Ajeng memintanya untuk tidak mempedulikan Ratna yang masih berada di kamar mereka. Alhasil Doni memenuhi keinginan Ajeng tersebut. Dia masuk ke kamar dan mengambil pakaian ganti, beruntung ketika masuk Ratna sedang bergelung di dalam selimut sehingga dia tidak bisa melihat tubuh polos gadis itu."Mas, sini dulu, deh!" Panggil Ajeng, kini istrinya itu sudah melilitkan handuk di tubuhnya. Sepertinya Ajeng ingin mandi, itu terkaan Doni."Kamu di sini dulu, jagain Mbak Ratna. Aku mau mandi terlebih dahulu. Bagaimana?" tanyanya, tanpa ada beban sama sekali."Kamu jangan gila. Aku duluan yang mandi, kamu di sini jaga mbak Ratna sekalian pinjamkan pakaianmu untuknya. Terlalu lama seperti itu takutnya nanti dia malah masuk angin," tolak Doni bergegas keluar dari kamar.Tidak ingin Ajeng lebih dahulu mandi dibandingkan dengan dirinya. Mana mungkin dia berduaan dengan Ajeng di kamar, sedangkan gadis itu tidak mengenakan pakaian. Hanya sebuah selimut yang menutupi tubuhnya yang polos.Ajeng berd
Sudah memiliki suami yang begitu tampan dan baik, sudah pula memiliki seorang bayi laki-laki yang begitu sangat menggemaskan. Namun itu semua tidak cukup bagi Ajeng untuk setia pada pasangannya sendiri, sehingga begitu Doni berangkat bekerja ada seorang pria yang datang. Mengetuk pintu kontrakan.Ajeng bergegas keluar, sedikit merapikan penampilannya sebelum membuka pintu. Sebelum mempersilahkan pria yang tak lain adalah saudara kembar dari Doni, kekasih Ajeng, yang hingga saat ini masih menjadi raja di dalam hati wanita itu. Sekaligus laki-laki yang saat ini masih amat sangat dicintai Ajeng.Ajeng langsung menghambur ke dalam pelukan Danis, dia langsung memeluk pria itu begitu erat. Tidak ingin melepaskan meskipun hanya sedikit saja."Baru dua hari aku tinggal di sini rasanya bertahun-tahun sudah aku tidak bertemu denganmu," tutur Ajeng mempererat pelukannya pada Danis."Di mana suamimu?" tanya Danis melongokkan kepalanya ke dalam kontrakan. Mencari keberadaan sang adik."Dia sudah b
Ajeng tidak terkunci sama sekali sehingga dia bisa masuk dan meminta ASI untuk Rafki.Ratna yakin Ajeng berada di rumah karena sendal wanita itu berada di luar pintu kontrakannya . Pintu juga terkunci dari dalam semakin meyakinkan Ratna kini Ajeng bersenang-senang dengan seorang pria, karena tadi dia sempat melihat ada sepeda motor yang terparkir di halaman kontrakan.Ratna mengetuk terlebih dahulu agar tidak dianggap lancang, tapi dia tidak juga mendapatkan jawaban dari Ajeng sehingga dengan sangat terpaksa dia masuk lewat pintu belakang yang kebetulan tidak dikunci sama sekali.Tidak lagi menyeru Ajeng, Ratna mencari keberadaan wanita itu seraya menimbang-nimbang Rafki agar diam dan tidak menimbulkan suara apapun. Dan betapa Ratna terkejut ketika dia berada di depan pintu kamar Ajeng. Dia mendengar suara desahan dan erangan dari dalam kamar.Ratna menautkan kedua alisnya, seingat Ratna tadi Doni sudah berangkat bekerja beberapa menit yang lalu. Sehingga dia yakin tidak mungkin Doni
Danis menarik kedua sudut bibirnya dan merangkul Ajeng ke dalam pelukannya. “Terima kasih atas cinta yang telah kamu berikan padaku. Kita tinggal menunggu saja agar bisa menjalani rumah tangga seperti yang kita impikan.”“Aku pegang janjimu Mas meskipun sudah hampir 2 tahun lamanya janji itu belum juga kamu tepati.Tapi tidak apa, dengan kedatanganmu selalu ke rumahku dan mencari cara agar istrimu tidak curiga, tetap menjaga hubungan kita dengan baik itu sudah cukup bagiku sebagai bukti kalau kamu itu memang serius menjalin hubungan denganku.”Ratna sedikit tertawa menanggapi perkataan Ajeng. “Kalian ini benar-benar aneh, kalau saling mencintai Kenapa tidak jujur saja kepada kedua orang tua kalian berdua daripada membohongi pasangan masing-masing seperti ini? Mas Danis membohongi istrinya kamu juga membohongi suamimu. Tidakkah kalian merasa kasihan kepada mereka yang memberikan kesetiaannya kepada kalian?” tanya Ratna meskipun Ajeng sudah bercerita panjang lebar tetap saja gadis itu m
