"Apa yang telah kamu lakukan kepada putriku Lisa?" sergah seorang wanita paruh baya, tepat di depan wajah Kendra. Wanita itu tampak tak sanggup lagi menahan amarah, sampai-sampai tak sadar suaranya bisa mengusik ketenangan pasien lain."Lisa?" tanya Kendra, sembari menyimpan ponselnya ke kantong celana. Sekilas ia melirik sang ibu yang masih terlelap akibat obat penenang."Iya, apa yang telah kau lakukan padanya? Sampai-sampai pihak kampus memulangkannya ke sini? Apa? Tak cukupkah kau membuang Aira yang tengah hamil?" cecarnya, sebelum Kendra sempat menyahuti apa yang wanita itu katakan."Kita bisa bicara di luar saja, Bu. Kalau disini, aku takut bisa mengganggu pasien lain." Mempersilahkan ibu dari Aira dan Lisa itu untuk keluar dari ruangan. Agar mereka bisa bicara empat mata tanpa mengganggu ketenangan orang lain.Wanita itu menggeleng. "Tidak. Kita bicara disini saja agar ibumu itu bangun dan dia bisa mendengar betapa bejatnya anak yang selama ini dia banggakan.""Bu, saya mohon,
Naya bergegas membalikkan badan begitu mendengar pintu kamar mandi terbuka. Menampakkan Rendi yang tertegun menatap padanya. Bagaimana tidak, Naya yang tadinya mengenakan dress lengan pendek selutut, kini mengenakan gaun tidur yang sangat tipis. Saking tipisnya dari tempatnya berdiri Rendi bisa melihat ada yang menonjol. Mengintip. Di balik gaun merah menyala tersebut.Rambut panjangnya yang tadinya dikuncir kuda, kini dibiarkan tergerai. Bibirnya yang pun kini diolesi lipstik merah menyala. Mata yang dihiasi bulu-bulu lentik itupun mengerjap. Seakan menyeru Rendi untuk bergegas mendekat."Aku lihat di balkon ada banyak makanan. Aku yakin itu semua kamu persiapkan untukku, Mas," tutur Naya seraya mendekat. Melangkah dengan anggun mendekati sang suami yang masih saja betah tertegun disana. Seakan tubuh Rendi terpaku. Sehingga tak sanggup bergerak apalagi lari dari jangkauan Naya."Mas," panggil Naya. Sembari melingkarkan tangannya di tengkuk Rendi. Ia memiringkan kepalanya. Tersenyum,
Kendra tersenyum masam. Mengingat panggilannya kepada Rendi, yang diabaikan begitu saja. Padahal ia benar-benar butuh sosok Rendi tadi malam. Menikah secara mendadak tentu saja tidak ada di dalam pikiran Kendra. Mau meminta pendapat kepada ayah kandung pun tiada guna karena mereka tidak pernah dekat.Hanya sekedar sapa saja. Tidak pernah lebih dari itu karena Kendra dari dulu memang tidak terlalu peduli dengan sosok Randi, yang selama ini diketahui sebagai paman. Sehingga ia melabuhkan pilihan pada Rendi, tapi bukannya pendapat yang didapat tapi suara ….Kendra menggeleng. Ia paham betul itu apa dan mengerti apa yang tengah terjadi. Lagipula Rendi pun sudah memberi tau tujuannya ke kota untuk baby moon. Tidak pun, Rendi dan Naya adalah pasangan suami-istri, dan tentu saja kesana lah mereka akan bermuara.Helaan napas panjang pun keluar dari hidung Kendra. Semalam baru selesai menikah dan pagi ini adalah pagi pertamanya sebagai suami Lisa. Sebagai suami dengan istri yang hamil muda dan
Sedikit mundur ke belakang tubuh Rendi, ketika suaminya itu menggenggam tangannya dan bergerak seakan meminta Naya agar bergeser. Bersembunyi di belakang punggungnya agar Herni tidak bisa menjangkau apalagi menyakitinya. Ketika Kendra membawa Herni turun dari lantai dua toko.Wajah wanita itu tampak kusut. Matanya cekung dan rambut yang acak-acakan. Persis seperti orang yang tidak lagi memiliki akal sehat, meski Kendra mengatakan ibunya hanya stress biasa."Masyy!" pekik Herni, meski suaranya tidak terlalu terdengar, ia menghentak tangan Kendra dan melepaskan diri. Mengejar dan mendekati Rendi yang tidak tidak jauh darinya. Kondisi kaki kanannya yang tak bisa lagi menjalankan tugas seperti biasa, tentu saja membuat Herni berlari tertatih. Bertumpu pada kaki kirinya dan berusaha menjangkau menggunakan tangan kirinya.Namun, sebelum tangan Herni berhasil menjangkaunya, Rendi sudah menghindar. Menggeser posisinya dan Naya secara bersamaan."Masyy, au indu," lirihnya Bersimpuh di depan Re
