Share

Bab 47

Penulis: Miss Secret
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-22 18:44:59

"A-apa? Kenan sakit?"

Alan tak menjawab, hanya mengembuskan napas berat. Sorot matanya masih menatap Arumi dengan tatapan tidak bersahabat. Namun, Arumi tak peduli dengan kemarahan Alan.

"Sekarang di mana, Kenan?" sahut Arumi kembali, dengan enteng, seolah tak merasa bersalah, dan meminta maaf terlebih dulu, setelah apa yang dia lakukan tadi malam.

Alan yang masih kesal, masih belum membuka suara, hanya menunjuk ke arah kamar Kenan. Lalu, Arumi bergegas menuju ke kamar putranya. Tanpa menghiraukan bagaimana perasaan Alan, yang masih kesal padanya.

Alan yang melihat tingkah Arumi hanya menatap nyalang pada wanita itu. Entah mengapa, hati Alan kian jengah melihat tingkah Arumi. Bahkan, ketika Arumi memanggil namanya, Alan berpura-pura menulikan telinga, dan memilih pergi dari rumah tersebut untuk mencari Kanaya. Meskipun sebenarnya dia juga ingin melihat keadaan Kenan.

Akan tetapi, Alan sedang tidak ingin berdekatan dengan Arumi. Melihat wanita itu, membuat mood Alan memburuk, setelah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 48

    Kanaya mengangkat wajah, dan melihat seorang pemuda yang kira-kira berusia 20 tahunan berdiri di depannya. Namun, belum sempat Kanaya memperbolehkan duduk, laki-laki itu sudah terlebih dulu duduk di depannya.Melihat sikap lancang lelaki itu, Kanaya menatapnya dengan tatapan tidak suka, dan dia justru tersenyum, seolah tak peduli dengan sorot mata tak bersahabat Kanaya. Bahkan, kini dia mengulurkan tangannya pada Kanaya."Kenalkan, namaku Gara. Nama kamu siapa?" Kanaya tak membalas uluran tangan itu, hanya menatapnya sembari tersenyum kecut. Namun, setelah detik demi detik berlalu, lelaki itu masih mengulurkan tangan.Kanaya yang merasa kasihan, akhirnya membalas uluran tangan itu. Meskipun terlihat malas."Kanaya.""Nama yang cantik, seperti orangnya.""Makasih," jawab Kanaya singkat, lalu mengutak-atik ponselnya kembali, masih mencari kost, atau kontrakan yang cocok. Apalagi, hari sudah beranjak siang. Kanaya tak ingin banyak membuang waktu. Kanaya tak peduli sosok yang saat ini d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 49

    Kanaya berusaha melepaskan ciuman itu, sembari mendorong dada Alan. "Udah cukup, Pa. Aku nggak mau lanjutin hubungan ini lagi!""Kalau gitu aku juga mau ikut ke manapun kamu pergi!"Kanaya menghela napas panjang, melihat tingkah Alan yang saat ini terlihat kekanak-kanakan sekali. Kanaya kesal, tapi entah kenapa dia justru kian merasa gemas dengan tingkah Alan."Pa, jangan kekanak-kanakan gitu deh! Papa harus mikirin gimana perasaan Mama sama Kenan. Aku nggak mau Kenan juga jadi korban."Alan kemudian menggenggam jemari Kanaya. "Kanaya, tolong beri Papa waktu buat menyelesaikan semuanya. Kamu mau 'kan nunggu Papa?""Nggak ada yang harus diselesaikan, Pa. Papa harus mempertahankan hubungan Papa sama Mama, dan akhiri hubungan ini!""Sekarang, Papa tanya sama kamu. Bagaimana sebenarnya perasaan kamu sama Papa?"Kanaya pun terdiam, hanya menundukkan wajah, diiringi tetes demi tetes butiran bening yang keluar dari sudut matanya. Sejujurnya, dia tak tahu harus menjawab apa. Bohong jika dia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 50

    "Oh baiklah kalau begitu saya pamit dulu, Bi."Pembantu rumah tangga itu pun mengangguk. Lalu menutup pintu rumah, saat Chyntia berjalan keluar dari rumah tersebut."Kenapa Pak Alan berbohong? Apa yang sebenarnya terjadi?"Chyntia yang saat ini sudah masuk ke dalam mobilnya tampak termenung sejenak. Rasanya dia enggan pergi ke kantor, dan justru kian tertarik dengan kehidupan Alan.Satu minggu yang lalu, saat mereka ke Bandung, Alan justru datang bersama Kanaya, bukan Arumi, istrinya. Lalu sekarang, dia mendapati jika Alan berbohong padanya. Bahkan, kenyataan yang Chyntia lihat, sangat berbanding terbalik dengan apa yang diceritakan oleh Alan."Ada apa sebenarnya ini? Apa ini artinya, kalau hubungan Pak Alan, dan Bu Arumi tidak baik-baik saja? Ah, aku harus cari tahu, aku nggak mau buang-buang kesempatan di saat seperti ini."Chyntia pun tampak memutar otaknya, berusaha mencari alasan agar dia mengetahui keberadaan Alan."Sepertinya, aku punya ide bagus."Chyntia kemudian mengutak-ati

