Share

Kejenuhan Kendra

Hening, karena Herni tak kunjung mendapatkan kata lagi untuk menjatuhkan Naya. Apa yang wanita itu katakan, selalu saja dipatahkan Naya dengan serangan yang begitu tajam. Bukannya takut, Naya justru semakin berselera untuk melayani Herni berdebat.

"Aku tidak habis pikir dengan dokter itu," keluh Kendra seraya mendudukkan bokongnya di samping Herni. Pria itu tampak kesal, dengan seseorang yang baru saja ia temui.

"Kenapa lagi kamu?" ujar Herni malas. Dadanya masih panas karena kalah dari Naya, kini Kendra malah datang dan misuh-misuh tidak jelas. Tentu saja Herni semakin tak enak hati. Sedangkan Naya, hanya melihat dengan sudut matanya, tanpa melepaskan tatapan dari ponsel yang ia genggam.

"Kendra hanya menggeleng. Menghela napas panjang dan menatap sang ibu. "Aku mau buka toko. Apakah Ibu bisa ditinggal? Nanti siang aku datang untuk mengantarkan makan dan kembali pas sore. Tapi aku mohon jangan pernah membuat rusuh." Cecarnya.

"Eh?" Herni mengerjap. "Kamu mau pergi? Enak saja! Kalau k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status