Kebahagiaan seperti apa yang dicari orang di dunia ini, sudah ditemukan Naya dan Rendi. Bertemu dan merajut kasih diantara kesakitan Naya, dibuang dan diacuhkan oleh suaminya sendiri.Tidak ada kasih sayang yang si dapat, hanyalah umpatan dan tuduhan dari kesalahan yang tidak dia lakukan sama sekali. Semua derita tersebut didapat Naya dari sosok sang ayah, yang amat sangat disayangi. Namun, sang ayah itu pula yang membuatnya hancur hingga titik terendah.Pernikahannya dengan Kendra memang tetap berlangsung, tapi hanya ada air mata dan kesedihan yang ada disana. Dan semuanya sirna sejak Naya dekat dengan Rendi, mertuanya sendiri. Rendi yang memberikan seluruh kebahagiaan yang dicari Naya selama ini.Rendi pula yang mencintai dengan tulus, hingga bahagia itu datang secara abadi. Kini Naya telah dikaruniai dua bayi kembar yang sangat menggemaskan. Sungguh sempurna bahagia yang dia rasakan saat ini dan tidak pernah menyangka sedikitpun DICINTAI AYAH MERTUA, sehingga menghapus semua duka i
Ratna Marsdian, seorang wanita berusia 30 tahun. Dia sudah menikah dengan Yandi, suaminya yang kini berprofesi sebagai sopir truk.Jarang pulang otomatis Ratna juga jarang mendapatkan kasih sayang dari sang suami. Bukan hanya sering ditinggal pergi saja, mereka yang menikah atas perjodohan tentu saja belum mampu menumbuhkan benih-benih cinta di hati mereka masing-masing. Hutang budi yang terjadi di antara kakek mereka di masa lalu membuat Ratna dan Yandi harus menikah. Sedangkan saat Perjodohan itu dilakukan Yandi memiliki seorang kekasih.Memang tak gadis, melainkan seorang janda dari desa sebelah. namun demi mengikuti keinginan sang kakek agar mendapatkan truk, Yandi rela menikahi Ratna.Sayangnya dua tahun pernikahan mereka belum pernah sekalipun Yandi mencicipi bagaimana tubuh Ratna. Selain karena tidak ada cinta di antara mereka, kekasih Yandi, Risa pun tidak memberikan restu atas pernikahan tersebut.Cinta Yandi yang begitu besar dan buta pula, tentunya mengikuti keinginan Risa.
Ingin rasanya Ratna mengumpat sekuat tenaga mendengar penuturan sang kakek beberapa saat yang lalu. Pria tua yang kini berusia 70 tahun tersebut mengatakan akan membagi warisan dalam waktu dekat, namun sialnya Ratna tidak akan berada di daftar penerima warisan karena hingga detik ini dia tidak kunjung memiliki anak. Itu artinya tidak ada cicit yang akan meneruskan sawah atau ladang yang akan dibagikan nanti.Tentu saja Ratna tidak menerima hal tersebut karena setahunnya sawah dan ladang itu dibeli oleh kedua orang tua kandungnya, sedangkan cucu yang lain hanya nebeng nama saja. Bekerja mengurus ladang selama ini.Kenapa harus dirinya yang harus dipersulit untuk mendapatkan ladang tersebut? Tentunya Ratna geram, tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Dia mengakui kalau selama ini tidak terlalu pandai dalam urusan ladang maupun sawah. Meskipun demikian, jika belajar tentu saja nanti akan bisa menguasainya.Sayang sekali pria tua itu tidak mengizinkan Ratna untuk melakukan hal tersebut. Bagin
"Rafki," guman Ratna begitu Ajeng meninggalkan mereka berdua. Wanita itu menyusul Doni untuk menjemput barang-barang pindahan mereka yang ada di depan gang.Gang yang ada di kontrakan mereka tidak bisa dilalui oleh mobil, jadi terpaksa Ajeng membantu sang suami untuk mengangkat seluruh barang yang ada. Beruntung Ratna akhirnya mau juga menjaga Rafki sejenak, karena memang tetangga lain tidak ada di rumah siang-siang seperti saat ini.Mereka semua rata-rata bekerja sebagai seorang pedagang, otomatis pagi-pagi sekali sudah berangkat untuk mencari nafkah. Sedangkan Ratna hari ini tidak berjualan karena moodnya sudah keburu hancur mendengar penuturan sang kakek dari via panggilan beberapa saat yang lalu. Semalam Yandi juga pulang dan mengajaknya beradu argumen sehingga semakin malas saja rasanya Ratna keluar dari rumah. Ada uang Rp300.000 titipan dari Yandi semalam, itu rencananya yang akan Ratna gunakan untuk hidup dua hari kedepan, karena rasanya dia masih malas berbelanja ke pasar menc