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 51

    Kening Alan mengernyit, sebenarnya keberatan mendengar permintaan Chyntia. Namun, melihat keadaan Chyntia yang sedikit basah, dan terlihat cukup kedinginan, Alan merasa iba. Setelah terdiam sejenak, Alan pun menganggukkan kepala, menyetujui permintaan Chyntia. "Silahkan masuk, tapi maaf saya tidak bisa menerima tamu terlalu lama, karena saya mau istirahat.""Baik, Pak. Terima kasih banyak."Chyntia pun masuk ke dalam unit apartemen tersebut, dengan perasaan bahagia. Meskipun gelagat Alan menunjukkan jika dia tidak terlalu merespon baik, tapi Chyntia tak peduli. Dia hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin."Silahkan duduk, saya buatkan minuman hangat dulu.""Terima kasih, Pak Alan. Maaf sudah merepotkan."Alan tak menjawab ungkapan basa-basi dari Chyntia. Sebenarnya, dia pun enggan bersikap manis. Namun, Alan tak mau dianggap sebagai atasan yang berperasaan. Padahal Chyntia sudah berbaik hati mengantarkan proposal tersebut sampai ke apartemennya di saat cuaca seperti in

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 52

    Tanpa pikir panjang, Arumi pun bergegas keluar dari rumah tersebut, meninggalkan Kenan yang hanya menatapnya dengan tatapan tanda tanya. Bocah itu, sebenarnya ingin berteriak, memanggil Arumi. Namun, tenaganya belum sepenuhnya pulih. "Bi, apa Mama mau pergi lagi?" tanya Kenan pada Bi Asih, sembari menatap sendu pada sosok Arumi yang baru saja keluar dari rumah tersebut. "Mamanya Tuan Kenan ada urusan sebentar, nanti juga pulang." Bi Asih sebenarnya merasa sedih melihat anak laki-laki itu, yang kerap kali kurang mendapat kasih sayang, terutama dari Arumi. Namun, dia tak bisa banyak berkata. Kehidupan orang kaya, memang tak sesederhana kaum menengah ke bawah seperti dirinya. "Bi, boleh minta tolong teleponin Kak Naya sama Papa nggak? Hari ini, Kenan belum ketemu sama Kak Naya.""Boleh tapi Tuan Kenan minum obat dulu ya!"Bocah itu pun mengangguk patuh, lalu meminum obat yang diberikan oleh Bi Asih."Sekarang, Bi Asih telepon Kak Naya ya!" pinta Kenan, sembari menatap Bi Asih penuh p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 53

    "Kanaya ...?" Amarah Arumi yang begitu membara, seketika sirna melihat Kanaya yang berdiri di depannya. "Mama, ada apa, Ma?" Kanaya sebenarnya cukup gugup dengan kedatangan Arumi. Namun, sebisa mungkin dia bersikap tenang, agar Arumi tak curiga."Kanaya, ka-kamu?" Bergegas Arumi mengambil ponselnya, lalu mencocokkan pakaian foto wanita yang dikirimkan oleh nomer tak dikenal yang menghubunginya, dan pakaian pada foto tersebut, sama dengan yang digunakan oleh Kanaya.Melihat tingkah aneh Arumi, sebenarnya Kanaya begitu takut, dan cemas. Namun, sebisa mungkin dia terus mengendalikan dirinya. "Ada apa, Arumi? Kenapa kamu di sini?" Suara bariton Alan terdengar, di antara keheningan antara Arumi, dan Kanaya. Laki-laki itu, memang sengaja keluar dari apartemen, saat sayup-sayup mendengar suara Arumi, yang sangat dia kenali. "Mas, Kanaya, kalian?" Arumi mengernyitkan kening, sembari menunjuk suami, dan anak angkatnya."Tadi aku jemput Kanaya pas lagi main sama temen-temennya. Terus di j

