Share

Bab 43

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2024-10-16 05:09:25

"Dua hari lagi, aku harus berangkat ke Shanghai, Mas. Aku memang diminta ikut datang, karena aku brand ambassadornya, dan juga sekaligus untuk pemotretan di sana."

"Oh jadi kamu mau ke Shanghai? Bagus, aku ikut. Kita bisa bulan madu di sana, sekaligus kasih adik buat Kenan." Alan memang sengaja menantang Arumi.

"Mas ...!" pekik Arumi, sontak membuat kening Alan berkerut.

"Ada apa? Kenapa malah teriak gitu?"

"Mas harusnya kamu ngerti dong, ini masalah kerjaan. Kamu nggak bisa ikut gitu aja. Di sana aku sibuk. Bisa-bisa nanti aku dicap nggak profesional pake bawa-bawa suami."

"Berapa nilai kontrak kamu?" sahut Alan datar.

"Mas ngomong apa sih?"

"Berapa nilai kontrak kamu? Aku bisa bayar nilai kontrak kamu, dan batalkan kontraknya. Setelah itu, kembalilah jadi ibu, dan istri yang seutuhnya."

"Mas, kamu nglantur ya! Nggak usah ngaco deh!" Nada bicara Arumi yang lembut, kini berubah. Alan sebenarnya kecewa dengan jawaban Arumi. Tantangan seriusnya terlihat hanya sebatas gurauan di mata ist
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rhevanya Christiani
terbawa alur cerita nech super super gemes ma si Arumi yg terlalu pede,egois gmn gt....pantes emang d selingkuhin,ku dukung kau Alan dengan Kanaya,br si Arumi sadar....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 44

    Kanaya yang baru saja keluar dari kamar mandi begitu terkejut melihat Alan yang saat ini sudah ada di dalam kamarnya. Laki-laki itu, duduk di atas ranjang, disertai raut wajah yang terlihat sendu. Penampilannya juga cukup berantakan. Padahal, beberapa saat yang lalu, Alan masih terlihat sangat ceria.Tanpa penjelasan dari Alan, Kanaya paham, sesuatu pasti telah terjadi di antara Alan, dan Arumi. Perlahan, Kanaya pun berjalan mendekat."Jangan usir Papa, ya. Ijinin Papa di sini."Kanaya yang saat itu masih menggunakan bathrobe, menggelengkan kepala, kemudian duduk di atas tempat tidurnya. Dia tahu, saat ini pasti Arumi sudah pergi hingga Alan berani masuk ke dalam kamarnya.Setelah Kanaya duduk, Alan justru merebahkan tubuh, di atas tempat tidur, kemudian meletakkan kepalanya di atas paha Kanaya. Hal yang sudah sering kali Alan lakukan.Seperti biasanya, dia kemudian menyembunyikan wajahnya di perut Kanaya, dan lagi-lagi menghirup dalam aroma tubuh Kanaya yang baru saja selesai mandi.

    Last Updated : 2024-10-18
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 45

    Kelap-kelip remang lampu disco diiringi house music, tak membuat seorang wanita bergeming. Dia tetap duduk sembari menikmati minuman beralkohol yang ada di tangannya.Beberapa orang laki-laki hidung belang yang mendekat, diusir olehnya, yang terlihat cukup galak saat menghadapi mereka. Hingga tiba-tiba, seorang pemuda, duduk di sampingnya dengan tenang."Mba Arumi, kamu masih sama kaya dulu. Nggak berubah, kalo ada masalah, pasti larinya ke alkohol."Laki-laki itu mengambil gelas yang ada di tangan Arumi, lalu menaruhnya di atas meja. "Kamu lagi! Kenapa kamu seneng banget sih ikut campur masalahku. Kamu itu nambahin beban hidupku tau nggak!" bentak Arumi, dengan kilatan amarah pada sorot matanya. Meskipun saat ini Arumi dalam keadaan mabuk, dia cukup mengenali siapa laki-laki yang sedang duduk di sampingnya."Apa kamu kaya gini gara-gara aku?"Arumi pun mengangguk cepat. "Ya, kamu udah bikin hidupku kacau! Kamu udah bikin hidupku berantakan, dan juga dipenuhi ketakutan!""Kalau gitu,

    Last Updated : 2024-10-20
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 46

    Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi Alan belum juga bisa tidur. Kini, dia dan Kanaya berada di dalam kamar Kenan. Mereka tak tega meninggalkan Kenan sendiri di kamar tersebut.Alan yang awalnya sedang mengutak-atik laptop, kini mengangkat kepala. Lalu menatap Kenan yang sudah terlelap di samping Kanaya. Bocah itu, kini terlihat tidur dengan tenang. Suhu tubuh Kenan sudah menurun, tak setinggi beberapa saat yang lalu. Alan kemudian bangkit dari sofa di kamar tersebut, lalu mendekat, dan duduk di sisi tempat tidur Kenan.Melihat wajah polos Kenan. Perasaan Alan begitu campur aduk. Pernikahannya dengan Arumi begitu rumit, dan sialnya kini dia justru main hati dengan seorang gadis yang merupakan anak angkatnya sendiri.Tangan Alan kemudian mengusap wajah cantik Kanaya dengan lembut. Kini, pikiran Alan, bahkan sudah melayang jauh, tentang hubungannya dengan Kanaya.Alan menyadari jika dia salah, telah menyakiti dua orang wanita terdekatnya. Namun, entah mengapa dia sama seka

    Last Updated : 2024-10-21
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 47

    "A-apa? Kenan sakit?"Alan tak menjawab, hanya mengembuskan napas berat. Sorot matanya masih menatap Arumi dengan tatapan tidak bersahabat. Namun, Arumi tak peduli dengan kemarahan Alan. "Sekarang di mana, Kenan?" sahut Arumi kembali, dengan enteng, seolah tak merasa bersalah, dan meminta maaf terlebih dulu, setelah apa yang dia lakukan tadi malam. Alan yang masih kesal, masih belum membuka suara, hanya menunjuk ke arah kamar Kenan. Lalu, Arumi bergegas menuju ke kamar putranya. Tanpa menghiraukan bagaimana perasaan Alan, yang masih kesal padanya.Alan yang melihat tingkah Arumi hanya menatap nyalang pada wanita itu. Entah mengapa, hati Alan kian jengah melihat tingkah Arumi. Bahkan, ketika Arumi memanggil namanya, Alan berpura-pura menulikan telinga, dan memilih pergi dari rumah tersebut untuk mencari Kanaya. Meskipun sebenarnya dia juga ingin melihat keadaan Kenan.Akan tetapi, Alan sedang tidak ingin berdekatan dengan Arumi. Melihat wanita itu, membuat mood Alan memburuk, setelah

    Last Updated : 2024-10-22
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 48

    Kanaya mengangkat wajah, dan melihat seorang pemuda yang kira-kira berusia 20 tahunan berdiri di depannya. Namun, belum sempat Kanaya memperbolehkan duduk, laki-laki itu sudah terlebih dulu duduk di depannya.Melihat sikap lancang lelaki itu, Kanaya menatapnya dengan tatapan tidak suka, dan dia justru tersenyum, seolah tak peduli dengan sorot mata tak bersahabat Kanaya. Bahkan, kini dia mengulurkan tangannya pada Kanaya."Kenalkan, namaku Gara. Nama kamu siapa?" Kanaya tak membalas uluran tangan itu, hanya menatapnya sembari tersenyum kecut. Namun, setelah detik demi detik berlalu, lelaki itu masih mengulurkan tangan.Kanaya yang merasa kasihan, akhirnya membalas uluran tangan itu. Meskipun terlihat malas."Kanaya.""Nama yang cantik, seperti orangnya.""Makasih," jawab Kanaya singkat, lalu mengutak-atik ponselnya kembali, masih mencari kost, atau kontrakan yang cocok. Apalagi, hari sudah beranjak siang. Kanaya tak ingin banyak membuang waktu. Kanaya tak peduli sosok yang saat ini d

    Last Updated : 2024-10-23
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 49

    Kanaya berusaha melepaskan ciuman itu, sembari mendorong dada Alan. "Udah cukup, Pa. Aku nggak mau lanjutin hubungan ini lagi!""Kalau gitu aku juga mau ikut ke manapun kamu pergi!"Kanaya menghela napas panjang, melihat tingkah Alan yang saat ini terlihat kekanak-kanakan sekali. Kanaya kesal, tapi entah kenapa dia justru kian merasa gemas dengan tingkah Alan."Pa, jangan kekanak-kanakan gitu deh! Papa harus mikirin gimana perasaan Mama sama Kenan. Aku nggak mau Kenan juga jadi korban."Alan kemudian menggenggam jemari Kanaya. "Kanaya, tolong beri Papa waktu buat menyelesaikan semuanya. Kamu mau 'kan nunggu Papa?""Nggak ada yang harus diselesaikan, Pa. Papa harus mempertahankan hubungan Papa sama Mama, dan akhiri hubungan ini!""Sekarang, Papa tanya sama kamu. Bagaimana sebenarnya perasaan kamu sama Papa?"Kanaya pun terdiam, hanya menundukkan wajah, diiringi tetes demi tetes butiran bening yang keluar dari sudut matanya. Sejujurnya, dia tak tahu harus menjawab apa. Bohong jika dia t

