Lana tiba di rumah Rudi dengan hati yang berdebar. Pintu rumah terbuka, dan Rudi muncul di ambang pintu dengan senyuman cerah di wajahnya. Lana mencoba membalas senyum itu, meskipun rasa cemasnya masih terasa.
“Ayo masuk, Na.” Rudi memberi jalan untuk Lana.
Lana menghela napas dalam-dalam saat dia melangkah masuk ke dalam rumah, dia melihat dekorasi yang agak romantis di ruang makan, dengan lilin-lilin yang menyala lembut dan meja yang dihiasi dengan bunga-bunga segar. Rudi tersenyum lebar saat melihat Lana memasuki rumah, seolah yakin bahwa semuanya akan kembali seperti sediakala.
“Aku senang akhirnya kamu pulang," sambut Rudi dengan senyum cerah, mencoba menyembunyikan kegembiraannya yang sebenarnya.
Lana merasa gugup melihat ekspresi senang Rudi. Hatin
Ketika Raka kembali dari Paris, dia merasa senang untuk segera bertemu dengan Lana. Namun, begitu dia melihat wajah Lana yang tampak muram, senyumnya memudar saat dia melihat wajah Lana yang tampak murung dan tidak bersemangat.“Aku kangen banget sama kamu, Sayang,” ucap Raka dengan senyum penuh harap, mencoba mengangkat semangat Lana.Raka menghela napas panjang. Kemudian melanjutkan ucapannya, “Kamu nggak kangen sama aku? Kenapa kamu kelihatan kayak nggak senang gitu aku di sini.”Lana menatap Raka dengan tatapan kosong, mencoba menyembunyikan kecemasannya. "Nggak ada apa-apa, Raka. Aku cuma sedikit lelah," jawabnya singkat, berusaha meyakinkan Raka.Namun, Raka bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang mengganggu Lana. Dia tidak ingin memaksakan pe
“Aku nggak apa-apa, Raka,” ujar Lana dengan nada meyakinkan. “Kamu bisa pergi.”“Kamu yakin mau aku tinggal?” tanya Raka dengan lembut. Lana tersenyum sambil meremas tangan Raka dengan hangat. “Aku bisa jaga diri aku sendiri. Lagi pula kamu juga cuma pergi beberapa hari aja, kan?”Raka mengangguk. “Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu harus langsung telepon aku, ya! Dan kamu nggak usah kerja dulu selama beberapa hari lagi sampai aku lihat kamu sehat.”“Iya, Raka. Kamu tenang aja,” sahut Lana sambil menahan rasa mualnya. Sebenarnya Lana merasakan gejala yang tidak biasa dalam beberapa hari terakhir. Perutnya terasa kembung, dan dia merasa lelah lebih cepat dari biasanya. Awalnya, dia mengabaikannya, menganggapnya sebagai efek dari kelelahan dan stres yang sedang dia alami. Namun, ketika gejala tersebut tidak kunjung reda, Lana mulai merasa khawatir.Perubahan tubuhnya membuat Lana semakin curiga. Dalam hati, dia mulai meraba-raba kemungkinan yang paling tidak diinginkan. Tetapi saat Raka
Hari itu, setelah beberapa hari absen dari pekerjaannya, Lana kembali ke kantor untuk bekerja. Lana masih merahasiakan kehamilannya dari Raka. Meskipun hatinya gelisah, dia belum siap untuk mengungkapkan kebenaran kepada pria itu.Ketika Lana baru saja menyelesaikan pekerjaannya di kantor, seorang pria dengan setelan jas hitam mendatanginya. Wajahnya serius dan berwibawa, mengisyaratkan pentingnya pertemuan yang akan diadakan."Pemilik MJ Group, Mauritz Johnson, hendak bertemu dengan Anda," kata pria tersebut dengan suara tegas.Lana merasa bingung dan sedikit terkejut. Dia tidak mengerti mengapa Mauritz Johnson ingin bertemu dengannya, namun dia memilih untuk mengikuti pria tersebut tanpa banyak bertanya lagi. Selama dalam perjalanan hatinya berdebar keras, mencoba menebak-nebak alasan di balik pertemuan tersebut.Sesampainya di sana, mereka berjalan melalui lorong-lorong kantor yang sepi menuju menuju ruangan eksekutif di ujung koridor. Lana merasa tegang, tak bisa menahan kecemasa
Hari-hari berlalu dengan cepat setelah pertemuan Lana dengan ayah Raka. Setiap langkahnya terasa lebih berat, dipenuhi dengan tekanan untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan Rudi. Keputusan sulit harus diambil, dan dia tahu dia tidak bisa lagi menunda-nunda.Di sisi lain, perubahan sikap Lana tidak luput dari perhatian Raka. Ia merasa sesuatu yang berbeda dari kekasihnya, terutama ketika Lana menolak untuk disentuh olehnya. Pertanyaan dan keraguan mulai merasuki pikirannya, mendorongnya untuk mengambil langkah ekstrem dengan menyewa seseorang untuk mengawasi Lana.Ketika hasil pengawasan itu mengungkapkan bahwa Lana masih sering bertemu dengan Rudi, hati Raka terasa teriris. Dia merasa seperti dipertaruhkan oleh kekasihnya sendiri. Itu adalah pukulan berat bagi Raka yang mencintai Lana dengan sepenuh hatinya.Pada malam harinya, Raka tidak bisa lagi menahan diri. Dia menemui Lana di apartemennya, dengan langkah-langkah yang berat. Sesaat setelah pintu terbuka, tatapannya menembus ru
