Share

Tabir Masa Lalu

"Sayang, kamu yakin mau pulang saja?"

Entah sudah berapa kali Rendi mengajukan pertanyaan seperti itu kepada Naya. Setelah mereka selesai makan di batas desa. Naya yang kekenyangan langsung meminta pulang, padahal Rendi masih khawatir dengan kondisinya dan calon buah hati mereka.

Namun, setelah makan tadi kondisi Naya tampak semakin baik saja. Bahkan, sebelum pulang tadi Naya masih sempat membungkus beberapa gorengan dan peyek udang. Dengan lahap ia terus mengunyah, sedangkan Rendi hanya bisa meneguk ludah. Jika selama ini ia sangat menyukai peyek udang, kini ia tampak bergidik ketika melihat Naya mengigit dan mengunyah peyek tersebut. Entah apa yang salah? Rendi tidak mengerti karena tiba-tiba saja ia patah selera, tak ingin terlalu banyak makan.

Naya yang duduk di samping Rendi menoleh.

Naya mengangguk. Yakin dengan keinginannya untuk pulang. Namun, "mungkin kita mampir di makam ayah dan ibu dulu, Mas. Mau ngasih tau sebentar lagi mereka akan punya cucu. Kembar pula." Mengusap perut
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status