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 54

    "Jadi seperti ini rasanya berada di dalam kamarmu, Sayang?" ucap seorang pria yang sedang bergumul di bawah selimut dengan seorang wanita. Beberapa kali, jarinya aktif menjelajahi tubuh wanita yang sudah tidak berbusana itu."Kalau begini, aku tidak keberatan kalau suami, dan anak perempuanmu tinggal di apartemen setiap hari karena aku jadi bisa bersamamu seperti ini.""Kamu jangan gila, Rain! Udah untung satpam di depan nggak curiga, waktu kamu di dalem mobilku!" Arumi menyahut kesal, setelah mendengar perkataan Rain.Ketika Arumi pulang dari apartemen Alan, tiba-tiba Rain menelponnya, dan menanyakan keberadaan Arumi. Awalnya Arumi berbohong, dan menjawab sedang berada di rumah. Namun, saat sayup-sayup dia mendengar suara klakson mobil yang saling bersahutan, Rain tahu jika Arumi sudah berbohong badannya.Rain pun terus merajuk, agar mereka bertemu. Namun, Arumi yang mempertimbangkan keadaan Kenan kemudian memilih untuk menjemput Rain ke apartemennya, dan membawa laki-laki itu ke dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 55

    Keesokan Harinya .... "Papa, Kak Kanaya!" Saat Alan, dan Kanaya baru saja masuk ke dalam rumah, setelah semalaman mereka menginap di apartemen, tiba-tiba Kenan menghambur memeluk keduanya erat. "Kak Kanaya, Papa, Kenan kangen. Kenapa kalian pergi-pergi terus ninggalin Kenan sih!" gerutu bocah itu, disertai raut wajah kecut. Alan, dan Kanaya pun saling berpandangan canggung. Sama canggungnya, seperti saat kemarin Arumi meninggalkan keduanya di apartemen. Setelah Arumi pergi, Kanaya buru-buru menyelesaikan makan siangnya. Lalu, masuk ke dalam kamar, dan hanya keluar saat Alan memintanya untuk makan malam. Saat makan malam pun Kanaya tak banyak bicara, hanya menjawab seperlunya pertanyaan Alan, kemudian buru-buru menyelesaikan makan malam itu, dan masuk ke dalam kamar sampai pagi. Keesokan paginya, tak lama setelah bangun, Kanaya mengajak Alan pulang, dan menolak ajakan Alan untuk sarapan terlebih dulu. Gadis itu, memang sangat kentara sedang menjaga jarak dengan Alan. Bahka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02

Bab terbaru

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 163

    Alan sebenarnya curiga jika Kanaya sudah tahu tentang apa yang dilakukan oleh Arumi. Hal tersebut, terbukti dengan foto, dan video yang tersimpan pada email, bukan pada galeri di ponsel Kenan.Rasanya mustahil Kenan yang melakukannya. Anak seusia Kenan, tak mungkin memiliki pemikiran untuk menyembunyikan file tersebut, dan menyimpannya ke tempat aman yang baru bisa dipikirkan oleh orang-orang dewasa."Kanaya, apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan tentang Kenan? Tolong jangan ada yang ditutupi lagi, Naya. Please ...."Alan menatap Kanaya dengan sorot mata penuh pengharapan. "Kanaya ...!"Kanaya menggeleng sembari tersenyum getir. Seketika, dia baru menyadari kesalahannya, yang tak bisa mengontrol emosi, hingga mungkin membuat Alan curiga. Rasanya dia belum mampu, Kanaya belum sanggup membuka rahasia ini. Kanaya terlalu takut jika Alan terluka."Naya, kenapa kamu masih saja merahasiakan sesuatu dariku? Memangnya kamu anggap, aku ini apa?" timpal Alan kembali, seolah sedang mengintimidas

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 162

    Di sebuah ruang perawatan yang tenang, Kanaya terbaring di atas ranjang rumah sakit. Wajahnya tampak damai, meskipun ada beberapa jejak luka di wajah cantik itu. Selimut putih menutupi tubuhnya hingga dada, bergerak pelan seiring napasnya yang teratur.Di sisi ranjang, ada infus yang menggantung di tiang besi, menyalurkan cairan bening ke dalam tubuhnya melalui selang tipis yang menempel di punggung tangannya.Aroma antiseptik memenuhi ruangan, bercampur dengan keheningan yang hanya sesekali dipecahkan oleh bunyi halus mesin pemantau.Sedangkan di atas sofa, seorang perawat khusus yang diminta pihak keluarga untuk menjaga pasien itu, tampak sibuk dengan ponsel di tangan.Di luar jendela, langit senja mulai meredup, membiarkan cahaya lampu rumah sakit menggantikan sinar matahari yang perlahan menghilang.Seorang perawat masuk dengan langkah hati-hati, memeriksa kondisinya tanpa mengganggu tidur pasien. Setelah itu, dia mendekat pada rekannya yang sedang mengamati perawat jaga tersebut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 161

