Nayla baru saja keluar dari kamarnya. Gadis itu sudah berpenampilan rapi. Sling bag leather-nya sudah bertengger melingkar di bahunya. Gadis itu mengenakan mini dress motif bunga yang dibalut dengan blazer putih berlengan panjang. Rambut brunette-nya dibiarkan tergerai memanjang di punggungnya dengan polesan make up ringan yang sengaja ia bubuhkan di wajahnya, membuat gadis itu terlihat cantik memesona.
Nayla menuruni anak tangga dengan mengenakan sepatu putih jenis flat, menapaki satu per satu anak tangga itu dengan perlahan.
Dari atas tangga dengan kaki yang terus menapak turun, Nayla bisa melihat Zack dan Arisa sedang bercengkrama di bawah sana. Di atas sofa ruang tengah dengan punggung menyandar santai di sandaran sofa, keduanya terlihat akrab tanpa ada rasa canggung sedikit pun.
Mengapa Zack bisa seakrab itu dengan Arisa?
Mata Nayla tidak beralih sedikit pun ke arah Zack dan Arisa, ada rasa tidak senang melihat kedekatan mereka. Senyuman itu, seharus
Lelaki itu menoleh ke arah Nayla dengan sama terkejutnya. Ia tidak menyangka Nayla bisa berada di depan pintu kamar mandinya menyaksikan adegan yang seharusnya hanya menjadi rahasianya.Victor terlupa jika Nayla sudah tidak koma lagi. Perempuan itu bisa saja datang kapan saja yang dia kehendaki. Nayla memiliki akses masuk ke rumah itu.Seharusnya rahasia yang selama ini ia lakukan ketika Nayla masih terbaring koma tidak dengan mudah diketahui oleh gadis itu. Ya, Victor sangat ceroboh dengan memasukkan perempuan lain di rumahnya saat ini."Nayla!"Victor segera bangkit, meraih jubah handuknya untuk kemudian menggunakannya dengan mengikat talinya secara serampangan. Lelaki itu segera menghampiri Nayla meninggalkan perempuan yang nyaris tanpa busana karena pakaiannya sudah teronggok basah di lantai kamar mandi.Nayla membalikkan tubuhnya, hatinya sakit mendapatkan pengkhianatan yang sudah kelewat batas. Padahal dia secara mati-matian menahan dan membu
Wajah Nayla sudah memerah, menahan air mata yang masih terbendung di sana."Kau menyiksa hatiku setiap hari. Kau selalu datang dan pergi sesukamu. Mempermainkan perasaanku yang tidak sanggup ku hadapi. Sementara aku, harus bergelut dengan perasaanku antara memilih setia atau berpaling. Di saat statusku sebagai tunangan orang lain dan akan menikah dalam waktu dekat, justru ada nama lain yang memporak-porandakan semuanya. Membuat hatiku gelisah, bingung dan tidak menentu. Kau selalu merenggut malam-malamku setiap hari. Kau ... selalu muncul di mana pun, kau ... bersikap menyebalkan. Aku ...."Nayla belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Zack menarik tubuh Nayla untuk kemudian mendekap gadis itu dalam pelukannya.Nayla menangis dalam pelukan lelaki itu, meletakkan keningnya di bahu Zack. Dipeluk seperti ini, membuat Nayla merasakan kenyamanan. Sama seperti apa yang ia rasakan saat itu, yaitu ketika pria misterius itu datang dan memeluknya seperti saat ini. Begitu n
Zack sudah berada di ruang tunggu rumah sakit. Hari ini dia melakukan pelepasan gips yang membalut tubuhnya. Zack merasa dia sudah tidak memerlukannya lagi. Selain sulit bergerak dan kurang nyaman, dia ingin segera menikahi Nayla. Menurutnya pernikahannya ini harus secepatnya dilakukan sebelum Nayla berubah pikiran.Meskipun Zack tahu bahwa Nayla sudah benar-benar mencintainya, tetapi ia masih saja takut jika kejadian tak terduga lainnya akan muncul dan membuat semua penantian dan mimpinya menikahi pujaan hatinya itu pupus di tengah jalan.Tangan Zack sedari tadi tidak melepas genggamannya dari tangan Nayla. Keduanya seperti terlihat malu-malu ketika tanpa sengaja beradu pandang."Zack, jika dokter mengatakan bahwa masih tidak boleh dilepas, kau harus menurutinya. Jika tidak, aku tidak akan ....""Iya, kau tidak akan mau menikah denganku, 'kan? Tenang saja, aku akan menurut. Jangan mengatakan itu terus, ancamanmu sungguh sangat mengerikan."Nayla t