Doni meninggalkan Ratna di kamar dan merebus air di dalam panci. Segala sederhana kehidupan Ratna selama ini, sehingga gadis itu tidak memiliki niat untuk melengkapi dapurnya dengan alat memasak air otomatis. Dia lebih suka memanasi menggunakan panci.Lagi pula,selama ini dia tidak memiliki suami yang akan disuguhi kopi atau teh hangat.Seraya menunggu, Ratna memberikan pesan singkat kepada Ajeng. Memberitahu jika suami wanita itu kini tengah membuatkannya sesuatu di dapur. Dia juga memerintahkan Ajeng untuk meminta Danis keluar dari kontrakan agar Doni bisa segera pulang.Bukannya setuju, Ajeng malah memberikan perintah baru kepada Ratna. Wanita itu memintanya untuk melepaskan segala dalaman yang sedang dia kenakan agar Doni tergoda dan berniat untuk menyentuhnya. Untuk kali ini Ratna tidak mau menuruti keinginan Ajeng karena sumpah demi apapun dia belum berani tidur bersama Doni.Jangankan melepaskan dalaman, masih mengenakan daster lengkap dengan dalaman saja rasanya jantung Ratna
“Mbak Ratna kenapa malah berdiri di situ? Seharusnya tadi ikut berbasa-basi kepada Doni ketika dia berangkat bekerja. Dua hari lho Mbak, dia tidak ada di sini,” tutur Ajeng mendekati Ratna yang berdiri di depan kontrakannya.“Tidak apa-apa. Lagi pula dia bukan suamiku. Seharusnya memang hanya kamulah yang memberikan kata selamat jalan kepada Mas Doni.”“Ya, memang aku istrinya Mbak, tapi rasanya aku malas jika harus berbasa-basi terlalu banyak kepadanya setiap dia ingin keluar kota. Kalau mau pergi ya, pergi saja. Sebenarnya dia tidak perlu berpamitan kepadaku apalagi Rafki, karena bayi mungilku ini tidak ada hubungan dengan mas Doni.Ratna memaksakan senyumannya sedikit membungkukkan tubuh dan kembali ke dalam kontrakan. Berlama-lama mengajak Ajeng berbicara malah membuatnya pusing tujuh keliling. Wanita itu benar-benar santai dalam menghadapi masalah rumah tangga yang sangat berantakan tersebut.Untuk hari ini satu hari ini Ratna ingin beristirahat dalam artian yang sesungguhnya. Mu
“Mas Doni sudah pulang?” tanya Ratna cukup senang melihat kedatangan Doni.Pria itu mengulas senyum dan menganggukkan kepalanya. Menatap ke arah Ratna yang terlihat lelah. Gadis itu sedang menyapu di teras rumahnya.“Rencananya sih, aku pulang besok sore Mbak, tapi karena ada masalah baru di kantor pusat jadi aku harus segera pulang ke rumah.”“Oh ya, Ajeng ada di dalam? Kok pintunya tertutup dan rumah terlihat gelap?” Doni bersikap seolah-olah dia tidak pernah melihat sang istri menginap di hotel yang sama dengan Danis. Dia ingin melihat bagaimana reaksi Ajeng ketika dia pulang sebelum waktu yang ditentukan.“Oh, Mbak Ajeng katanya ada keperluan penting di luar kota. Kalau tidak salah ada saudaranya yang datang kesini untuk menjemput.”“Dan dia tidak membawa Rafi?”“Benar, Mas. Rafki ada di kamarku”“Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu ya, Mbak. Aku mau beres-beres dan bersih-bersih, setelah itu aku akan menjemput Rafki ke sebelah.”Ratna mengangguk cepat, membiarkan Doni menghilang
Sudah mendapatkan izin dari Ajeng untuk tinggal dan menginap di rumahnya, tentu saja Ratna tidak ragu sama sekali untuk melakukannya. Sehingga dia membiarkan Doni tidur seraya memeluknya di kamar dengan Rafki yang terlelap di samping mereka berdua, seakan kini mereka menjadi ibu dan ayah untuk Rafki.Dan ketika Rafki sedikit merengek. Menggeliat, merasa lapar sekaligus popoknya yang penuh, bayi mungil itu terbangun dari tidurnya. Rengekan demi rengekan meluncur dari bibirnya yang mungil, .mengusik Ratna dan Doni yang sedang terlelap.Ratna menarik diri dari Doni, merapikan selimut pria itu dan beralih pada Rafki. Dia memeriksa popok Rafki terlebih dahulu dan menggantinya dengan yang baru.Setelah itu Ratna menimang bayi mungil tersebut dan membawanya ke dapur untuk memanaskan ASI. Ratna yakin sekarang Rafki kelaparan karena terakhir kali dia meminum ASI tadi sebelum tidur, sekarang dini hari tentu saja ada banyak waktu yang telah bayi itu lalui tanpa mengkonsumsi ASI.Seraya menunggu