    Last Updated : 2024-10-24
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 50

    "Oh baiklah kalau begitu saya pamit dulu, Bi."Pembantu rumah tangga itu pun mengangguk. Lalu menutup pintu rumah, saat Chyntia berjalan keluar dari rumah tersebut."Kenapa Pak Alan berbohong? Apa yang sebenarnya terjadi?"Chyntia yang saat ini sudah masuk ke dalam mobilnya tampak termenung sejenak. Rasanya dia enggan pergi ke kantor, dan justru kian tertarik dengan kehidupan Alan.Satu minggu yang lalu, saat mereka ke Bandung, Alan justru datang bersama Kanaya, bukan Arumi, istrinya. Lalu sekarang, dia mendapati jika Alan berbohong padanya. Bahkan, kenyataan yang Chyntia lihat, sangat berbanding terbalik dengan apa yang diceritakan oleh Alan."Ada apa sebenarnya ini? Apa ini artinya, kalau hubungan Pak Alan, dan Bu Arumi tidak baik-baik saja? Ah, aku harus cari tahu, aku nggak mau buang-buang kesempatan di saat seperti ini."Chyntia pun tampak memutar otaknya, berusaha mencari alasan agar dia mengetahui keberadaan Alan."Sepertinya, aku punya ide bagus."Chyntia kemudian mengutak-ati

    Last Updated : 2024-10-25
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 51

    Kening Alan mengernyit, sebenarnya keberatan mendengar permintaan Chyntia. Namun, melihat keadaan Chyntia yang sedikit basah, dan terlihat cukup kedinginan, Alan merasa iba. Setelah terdiam sejenak, Alan pun menganggukkan kepala, menyetujui permintaan Chyntia. "Silahkan masuk, tapi maaf saya tidak bisa menerima tamu terlalu lama, karena saya mau istirahat.""Baik, Pak. Terima kasih banyak."Chyntia pun masuk ke dalam unit apartemen tersebut, dengan perasaan bahagia. Meskipun gelagat Alan menunjukkan jika dia tidak terlalu merespon baik, tapi Chyntia tak peduli. Dia hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin."Silahkan duduk, saya buatkan minuman hangat dulu.""Terima kasih, Pak Alan. Maaf sudah merepotkan."Alan tak menjawab ungkapan basa-basi dari Chyntia. Sebenarnya, dia pun enggan bersikap manis. Namun, Alan tak mau dianggap sebagai atasan yang berperasaan. Padahal Chyntia sudah berbaik hati mengantarkan proposal tersebut sampai ke apartemennya di saat cuaca seperti in

    Last Updated : 2024-10-27

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 243

    Rain melirik Arumi, kekasihnya, yang tampak sendu saat menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Tatapan wanita itu kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Rain mengeratkan genggamannya di tangan Arumi, mencoba mengalirkan kehangatan, tetapi Arumi tetap terpaku.Alan, mantan suami Arumi, duduk dengan tenang di seberang mereka, mengucapkan ijab kabul dengan suara mantap. Setiap kata yang keluar dari bibir pria itu seperti bilah pisau yang mengiris perasaan Arumi. Rain bisa merasakan tarikan napas berat dari kekasihnya, seolah dia sedang berjuang keras menahan sesuatu di dalam hatinya.Rain tahu, meski kini Arumi adalah miliknya, ada bagian dari hati wanita itu yang masih berdamai dengan luka lama, dan di momen ini, Rain yakin, luka itu kembali menganga.Wanita itu masih terpaku menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit diartikan.Perlahan, Rain meraih tangan Arumi, menggenggamnya dengan lembut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 242

    Pagi ini, mentari bersinar lembut, menyapa dengan kehangatan yang membalut langit dalam semburat jingga keemasan. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara dedaunan, menyertai aroma bunga-bunga segar yang menghiasi pelataran rumah besar tempat pernikahan Kanaya berlangsung.Kanaya baru saja selesai dirias. Wajahnya tampak begitu cantik dengan balutan make-up pernikahan yang sempurna. Dia menatap bayangannya di cermin, mengagumi bagaimana setiap detail dirancang untuk hari istimewanya. Jemarinya perlahan merapikan gaun yang membalut tubuhnya, memastikan segalanya tampak sempurna.Senyum manisnya merekah seperti mawar yang baru bermekaran. Matanya berbinar, mencerminkan harapan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya. Hari ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, dan dia siap melangkah dengan penuh keyakinan.Saat ini, gadis itu berdiri di depan cermin dengan gaun pengantinnya yang anggun. Jemarinya sedikit gemetar saat merapikan kerudung yang menjuntai indah. Dia menatap bayangannya de

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 241

    Di sudut taman rumah sakit jiwa, di bawah pohon kamboja yang bunganya mulai berguguran, seorang wanita tua duduk sendiri di bangku besi yang mulai berkarat.Rambutnya kusut, sebagian telah memutih, dan gaun lusuh yang dia kenakan tampak terlalu besar untuk tubuhnya yang semakin kurus. Namun, ada sesuatu yang menenangkan dalam caranya duduk, tenang, dan anggun, seolah dunia yang dulu pernah menghancurkannya kini tak lagi punya kuasa atasnya.Dia tersenyum, senyum yang bukan dibuat-buat. Senyum yang bukan karena bahagia, tetapi karena menerima. Matanya kosong, tapi di kedalaman sorotnya, ada sesuatu yang sulit dijelaskan—keikhlasan. Seakan semua luka, semua kepedihan yang pernah membawanya ke tempat ini, telah dia genggam, lalu dia lepaskan dengan ringan.Angin sore berembus lembut, mengayun ujung selendangnya yang lusuh. Beberapa pasien lain berjalan mondar-mandir di taman itu, beberapa berbicara sendiri, beberapa hanya diam seperti patung. Namun, Bu Dahlia berbeda, dia tidak berbicara

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 240

    Hujan turun dengan lembut, membasahi dedaunan di halaman rumah Rain. Hawa dingin menyusup melalui celah jendela, menciptakan suasana sendu yang seolah menggambarkan isi hatinya.Sudah beberapa hari sejak Arumi kembali, kepulangannya tidak seperti yang diharapkan Rain. Wanita yang dia cintai selalu berdiri di depannya dengan tatapan kosong, tak lagi mengenalnya, tak lagi mengingat kisah mereka. Yang lebih menyakitkan, ingatan yang tersisa justru tentang pria lain, mantan suaminya, Alan.Hal tersebut, membuat Rain ragu untuk menemui Arumi, dan beberapa hari terakhir, dia memilih tak datang ke rumah kekasihnya. Padahal Arumi sudah menunggunya. Malam itu, Arumi pun memutuskan untuk datang ke rumah Rain. Gadis itu berdiri di ambang pintu, mengetuk pelan pintu rumah tersebut. Lalu, tak berapa lama, pintu itu pun terbuka, dan Bu Hani berdiri di depannya."Selamat malam, Bu.""Oh Arumi, ayo masuk, Nak." Bu Hani menyuruh Arumi masuk ke dalam rumah dengan lembut, sambil memperhatikan wajah ga

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 239

    Arumi menatap secangkir cappuccino di hadapannya, uap hangat mengepul pelan, seolah menari di udara. Namun, pikirannya jauh lebih dingin dan berkabut daripada minuman itu. Di depannya, Kanaya duduk dengan tenang, sesekali mengaduk minumannya tanpa benar-benar meminumnya."Jadi ...." Arumi membuka suara, suaranya terdengar ragu. "Apa aku benar-benar mencintainya?"Kanaya mengangkat wajahnya, menatap kakak tirinya dengan sorot lembut tapi penuh berhati-hati. "Yang aku tahu, kalian sudah menjalin hubungan cukup lama. Kalau tentang bagaimana perasaanmu padanya, aku nggak tahu."Arumi mengangguk pelan, mencoba mencerna kata-kata itu. Kekasih, kata itu terdengar begitu asing. Dia menggigit bibir, menatap jemarinya sendiri yang menggenggam sendok kecil. "Tapi, aku sama sekali nggak ingat sedikitpun tentang dia. Bahkan, saat berada di sampingnya tak ada sama sekali getaran layaknya orang jatuh cinta."Kanaya menghela napas. "Itu wajar. Amnesiamu membuatmu melupakan banyak hal. Tapi Rain ....

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 238

    Arumi terdiam di dalam mobil yang berhenti di depan rumah megah itu, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi bukan itu yang membuatnya gemetar, melainkan ketakutan yang mencengkeram hatinya. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberanikan diri datang ke rumah mantan mertuanya, tempat Kenan kini tinggal.Di sampingnya, Kanaya menyentuh lengannya pelan. “Kak, kalau belum siap, kita bisa balik,” bisiknya, suaranya lembut tapi penuh dukungan. Kayana mengatakan itu bukannya tanpa alasan, karena pesan yang dikirimkan Alan pun terlihat ambigu.Alan tak mengatakan Kenan mau bertemu dengan Arumi atau tidak, hanya menyuruh mereka untuk datang.Arumi menghela napas panjang. “Aku harus melakukan ini, Nay. Aku sudah terlalu lama membiarkan jarak di antara kami.”Kanaya mengangguk, meski dia tahu ini tidak akan mudah. Dia tahu, Kenan, yang selama ini menyimpan luka dan kebencian, mungkin tidak akan menerima Arumi begitu saja dengan mudah.Keduanya pun turun dari

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 237

    Alan dan Bu Sinta duduk berhadapan dengan Kenan di ruang tengah. Wajah mereka penuh harap, sementara Kenan menundukkan kepala, tangannya erat menggenggam mobil-mobilan birunya.“Mama mau ketemu kamu, Kenan.”Suara Bu Sinta terdengar lembut, seolah takut membuatnya marah. Namun, Kenan menggeleng cepat. “Nggak mau.”Anak itu masih menolak, meskipun sudah lama dia tak bertemu dengan Arumi. Alan sebenarnya paham, memang hal tersebut membuat luka yang besar di dalam hati. Kejadian itu memang sudah lama berlalu, tapi Kenan masih ingat malam itu, di mana dia melihat Arumi bermesraan dengan pria lain yang bukan ayahnya. Meskipun sebenarnya laki-laki itu adalah ayah kandungnya sendiri. Namun, Kenan tak mengetahui itu, yang Kenan tahu, ayah kandungnya hanyalah Alan.Sejak saat itu, Arumi menjadi sesuatu yang asing baginya. Kenan seolah membuat jauh-jauh wanita itu dalam hidupnya.“Tapi, Kenan. Mama Arumi kangen sama kamu,” bujuk Bu Sinta lagi. Meskipun Bu Sinta tak terlalu menyukai Arumi. Nam

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 236

    Di dalam kamar milik Arumi yang berwarna pastel dengan pencahayaan temaram dari lampu meja, Arumi dan Kanaya, duduk di atas sofa. Arumi bersandar pada sofa tersebut, sementara Kanaya duduk dengan gelagat canggung di sampingnya, memainkan ujung pakaian yang dia kenakan dengan jemarinya.Kanaya tak tahu apa yang akan Arumi bicarakan. Sejujurnya di dalam hati Kanaya, ada rasa cemas dengan apa yang akan dikatakan oleh Arumi. Kanaya menggigit bibirnya, menahan perasaan yang campur aduk.Sedangkan Arumi, menghela napas pelan, menatap langit-langit sejenak sebelum mengalihkan pandangannya pada Kanaya."Aku minta maaf ...."Suara lirih Arumi memutus keheningan. Matanya kini tampak berkaca-kaca, menggenggam gelas kopi yang mulai mendingin. Beberapa minggu terakhir adalah mimpi buruk baginya—kehilangan ingatan, perasaan kacau, dan prasangka yang salah terhadap Kanaya."Minta maaf untuk apa, Kak?"Kanaya menatap Arumi dengan sabar, meskipun jelas ada luka di matanya. Arumi menarik napas dalam, m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 235

    Arumi menatap wajah lelaki paruh baya di depannya dengan mata nanar. Ayahnya baru saja menceritakan tentang siapa dirinya sebelum amnesia merenggut sebagian ingatannya. Namun, alih-alih menemukan ketenangan, yang dia rasakan justru kesedihan yang begitu dalam.Apalagi saat mengetahui jika ternyata ibunya masuk rumah sakit jiwa akibat tekanan batin karena telah berbuat jahat pada ibu kandung Kanaya sampai meninggal. Arumi benar-benar tak menyangka jika kehidupan masa lalunya seburuk itu."Dulu Mama kamu juga sengaja suruh kamu buat angkat Kanaya sebagai anak, beberapa hari setelah ibunya Kanaya meninggal. Dia melakukan itu karena merasa bersalah, apalagi saat itu Kanaya juga menjadi gelandang."Arumi memejamkan mata, hatinya seakan teriris mendengar penuturan demi penuturan ayahnya yang terasa begitu menyakitkan."Jadi, aku dulu seperti itu?" Suara Arumi bergetar, nyaris tak terdengar.Pak Rama mengangguk perlahan, wajahnya penuh luka yang tak kasat mata. "Kau pernah menjadi wanita yan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status