"Rafki," guman Ratna begitu Ajeng meninggalkan mereka berdua. Wanita itu menyusul Doni untuk menjemput barang-barang pindahan mereka yang ada di depan gang.Gang yang ada di kontrakan mereka tidak bisa dilalui oleh mobil, jadi terpaksa Ajeng membantu sang suami untuk mengangkat seluruh barang yang ada. Beruntung Ratna akhirnya mau juga menjaga Rafki sejenak, karena memang tetangga lain tidak ada di rumah siang-siang seperti saat ini.Mereka semua rata-rata bekerja sebagai seorang pedagang, otomatis pagi-pagi sekali sudah berangkat untuk mencari nafkah. Sedangkan Ratna hari ini tidak berjualan karena moodnya sudah keburu hancur mendengar penuturan sang kakek dari via panggilan beberapa saat yang lalu. Semalam Yandi juga pulang dan mengajaknya beradu argumen sehingga semakin malas saja rasanya Ratna keluar dari rumah. Ada uang Rp300.000 titipan dari Yandi semalam, itu rencananya yang akan Ratna gunakan untuk hidup dua hari kedepan, karena rasanya dia masih malas berbelanja ke pasar menc
Tadi Ratna yang menawarkan Doni untuk makan malam di rumahnya, kini dia yang pusing sendiri karena belum memasak sama sekali. Entah dari mana ide gila itu muncul sampai-sampai dia menawarkan Doni untuk makan di rumahnya. Kini dia kesal setengah mati dan memaki diri sendiri berusaha mencari cara agar bisa menjamu Doni dan Ajeng untuk makan bersama. Alhasil Ratna memeriksa tempat penyimpanan yang biasa digunakan untuk meletakkan barang-barang dagangannya ketika tidak habis terjual.Dia menemukan beberapa butir telur dan cabai, Ratna menggoreng telur tersebut berbentuk mata sapi. Membuat sambal dan merebus sayur bayam. Memang menunya sangat sederhana, tapi Ratna yakin Doni dan Ajeng menyukai makanan yang dia suguhkan. Hanya telur dan sambal tentunya tidak membutuhkan waktu lama bagi Ratna untuk menyelesaikan acara memasaknya, buktinya tidak sampai setengah jam makanan sudah tersedia di meja makan yang ada di dapur, bertepatan dengan suara ketukan pintu diiringi dengan seruan Ajeng."Kata
"Menurut Mas mbak Ratna itu bagaimana?""Bagaimana apanya? Dari kemarin kamu mempertanyakan Ratna secara terus-menerus kepadaku. Aku curiga kamu memiliki sebuah rencana terselubung di belakangku." Sindir Doni begitu dia memasuki kamar. Dia melihat Rafki yang Sudah terlelap kembali dalam tidurnya, usai diberi ASI oleh sang ibu."Nggak ada maksud apa-apa, aku cuma ingin mempertanyakan pendapatmu tentang Mbak Ratna. Tidak lebih dari itu.""Tapi feelingku mengatakan tidak demikian.""Terserah Mas aja kalau menilaiku lebih dari penjelasan yang kuberikan tadi.""Bagaimana aku tidak menilaimu lebih dari penjelasan barusan, karena selama ini kamu memang tidak pernah mau menerimaku secara utuh di dalam hidupmu.""Jangan malah menyalahkanku atas kesalahan yang tidak pernah aku perbuat Mas, karena selama ini aku bukannya tidak menerima keberadaanmu di dalam hidupku, hanya saja aku tidak bisa memaksakan cinta itu agar tertuju padamu. Seperti yang kamu ketahui dari dulu aku tidak bisa melupakan di
