Elsyam menghela napas panjang akhirnya para karyawan yang menuntut haknya untuk diberikan sejak pagi, sore ini telah terselesaikan karena pihak manajer dan beberapa pimpinan akhirnya mereka ingin berdamai tidak ingin membawa kasus ini ke pihak berwajib dan juga mereka tidak ingin jika Elsyam menyerahkan mereka semua kepada para karyawan yang tengah dalam kondisi emosi itu.
Elsyam tidak akan melaporkan mereka semua kepada pihak baru wajib asalkan hak para karyawan segera diberikan tanpa ada pengurangan apapun serta mereka semua langsung dimutasi dari jabatan yang masing-masing. "Selesai juga akhirnya," ujar Elsyam. Baru saja ia memejamkan mata dan menghirup udara segar, pintu ruangannya sudah terbuka lagi di mana sosok Haruni muncul. "Ada apa kau ke sini siapa yang mengizinkanmu menginjinkan kaki di kantor utama!" seru Elsyam. Dirinya kira selama 1 bulan lebih ini wanita itu tidak mengganggunya sudah lelah, ternyata salah Haruni kembali mendatanginya secara tiba-tiba.<Pernikahan pun dilaksanakan dengan cepat, karena memang semuanya sudah dipersiapkan oleh Haruni memang tidak ada pesta mewah, memang itulah tujuan dari wanita itu hanya ingin mengikat Elsyam sebagai suaminya saja.Elsyam benar-benar kesal dan juga sangat sakit kepala. Menurutnya Haruni adalah wanita yang gila anak pertamanya saja baru berumur 3 bulan lebih, tetapi dirinya sudah hamil lagi dirinya merasa memang semuanya telah direncanakan oleh wanita itu. "Aku mau pulang," ujar Elsyam. Setelah melihat penghulu serta beberapa saksi pergi, dirinya juga ingin segera pergi dari apartemen ini.Haruni tidak mencegahnya, ia membiarkan saja lelaki itu untuk pergi. Bibirnya tersenyum penuh kemenangan karena apa yang dirinya rencanakan semuanya berjalan dengan lancar seperti apa yang ia inginkan. "Tunggu saja El, esok aku akan membuat sebuah kejutan yang lebih besar lagi. Mungkin saat ini kamu memang menolakku, tetapi ingat dulu kamu pernah tergila-gila padaku," ungkap Haruni
"Aku dan Elsyam sudah menikah dan sekarang aku tengah mengandung anakmu." Arini yang mendengar itu pun langsung mundur, ia menjatuhkan buah yang tengah dipegangnya. "Jangan asal bicara," ujar Arini wanita itu kembali berjongkok mengambil buah yang terlepas dari genggaman tangannya tersebut. Mana mungkin akan percaya sedangkan baru beberapa bulan wanita itu melahirkan."Ini buktinya," ujar Haruni sembari memperlihatkan video panas antara dirinya dan Elsyam saat ini. Tak lupa juga ia menunjukkan hasil tes rumah sakit perihal kehamilannya dan juga foto pernikahannya dengan Elsyam. "Apakah masih kurang bukti-bukti ini?" tanya Haruni. Wanita itu sudah tersenyum puas melihat keterkejutan di wajah Arini. Namun, dirinya masih memiliki sebuah rahasia yang pastinya akan membuat dunia wanita itu hancur sehancur-hancurnya, inilah balasan untuk Arini Karena wanita itu sudah berani mengambil tempat yang seharusnya untuk dirinya menjadi nyonya muda di rumah besar itu dan menjadi
"Ceraikan aku," ujar Arini. Dirinya tidak pernah membayangkan akan dikhianati seperti ini, ia kira akan mendapatkan sebuah kebahagiaan atas apa yang dirinya alami. Ternyata kebahagiaan itu hanyalah sebuah kebahagiaan sementara dan dia kembali mendapatkan sebuah kesedihan yang bertubi-tubi. "Talak aku sekarang, Mas," ujar Arini.Hari ini begitu kesal melihat suaminya yang tidak mengatakan apapun hanya terdiam."Arini jangan membuat drama seperti ini untuk membuat Elsyam mengiba kepadamu, seharusnya kamu—""Cukup Haruni aku tidak mengizinkanmu untuk mengatakan apapun lagi kepada Arini, lebih baik kamu pergi dari rumah ini," potong Elsyam. Jari telunjuk lelaki itu mengarah kepada Haruni dirinya benar-benar kesal karena Haruni membuat semuanya menjadi runyam saja.Arini memilih untuk berlari ke kamarnya, ia tidak memedulikan tatapan para pelayan yang tengah menonton pertengkaran itu. Setelah sampai di dalam kamar dia langsung menguncinya dari dal
Arini terbangun ia menatap sekelilingnya sudah rapi. Berharap jika apa yang dialaminya adalah sebuah mimpi nyatanya salah bahkan luka di tangannya pun akibat pecahan kaca itu sudah diplester. Wanita itu tidak bangkit dari ranjang tetapi menatap kosong ke arah pintu. Tadi dirinya memang benar-benar dalam keadaan emosi tak bisa mengendalikan rasa amarahnya bahkan meluap-luap begitu saja. "Aku harus bagaimana?"Ia melirik ke arah meja di sana sudah ada makanan yang tertutupi plastik bening. Namun, Arini hanya mengambil gelas saja lalu meneguknya hingga tandas. Dirinya sangat sulit untuk memiliki keturunan, sedangkan Elsyam dan keluarganya pasti menginginkan hadirnya seorang bayi di rumah ini. Tatapannya terlalu segan pada jam dinding yang ada di kamar sudah menunjukkan pukul 04.30, ternyata dirinya tidur cukup lama.Wanita itu langsung saja mencopol rambutnya, lalu melangkah menuju lemari menyiapkan pakaian sang suami karena dirinya teringat hari ini Elsyam harus meng
