"Minggir! Menjauh dariku. Aku bisa menancapkan beling ini, menggorok lehernya!" ancamnya dengan menunjukkan seringainya.
"Siapa kau sebenarnya?" Zack masih bersikap tenang ketika menghadapi situasi seperti itu. Berbeda dengan semua orang yang terlihat panik dengan mata tertuju kepada benda tajam yang sudah bersiap menghunus leher Akane.
Stevan dan opsir Arnold bersiaga, jika sewaktu-waktu Sayaka palsu itu melakukan tindakan nekat yang bisa membahayakan nyawa Akane atau mungkin orang lain.
Sayaka tergelak dengan suara menggelegar memenuhi ruangan itu. Tatapannya begitu mengerikan, bahkan semua orang bisa merasakan aura membunuh dari sorot mata orang itu.
"Pecundang. Karena dirimu, rencanaku yang hampir berhasil telah kandas di tengah jalan. Penyamaranku sudah sangat sempurna, harusnya tidak semudah itu kau mengetahuinya."
Sayaka palsu bergerak ke belakang, menempelkan tubuhnya di dinding dengan tetap memertahankan Akane dalam rengkuhannya.
Sa
Hirouki menghubungi seluruh anak buahnya untuk melakukan pencarian Akane dan Sayaka. Hanya dirinya 'lah yang saat ini bisa diandalkan dalam keluarganya.Selama ini Suichi telah melakukan tugasnya dengan baik, hingga Hiroyuki dan adik-adiknya tidak merasakan ketakutan dalam diri mereka tentang bahaya yang mengintai.Dan untuk saat ini, ketika Suichi telah terbaring di rumah sakit karena musuh mereka telah berhasil masuk ke dalam rumah besar mereka dan mencelakainya, mengharuskan Hiroyuki yang menggantikan Suichi dalam melindungi keluarga Higashino.Dalam keadaan seperti itu, ketegangan tergurat jelas di wajah lelaki itu.Apakah dia akan mampu menjadi pelindung keluarga untuk menggantikan Suichi? Apapun yang terjadi, Hiroyuki harus tetap berusaha semampunya agar bisa membuat keluarganya tetap aman seperti sebelumnya.Suara bising ponsel Hiroyuki yang bergetar di saku celananya membuat tangan lelaki itu bergerak untuk segera menyambar ponsel ter
Cukup lama Zack menunggu di teras depan kediaman Higashino, di mana ia akan menemui Stevan juga opsir Arnold yang baru saja berhasil membawa Akane pulang.Akane ditemukan tergeletak di bawah lorong jalan dengan kaki dan tangan terikat juga mulut tersumbat kain. Sementara Sayaka Palsu telah kabur entah ke mana.Lima belas menit kemudian, terdengarlah suara sirine polisi yang terdengar sayup-sayup. Bibir Zack menyunggingkan senyum, menyadari apa yang telah dinantikannya sudah hampir tiba. Dia segera melangkah, masuk ke ruang tamu di mana semua orang tengah menunggu dengan perasaan gugup bercampur cemas menantikan kedatangan Akane."Mereka hampir tiba," ucap Zack kemudian yang diikuti senyuman bahagia oleh semua orang.Arisa duduk di antara Nayla dan juga Leana, istri Hiroyuki. Mereka terlihat lebih akrab saat ini. Seperti hubungan keluarga yang sesungguhnya. Tidak canggung atau membuat jarak seperti biasanya.Ketiga perempuan itu saling menggenggamka
Seperti diguyur oleh timah panas, hati Nayla seakan terbakar dengan sendirinya."Aku membunuh orang tua Zack. Tidak, itu semua tidak benar. Paman, kau sedang berbohong, 'kan? Kau hanya tidak menyukai hubunganku dengan Zack, jadi kau mengarang cerita agar aku berpisah dengannya. Katakan Paman, katakan jika semua itu adalah kebohongan."Nayla beranjak dari duduknya, berdiri menjauh dari pamannya.Ada apa ini? Mengapa semuanya menjadi seperti ini.Zack, aku tidak membunuh orang tuamu, sungguh!"Tujuh belas tahun yang lalu, tragedi itu. Di mana kau masih berusia tujuh tahun menyelinap di laboratorium pribadiku. Dengan sembunyi-sembunyi kau mengambil sesuatu yang begitu menarik perhatianmu. Paman masih mengembangkan alat itu, tetapi kau berusaha mengambilnya untuk kau jadikan mainan. Ayahmu memanggil Paman kala itu, ketika walikota datang untuk menemui Paman dan beberapa orang tamu lain yang salah satunya adalah orang tua Zack. Apakah kau mengingatnya,
