus menurutinya. Jika tidak, aku tidak akan ...."
"Iya, kau tidak akan mau menikah denganku, 'kan? Tenang saja, aku akan menurut. Jangan mengatakan itu terus, ancamanmu sungguh sangat mengerikan."
Nayla t
"Zack, lihatlah! Kau sangat menggemaskan."Nayla terkekeh melihat album foto Zack ketika masih bayi. Lelaki itu difoto dalam kondisi telanjang dengan posisi tengkurap dan kepala menatap ke depan. Baby Zack terlihat lucu dan menggemaskan dengan tubuh yang putih bersih dan juga montok."Tentu saja, kau akan mendapatkan anak yang menggemaskan kalau menikah denganku," ucap Zack dengan percaya diri.Nayla hanya terkekeh dengan menepuk bahu Zack pelan. Lelaki itu selalu bisa membuatnya tertawa.Nayla duduk bersebelahan dengan Zack yang saat ini bersandar di sofa sambil merentangkan sebelah tangannya sebagai sandaran untuk kepala Nayla. Gadis itu membuka lembar demi lembar album foto itu.Zack menyuapi Nayla dengan potato chips di sela-sela obrolan ringan mereka yang membicarakan masa kecil Zack yang bahagia.Mata Nayla tertuju pada sebuah foto keluarga kecil yang ia tahu bahwa lelaki yang masih berusia sekitar lima tahun di tengah dua orang
"Apakah kau yakin akan mengatakan itu sekarang?"Nayla terlihat sedikit cemas dengan apa yang akan Zack lakukan saat ini.Lelaki itu akan meminta restu dari Suichi bahwa dirinya akan menikahi Nayla, melamar Nayla untuk dijadikan pendamping hidupnya.Tentunya tidak mudah mendapatkan restu dari Suichi, sehingga membuat Nayla takut, jika pada akhirnya hal itu justru akan berakhir dengan sebuah pertengkaran besar antara Zack dan juga Suichi.Zack menyentuh bahu Nayla, sedikit meremasnya lalu tersenyum kepada gadis itu. Meyakinkan Nayla bahwa dirinya bisa mengatasi semuanya. Bagi Zack, dukungan Nayla kepadanya sangatlah berarti. Jika Nayla menyerah hanya karena terhalang restu, lalu apa yang bisa Zack lakukan?"Berjanjilah, kau akan selalu mendukungku. Tidak akan pernah meninggalkanku apapun yang terjadi."Nayla hanya bisa mengangguk patuh ketika Zack mengatakan itu semua sembari mengusapkan tangan kekar itu di atas pucuk kepala Salwa."Ak
"Apa?" Semua orang terperangah mendengar perkataan Nayla yang di luar dugaan.Suichi merasakan sesak di dadanya. Tanganya menyentuh dada kirinya lalu meraih air mineral di depannya, membuka tutup botol yang masih tersegel itu lalu meminumnya.Sayaka segera menghampiri Suichi, menyodorkan obat yang biasa Suichi konsumsi ketika merasakan sakit di dadanya."Kakak, tenanglah!" ucap Sayaka kepada kakak tirinya itu.Suichi menerima obat itu lalu membuka bungkusnya untuk kemudian menelan tablet itu menggunakan air mineral yang tadi sempat diminumnya."Terima kasih." Suichi menutup kembali botol air mineral yang masih tersisa separuh itu.Sayaka hanya mengangguk sambil tersenyum. Perempuan itu kembali ke tempat duduknya yang berada di seberang tempat Suichi berada. Namun, tanpa sengaja Sayaka menyinggung botol air mineral itu hingga roboh."Maaf," ucapnya sambil menegakkan kembali botol minuman Suichi.Suichi hanya diam, matanya kembal
"Tidak mungkin."Nayla bergumam, menunjukkan rasa tidak percayanya dengan menggelengkan kepalanya."Sayaka, Kau? Bagaimana bisa?" Hiroyuki pun terkejut mendengarnya begitu pula dengan Arisa dan yang lainnya."Jangan mengada-ngada. Bagaimana bisa kau mencurigai Bibi Sayaka?" Arisa yang merasa bahwa Sayaka adalah malaikat penolongnya pun pasti tidak terima dengan apa yang dikatakan Zack kepadanya."Aku tidak mengada-ngada. Dia sendiri yang mengatakan bahwa dia pelakunya. Ayo ikut aku!"Zack menundukkan wajahnya, mengangguk ke arah Nayla yang masih ia dekap lalu mengajak gadis itu dan semua orang yang ada untuk mengikutinya.Zack menaiki tangga menuju lantai dua di mana kejadian perkara berlangsung yaitu di dalam kamar Akane yang katanya sedang tertutup rapat."Buka pintunya!"Akane maju untuk membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci itu. Dengan isyarat kepala, Zack mengajak semua orang untuk ikut masuk ke kamar yang ukurannya c