    Alan menatap Kenan lekat, matanya mencari jejak dirinya dalam wajah mungil di hadapannya. Garis rahang, lengkung alis, bahkan lekukan kecil di dagu, semuanya dia telaah dengan saksama, berharap menemukan secuil kemiripan yang bisa meredakan gemuruh di dadanya.Anak itu, dengan polosnya, hanya tersenyum, tak menyadari betapa tatapan ayahnya kini dipenuhi keraguan. Ada sesuatu yang mengusik dalam benak pria itu, sesuatu yang selama ini dia tepis, tetapi kini tumbuh semakin nyata.Bayangan masa lalu berkelebat. Waktu itu, hubungannya dengan Arumi memang sempat menjauh, ada hari-hari di mana mereka tak saling bicara. Lalu, hampanya hubungan itu pecah tatkala Arumi hamil.Saat itu, Alan begitu bahagia. Kehamilan Arumi, menghangatkan hubungan mereka yang sempat dingin, dan terpaut jarak karena ego masing-masing. Namun, kejadian itu kini menjelma menjadi bayangan yang mengintai setiap kali dia menatap mata anaknya, mata yang terasa asing, bukan seperti cerminan dirinya sendiri.Namun, bagai

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 160

    Mendengar sebuah suara yang cukup dikenali, spontan Arumi, dan Rain pun menghentikan perdebatan mereka."Bagus sekali, akhirnya aku bisa bertemu sepasang manusia munafik seperti kalian! Kalian memang sangat cocok!""Mas, ini nggak seperti yang kamu duga!""Jaga bicara Anda, Tuan Alan!""Kenapa? Apa ada yang salah dari kata-kataku?"Alan kemudian menunjuk Rain dengan jari telunjuknya. "Kau pikir, aku tak tahu kau siapa? Kau yang datang secara diam-diam ke rumahku. Bahkan, tidur di atas ranjang kamarku, bukan?"Alan kemudian menoleh, dan menatap sengit pada Arumi. "Karena itulah, aku nggak pernah sudi tidur di kamar itu. Apalagi menyentuhmu, Arumi. Aku jijik padamu yang sudah berulang kali disentuh oleh laki-laki lain!""Dan kau salah satu manusia yang berhasil kita tipu selama bertahun-tahun, karena Kenan sebenarnya bukan anak kandungmu!" sahut Rain sinis.Langit yang tadinya terlihat tenang, seolah berubah mendung setelah perkataan itu terlontar dari mulut Rain.Arumi memejamkan mata,

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 159

    Malam ini, langit mendung, seolah menyuarakan hati Alan yang kacau balau. Di ruang perawatan Kanaya yang penuh dengan keheningan mencekam, Alan mondar-mandir. Wajahnya kusut, tangannya mengepal kuat, dan matanya memerah. Setelah menutup sambungan telepon dari Arumi, Alan begitu kesal padanya. Bu Sinta yang baru saja datang, tepat ketika Alan sedang menelepon Arumi, mencoba menenangkan putranya."Kenan nggak pantas dijadikan alat, Arumi benar-benar keterlaluan!" gerutu Alan."Mama tahu ini berat, tapi kamu harus tenang. Kalau kamu kehilangan kendali, itu nggak akan menyelesaikan apa-apa."Bu Sinta menyahut, dengan suara tenang. Sedangkan Kanaya, kini sudah terlelap. Setelah meminum obat, tak lama mata Kanaya terpejam. Mungkin, obat yang dikonsumsi Kanaya, mengandung obat tidur, agar Kanaya bisa beristirahat."Tenang? Aku nggak bisa, Ma. Aku yakin, besok pasti Arumi akan membuat penawaran, dan aku nggak suka caranya yang licik kaya gini dengan menggunakan Kenan!""Bagaimana kalau kita