Zack membantu Nayla mengenakan helmnya. Merapikan anak-anak rambut Nayla dengan menyelipkannya di belakang telinga Nayla untuk kemudian memasang tali helmnya untuk direkatkan di sisi kiri dagu."Terima kasih," ucap Nayla yang kini sudah mulai terbiasa dibonceng Zack menggunakan motor. Bahkan gadis itu menolak jika Zack mengajaknya naik mobil.Nayla merasa berboncengan menggunakan motor jauh lebih romantis dan bisa lebih dekat dengan Zack daripada duduk berdua di dalam mobil dengan jarak hampir satu meter itu.Nayla memeluk punggung Zack erat, seolah tidak ingin sedikit pun menjauh dari kekasihnya itu."Zack, aku tidak ingin pulang."Zack menolehkan sedikit wajahnya ke belakang. Menunggu kalimat Nayla selanjutnya."Aku ingin seharian bersamamu. Boleh 'kan?"Zack mengangguk menyetujui. Nayla memang bersikap aneh sejak keluar dari ruangan Suichi, entah apa yang terjadi di ruangan itu, tetapi sikap Nayla yang berubah antik ini sedik
Semua terasa berhenti bergerak, sunyi. Hanya suara deburan ombak yang menghempas lautan bersamaan napas kedua pasangan itu yang berhembus dengan berat."Zack, aku ingin mengakui sesuatu."Kalimat itu terulang lagi, rasanya begitu berat ingin mengucapkannya, tetapi batin begitu tersiksa jika tidak segera diungkapkan."Katakan!"Nayla menatap netra spektrum milik Zack yang menatap sendu dirinya. Mata itu yang mungkin setelah ini akan ia rindukan kehadirannya. Tatapan penuh sayang yang ditunjukkan Zack kepadanya, mungkin setalah ini hanya akan menjadi kenangan saja.Aku adalah pembunuh, aku pembunuhnya.Batin Nayla terus-menerus berteriak, bingung harus memulai dari mana."Zack ...," ucap Nayla lagi. Entah sudah ke berapa kalinya gadis itu menyebut nama Zack. Tetapi kesulitan melanjutkan dengan kalimat berikutnya.."Apakah ada yang kau sembunyikan dariku?"Insting Zack bergerak tajam, menelisik hingga ke ceruk terdalam hati
Bagai disambar petir, Zack tidak menyangka dengan apa yang telah Nayla katakan. Mengapa, mengapa harus Nayla?Zack terdiam, dipenuhi keterkejutan yang nyata. Tangannya terlepas dari tangan Nayla, sejenak memberikan jarak di antara keduanya.Hatinya hancur saat itu juga. Bayangan anak kecil menangis meraung-raung di atas makam kedua orang tuanya terlintas kembali di ingatan Zack.Anak kecil yang tidak memiliki harta yang melimpah, anak kecil yang dijanjikan pergi ke taman bermain selepas orang tuanya kembali dari pertemuan penting. Anak kecil yang jarang sekali mendapatkan waktu bersama orang tuanya karena kerasnya kehidupan membuat kedua orang tuanya bekerja keras untuk membangun usaha kecil mereka.Bayangan Zack kecil menantikan kedatangan orang tuanya sambil memikirkan akan bersenang-senang di area taman bermain sebagai hadiah ulang tahunnya saat itu terekam jelas di ingatan Zack.Bukan orang tuanya yang datang, melainkan dua jenazah orang tuanya