Doni bersiaga di depan pintu menunggu Yandi datang untuk menghampirinya. Nyatanya pria itu tetap tidak keluar dari kontrakan meskipun Doni sudah menunggu beberapa menit. Alhasil untuk menghindari bisik-bisikan dari tetangga Doni kembali ke rumah dan mengunci pintu. Di dalam rumahnya itu dia melihat Ratna yang sedang menangis di dalam pelukan Ajeng.Dia sedikit menghela nafas lega karena Ajeng sudah menutupi tubuh Ratna dengan selimut." Ada apa sih Mas, kok bisa-bisanya Mbak Ratna berlari ke sini. Tanpa mengenakan pakaian lagi"Doni menggelengkan kepalanya. Dari tadi Ajeng sudah mempertanyakan hal tersebut kepada Ratna, tapi wanita itu hanya bisa menangis di dalam pelukannya Ajeng yang baru saja bangun dari tidur. Terusik karena suara berisik yang berasal dari luar tentunya, wanita itu sangat terkejut mendapati Ratna berada di pintu. Terduduk di lantai memeluk lututnya sendiri. Melihat kondisi Ratna tentu saja Ajeng merasa kasihan bergegas dia membawa Ratna untuk memasuki kamar dan me
Ajeng memintanya untuk tidak mempedulikan Ratna yang masih berada di kamar mereka. Alhasil Doni memenuhi keinginan Ajeng tersebut. Dia masuk ke kamar dan mengambil pakaian ganti, beruntung ketika masuk Ratna sedang bergelung di dalam selimut sehingga dia tidak bisa melihat tubuh polos gadis itu."Mas, sini dulu, deh!" Panggil Ajeng, kini istrinya itu sudah melilitkan handuk di tubuhnya. Sepertinya Ajeng ingin mandi, itu terkaan Doni."Kamu di sini dulu, jagain Mbak Ratna. Aku mau mandi terlebih dahulu. Bagaimana?" tanyanya, tanpa ada beban sama sekali."Kamu jangan gila. Aku duluan yang mandi, kamu di sini jaga mbak Ratna sekalian pinjamkan pakaianmu untuknya. Terlalu lama seperti itu takutnya nanti dia malah masuk angin," tolak Doni bergegas keluar dari kamar.Tidak ingin Ajeng lebih dahulu mandi dibandingkan dengan dirinya. Mana mungkin dia berduaan dengan Ajeng di kamar, sedangkan gadis itu tidak mengenakan pakaian. Hanya sebuah selimut yang menutupi tubuhnya yang polos.Ajeng berd
Sudah memiliki suami yang begitu tampan dan baik, sudah pula memiliki seorang bayi laki-laki yang begitu sangat menggemaskan. Namun itu semua tidak cukup bagi Ajeng untuk setia pada pasangannya sendiri, sehingga begitu Doni berangkat bekerja ada seorang pria yang datang. Mengetuk pintu kontrakan.Ajeng bergegas keluar, sedikit merapikan penampilannya sebelum membuka pintu. Sebelum mempersilahkan pria yang tak lain adalah saudara kembar dari Doni, kekasih Ajeng, yang hingga saat ini masih menjadi raja di dalam hati wanita itu. Sekaligus laki-laki yang saat ini masih amat sangat dicintai Ajeng.Ajeng langsung menghambur ke dalam pelukan Danis, dia langsung memeluk pria itu begitu erat. Tidak ingin melepaskan meskipun hanya sedikit saja."Baru dua hari aku tinggal di sini rasanya bertahun-tahun sudah aku tidak bertemu denganmu," tutur Ajeng mempererat pelukannya pada Danis."Di mana suamimu?" tanya Danis melongokkan kepalanya ke dalam kontrakan. Mencari keberadaan sang adik."Dia sudah b
Ajeng tidak terkunci sama sekali sehingga dia bisa masuk dan meminta ASI untuk Rafki.Ratna yakin Ajeng berada di rumah karena sendal wanita itu berada di luar pintu kontrakannya . Pintu juga terkunci dari dalam semakin meyakinkan Ratna kini Ajeng bersenang-senang dengan seorang pria, karena tadi dia sempat melihat ada sepeda motor yang terparkir di halaman kontrakan.Ratna mengetuk terlebih dahulu agar tidak dianggap lancang, tapi dia tidak juga mendapatkan jawaban dari Ajeng sehingga dengan sangat terpaksa dia masuk lewat pintu belakang yang kebetulan tidak dikunci sama sekali.Tidak lagi menyeru Ajeng, Ratna mencari keberadaan wanita itu seraya menimbang-nimbang Rafki agar diam dan tidak menimbulkan suara apapun. Dan betapa Ratna terkejut ketika dia berada di depan pintu kamar Ajeng. Dia mendengar suara desahan dan erangan dari dalam kamar.Ratna menautkan kedua alisnya, seingat Ratna tadi Doni sudah berangkat bekerja beberapa menit yang lalu. Sehingga dia yakin tidak mungkin Doni