Lima tahun telah berlalu sejak Lana dan Raka resmi menjadi suami istri. Mereka telah melewati banyak hal bersama, dari kebahagiaan hingga cobaan yang berat. Namun, ketika hari pernikahan mereka yang kelima akan segera tiba, takdir sepertinya memiliki rencana lain bagi mereka.Saat itu, langit di atas kota mulai gelap, awan hitam berkumpul di langit, menjanjikan hujan yang akan segera turun. Di dalam mobil, Lana dan Raka terlibat dalam pertengkaran yang hebat. Kata-kata yang tajam terlontar di antara mereka, meninggalkan ruang di udara yang tegang.Namun, sebelum mereka bisa menyelesaikan perselisihan mereka, kecelakaan mengerikan terjadi. Ban mobil mereka kehilangan cengkeraman di jalan basah, dan kendaraan itu meluncur ke jalur berlawanan. Raka berusaha keras untuk mengendalikan mobil, tetapi upaya itu sia-sia. Mereka bertabrakan dengan mobil lain, menyebabkan mobil mereka tergelincir ke tepi jalan.Suara benturan keras terdengar seolah-olah dunia di sekitar mereka runtuh. Lana meras
Dalam keheningan malam yang terasa teramat sunyi, Lana duduk sendiri di tepi ranjangnya yang dingin, merenung dalam hening. Ingatan tentang perjalanan cintanya bersama Raka kembali menghantuinya, membawa dia kembali ke saat-saat pahit yang telah mereka lalui bersama.Dia teringat akan masa-masa ketika Raka meninggalkannya karena salah paham dengan hubungannya dengan Rudi. Waktu itu, Lana merasa marah pada Rudi, marah pada Raka, dan marah pada dirinya sendiri karena segala kekacauan yang terjadi. Namun, di tengah segala ketidakpastian dan keputusasaan, Lana tidak pernah menyerah.Dia selalu berusaha menghubungi dan menemui Raka, mencoba menjelaskan semuanya meski pria itu tampaknya tidak lagi peduli. Meski rasa putus asa mulai merayapinya, Lana tetap bertahan, berjuang untuk mencapai hati Raka.Ketika akhirnya Raka setuju untuk bertemu dengannya, Lana merasa campuran antara lega dan gugup. Dia tahu saat itulah kesempatannya untuk menjelaskan semuanya."Raka, aku nggak akan pernah berhe
Lana merasakan tekanan yang semakin berat di dadanya setiap kali dia berpapasan dengan Gabriella. Wanita itu selalu tersenyum manis padanya, tetapi tatapan matanya menyiratkan ketidaksetujuan yang dalam. Setiap kali Lana mencoba mengabaikannya, rasa curiga dan ketidaknyamanan itu semakin menghantui pikirannya.Awalnya, Lana berusaha meyakinkan dirinya bahwa kecurigaannya terhadap Gabriella hanya khayalan kebencian yang tidak berdasar. Dia mencoba untuk melihat sisi baik dari wanita itu, terutama karena semua orang sepertinya menyukainya. Gabriella selalu terlihat begitu ramah dan baik hati di depan keluarga Raka, teman-teman, dan kolega mereka. Bahkan, Lana sendiri pernah merasa terkesan dengan sikapnya yang penuh semangat dan keramahan.Selama setahun terakhir, Lana merasa terjebak dalam labirin kecurigaan dan ketakutan yang disebabkan oleh kehadiran Gabriella dalam kehidupan rumah tangganya. Dia mencoba untuk menutup mata terhadap tanda-tanda peringatan yang muncul di benaknya. Dia
Dalam ruangan yang sunyi di rumah sakit, Lana duduk di samping tempat tidur Raka, menatap wajahnya yang damai saat dia terlelap. Cahaya remang-remang menyala redup, menciptakan atmosfer yang hening di sekitar mereka. Lana membiarkan pikirannya terombang-ambing oleh gelombang-gelombang emosi yang tak terbendung.Dia merasa menyesal atas cara dia menangani pertengkaran mereka. Seandainya dia bisa kembali dan melakukan segalanya dengan cara yang berbeda, dia pasti akan melakukannya. Dia seharusnya tidak meledak seperti itu, tidak membuang segala kekesalannya sekaligus tanpa memperhitungkan reaksi Raka. Tapi, pada saat itu, kekesalannya telah meledak di luar kendali.Namun, begitu dia mengatakan kata-kata 'aku ingin bercerai', reaksi Raka terhadapnya membuatnya berpikir. Ekspresi ketakutan di wajah suaminya saat itu memberinya sedikit harapan. Dia tahu bahwa Raka tidak ingin pernikahan mereka berakhir. Mungkin itu adalah tanda bahwa ada sedikit cinta yang tersisa di hatinya.Kecelakaan it