Tangan Zack gemetar, ketika lelaki itu berusaha melepaskan blazer dari tubuh Nayla yang sudah basah kuyup. Sedikit disibakkannya rambut Nayla yang menutupi bagian resleting belakang gaunnya, sebelum Zack menurunkan resleting itu untuk membukanya. Menurunkan gaun itu hingga ke mata kaki.Lelaki itu nampak sedikit kesulitan melepaskan dua benda kecil yang membalut bagian pribadi tubuh Nayla yang saat ini juga ikut basah.Mata Zack terkatup rapat, enggan melihat pemandangan di depan matanya setelah kesemua pakaian Nayla berhasil dilepaskannya.Segera ditariknya selimut di bawah kaki Nayla, menutupi tubuh gadis itu yang sudah tidak mengenakan apapun hingga sebatas dada.Zack membalutkan selimut tebal itu, membebatnya di tubuh Nayla hingga gadis itu tidak merasa kedinginan lagi.Getaran di tangan Zack masih belum berhenti. Lelaki itu begitu gugup ketika melakukannya. Diangkatnya tubuh Nayla yang sudah bergulung di dalam selimut itu, berpindah dari
"Untuk sementara, gunakan ini. Pakaianmu masih belum kering."Zack menunjukkan pakaian laki-laki berupa sweater lengan panjang yang terlihat kebesaran yang berada di sisi ranjang Nayla yang kosong.Nayla mengangguk patuh, tanpa berniat menyela ataupun mengonfrontasi apapun yang Zack katakan kepadanya.Lelaki itu hendak pergi, tetapi langkahnya terhenti ketika Nayla memanggilnya."Zack!"Zack hanya bergeming, tidak bereaksi dengan panggilan yang baru saja Nayla ucapkan. Tetapi, Nayla tetap saja melanjutkan kalimatnya."Apakah kau akan ... meninggalkanku?"Nayla kesulitan untuk menanyakan hal itu. Tidak rela jika Zack benar-benar meninggalkannya. Akan jadi apa dirinya jika Zack benar-benar pergi dari kehidupannya? Nayla benar-benar mencintai lelaki itu, bukan cinta yang biasa melainkan cinta yang sebenarnya.Zack diam saja. Lelaki itu tidak berniat menatap Nayla sama sekali. Hatinya masih berkecamuk, antara cinta dan benci
Stevan memasuki kamarnya setelah tragedi salah masuk kamar itu berlalu. Dilihatnya Arisa masih mengenakan handuk tengah berjinjit mengambil koper yang berada di atas lemari pakaian. Hiroyuki memang menyiapkan pakaian baru di kamar masing-masing untuk kedua mempelai sehingga mereka tidak perlu repot-repot membawa pakaian ganti.Stevan tampak gugup melihat apa yang tersaji di depan matanya. Kaki jenjang Arisa yang tanpa penutup hingga paha atas terekspose sempurna membuat Stevan meneguk ludahnya berkali-kali.Ingin sekali dirinya cepat-cepat memadu kasih dengan si pemilik tubuh itu. Pasti malam ini akan begitu istimewa mengingat ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Dan Stevan juga tahu jika Arisa juga belum pernah terjamah oleh lelaki mana pun."Biar kuambilkan."Suara Stevan mengagetkan Arisa yang terlalu fokus dengan koper itu. Ia tidak menyadari kehadiran Stevan sebelumnya, hingga suara lelaki itu membuatnya terlonjak terkejut.Disilangkannya
Kini kedua pasang pengantin itu sudah berdiri di depan banyak orang, menyambut para tamu yang telah menghadiri pernikahan mereka.Zack dan Nayla juga Stevan dan Arisa secara bergantian mendapatkan ucapan selamat, baik dari keluarga terdekat juga kerabat jauhnya."Zack," Suichi yang pertama kali menghampiri sebagai keluarga tertua untuk mengucapkan selamat kepada mempelai pria.Entah sejak kapan pemandangan langka itu terjadi. Zack dan Suichi saling tersenyum untuk kemudian berpelukan erat. Keduanya seperti keluarga jauh yang baru saja bertemu untuk sekian waktu lamanya.Bahkan Nayla yang berada di dekat Zack ternganga melihat hal yang tak biasa yang kini terjadi di depannya. Begitu juga dengan Arisa, Stevan dan keluarga Nayla yang lain."Selamat ya, Zack. Ingat, jangan membuat keponakanku menangis karena ulahmu. Aku bisa saja membunuhmu jika kau melakukan itu."Zack menyunggingkan senyum ketika mendengar penuturan bengis yang masih terselip