Danis menarik kedua sudut bibirnya dan merangkul Ajeng ke dalam pelukannya. “Terima kasih atas cinta yang telah kamu berikan padaku. Kita tinggal menunggu saja agar bisa menjalani rumah tangga seperti yang kita impikan.”“Aku pegang janjimu Mas meskipun sudah hampir 2 tahun lamanya janji itu belum juga kamu tepati.Tapi tidak apa, dengan kedatanganmu selalu ke rumahku dan mencari cara agar istrimu tidak curiga, tetap menjaga hubungan kita dengan baik itu sudah cukup bagiku sebagai bukti kalau kamu itu memang serius menjalin hubungan denganku.”Ratna sedikit tertawa menanggapi perkataan Ajeng. “Kalian ini benar-benar aneh, kalau saling mencintai Kenapa tidak jujur saja kepada kedua orang tua kalian berdua daripada membohongi pasangan masing-masing seperti ini? Mas Danis membohongi istrinya kamu juga membohongi suamimu. Tidakkah kalian merasa kasihan kepada mereka yang memberikan kesetiaannya kepada kalian?” tanya Ratna meskipun Ajeng sudah bercerita panjang lebar tetap saja gadis itu m
Kakeknya Ratna mengangkat satu tangannya, meminta Ratna dan Doni untuk diam. Menyerahkan semuanya kepada dirinya sebagai bentuk bukti bahwasanya dia mampu dan sanggup menerima Doni sebagai suaminya Ratna dan mengakhiri segala penderitaan yang selama ini telah dirasakannya."Kami memiliki rumah yang tak jauh dari sini. Jika berkenan silahkan mampir untuk bersilaturahmi. Dan asal kamu tahu, cucuku ini tinggal di sini bukan karena rumah ini merupakan tempat satu-satunya yang bisa mereka tinggali. Namun Ratna memilih angkat kaki dari rumah karena aku tidak merestui hubungannya dengan Doni yang lumpuh.Karena besarnya cinta yang dimiliki Ratna dia rela membuangku dan meninggalkan rumah mewahnya hanya membawa beberapa barang serta kendaraan saja untuk mengangkut seluruh keluarganya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena Ratna keras dengan keputusannya dan tidak bisa diganggu gugat sama sekali. Seharusnya sebagai orang yang memiliki tahta yang lebih tinggi daripada kalian akulah yang melaran
"Kesempatan kedua, apakah tadi kamu bertemu dengan kakek?" Doni menoleh ke arah Ratna yang kini duduk di sampingnya.Ratna menganggukan kepalanya. "Tepat di depan gang rumah kakek menghadang jalanku dan memohon agar memberitahu di mana kita tinggal. Aku rasa itu hanya bualan kakek semata, aku tidak yakin dia tidak mengetahui di mana kita. Jika kakek sudah sampai di sana itu artinya dia sudah mengetahui kalau di sinilah kita tinggal untuk sementara waktu.""Kenapa kamu tidak mau memberi kesempatan kepada kakek sedangkan dia melakukan ini semua demi kebaikan kamu? Wajar jika kakek ingin memberikan hal yang sempurna padamu dan memintaku menjauh semua semata-mata beliau lakukan pasti karena menyayangi kamu dan tidak ingin kamu susah di masa depan nanti.""Aku tahu itu tapi, rasanya aku belum bisa menerima hal tersebut karena aku tidak pernah menuntut kamu untuk menjaga laki-laki sempurna ketika mendampingiku. Kakek seharusnya mengetahui bahwasanya aku ini sangat mencintaimu jadi sangatlah