Tadi Ratna yang menawarkan Doni untuk makan malam di rumahnya, kini dia yang pusing sendiri karena belum memasak sama sekali. Entah dari mana ide gila itu muncul sampai-sampai dia menawarkan Doni untuk makan di rumahnya. Kini dia kesal setengah mati dan memaki diri sendiri berusaha mencari cara agar bisa menjamu Doni dan Ajeng untuk makan bersama. Alhasil Ratna memeriksa tempat penyimpanan yang biasa digunakan untuk meletakkan barang-barang dagangannya ketika tidak habis terjual.Dia menemukan beberapa butir telur dan cabai, Ratna menggoreng telur tersebut berbentuk mata sapi. Membuat sambal dan merebus sayur bayam. Memang menunya sangat sederhana, tapi Ratna yakin Doni dan Ajeng menyukai makanan yang dia suguhkan. Hanya telur dan sambal tentunya tidak membutuhkan waktu lama bagi Ratna untuk menyelesaikan acara memasaknya, buktinya tidak sampai setengah jam makanan sudah tersedia di meja makan yang ada di dapur, bertepatan dengan suara ketukan pintu diiringi dengan seruan Ajeng."Kata
"Menurut Mas mbak Ratna itu bagaimana?""Bagaimana apanya? Dari kemarin kamu mempertanyakan Ratna secara terus-menerus kepadaku. Aku curiga kamu memiliki sebuah rencana terselubung di belakangku." Sindir Doni begitu dia memasuki kamar. Dia melihat Rafki yang Sudah terlelap kembali dalam tidurnya, usai diberi ASI oleh sang ibu."Nggak ada maksud apa-apa, aku cuma ingin mempertanyakan pendapatmu tentang Mbak Ratna. Tidak lebih dari itu.""Tapi feelingku mengatakan tidak demikian.""Terserah Mas aja kalau menilaiku lebih dari penjelasan yang kuberikan tadi.""Bagaimana aku tidak menilaimu lebih dari penjelasan barusan, karena selama ini kamu memang tidak pernah mau menerimaku secara utuh di dalam hidupmu.""Jangan malah menyalahkanku atas kesalahan yang tidak pernah aku perbuat Mas, karena selama ini aku bukannya tidak menerima keberadaanmu di dalam hidupku, hanya saja aku tidak bisa memaksakan cinta itu agar tertuju padamu. Seperti yang kamu ketahui dari dulu aku tidak bisa melupakan di
Doni bersiaga di depan pintu menunggu Yandi datang untuk menghampirinya. Nyatanya pria itu tetap tidak keluar dari kontrakan meskipun Doni sudah menunggu beberapa menit. Alhasil untuk menghindari bisik-bisikan dari tetangga Doni kembali ke rumah dan mengunci pintu. Di dalam rumahnya itu dia melihat Ratna yang sedang menangis di dalam pelukan Ajeng.Dia sedikit menghela nafas lega karena Ajeng sudah menutupi tubuh Ratna dengan selimut." Ada apa sih Mas, kok bisa-bisanya Mbak Ratna berlari ke sini. Tanpa mengenakan pakaian lagi"Doni menggelengkan kepalanya. Dari tadi Ajeng sudah mempertanyakan hal tersebut kepada Ratna, tapi wanita itu hanya bisa menangis di dalam pelukannya Ajeng yang baru saja bangun dari tidur. Terusik karena suara berisik yang berasal dari luar tentunya, wanita itu sangat terkejut mendapati Ratna berada di pintu. Terduduk di lantai memeluk lututnya sendiri. Melihat kondisi Ratna tentu saja Ajeng merasa kasihan bergegas dia membawa Ratna untuk memasuki kamar dan me
Ajeng memintanya untuk tidak mempedulikan Ratna yang masih berada di kamar mereka. Alhasil Doni memenuhi keinginan Ajeng tersebut. Dia masuk ke kamar dan mengambil pakaian ganti, beruntung ketika masuk Ratna sedang bergelung di dalam selimut sehingga dia tidak bisa melihat tubuh polos gadis itu."Mas, sini dulu, deh!" Panggil Ajeng, kini istrinya itu sudah melilitkan handuk di tubuhnya. Sepertinya Ajeng ingin mandi, itu terkaan Doni."Kamu di sini dulu, jagain Mbak Ratna. Aku mau mandi terlebih dahulu. Bagaimana?" tanyanya, tanpa ada beban sama sekali."Kamu jangan gila. Aku duluan yang mandi, kamu di sini jaga mbak Ratna sekalian pinjamkan pakaianmu untuknya. Terlalu lama seperti itu takutnya nanti dia malah masuk angin," tolak Doni bergegas keluar dari kamar.Tidak ingin Ajeng lebih dahulu mandi dibandingkan dengan dirinya. Mana mungkin dia berduaan dengan Ajeng di kamar, sedangkan gadis itu tidak mengenakan pakaian. Hanya sebuah selimut yang menutupi tubuhnya yang polos.Ajeng berd