KRIIIIINGGGGAlarm berbunyi nyaring membuat kedua lelaki itu menutup telinganya dengan bantal.Semalam Zack dan Stevan harus lembur karena menangani sebuah kasus yang membuat keduanya harus tidur menjelang pagi. Stevan memegangi bantalnya kuat dan membekam telinganya untuk menghalau suara nyaring alarm itu, sementara Zack menggapai jam mungil itu untuk menghentikan deringannya yang memekakkan telinga.Alarm berhenti berbunyi, tetapi masih saja ada satu hal yang membuat tidur keduanya terganggu.Suara dering ponsel Zack yang tidak berhenti berbunyi membuat lelaki itu harus membuka matanya secara paksa. Zack menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya."Halo!" Suara seraknya khas orang bangun tidur itu akhirnya terdengar di seberang sana."Zack, kau sedang apa?"Lelaki itu mengerjab beberapa saat mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya."Nay, ada apa kau memba
Zack menutup kedua mata Nayla menggunakan kedua telapak tangannya. Menuntun gadis itu untuk berdiri di sebuah tempat yang sebelumnya telah menjadi kejutan untuk Nayla."Kejutan!" Zack melepaskan tangannya dari mata Nayla, membuat gadis bernetra hitam itu membuka matanya, menatap sekeliling dengan apa yang telah Zack persiapkan untuknya.Zack mengajak Nayla untuk melakukan makan malam romantis di depan pantai. Tempat di mana mereka sering merajut kasih dengan banyak mimpi yang selama ini keduanya lakukan."Zack, ini sangat indah." Nayla tak bisa menyembunyikan raut kekaguman dengan apa yang telah terlihat di depan matanya.Zack menyiapkan segalanya sejak siang tadi. Acara dadakan itu telah berhasil membuat Nayla terpukau dengan kejutan manis yang Zack berikan kepadanya."Syukurlah kau menyukainya."Tangan kekar itu meraih pinggang Nayla untuk didekatkan kepadanya. Sontak lelaki itu mendapat pelototan dari mata Nayla.Zack terkekeh, men
Zack menahan lengan Nayla ketika gadis itu akan pergi."Mau ke mana?" tanyanya kemudian dengan tangan mempertahankan lengan Nayla dalam genggamannya.Gadis itu berhenti, mengurungkan niatnya yang akan pergi dari kamar Zack."Aku akan tidur di kamar atas. Kita belum menikah, 'kan?" Sedikit merah wajah Nayla ketika mengatakannya.Zack tersenyum sekaligus merasa gemas dengan sikap Nayla. Apapun yang membuat Nayla malu, dia menyukainya."Tapi ... aku ingin kau menemaniku malam ini. Boleh, 'kan?"Bertambah meronalah pipi Nayla. Zack semakin berani mengatakan hal yang mengarah ke sana."Zack, kau mau apa?" tanya Nayla kemudian, mencoba menantang Zack yang sengaja menggodanya.Zack terkekeh. Dia memang berniat untuj menggoda Nayla saja, tetapi rasa ingin melakukan sesuatu tiba-tiba menghampiri untuk ingin segera dituntaskan."Nay, sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Nayla menautkan kedua alisnya, gugup mend