Kehidupan Naya berubah semenjak ada janin kembar yang ada di dalam kandungannya. Perubahan yang paling signifikan adalah mood Naya yang naik-turun. Dia bisa sedih tanpa sebab, yang membuat Naya sendiri merasa kebingungan.Untunglah Rendi sudah paham itu adalah bawaan ibu hamil. Saat Naya sedih karena hal sepele, dia sudah paham kalau itu masalah ketidakseimbangan hormon yang biasa dialami oleh para ibu hamil.Belum lagi masalah ngidam. Untuk yang satu itu, Rendi harus menuruti keinginan Naya yang aneh-aneh.“Maaf ya, Mas, kalau aku bikin Mas marah,” ucap Naya pada Rendi sambil menangis terisak.Rendi langsung memeluk Naya untuk menenangkan perasaan istrinya. “Tenang, Sayang. Aku nggak marah kok. Aku tahu ini bawaan ibu hamil. Yah, walau permintaanmu ini sedikit nggak wajar sih.” Rendi meringis.Yang membuat Naya sampai menangis itu adalah karena dia merasa permintaannya pada Rendi sedikit keterlaluan. Tapi, karena dia sedang ngidam, mau tidak mau, Rendi harus menuruti keinginan Naya u
Kebahagiaan seperti apa yang dicari orang di dunia ini, sudah ditemukan Naya dan Rendi. Bertemu dan merajut kasih diantara kesakitan Naya, dibuang dan diacuhkan oleh suaminya sendiri.Tidak ada kasih sayang yang si dapat, hanyalah umpatan dan tuduhan dari kesalahan yang tidak dia lakukan sama sekali. Semua derita tersebut didapat Naya dari sosok sang ayah, yang amat sangat disayangi. Namun, sang ayah itu pula yang membuatnya hancur hingga titik terendah.Pernikahannya dengan Kendra memang tetap berlangsung, tapi hanya ada air mata dan kesedihan yang ada disana. Dan semuanya sirna sejak Naya dekat dengan Rendi, mertuanya sendiri. Rendi yang memberikan seluruh kebahagiaan yang dicari Naya selama ini.Rendi pula yang mencintai dengan tulus, hingga bahagia itu datang secara abadi. Kini Naya telah dikaruniai dua bayi kembar yang sangat menggemaskan. Sungguh sempurna bahagia yang dia rasakan saat ini dan tidak pernah menyangka sedikitpun DICINTAI AYAH MERTUA, sehingga menghapus semua duka i
Ratna Marsdian, seorang wanita berusia 30 tahun. Dia sudah menikah dengan Yandi, suaminya yang kini berprofesi sebagai sopir truk.Jarang pulang otomatis Ratna juga jarang mendapatkan kasih sayang dari sang suami. Bukan hanya sering ditinggal pergi saja, mereka yang menikah atas perjodohan tentu saja belum mampu menumbuhkan benih-benih cinta di hati mereka masing-masing. Hutang budi yang terjadi di antara kakek mereka di masa lalu membuat Ratna dan Yandi harus menikah. Sedangkan saat Perjodohan itu dilakukan Yandi memiliki seorang kekasih.Memang tak gadis, melainkan seorang janda dari desa sebelah. namun demi mengikuti keinginan sang kakek agar mendapatkan truk, Yandi rela menikahi Ratna.Sayangnya dua tahun pernikahan mereka belum pernah sekalipun Yandi mencicipi bagaimana tubuh Ratna. Selain karena tidak ada cinta di antara mereka, kekasih Yandi, Risa pun tidak memberikan restu atas pernikahan tersebut.Cinta Yandi yang begitu besar dan buta pula, tentunya mengikuti keinginan Risa.
Ingin rasanya Ratna mengumpat sekuat tenaga mendengar penuturan sang kakek beberapa saat yang lalu. Pria tua yang kini berusia 70 tahun tersebut mengatakan akan membagi warisan dalam waktu dekat, namun sialnya Ratna tidak akan berada di daftar penerima warisan karena hingga detik ini dia tidak kunjung memiliki anak. Itu artinya tidak ada cicit yang akan meneruskan sawah atau ladang yang akan dibagikan nanti.Tentu saja Ratna tidak menerima hal tersebut karena setahunnya sawah dan ladang itu dibeli oleh kedua orang tua kandungnya, sedangkan cucu yang lain hanya nebeng nama saja. Bekerja mengurus ladang selama ini.Kenapa harus dirinya yang harus dipersulit untuk mendapatkan ladang tersebut? Tentunya Ratna geram, tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Dia mengakui kalau selama ini tidak terlalu pandai dalam urusan ladang maupun sawah. Meskipun demikian, jika belajar tentu saja nanti akan bisa menguasainya.Sayang sekali pria tua itu tidak mengizinkan Ratna untuk melakukan hal tersebut. Bagin