"Zack, lihatlah! Kau sangat menggemaskan."Nayla terkekeh melihat album foto Zack ketika masih bayi. Lelaki itu difoto dalam kondisi telanjang dengan posisi tengkurap dan kepala menatap ke depan. Baby Zack terlihat lucu dan menggemaskan dengan tubuh yang putih bersih dan juga montok."Tentu saja, kau akan mendapatkan anak yang menggemaskan kalau menikah denganku," ucap Zack dengan percaya diri.Nayla hanya terkekeh dengan menepuk bahu Zack pelan. Lelaki itu selalu bisa membuatnya tertawa.Nayla duduk bersebelahan dengan Zack yang saat ini bersandar di sofa sambil merentangkan sebelah tangannya sebagai sandaran untuk kepala Nayla. Gadis itu membuka lembar demi lembar album foto itu.Zack menyuapi Nayla dengan potato chips di sela-sela obrolan ringan mereka yang membicarakan masa kecil Zack yang bahagia.Mata Nayla tertuju pada sebuah foto keluarga kecil yang ia tahu bahwa lelaki yang masih berusia sekitar lima tahun di tengah dua orang
"Apakah kau yakin akan mengatakan itu sekarang?"Nayla terlihat sedikit cemas dengan apa yang akan Zack lakukan saat ini.Lelaki itu akan meminta restu dari Suichi bahwa dirinya akan menikahi Nayla, melamar Nayla untuk dijadikan pendamping hidupnya.Tentunya tidak mudah mendapatkan restu dari Suichi, sehingga membuat Nayla takut, jika pada akhirnya hal itu justru akan berakhir dengan sebuah pertengkaran besar antara Zack dan juga Suichi.Zack menyentuh bahu Nayla, sedikit meremasnya lalu tersenyum kepada gadis itu. Meyakinkan Nayla bahwa dirinya bisa mengatasi semuanya. Bagi Zack, dukungan Nayla kepadanya sangatlah berarti. Jika Nayla menyerah hanya karena terhalang restu, lalu apa yang bisa Zack lakukan?"Berjanjilah, kau akan selalu mendukungku. Tidak akan pernah meninggalkanku apapun yang terjadi."Nayla hanya bisa mengangguk patuh ketika Zack mengatakan itu semua sembari mengusapkan tangan kekar itu di atas pucuk kepala Salwa."Ak
"Apa?" Semua orang terperangah mendengar perkataan Nayla yang di luar dugaan.Suichi merasakan sesak di dadanya. Tanganya menyentuh dada kirinya lalu meraih air mineral di depannya, membuka tutup botol yang masih tersegel itu lalu meminumnya.Sayaka segera menghampiri Suichi, menyodorkan obat yang biasa Suichi konsumsi ketika merasakan sakit di dadanya."Kakak, tenanglah!" ucap Sayaka kepada kakak tirinya itu.Suichi menerima obat itu lalu membuka bungkusnya untuk kemudian menelan tablet itu menggunakan air mineral yang tadi sempat diminumnya."Terima kasih." Suichi menutup kembali botol air mineral yang masih tersisa separuh itu.Sayaka hanya mengangguk sambil tersenyum. Perempuan itu kembali ke tempat duduknya yang berada di seberang tempat Suichi berada. Namun, tanpa sengaja Sayaka menyinggung botol air mineral itu hingga roboh."Maaf," ucapnya sambil menegakkan kembali botol minuman Suichi.Suichi hanya diam, matanya kembal