"Hai apa kabar saudara kembarku?" sapa Danis mendekati Doni. Dia tidak tahan tidak mencari tahu siapa sosok dua anak kecil yang kini berada di depan saudara kembarnya itu.Doni yang sedang sibuk memperhatikan kedua anaknya menoleh ke arah pintu masuk. bBetapa dia terkejut mendapati keberadaan Danis di sana. Dia tidak menemukan kata untuk membalas sapaan Danis karena benar-benar tidak menyangka Danis bisa menemukan keberadaannya hanya dalam kurun waktu satu malam saja.Danis semakin mendekat dan berkacak pinggang tepat di samping Doni."Aku tidak perlu bertanya siapa mereka karena dari wajah dan semua yang ada pada mereka sangatlah mirip dengan kita berdua. Aku curiga mereka merupakan anakku bukan anakmu karena …""Jangan coba-coba mengacaukan rumah tanggaku dan Ratna. Karena istriku berbeda dengan Ajeng. Dia tidak mudah melakukan hubungan dengan pria manapun, buktinya hingga detik ini, meskipun aku sudah lama menghilang dia masih sendiri . Mencari keberadaanku, tidak ada sedikitpun n
Ratna bersimpuh di hadapan Doni dan menatap kedua anaknya secara bergantian. "Terkadang bukan hanya kesempurnaan yang merupakan sebuah kebahagiaan melainkan kebersamaan. Apapun kekuranganmu asalkan kita selalu berkumpul bersama rasanya itu bukanlah sebuah masalah dan aku yakin keberadaan kami bisa mendorongmu untuk sembuh. Tidak ada penyakit di dunia ini yang tidak bisa disembuhkan aku yakin Tuhan bisa memberikan itu semua untukmu. Asalkan kita mau berusaha dan berdoa lebih kuat lagi," tuturnya menenangkan hati Doni yang sempat ingin mundur.Memiliki istri yang begitu cantik dan sempurna tentu saja menghadirkan rasa rendah diri di hati Doni, terlebih lagi kedua buah hatinya yang begitu cantik dan tampan, sangat menggemaskan.Doni hanya mengangguk pelan menerima semangat dari sang istri dia berharap Tuhan menjabah doa Ratna agar dia bisa bekerja seperti dulu menafkahi istri dan anak-anaknya."Kamu tahu Mas, diantara barang-barang ini masih ada barang-barangmu. Aku tidak pernah mengusik
Risa juga tidak mengenal siapa sosok Ajeng yang dipertanyakan Danis kepadanya. Sebagai orang yang belum pernah bertemu dengan Ajeng tentu saja Danis mempercayai segala perkataan Risa, dia juga tidak mungkin mengatakan bahwasanya Ajeng itu merupakan selingkuhan Yandi yang baru sehingga dia menyerah dan berhenti mencari keberadaan istri dari adiknya tersebut padahal dia sudah sangat merindukan sang buah hati.Meskipun kini Danis sudah menikah dengan asisten rumah tangganya sendiri dan sudah memiliki buah hati yang baru tetap saja dia masih membutuhkan Rafki. Dia masih merindukan sosok anak yang lebih dahulu dia miliki bersama Ajeng, meskipun Rafki terlahir karena hubungan di luar nikah tetap saja Rafki itu merupakan darah dagingnya sendiri."Jadi sekarang kamu ingin menuntut balasan atas semua yang Mama berikan kepadamu? Kamu menuntut kasih sayang begitu?" Ibunya Doni tertawa. "Kalau memang itu yang kamu inginkan tolong kembalikan segala fasilitas yang telah kamu nikmati selama ini, tol
"Kamu yakin dengan ini semua?" Doni menahan pergelangan tangan Ratna, mencegah istrinya itu untuk turun dari mobil. Meskipun Ratna sudah kokoh dengan pendiriannya, tapi tetap saja Doni merasa rendah diri. Takut sang kakek malah berpikir bahwasanya dia berusaha kembali mendekat dan meracuni pikiran Ratna agar bisa menampung hidupnya yang kini tak lagi sempurna.Ratna menarik kedua sudut bibirnya, menganggukan kepala. Hatinya telah mantap untuk melangkah, membawa Doni menuju masa depan yang lebih baik. Dia tidak peduli dengan siapapun nantinya. Entah itu sang kakek atau bahkan semua orang di dunia ini mencegah mereka untuk menjadi pasangan suami istri kembali..Ratna tidak peduli karena di matanya Doni merupakan satu-satunya tumpuan hidup untuk mendampinginya dalam membesarkan kedua buah hati mereka."Aku tidak akan pernah peduli lagi dengan mereka semua. Sama seperti mereka yang tidak peduli dengan perasaan kita. Jadi kamu tidak perlu khawatir, Mas. Semuanya akan baik-baik saja dan per