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 158

    "Aku mau ketemu Papa sama Kak Naya."Tangisan Kenan, terus terdengar, menggema di seluruh sudut kamar. Matanya sudah basah oleh air mata. Arumi yang duduk di dekatnya, masih berusaha mencoba menenangkan.Akan tetapi, tangisan Kenan justru kian kencang, bahkan teriakan pun mulai terdengar. Arumi yang melihatnya kian dihinggapi frustasi."Aku mau ketemu Papa! Aku mau Papa sekarang juga! Aku nggak mau di sini.""Sayang, Papa lagi nggak bisa ke sini sekarang. Papa lagi jaga Kak Naya di rumah sakit. Kamu sama Mama aja ya," sahut Arumi, dengan suara lembut, tapi terdengar bergetar.Akan tetapi, berapa kali Arumi membujuk, Kenan justru menangis lebih keras, bahkan juga memukul-mukul lantai."Aku mau sama Papa! Mama suka boong. Oma Dahlia itu nggak sakit, 'kan?"Tubuh Arumi seketika menegang. Dia kemudian mencoba meraih tangan Kenan. "Kamu nggak bisa pergi ke sana sekarang. Papa lagi sibuk jagain Kak Naya. Kita cari waktu yang tepat ya biar bisa ketemu Papa."Kenan menatap Arumi penuh amarah

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 157

    Pak Rama duduk di sofa dengan raut wajah penuh kelelahan, setelah dua hari kemarin, sibuk mengurus Arumi, dan Bu Dahlia.Hari ini, dia ingin bersantai di rumah saja. Pak Rama sudah merasa cukup lega, dan tenang, saat tadi malam diberi tahu oleh Arumi jika hari ini, dia akan pulang dari rumah sakit bersama Boby. Namun, ketenangan itu seketika berubah ketika pintu rumah diketuk dengan keras.Di depan pintu, Alan berdiri dengan napas tersengal-sengal dan wajah penuh kecemasan. Pak Rama yang baru saja membuka pintu, tentunya terkejut saat melihatnya."Papa, kenapa Papa nggak angkat telepon dari aku dan rumah sakit, tempat Arumi dirawat?"Kening Pak Rama pun seketika mengernyit. "Maaf, tadi malam Papa anter Mamanya Arumi ke rumah sakit, dan mengurusnya di sana sampai dini hari. Papa bangun kesiangan, dan lupa belum mengaktifkan ponsel. Memangnya ada apa, Alan?""Pa, apa Arumi sempat pulang ke rumah?"Jantung Pak Rama, kian berdegup kencang mendengar pertanyaan Alan. "Arumi? Arumi belum pul

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 156

    "Kenapa Mama di sini?" tanya Kenan, dengan nada cukup ketus "Kenan ...." Suara Arumi terdengar bergetar, lembut, tapi penuh desakan, "Kenan ayo ikut Mama sekarang." Kenan mendongak, sembari menatap Arumi dengan tatapan tak bersahabat. "Aku nggak mau pulang sama Mama, Kenan maunya sama Papa. Mama jahat!" Arumi kemudian berlutut, sembari terisak dan menggenggam tangan Kenan dengan erat. "Kenan, Oma Dahlia sakit, Nak ... Oma sakit. Kenan jenguk Oma sekarang ya!" Mata Kenan melebar, bibirnya gemetar. "Oma sakit? Sakit apa, Ma?" tanyanya dengan nada cemas. Arumi menarik napas panjang, berusaha menahan air matanya kembali. "Mama juga belum tahu pasti. Oma masih dalam pemeriksaan dokter. Sejak Oma sakit, Oma nanyain Kenan terus. Oma pengen ketemu sama Kenan. Kenan mau kan ikut sama Mama?" Kenan terdiam sejenak, melihat wajah Arumi yang dipenuhi kecemasan, Kenan merasa bimbang. Apalagi, ada kaitannya dengan neneknya. "Kenan jangan takut, Mama udah bilang sama Oma Sinta, dan

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 155

    Setelah melihat keadaan Bu Dahlia yang kian tak memungkinkan jika harus menjalani proses hukum, akhirnya malam ini juga, Pak Rama, beserta pihak kepolisian membawa Bu Dahlia ke rumah sakit jiwa.Pak Rama saat ini tampak melewati pintu rumah sakit jiwa dengan istrinya, Bu Dahlia. Lalu, seorang polosi berjalan di belakang mereka.Pak Rama sebenarnya sudah menyadari jika akhir-akhir ini, mental Bu Dahlia sedang tidak baik-baik saja. Mungkin, dia sudah memiliki firasat jika kejahatannya akan terkuak, hingga membuat wanita paruh baya itu tampak bingung dan tak terkendali.Bahkan, sejak satu minggu terakhir, dia sering kali berteriak ketakutan tanpa sebab, dan berbicara sendiri. Pak Rama juga pernah memergoki Bu Dahlia melukai dirinya sendiri dengan memukul-mukul kepalanya seraya menangis terisak saat dia sedang bercermin. Mungkin, bayang-bayang adik tirinya yang telah dia bunuh, terus menghantui dalam benaknya.Meskipun masih diselimuti amarah. Namun, Pak Rama tak tega membiarkan istrinya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status