Nayla mendorong kursi roda dengan Zack duduk di atasnya. Kedua insan manusia itu tak bisa melepaskan senyum di bibirnya yang sejak tadi bertengger tanpa jeda.Sesekali Zack menatap ke atas, bertabrakan pandang dengan Nayla lalu saling melempar senyum.Arisa menunggu di depan lobby bersama Stevan. Gadis itu menyiapkan perlengkapan Zack yang kini masih menggunakan kursi roda.Stevan membukakan pintu mobil itu, membantu Zack untuk berpindah tempat dari kursi roda ke kursi mobil. Zack masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan ataupun berdiri sendiri.Terhitung tiga minggu sejak dirinya tersadar dari koma, Zack akhirnya memutuskan pulang dengan Nayla yang bertanggung jawab untuk merawatnya.Zack sudah berada di dalam mobil, sementara Nayla berputar untuk mengambil duduk di samping Zack dengan masuk melewati pintu bagian lain.Kursi roda sudah diletakkan di bagasi mobil bersamaan barang-barang Zack yang tertinggal."Hai, lihatlah! Apakah k
Nayla yang memahami itu, bergegas menuangkan minuman untuk Zack. Namun, dengan cepat Mandy merebut gelas berisi air itu dari tangan Nayla."Zack, minumlah!"Mandy membantu Zack minum dengan membantu lelaki itu duduk dari pembaringannya.Disesapnya air yang berada dalam gelas bening itu. Hanya sedikit saja, untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang telah kering karena selama berbulan-bulan lamanya terbaring tanpa daya di rumah sakit.Mandy membantu Zack berbaring lagi dengan menata bantal yang digunakan untuk menumpu kepalanya.Namun, Zack menolak untuk berbaring. Dia ingin duduk saja, sehingga Mandy mengubah posisi bantal itu menjadi berdiri sebagai sandaran punggung Zack.Tampaknya wajah pucat itu belum sepenuhnya tersadar. Zack mengerjapkan matanya kemudian dengan rasa pusing yang menyergap di kepala. Barulah beberapa saat kemudian, akhirnya Zack menyadari bahwa perempuan yang sedari tadi membantunya adalah Mandy."Mandy," panggil
Empat bulan kemudian ...Rumah itu terlihat sangat menyejukkan dengan banyaknya bunga yang tertata cantik di setiap sudut ruangan. Nampak asri dan indah karena dijaga dan dirawat dengan penuh cinta dan kasih sayang.Sejak kepulangan Nayla dari rumah sakit, gadis itu memilih untuk tinggal di rumah Zack. Arisa sempat melarangnya karena kondisi tubuhnya belum pulih benar, tetapi tekad Nayla sudah bulat. Hidupnya akan sepenuhnya ia dedikasikan kepada Zack.Ya, Zack masih belum sadarkan diri. Namun, hal itu tidak membuat rasa cinta Nayla berkurang. Setiap hari setelah menyelesaikan tugasnya di rumah sakit, Nayla selalu menemani Zack hingga malam.Tidak ada rasa bosan dalam diri gadis itu ketika melakukan rutinitasnya setiap hari. Bahkan Nayla menikmatinya seolah sedang mengabdikan dirinya kepada suaminya sendiri.Nayla dengan ceria membacakan Zack kisah-kisah lucu, bercerita tentang rutinitasnya yang ia lakukan setiap hari hingga harapan-harapannya meng
Wajah Nayla nampak pasi mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Napasnya masih tersenggal dengan raut muka kebingungan.Apa yang terjadi? Mengapa dia berada di rumah sakit?Ingatannya berputar ke belakang ketika terakhir kalinya ia dan Zack bersama.Kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan, virus Zombie, perbudakan, serum penawar dan ledakan besar bangunan itu. Lalu Zack? Bagaimana dengan Zack? Apakah dia baik-baik saja, atau ....Apakah Zack sudah tiada?Di mana dia?Nayla terlihat kebingunan, banyak pertanyaan di benaknya yang menuntut ingin segera mendapatkan jawaban.Arisa menghampiri Nayla yang sebelumnya menuangkan air dalam gelas bening untuk diberikannya kepada Nayla. Arisa duduk di sisi ranjang Nayla dengan menghadap kepada adik semata wayangnya itu."Nayla, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya lembut dengan menyentuh tangan Nayla sembari mengulurkan segelas air itu kepada Nayla.Nayla menoleh ke arah Arisa. Ke