"Tidak mungkin."Nayla bergumam, menunjukkan rasa tidak percayanya dengan menggelengkan kepalanya."Sayaka, Kau? Bagaimana bisa?" Hiroyuki pun terkejut mendengarnya begitu pula dengan Arisa dan yang lainnya."Jangan mengada-ngada. Bagaimana bisa kau mencurigai Bibi Sayaka?" Arisa yang merasa bahwa Sayaka adalah malaikat penolongnya pun pasti tidak terima dengan apa yang dikatakan Zack kepadanya."Aku tidak mengada-ngada. Dia sendiri yang mengatakan bahwa dia pelakunya. Ayo ikut aku!"Zack menundukkan wajahnya, mengangguk ke arah Nayla yang masih ia dekap lalu mengajak gadis itu dan semua orang yang ada untuk mengikutinya.Zack menaiki tangga menuju lantai dua di mana kejadian perkara berlangsung yaitu di dalam kamar Akane yang katanya sedang tertutup rapat."Buka pintunya!"Akane maju untuk membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci itu. Dengan isyarat kepala, Zack mengajak semua orang untuk ikut masuk ke kamar yang ukurannya c
"Tentu saja aku memiliki bukti yang kuat. Ambilkan aku buku tulis yang terdapat surat wasiat itu dan juga botol yang diminum oleh tuan Suichi!"Arisa mengangguk, dengan cepat gadis itu segera pergi dari ruangan itu yang terasa panas karena pendingin ruangannya belum sempat dinyalakan. Meskipun memasuki musim dingin, tetapi tetap saja pada siang hari terasa panas karena negara ini termasuk beriklim tropis. Berada di ruangan dengan banyak orang secara bersamaan membuat keringat semua orang bercucuran termasuk Arisa.Nayla yang merasakan kegerahan akhirnya menyalakan pendingin ruangan setelah menemukan remote control yang tergeletak di atas meja. Suasana memang semakin memanas, tetapi jika udara juga dibiarkan panas maka akan memperkeruh suasana."Kenapa kau tidak menyalakannya dari tadi?" ucap Stevan setelah merasakan hawa sejuk merasuk di tubuhnya yang bercucuran keringat."Maaf, aku baru menyadarinya."Ekspresi semua orang yang berada di ruangan it
Stevan memasuki kamarnya setelah tragedi salah masuk kamar itu berlalu. Dilihatnya Arisa masih mengenakan handuk tengah berjinjit mengambil koper yang berada di atas lemari pakaian. Hiroyuki memang menyiapkan pakaian baru di kamar masing-masing untuk kedua mempelai sehingga mereka tidak perlu repot-repot membawa pakaian ganti.Stevan tampak gugup melihat apa yang tersaji di depan matanya. Kaki jenjang Arisa yang tanpa penutup hingga paha atas terekspose sempurna membuat Stevan meneguk ludahnya berkali-kali.Ingin sekali dirinya cepat-cepat memadu kasih dengan si pemilik tubuh itu. Pasti malam ini akan begitu istimewa mengingat ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Dan Stevan juga tahu jika Arisa juga belum pernah terjamah oleh lelaki mana pun."Biar kuambilkan."Suara Stevan mengagetkan Arisa yang terlalu fokus dengan koper itu. Ia tidak menyadari kehadiran Stevan sebelumnya, hingga suara lelaki itu membuatnya terlonjak terkejut.Disilangkannya
Kini kedua pasang pengantin itu sudah berdiri di depan banyak orang, menyambut para tamu yang telah menghadiri pernikahan mereka.Zack dan Nayla juga Stevan dan Arisa secara bergantian mendapatkan ucapan selamat, baik dari keluarga terdekat juga kerabat jauhnya."Zack," Suichi yang pertama kali menghampiri sebagai keluarga tertua untuk mengucapkan selamat kepada mempelai pria.Entah sejak kapan pemandangan langka itu terjadi. Zack dan Suichi saling tersenyum untuk kemudian berpelukan erat. Keduanya seperti keluarga jauh yang baru saja bertemu untuk sekian waktu lamanya.Bahkan Nayla yang berada di dekat Zack ternganga melihat hal yang tak biasa yang kini terjadi di depannya. Begitu juga dengan Arisa, Stevan dan keluarga Nayla yang lain."Selamat ya, Zack. Ingat, jangan membuat keponakanku menangis karena ulahmu. Aku bisa saja membunuhmu jika kau melakukan itu."Zack menyunggingkan senyum ketika mendengar penuturan bengis yang masih terselip