"Tentu saja aku memiliki bukti yang kuat. Ambilkan aku buku tulis yang terdapat surat wasiat itu dan juga botol yang diminum oleh tuan Suichi!"Arisa mengangguk, dengan cepat gadis itu segera pergi dari ruangan itu yang terasa panas karena pendingin ruangannya belum sempat dinyalakan. Meskipun memasuki musim dingin, tetapi tetap saja pada siang hari terasa panas karena negara ini termasuk beriklim tropis. Berada di ruangan dengan banyak orang secara bersamaan membuat keringat semua orang bercucuran termasuk Arisa.Nayla yang merasakan kegerahan akhirnya menyalakan pendingin ruangan setelah menemukan remote control yang tergeletak di atas meja. Suasana memang semakin memanas, tetapi jika udara juga dibiarkan panas maka akan memperkeruh suasana."Kenapa kau tidak menyalakannya dari tadi?" ucap Stevan setelah merasakan hawa sejuk merasuk di tubuhnya yang bercucuran keringat."Maaf, aku baru menyadarinya."Ekspresi semua orang yang berada di ruangan it
"Minggir! Menjauh dariku. Aku bisa menancapkan beling ini, menggorok lehernya!" ancamnya dengan menunjukkan seringainya."Siapa kau sebenarnya?" Zack masih bersikap tenang ketika menghadapi situasi seperti itu. Berbeda dengan semua orang yang terlihat panik dengan mata tertuju kepada benda tajam yang sudah bersiap menghunus leher Akane.Stevan dan opsir Arnold bersiaga, jika sewaktu-waktu Sayaka palsu itu melakukan tindakan nekat yang bisa membahayakan nyawa Akane atau mungkin orang lain.Sayaka tergelak dengan suara menggelegar memenuhi ruangan itu. Tatapannya begitu mengerikan, bahkan semua orang bisa merasakan aura membunuh dari sorot mata orang itu."Pecundang. Karena dirimu, rencanaku yang hampir berhasil telah kandas di tengah jalan. Penyamaranku sudah sangat sempurna, harusnya tidak semudah itu kau mengetahuinya."Sayaka palsu bergerak ke belakang, menempelkan tubuhnya di dinding dengan tetap memertahankan Akane dalam rengkuhannya.Sa
Hirouki menghubungi seluruh anak buahnya untuk melakukan pencarian Akane dan Sayaka. Hanya dirinya 'lah yang saat ini bisa diandalkan dalam keluarganya.Selama ini Suichi telah melakukan tugasnya dengan baik, hingga Hiroyuki dan adik-adiknya tidak merasakan ketakutan dalam diri mereka tentang bahaya yang mengintai.Dan untuk saat ini, ketika Suichi telah terbaring di rumah sakit karena musuh mereka telah berhasil masuk ke dalam rumah besar mereka dan mencelakainya, mengharuskan Hiroyuki yang menggantikan Suichi dalam melindungi keluarga Higashino.Dalam keadaan seperti itu, ketegangan tergurat jelas di wajah lelaki itu.Apakah dia akan mampu menjadi pelindung keluarga untuk menggantikan Suichi? Apapun yang terjadi, Hiroyuki harus tetap berusaha semampunya agar bisa membuat keluarganya tetap aman seperti sebelumnya.Suara bising ponsel Hiroyuki yang bergetar di saku celananya membuat tangan lelaki itu bergerak untuk segera menyambar ponsel ter
Cukup lama Zack menunggu di teras depan kediaman Higashino, di mana ia akan menemui Stevan juga opsir Arnold yang baru saja berhasil membawa Akane pulang.Akane ditemukan tergeletak di bawah lorong jalan dengan kaki dan tangan terikat juga mulut tersumbat kain. Sementara Sayaka Palsu telah kabur entah ke mana.Lima belas menit kemudian, terdengarlah suara sirine polisi yang terdengar sayup-sayup. Bibir Zack menyunggingkan senyum, menyadari apa yang telah dinantikannya sudah hampir tiba. Dia segera melangkah, masuk ke ruang tamu di mana semua orang tengah menunggu dengan perasaan gugup bercampur cemas menantikan kedatangan Akane."Mereka hampir tiba," ucap Zack kemudian yang diikuti senyuman bahagia oleh semua orang.Arisa duduk di antara Nayla dan juga Leana, istri Hiroyuki. Mereka terlihat lebih akrab saat ini. Seperti hubungan keluarga yang sesungguhnya. Tidak canggung atau membuat jarak seperti biasanya.Ketiga perempuan itu saling menggenggamka