Egois. Begitulah penilaian Ratna terhadap keluarganya maupun keluarga Doni. Jadi untuk apa lagi mereka memiliki keluarga jika seperti itu kenyataannya. Sumpah demi apapun, Ratna tidak bisa memaafkan sang kakek..Ini kali kedua menorehkan luka di hatinya hanya karena Doni tidak bisa berjalan. Sang kakek mengatakan bahwasanya sampai detik ini belum memiliki informasi apapun tentang keberadaan Doni. Nyatanya sang kakek sudah meminta Doni untuk menjauhinya dan tidak mencoba untuk mencari keberadaannya lagi. Seperti inikah cara manusia berpikir? Sang kakek meminta Doni menjauh karena dia sudah lumpuh. Kedua orang tua Doni memintanya menjauh karena merasa dia hanyalah seorang gadis desa yang tidak memiliki apa-apa, sungguh kenyataan yang begitu miris tapi, begitulah adanya."Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, Mas. Apa yang akan kamu lakukan dan apa yang harus aku lakukan untuk rumah tangga kita? Jika meminta berpisah maaf aku tidak bisa," tutur Ratna pada Doni yang tengah memeluk Alya. G
"Tidak, ini tadi Mami kelilipan nyamuk makanya seperti ini.""Ooo." bibir mungil Alya membulat sempurna, dia juga menganggukan kepalanya hingga rambutnya yang sedang berdiri, di kepang dua ikut bergerak.Ratna mengusap pipi Alya. "Kamu benar-benar anak yang manis dan perhatian," ucapnya memaksakan senyuman agar Alya tak khawatir padanya. "Kamu persis seperti ayahmu. Pria yang begitu baik dan lembut. Tuhan bolehkah aku menuntutMu sekarang, mempertemukan kami dengannya?" sambung Ratna dalam hati.Tujuan mereka datang ke lapangan bola tersebut untuk melihat wahana permainan tapi, nyatanya malah membuat kedua buah hatinya merasa iri melihat anak-anak yang lain didampingi kedua orang tuanya. Ingin rasanya Ratna berteriak menuntut keadilan untuk dirinya dan kedua buah hatinya agar mereka juga bisa merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna."Mami mau itu!" seru Bima tanpa menunggu Ratna terlebih dahulu, dia langsung berlari menuju ke arah penjual mainan. Bocah laki-laki tersebut sangat tert
“Itu tuduhan!” Bantah Yandi, meskipun benar apa yang istrinya itu katakan tapi, dia tidak ingin mengakui secara jujur bahwasanya tuduhan yang diajukan Risa merupakan sebuah kenyataan.“Percuma kamu mengatakan patahan seperti itu tapi, di mataku kamu itu sudah menghianati pernikahan kita. Sakit, namun karena aku dulu juga menyakiti hati Ratna jadi aku anggap ini semua sebagai karma atas perbuatanku di masa lalu.”Risa melanjutkan langkahnya menuju kamar, jika perdebatan dengan Yandi diteruskan yang ada dia akan bersedih lagi gara-gara merasa bersalah kembali atas dosa yang dia lakukan di masa lalu.Jujur saja saat ini dia menyesal merebut Yandi dari Ratna. Andai saja hari itu dia mendengarkan hati kecilnya untuk berhenti dan tidak melanjutkan hubungan dengan suami orang, Risa yakin ini tidak akan pernha terjadi padanya.Dulu Risa tidak takut hal ini terjadi ,tapi sekarang dia sangat ingin memutar waktu dan tidak mau memulai hubungan apapun dengan Yandi.***Yandi hanya bisa menembus ke