KRIIIIINGGGGAlarm berbunyi nyaring membuat kedua lelaki itu menutup telinganya dengan bantal.Semalam Zack dan Stevan harus lembur karena menangani sebuah kasus yang membuat keduanya harus tidur menjelang pagi. Stevan memegangi bantalnya kuat dan membekam telinganya untuk menghalau suara nyaring alarm itu, sementara Zack menggapai jam mungil itu untuk menghentikan deringannya yang memekakkan telinga.Alarm berhenti berbunyi, tetapi masih saja ada satu hal yang membuat tidur keduanya terganggu.Suara dering ponsel Zack yang tidak berhenti berbunyi membuat lelaki itu harus membuka matanya secara paksa. Zack menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya."Halo!" Suara seraknya khas orang bangun tidur itu akhirnya terdengar di seberang sana."Zack, kau sedang apa?"Lelaki itu mengerjab beberapa saat mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya."Nay, ada apa kau memba
Zack menutup kedua mata Nayla menggunakan kedua telapak tangannya. Menuntun gadis itu untuk berdiri di sebuah tempat yang sebelumnya telah menjadi kejutan untuk Nayla."Kejutan!" Zack melepaskan tangannya dari mata Nayla, membuat gadis bernetra hitam itu membuka matanya, menatap sekeliling dengan apa yang telah Zack persiapkan untuknya.Zack mengajak Nayla untuk melakukan makan malam romantis di depan pantai. Tempat di mana mereka sering merajut kasih dengan banyak mimpi yang selama ini keduanya lakukan."Zack, ini sangat indah." Nayla tak bisa menyembunyikan raut kekaguman dengan apa yang telah terlihat di depan matanya.Zack menyiapkan segalanya sejak siang tadi. Acara dadakan itu telah berhasil membuat Nayla terpukau dengan kejutan manis yang Zack berikan kepadanya."Syukurlah kau menyukainya."Tangan kekar itu meraih pinggang Nayla untuk didekatkan kepadanya. Sontak lelaki itu mendapat pelototan dari mata Nayla.Zack terkekeh, men
Zack menahan lengan Nayla ketika gadis itu akan pergi."Mau ke mana?" tanyanya kemudian dengan tangan mempertahankan lengan Nayla dalam genggamannya.Gadis itu berhenti, mengurungkan niatnya yang akan pergi dari kamar Zack."Aku akan tidur di kamar atas. Kita belum menikah, 'kan?" Sedikit merah wajah Nayla ketika mengatakannya.Zack tersenyum sekaligus merasa gemas dengan sikap Nayla. Apapun yang membuat Nayla malu, dia menyukainya."Tapi ... aku ingin kau menemaniku malam ini. Boleh, 'kan?"Bertambah meronalah pipi Nayla. Zack semakin berani mengatakan hal yang mengarah ke sana."Zack, kau mau apa?" tanya Nayla kemudian, mencoba menantang Zack yang sengaja menggodanya.Zack terkekeh. Dia memang berniat untuj menggoda Nayla saja, tetapi rasa ingin melakukan sesuatu tiba-tiba menghampiri untuk ingin segera dituntaskan."Nay, sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Nayla menautkan kedua alisnya, gugup mend
Nayla mendorong kursi roda dengan Zack duduk di atasnya. Kedua insan manusia itu tak bisa melepaskan senyum di bibirnya yang sejak tadi bertengger tanpa jeda.Sesekali Zack menatap ke atas, bertabrakan pandang dengan Nayla lalu saling melempar senyum.Arisa menunggu di depan lobby bersama Stevan. Gadis itu menyiapkan perlengkapan Zack yang kini masih menggunakan kursi roda.Stevan membukakan pintu mobil itu, membantu Zack untuk berpindah tempat dari kursi roda ke kursi mobil. Zack masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan ataupun berdiri sendiri.Terhitung tiga minggu sejak dirinya tersadar dari koma, Zack akhirnya memutuskan pulang dengan Nayla yang bertanggung jawab untuk merawatnya.Zack sudah berada di dalam mobil, sementara Nayla berputar untuk mengambil duduk di samping Zack dengan masuk melewati pintu bagian lain.Kursi roda sudah diletakkan di bagasi mobil bersamaan barang-barang Zack yang tertinggal."Hai, lihatlah! Apakah k
Nayla yang memahami itu, bergegas menuangkan minuman untuk Zack. Namun, dengan cepat Mandy merebut gelas berisi air itu dari tangan Nayla."Zack, minumlah!"Mandy membantu Zack minum dengan membantu lelaki itu duduk dari pembaringannya.Disesapnya air yang berada dalam gelas bening itu. Hanya sedikit saja, untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang telah kering karena selama berbulan-bulan lamanya terbaring tanpa daya di rumah sakit.Mandy membantu Zack berbaring lagi dengan menata bantal yang digunakan untuk menumpu kepalanya.Namun, Zack menolak untuk berbaring. Dia ingin duduk saja, sehingga Mandy mengubah posisi bantal itu menjadi berdiri sebagai sandaran punggung Zack.Tampaknya wajah pucat itu belum sepenuhnya tersadar. Zack mengerjapkan matanya kemudian dengan rasa pusing yang menyergap di kepala. Barulah beberapa saat kemudian, akhirnya Zack menyadari bahwa perempuan yang sedari tadi membantunya adalah Mandy."Mandy," panggil
Empat bulan kemudian ...Rumah itu terlihat sangat menyejukkan dengan banyaknya bunga yang tertata cantik di setiap sudut ruangan. Nampak asri dan indah karena dijaga dan dirawat dengan penuh cinta dan kasih sayang.Sejak kepulangan Nayla dari rumah sakit, gadis itu memilih untuk tinggal di rumah Zack. Arisa sempat melarangnya karena kondisi tubuhnya belum pulih benar, tetapi tekad Nayla sudah bulat. Hidupnya akan sepenuhnya ia dedikasikan kepada Zack.Ya, Zack masih belum sadarkan diri. Namun, hal itu tidak membuat rasa cinta Nayla berkurang. Setiap hari setelah menyelesaikan tugasnya di rumah sakit, Nayla selalu menemani Zack hingga malam.Tidak ada rasa bosan dalam diri gadis itu ketika melakukan rutinitasnya setiap hari. Bahkan Nayla menikmatinya seolah sedang mengabdikan dirinya kepada suaminya sendiri.Nayla dengan ceria membacakan Zack kisah-kisah lucu, bercerita tentang rutinitasnya yang ia lakukan setiap hari hingga harapan-harapannya meng
Wajah Nayla nampak pasi mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Napasnya masih tersenggal dengan raut muka kebingungan.Apa yang terjadi? Mengapa dia berada di rumah sakit?Ingatannya berputar ke belakang ketika terakhir kalinya ia dan Zack bersama.Kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan, virus Zombie, perbudakan, serum penawar dan ledakan besar bangunan itu. Lalu Zack? Bagaimana dengan Zack? Apakah dia baik-baik saja, atau ....Apakah Zack sudah tiada?Di mana dia?Nayla terlihat kebingunan, banyak pertanyaan di benaknya yang menuntut ingin segera mendapatkan jawaban.Arisa menghampiri Nayla yang sebelumnya menuangkan air dalam gelas bening untuk diberikannya kepada Nayla. Arisa duduk di sisi ranjang Nayla dengan menghadap kepada adik semata wayangnya itu."Nayla, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya lembut dengan menyentuh tangan Nayla sembari mengulurkan segelas air itu kepada Nayla.Nayla menoleh ke arah Arisa. Ke