Setelah menyuapi dan mengantarkan suami sampai di depan rumah, wanita itu bersiap untuk melakukan aktivitasnya seperti biasa. "Nency, aku mau pergi dulu, ya," ujar Arini.Biasanya wanita itu memilih untuk menggunakan ojek ataupun motornya, kini ia pergi memilih menggunakan mobil pribadi sang suami yang sudah ada sopir yang mengantarkannya. Dirinya menyebutkan alamat tujuan.Dirinya memang tidak bisa egois untuk hal ini, walaupun apa yang dilakukan oleh Elsyam sangat menyakitkan. Namun, dirinya tidak bisa terus-menerus seperti ini. Hanya dengan 25 menit saja akhirnya ia sudah sampai di tempat dirinya pernah berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi. "Bapak boleh pulang, nanti saya telepon jika sudah selesai," ungkap Arini. Wanita itu segera turun karena kamu lalu melangkah menuju pintu kontrakan.Dira tengah mempersiapkan persiapannya untuk menyetok bahan-bahan di semua outlet. "Kak Arini!" Gadis itu sangat terkejut melihat kedatangan Arini yang tiba-tiba bias
"Sepertinya yang ini cukup luas, dan jaraknya juga sangat strategis aku mau yang ini saja," ungkap Arini. Wanita itu memilih sebuah rumah yang memiliki desain sederhana tetapi memiliki halaman yang cukup luas, dirinya juga menyukai letaknya yang cukup strategis untuk mempersingkat jarak tempuh. Wanita itu hendak melakukan pembayaran, tetapi dirinya bingung haruskah menggunakan ATM pemberian lelaki itu? "Mbak jadi beli atau tidak setuju apa tidak jangan membuang-buang waktu saja."Arini menoleh, ia tidak menyukai orang yang sombong dirinya langsung saja memberikan kartu ATM yang diberikan oleh Elsyam tersebut. "Ini dan kapan boleh ditepati?" tanya Arini."Secepatnya, saya akan mengurus dokumen-dokumennya dahulu."Arini mengangguk paham, setelah selesai semua urusan dirinya teringat ia ingin membeli kulkas untuk menyimpan bahan-bahan tersebut akan agar tetap segar ia ingin membeli kulkas 4 pintu seperti yang dirinya lihat di film-film tersebut
"Aku sadar, jika selama ini orang tuamu memang menginginkan kehadiran seorang cucu atau penerusmu Mas. Bukankah kamu juga memang sudah menikah dengan Haruni 'kan?" tanya Arini. Wanita itu membuka obrolannya dengan sang suami. Setelah semalaman menangis dan meluapkan apa yang dirinya rasakan kini dia sudah mendapatkan sebuah keputusan matang. "Jika kamu tanya, aku kecewa tentu saja aku sangat kecewa denganmu. Wanita mana yang tidak sakit hati jika mengetahui telah dikhianati begitu juga dengan aku," ungkap Arini.Elsyam terdiam, dirinya menyadari jika semua tangisan istrinya itu diperbuat oleh dirinya sendiri. "Aku tidak munafik, aku bukanlah seorang wanita yang kuat. Apalagi kamu yang sudah aku anggap seperti rumah tempatku mengadu dan menjadi tempat ternyaman ternyata bisa menggoreskan luka sedalam ini," ungkap Arini. Mata wanita itu sudah berkaca-kaca, dirinya sangat sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh sang suami mau bagaimanapun alasannya tetap saja lelak
Apa yang dikatakan oleh istrinya itu membuat Elsyam bungkam. Baru saja k meraih tangan wanitanya yang ingin pergi, tetapi ponselnya berdering. "Iya, aku segera ke sana," ujar Elsyam.Elsyam melangkah mendekati Arini yang berada di balkon. "Aku mau ke rumah sakit, tadi kata pak Kurniawan mengatakan jika Haruni terpeleset di kamar mandi dia mengalami pendarahan. Kamu mau ikut?" tanya Elsyam. Ia tak ingin pergi, tetapi ayah dari Haruni memberinya ancaman perihal akan memviralkan pernikahannya dan Haruni.Arini terdiam, dirinya tengah berpikir apakah akan ikut ajakan dari suaminya tersebut atau tinggal di rumah saja."Kamu ikut aku sajalah, aku tidak mau berangkat sendirian," ujar Elsyam. Lelaki itu menarik lengan sang wanita untuk segera masuk. Tak lupa juga dirinya segera mengunci balkon itu.Arini menatap ke arah suaminya itu dengan heran. Tadi menawari, tetapi sekarang memaksa. "Aku bersiap dulu sebentar," ujar Arini. Tak mungkin dirinya pergi dengan pakaian rumah seperti itu. Elsyam
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan