1. Terang
1 Maret 20xx
Kafe Payung Hitam, Kota Praga
"Nggak kerasa kita udah mau lulus aja. Kamu jadinya mau kuliah di mana, Bis?" tanya Gangga.
"Aku sih masih sama kayak cita-cita kita dulu. Kuliah di Universitas Vanguard. Kamu masih pengen kuliah di sana apa punya kampus impian baru?"
"Aku juga. Moga-moga aja kita ketrima," kata Gangga. Tiba-tiba dia bersedih. "Ehm, masa SMA udah berakhir. Rasanya kayak mimpi aja udah mau beralih ke dunia kampus."Mendengar nada sedih Gangga, Bisma menerawang. Dia mengingat-ingat saat-saat mereka bersama melalui masa remaja. Dia dan gadis di hadapannya ini adalah sepasang sahabat, bukan pacar, bukan saudara, bukan sulap, bukan sihir.Persahabatan ini lahir dari keruwetan hubungan mereka berdua di awal masuk ke sekolah menengah atas. Ruwetnya bagaimana? Hanya author yang tahu. Tapi nanti pasti diceritakan oleh author, karena authornya baik hati, tidak sombong dan gemar menabung."Karena kita udah mau lulus, aku mau mengakui sesuatu." Laki-laki yang memiliki nama panjang Aditya Bisma Wibowo itu bersiap mengungkapkan hal yang selama ini mengganjal seperti gelundungan batu di hatinya.Gangga memperhatikan Bisma dengan seksama, menunggu apa yang akan disampaikan makhluk di hadapannya ini."Dulu, aku suka sama kamu," kata Bisma dengan nada perlahan. Pernyataan cinta itu sudah sangat lodoh dan lonyot karena terlambat.Gangga mengangguk sangat pelan. "Kalau, sekarang?"Bisma menatap mata Gangga dengan tatapan sendu. "Sekarang juga iya."Gangga dan Bisma saling menatap dalam diam. Tak ada yang berbicara selama beberapa menit. Namun mereka masih berkedip agar mata tidak perih, tidak seperti ikan yang bisa melek bahkan saat terkena air sekalipun, karena sejatinya ikan memang tinggal di air.Gangga sama sekali tidak memiliki niatan untuk menjawab pernyataan cinta ini.Dasar tuyul gondrong! (Gangga).Senyum Gangga sedikit terkembang. Bibir Bisma pun berkedut tidak karuan. Mereka sama-sama menahan tawa. Beberapa saat kemudian mereka sudah tidak tahan lagi. Tawa pun meletup meledak tak terkira.Saat kelas satu, mereka memang saling tertarik. Bahkan, Bisma adalah cinta pertama bagi Gangga. Namun, mereka tak pernah menyatakan perasaan masing-masing dan memupus semua rasa itu.Bisma melanjutkan, "Kamu kirim surat cinta ke aku itu bikin aku hilang respect sama kamu."Kali ini Gangga terkejut bukan main. Dia tidak pernah mengirim surat apa pun kepada laki-laki mana pun termasuk Bisma. Mungkin jika Bisma berhutang, barulah dia mengirim surat penagihan hutang, karena dia memang medhit* sekali.Kembalian 500 perak saja dia usut tuntas. Jika berbelanja, dia tidak pernah mau diberi kembalian permen. Camkan itu! (Karena memang tidak ada kembalian, uangnya ngepas malah kadang kurang)."Surat apa maksudnya?" tanyanya."Nggak usah pura-pura nggak tahu, nggak usah malu juga. Kita sekarang sahabatan kayak saudara. Ngaku aja. Ya aku bakal ngolok-olok kamu sih, tapi kamu tetep harus ngaku.""Oke, dengerin baik-baik ya, Kubis." Gangga menarik dan membuang napas beberapa kali. "Aku nggak pernah kirim surat apa-apa sama kamu!""Bener? Masak sih? Lha terus itu surat siapa yang bikin?""Meneketepret!"Gangga berpiki-pikir kira-kira siapa yang mengirim surat yang mengatasnamakan dirinya itu. Kelebat ingatannya langsung tertuju pada dua nama yaitu Rina dan Ayu. Gangga pernah mencurahkan isi hatinya kepada mereka berdua.
Duo ember itu bener-bener nggak bisa dipercaya ya. Dulu aku pesen jangan bilang siapa-siapa. Mereka emang nggak bilang ke temen lain, tapi malah ngirim surat ke target. KAMBING! (Gangga).
Gangga mengatupkan bibirnya rapat-rapat sembari merencanakan akan membuat perhitungan belanjaan dengan dua orang yang telah mempermalukan dirinya itu. Kira-kira hal sepadan apa yang bisa dia lakukan kepada dua teman yang telah membocorkan rahasia besarnya itu?Bisma memperhatikan setiap garis dan ekspresi wajah Gangga. Dari apa yang dilihatnya, dapat dipastikan gadis itu sudah tahu siapa pelaku surat cinta palsu itu.Pasti udah nyadar siapa yang bikin surat itu. Mulutnya udah mengerucut sempurna, siap diiket pakai tali rafia. (Bisma)."Ngga... Gangga... Hai..." Bisma melambaikan tangan di depan wajah Gangga.Gangga terkesiap. "Hoah, maaf. Aku tadi mikirin nanti gimana habis lulus SMA.""Masak sih kamu mikirin itu? Kirain lagi mikirin cara balas dendam."Jingak! Ketahuan! (Gangga)."Akh sial, padahal aku mau bangga-banggain diri jadi laki-laki yang dikejar-kejar sama si Sungai India ini.""Bentar-bentar, kok bisa-bisanya kamu percaya itu surat dari aku? Kita sahabat kan? Kita sering belajar bareng kan? Kamu tahu tulisan indahku kayak apa?""Aku nggak kepikiran buat identifikasi tulisan. Terus setelah dilihat-lihat, tulisannya mirip kayak tulisan kamu, kayak cekeran tirex gitu deh. Terus ya aku fokus sama isi surat itu yang norak banget. Makanya aku hilang respect sama kamu."Gangga menghubung-hubungkan runtutan peristiwa yang terjadi. Kelas 1 mereka sangat akrab karena selain saling menyukai, Bisma lah yang membuat Gangga sadar bahwa laki-laki tak semuanya jahat.Dia memiliki luka hati terhadap ayahnya sendiri yang acap kali menjadikannya samsak pelampiasan emosi dengan wujud pukulan dan tendangan. Saat dirinya masih kecil, hingga lulus sekolah dasar, dia tidak pernah melawan dan menyimpan sendiri kesakitan yang dirasakannya.Ibunya? Hanya bisa menangis.Memasuki sekolah menengah pertama, dia mulai berani memberontak seiring dengan keadaan fisiknya yang mulai berkembang. Dia berani menangkis jika ayahnya melakukan kekerasan.Ironis memang. Seharusnya dia bermain perang-perangan dengan anak sebayanya, dia malah dengan ayahnya sendiri. Dan bukan sedang bermain melainkan dipukul sungguhan. Saat itu, dia menjadi dingin dan membenci sosok laki-laki.Memasuki sekolah menengah atas, hidupnya berubah karena Bisma.Namun saat kelas 2, Bisma dan Gangga tidak saling bicara. Gangga tidak pernah menanyakan apa sebabnya.Dia mulai bisa mengurainya sekarang."Apa kamu nggak ngomong sama aku selama kelas 2 itu karena ini?"Bisma mengangguk."Terus, apa yang bikin kamu mau temenan lagi sama aku? Kan kamu baru dapat konfirmasi surat itu hari ini.""Karena aku kasihan aja sama kamu yang kemana-mana sendiri. Ngenes."Mereka tertawa kecil meski Gangga sedikit kesal. Tapi apa yang dikatakan Bisma memang benar, dia tidak memiliki sahabat selain Bisma. Ada sahabat lain tapi tidak sedekat Bisma.Rina dan Ayu yang sempat menjadi tempat curhatnya pun sudah jarang mengajak bicara. Dan ternyata mereka menjauhi Gangga karena sudah melakukan blunder termemalukan.Di kelas 3, persahabatan Gangga dan Bisma kembali terikat dan semakin erat. Mereka pun dijuluki dengan panggilan Gambas dan Kubis, pelesetan nama mereka."Eh, aku mau dibeliin motor sama bapakku. Canggih pokoknya.""Hah?! Yang bener?!" Gangga langsung berbinar-binar. "Kita bisa jalan-jalan ke situ, sini, sono."Gangga sudah merencanakan banyak tempat untuk dikunjungi bersama Bisma. Mereka memang sejak lama berharap Bisma akan dibelikan motor baru."Tapi gini ya Gambas, bosnya tetep aku. Jadi, kamu mau ke mana itu harus dapet acc dari aku.""Ya nggak bisa gitu dong, harus sesuai sama kebutuhan.""Bahahah!" Bisma tertawa terbahak-bahak. "Kita berdua kayak orang halu rebutin barang yang masih di toko."***2 Maret 20xxUniversitas Vanguard, Kota KojaKendrik Damartyo, seorang pemuda yang berumur 23 tahun baru saja menyelesaikan study strata 1. Kini dia sedang mengurus yudisium dan wisudanya."Mapala, selamat ya. Udah mau lulus. Mapala ini akhirnya hengkang juga," canda Pak Wardiman, tipikal bapak-bapak berkumis, ngocol dan ramah yang bekerja di bagian administrasi kampus.Kendrik memang terkenal di kalangan pegawai dan dosen di fakultas MIPA karena nasibnya yang tersandung, terjerat, terjatuh dan tak bisa bangkit lagi (syalala) saat mengerjakan skripsi.Kawan seangkatannya sudah mendahului untuk lulus. Tinggal dia dan beberapa gundul temannya yang masih berjibaku dengan kelulusan. Mau tidak mau, gelar mapala (mahasiswa paling lama) harus disandangnya."Makasih Pak, sekarang saya udah lepas dong dari predikat mapala.""Khusus kamu sih tetep, heheh. Oh iya, sebentar lagi ada bukaan pegawai di rektorat. Kalau di lingkungan MIPA, ada bukaan pegawai buat laboratorium. Kalau tertarik, daftar aja. Sekalian kamu tetep bisa aktif di karate kalau kerja kamu di lingkungan kampus."Kendrik mengangguk. "Saya pikir-pikir dulu Pak, soalnya setelah ini saya mau nemenin kakak saya yang lagi hamil dulu.""Udah mau lahir?""Belum sih, baru 7 bulan. Tapi sekalian saya rehat dulu dari dunia permumetan.""Nah, pas banget. Bukaannya juga masih awal Juni kok. Pasti kamu udah nggak mumet lagi. Ikut ya, lab butuh orang."Pak Wardiman seolah tak mau melepaskan Kendrik. Mereka sangat akrab karena Kendrik sering seliweran mengurus ini itu, menunggu dosen, mengurus bebas teori, nilai, dan seabrek kepentingan lainnya.Saat Kendrik berada di titik terendah yaitu saat dia harus berganti judul skripsi, Pak Wardiman juga yang menenangkan dan memberi semangat pada Kendrik.Kala itu, Kendrik membanting draft skripsinya di belakang kantor jurusan. Anehnya, Kendrik tidak melontarkan kata-kata kasar seperti mahasiswa lain. Dia hanya membenamkan wajah di lututnya yang meringkuk setelah draft skripsinya berserakan. Pak Wardiman merasa trenyuh kemudian menenangkannya."Pak Wardiman, kok ngelamun," kata Kendrik, membuyarkan lamunan Pak Wardiman."Eh, maap. Maklum udah tua, sering ngelamun." Pak Wardiman mencubit dagu Kendrik. "Hih, kalau aja anakku perempuan, aku ambil kamu jadi anak mantu."~Kendrik membawa eksemplar skripsi dan CD yang berisi file p*f skripsinya untuk diserahkan ke perpustakaan pusat di kompleks rektorat. Sembari memandangi judulnya, hatinya merasa lega dan bangga dapat menyelesaikan perjuangan.Akhirnya, skripshit selesai. Kamu tahu, bikin kamu itu perjuangannya mendaki gunung lewati lembah, ngos-ngosan, pegel dan encok! (Kendrik).Kendrik berbicara dalam hati kepada skripsinya.Dalam perjalanannya di perpustakaan di kompleks rektorat, netranya menangkap bayangan seorang gadis yang masih berseragam SMA sedang melihat papan pengumuman. Hatinya tergetar melihat gadis itu.Tersihir cinta ...Gosh, wajah mongoloid, warna mata amber, dagu sedikit lancip, rambut lurus berombak di ujung, ukuran badan middle size nggak terlalu tinggi nggak terlalu pendek pas untuk dipeluk, hidung juga middle nggak mancung juga nggak pesek. Oh my thiny winny pretty, hatiku cenat cenut cebrat cebrut. Otak, hati, jantung, tiarap semuaaa! Serangan militer dari gadis itu langsung menyerang tanpa ampun. Shit! Dia pake peluru kendali! Sembunyi di mana pun tetap kena hatiku. Aaakkk. (Kendrik).Kendrik hampir saja tidak berkedip. Jatuh cinta pada pandangan pertama baru dirasakan sekali ini. Sebelumnya, dia jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri yang telah lama dikenalnya.Namun itu juga harus pupus karena wanita yang dicintainya akhirnya bersama dengan orang lain karena dia terlambat menyatakan cinta. Dia terjebak dalam kubangan friend-zone yang menyakitkan. Tsah!"Mas, permisi, itu CDnya jatuh," kata seorang mahasiswa di depan perpustakaan itu.Sontak Kendrik memegang pinggangnya. Perasaan, dia bukanlah superhero Suparman yang memakai silly red underwear alias segitiga bermuda sebagai luaran."Bukan CD yang itu Mas yang jatuh, itu lho CD skripsi," katanya sambil menunjuk CD yang bersampul skripsi di atas lantai."Oh, hahah, maaf reflek. Makasih ya."Sembari memungut CD yang tergeletak dan menderita di lantai, matanya terus memandangi gadis itu. Beberapa saat setelahnya, seorang laki-laki dengan seragam SMA yang sama datang mendekati gadis itu. Mereka bercakap-cakap. Akrab.Seketika hatinya cemburu, sakit. Seperti terjun bebas dari puncak gedung Burj Khalifa (tapi tidak bersama Mia Khalifa) tanpa sling, parasut atau pengaman apa pun. Jatuh cinta pada pandangan pertama, dan langsung patah hati di detik berikutnya.What the hell! (Kendrik).Kendrik melanjutkan urusannya di perpustakaan. Setelah itu dia makan siang di taman kuliner, masih di kompleks rektorat.Tak lama gadis yang menggetarkan jiwanya itu masuk ke tempat makan yang sama. Dan, masih diekori oleh laki-laki yang dia duga adalah pacar si gadis.Jarak mejanya dengan meja gadis itu tidak terlalu jauh. Dia pun memfokuskan baik-baik telinganya untuk menguping percakapan mereka."Eh, eplekenyes eplekenyes bla bla bla ...""Iya Kubis, eplekenyes eplekenyes bla bla bla ...""Wooo dasar Gambas, eplekenyes eplekenyes bla bla bla ..."Kubis? Gambas? Apa mereka sebangsa sayur mayur? (Kendrik).Mata dan telinga Kendrik tajam memandangi dua siswa SMA yang akan segera lulus itu. Out of nowhere, gadis itu berbalik dan memandangi Kendrik.Kendrik yang tengah fokus itu pun langsung salah tingkah dan membuang pandangan. Gadis itu berdiri dan berjalan mendekatinya!Apa dia marah? Apa dia tahu aku lagi nguping? Apa dia bisa baca pikiran orang? Apa aku ganteng? (Kendrik).Bersambung ...
Jogja, 19 September 2021****Medhit= pelit2. Gadis Gambas Bermata AmberJantungnya terus berdegup kencang saat melihat langkah gadis itu lurus menuju mejanya. Kendrik mengangkat pandangan dan menatap gadis yang tersenyum kecil itu.Apakah gadis itu tahu dia sedang diintai? Tak membalas senyumannya, wajah Kendrik malah menegang. Keringat bercucuran, kira-kira seember jika ditampung.Aku bakal digampar? (Kendrik)."Permisi Kak, kecap di meja saya habis. Boleh pinjam punya Kakak?" kata gadis itu sembari menunjuk botol kecap di meja Kendrik."Gampar! Eh maksudnya bo-boleh, silahkan."Gadis itu mengambil botol kecap di meja Kendrik dan beranjak ke mejanya sendiri.Kecap aja? Hatiku nggak? (Kendrik).Tiba-tiba gadis itu berbalik dan kembali ke meja Kendrik.Dia dengar kata hatiku? Shitt, dia pasti bisa baca pikiran. (Kendrik)."Maaf, Kak, saosnya juga ya.""I-iya, ambil aja.""Makasih, Kak."Jangankan kecap dan saos, seluruh hidupku juga bole
3. Obituary29 Mei 20xx (2 bulan kemudian)SMA Pura Mahardika, Kota PragaGangga, Bisma dan seluruh siswa di SMA Pura Mahardika telah lulus. Dua sejoli itu juga sudah menjalani ujian masuk Universitas Vanguard. Mereka berdua pun telah diterima sebagai mahasiswa baru di universitas impian mereka.Bisma juga telah menyanding motor baru yang dibelikan ayahnya ketika dia diumumkan lulus dari ujian.Hari ini adalah jadwal cap 3 jari pada ijazah. Semua mantan siswa sudah berkumpul di sekolah.Gin, salah seorang teman yang akrab dengan mereka, memberikan sebuah gantungan kunci kepada Gangga."Mbas, ini buat kamu," katanya."Wow, makasih banget ya, Gin."Gin juga memberikan sebuah gantungan kunci kepada Bisma."Lhoh, Kubis juga dapet? Kirain aku doang yang dapet, udah GR," sungut Gangga."Semua dapet, aku bikin banyak," timpal Gin sembari memamerkan gantungan kunci di tasnya. Dia pun berla
4. Gloomy Sunday29 Mei 20XX, malam hariGangga sudah sedikit tenang berada di kamarnya yang berukuran 3x3 meter, dengan cat dinding yang sudah terkelupas di sana sini. Dia hanya duduk di tempat tidur, diam.Dunia seolah berputar begitu lambat. Metabolisme tubuhnya juga seolah berhenti. Dia tidak mampu bergerak cepat, lututnya terasa lemas.Kamu jahat Kubis! Tega banget ninggalin aku. (Gangga).Dia membuka tas sekolah yang tadi digunakannya. Dirogohnya 2 benda pemberian Bisma, bunga melati putih dan sebatang coklat.Diletakkannya dua benda itu di dadanya. Buliran bening di matanya menetes lagi meski tak sederas tadi.Bisma bodohh. Kenapa ngasih aku barang yang dua-duanya berumur pendek kayak gini. Melati ini dalam beberapa jam sudah layu. Coklat ini dalam beberapa bulan sudah tak layak dikonsumsi. Kenapa kamu nggak ngasih sesuatu yang bisa aku simpan lama? (Gangga).Dia bingung, akan diapakan kedua benda itu. Akan
5. Life Must Go On30 Mei 20XXSore hari setelah pemakamanGroup chat di aplikasi Chatsapp ramai berbincang masalah camping perpisahan yang akan diadakan Minggu depan di sebuah pantai di Gunung Timur. Beberapa tidak setuju acara itu tetap dilanjutkan. Beberapa yang lain mengatakan bahwa itu adalah moment mengenang Bisma.Gangga hanya menyimak pesan chat di group itu. Baginya, meski acara itu tetap diadakan, dia tidak akan datang. Hatinya tak akan kuat.~Pukul 15.00"Ngga, kamu ke kos hari ini kan? Udah jam 3!"Gangga terkejut. "Astaga! Jam 3?!"Besok dia harus mengikuti serangkaian kegiatan orientasi di kampus dan sudah sore dia belum juga beranjak.Bu Rasti mengangsurkan amplop coklat kepadanya. "Ini untuk biaya bulanan."Gangga mengangguk. "Makasih, Bu. Aku berangkat dulu, takut kehabisan bus.""Ya, hati-hati."Pamit yang cukup singkat
6. Badut Fakultas1 Juni 20XXSeleksi penerimaan pegawai, hari kedua"Hei, kenapa psikologis kita musti dites tes segala?" seloroh Linggom."Ya iyalah, itu buat nyingkirin kandidat kurang waras macam kamu.""Biarin nggak waras, biar begini, ada yang mau sama aku. Buat apa keren-keren tapi jomblo hahaha. Tos dulu Bro."Kendrik tidak menanggapi tangan Linggom yang terangkat dan mengajak ber-high five itu. Dia malah menatap lawan bicaranya dengan mata sedikit melotot."Kenapa Bro, ayo tos dong akh kita udah laku." Linggom sedikit menyadari ekspresi Kendrik. "Ups, apa kamu kaum jones? Jomblo ngenes?"Sekali lagi Kendrik memelototi lawan bicaranya."Sorry Mas Bro, kirain udah punya gandengan. Udah jangan melotot, bikin merinding aja."Rasanya tertampar begitu keras mendapati rekannya yang terkesan ugal-ugalan malah sudah memiliki pasangan. Jiwa jomblonya terusik dan meronta-meronta.Aku masih m
7. A New Rival Malam hari Hari ini cukup melelahkan untuk fisik sekaligus pikiran Gangga. Dia harus malu di depan mahasiswa-mahasiswa lain. Dan parahnya, semua menikmati kekonyolan keadaannya. Gangga mengetik chat kepada Bisma. đ±Gangga: Bis, kemarin aku lupa nggak bawa slayer jadi harus beli mahal. Sekarang aku salah beli mi cup. Tapi nggak apa-apa sih. Mi cup isi double yang dikumpulin sebagai tugas ospek itu ternyata disumbangin ke panti asuhan oleh panitia ospek. Ikhlas. đ±Gangga: Oh iya, aku jadi badut fakultas, tahu! Aku tadi nyanyi dan semua ngetawain keindahan suaraku. Padahal suaraku kan indah ya kan? Setuju? Dasar, mereka aja yang nggak ngerti seni. Wajah Gangga memanas. Tak kuat menahan kerinduan akan sahabatnya, ia pun menangis. Entah karena hari ini begitu menguras emosi dan tenaganya atau karena apa, tangis Gangga tidak terkontrol. Dia terus terisak hingga mengeluarkan suara sedikit keras. ~ Rumah saki
8. Duka Dalam Yang TersembunyiDisplay UKM, rektorat Universitas Vanguard"Eh Kak Adam.""Kamu baru datang?"Gangga mengangguk sembari mengatur napas.Adam melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 20.25."Sini lihat buku UKM kamu."Gangga menyerahkan buku UKMnya yang masih bersih suci tanpa noda. Mahasiswa baru ditugaskan untuk mengisi buku UKM itu dengan profil singkat setiap UKM disertai cap sebagai bukti mereka menghadiri acara display.Tapi Gangga terlambat datang sehingga mustahil menulis profil dan cap dalam waktu 35 menit."Kosong?""Iya, gimana dong Kak. Katanya kurang 1 aja bakal kena hukuman.""Ya udah, gini aja. Kamu tunggu di sini. Kalau kamu sendiri yang muter, nggak bakal selesai. Biar aku aja."Adam bergegas menuju ke stand-stand UKM dan meminta cap. Dalam waktu 15 menit, semua cap sudah didapatkan."Ini bukumu.""Makasih banget ya Kak. Teru
9. Ternyata Itu CintaTak lama mata Gangga menitikkan air mata."Lhoh, kenapa? Aku nyinggung ya?""Nggak kok, Kak. Bisma, temenku itu udah meninggal 1 bulan yang lalu.""Ya ampun, maaf banget Ngga. Aku bener-bener nggak tahu."Gangga mengusap air matanya dan kembali berlatih presentasi.Stella datang menghampiri mereka berdua dengan membawa makanan dan minuman."Hey, Kak Ken, kamu apain temenku kok nangis begitu?" protes Stella yang melihat sisa-sisa air mata di sudut mata Gangga."Enggak kok, Stel. Aku aja yang cengeng," bela Gangga.Mereka bertiga agak lama terdiam karena Gangga juga mengalihkan perhatian pada latihan presentasinya besok."Ehm, mata kuliah apa sih yang buat presentasi besok?" Kendrik mencoba mencairkan suasana."Sprechen für Anfänger," jawab
Gunung TimurRandu meremas sebuah kertas bergambar mobil yang diprint oleh Lio. Gambar tersebut juga dimiliki oleh Kendrik. Tangan kirinya memegangi ponsel. Telinganya sedang mendengarkan Kendrik berbicara di seberang sana.Dengan mantap ia menjawab pertanyaan untuk meneruskan apa yang sedang diselidiki oleh staf laboratorium itu. Kasus itu tidak begitu berat tapi menimbulkan berbagai tanda tanya walau pelakunya sudah berada di penjara.Pelaku mengaku dengan sempurna dan menjadi satu-satunya orang yang mungkin menabrak Bisma. Semua itu tidak dapat dibuktikan dengan bukti rekaman video CCTV karena di lokasi tidak terdapat kamera apa pun. Namun, sejak kemunculan Kendrik yang penasaran dengan kasus kecelakaan ini, makin banyak kejanggalan yang muncul ke permukaan."Aku juga nemuin sesuatu tentang itu," kata Randu melalui sambungan telepon sembari melihat ke arah layar laptop di hadapannya.Lio yang berdiri di samping tempat duduk Randu turut memelototi laptop milik Randu. Jemari Randu yan
Kos GanggaStella dan Gangga mengikuti perkuliahan dengan sebuah aplikasi video meeting. Stella dengan laptopnya, Gangga dengan ponselnya. Namun, sambungan internet yang digunakan adalah dengan paket data internet milik Gangga yang di-tether atau di-share sambungannya sehingga Stella dapat turut menikmati.Dengan gemas-gemas kesal Gangga melirik ke arah Stella. Ponselnya menjadi cepat panas karena harus membagikan kuota yang disayang-sayangnya. Berawal dari pertanyaan Stella tentang gaji bulanan yang baru saja diterima Gangga, Stella memanfaatkan kesempatan.Gangga tidak bisa menolak karena Stella sudah berada di depan pintu kamar kos Gangga tadi pagi. Ingin mengusir, Stella langsung masuk ke kamar kos Gangga. Ya sudah, itung-itung menolong calon saudara iparnya.Usai perkuliahan daring dilaksanakan, Gangga berniat untuk mengungkapkan segala kejengkelannya menyaksikan tingkah Stella pagi ini. Sebelum dia mengomel, Stella lebih dulu memberondongnya."Maaf ya, Ngga, aku ke sini terus num
Kendrik: Apa itu, Kak?Daniel: Intinya mengacak huruf untuk menghasilkan kata yang baru.Antara senang dan sedih Kendrik menerima sebuah opsi untuk memecahkan kode itu. Mengacak huruf untuk membentuk sebuah kata akan memakan waktu yang sangat lama. Berhubungan dengan matematika di sub bab peluang, perkiraan kemungkinan kata yang muncul akan sangat banyak.Dia pernah melihat Barry Allen dalam The Flash melakukan pengacakan terhadap kode. Jadi, pada dasarnya si meta human tersebut bukan meng-hack kode tapi melakukan pengacakan dengan cepat sehingga menemukan salah satu rangkaian kode yang benar.Hanya, aneh sekali di serial barat itu. Biasanya setiap kode memiliki maximum attempt yang kemudian akan memblokir sistem jika beberapa kali salah memasukkan kode. Sementara itu The Flash dengan santainya memasukkan ratusan kali.Entah itu cacat logika atau memang sistem di sana tidak memberlakukan maksimal salah memasukkan kode (agak nggak mungkin sih ya).Kendrik mengambil sebuah kertas beruku
Seorang pria setinggi 181 cm dengan menggendong seorang bayi di pelukannya membukakan pintu dan menyapa Kendrik.âHai, Darren ini Om Kendrik,â sapa Kendrik kepada anak lelaki kecil dalam gendongan Daniel.âSiapa, Niel?â teriak Karen, kakak Kendrik, dari dalam. Wanita berambut merah itu pun terkejut melihat sang adik yang sudah beberapa waktu tidak pernah memberi kabar. âKendrik! Astaga!âKaren memeluk erat adiknya hingga kesusahan bernapas bukan karena eratnya pelukan Karen melainkan bau kecut wanita itu. Dia memang baru saja pulang dari kantor dan belum membersihkan diri.âIkh lengket! Mandi sana!â kata Kendrik.Karen mencubit hidung Kendrik kemudian memperhatikan sesuatu yang berbeda dari sang adik. âKamu kok kurusan? Lagi banyak pikiran ya?ââIsh, kamu mandi dulu sana. Nanti aja ceritanya.â~Ruang buku milik DanielDaniel memiliki ruang buku dengan koleksi komik yang bejibun menyaingi taman bacaan komik. Dahulu saat mengerjakan skripsi, Kendrik hampir setiap hari mendatangi tempat
Randu, Kendrik dan Linggom terbelalak dengan kembalinya file-file yang hilang. Banyak sekali file ber-ekstensi 3gp di sana. Seringai singkat tiga lelaki itu terukir sejenak.âYa Tuhan, imajinasi Lio pasti tinggi banget nih. Untung aku enggak,â komentar Kendrik.âAne juga enggak, Brot,â kata Linggom.âAku juga enggak,â timpal Randu.Mereka bertiga saling pandang dengan canggung seolah berkata âakh masak?!â Paling tidak jika tidak hobi, pasti pernah mengintip video-video seperti itu meski tidak sengaja.âCepet cari yang tanggal 29 Mei!âLinggom menuruti perkataan Randu. Di antara foto-foto yang diambil pada tanggal 29 Mei, sebuah foto mobil ada di sana. Tidak ada yang aneh dengan foto mobil itu. Mereka bertiga hanya sedikit berdecak dengan jenis mobil yang lumayan mahal itu.âWuih mobilnya Pakjerot. Mayan mahal nih,â komentar Kendrik.Randu langsung mencetak gambar mobil itu rangkap dua untuk dirinya dan untuk Kendrik. Kendrik menerima itu dengan lemas. Pasalnya dia sedang fokus dengan
âEhm, apaan tuh, Bang?â tanya Kendrik, pura-pura tidak mengerti.âItu tadi yang ente masukkin ke botol sample,â serobot Linggom.Kendrik memelototi Linggom karena membongkar sesuatu yang sudah payah ia tutupi. Randu bersidekap di hadapan Kendrik. Kendrik pun menendang kaki Linggom.âApaan sih nendang-nendang?! Kan ente sendiri yang bilang kalau Bang Randu itu bakal tahu juga. Ini aja dia udah tahu jenisnya. Dari pada kelamaan mending ngaku,â kata Linggom.âAkh, eheheh, iya, Bang. Tenang, aku cuma pake buat dihirup aromanya doang, nggak ditaruh ke minuman yang aku kasihin ke mereka.ââYa iyalah, kan emang makenya begitu! Mereka siapa? Dan kenapa? Inget! Jangan ngelama-lamain, percuma!â kata Randu dengan penuh intimidasi.Kendrik pun menjelaskan seluruh rangkaian acaranya dengan Linggom hari ini, termasuk acara spesialnya menerobos masuk ke rumah pribadi Pak Zakarria. Lelaki itu menjelaskan dengan pasrah. Kemungkinan Randu akan memarahinya, atau mungkin melaporkannya kepada kepolisian K
âHaih, ente jangan gitu! Ini penting dan butuh kemampuan hacking ente. Kalau ane doang yang ke sana, gimana mau nge-hack. Download video dari Kowetube aja ane kagak bisa.ââEmang mau ngapain? Dan pentingnya buat ane apaan?â tanya Linggom.âNggak tahu juga, cuman penting aja. Lagian kita cuti hari ini, kan sayang kalau nggak dimaksimalin. Ane yang nyetir. Nanti ane traktir mi lethek khas Gunung Timur. 2 porsi juga boleh. Atau mau angkringan di pinggiran alun-alun?âLinggom merebut kardus berisi botol di tangan Kendrik kemudian mendekat ke jok belakang di bagian penumpang. âDua-duanya juga boleh. Ayok lah, tancap!â***Gunung TimurKendrik dan Linggom telah sampai. Randu berada di luar ketika mereka telah sampai. Reserse itu sudah memperkirakan dengan tepat tibanya mereka dia sana. Padahal jarak Koja-Gunung Timur adalah kurang lebih 1 jam perjalanan.Randu mengernyit sembari memiringkan kepala melihat yang datang sedikit lain dengan pencitraan yang dia harapkan.Bang Randu pasti nggak n
Gunung TimurSetelah membantu Kendrik menangani kasus penangkapan Duo Wong sekaligus pengungkapan kebersihan kampus dalam kasus penusukan mahasiswa yang sedang berdemo, Randu kembali ke aktivitasnya sebagai reserse kriminal di Gunung Timur. Dia dan Lio kembali berpartner karena selain mengandalkan berita dari Randu, Lio juga banyak membantu Randu dalam menjalankan berbagai misi.Dia kini menangani sebuah kasus sindikat pencurian yang hampir final. Tinggal sedikit bukti lagi, rantai pencurian itu akan terputus. Kasus ini termasuk bukan kasus yang besar seperti korupsi negeri di atas langit yang bahkan pernah terjadi 32 tahun lamanya.Tidak ada yang berani mengutak-atik keluarga ârajaâ pada waktu itu. Sedikit saja berkoar maka akan dibredel. Sungguh pembungkaman kebebasan berpendapat yang mengerikan sementara sang raja beracting senyum-senyum bijak seperti tak berdosa.Randu kemudian tergelitik dengan salah satu kasus yang sebenarnya tidak besar tapi hingga sekarang belum terungkap, kec
Kendrik dan Linggom telah berada di depan perumahaan elit Pondok Elok. Tak salah diberi predikat elit, bangunan rumah di kompleks ini besar dengan halaman luas. Tidak ada pemilik yang keluar rumah untuk bergosip.Yang keluar rumah untuk menebar berita-berita sosial adalah asisten rumah tangga. Jika ada seorang wanita berdaster lalu keluar rumah untuk mengobrol, para ART lain pasti akan menanyainya dengan pertanyaan seperti âBaru kerja ya?â, atau âUdah berapa lama ikut rumah ini, kok baru keluar?âPemilik rumahnya bergaul dengan teman-teman high class dan sosialita saja. Mereka juga keluar-masuk mengendarai mobil, hampir tidak pernah keluar rumah untuk bepergian jarak dekat. Yang tinggal di sana adalah bos-bos besar perusahaan, artis, selebriti dan aktor-aktor film.Linggom menyenggol Kendrik. âEnte yakin ini bakal berhasil, Brot?ââBrot? Panggilan macam apa itu?!â protes Kendrik.âItu singkatan dari brother.ââOh. Ane perkiraan bakal berhasil dari pada kita musti sok kenal dan harus n