1. Terang1 Maret 20xxKafe Payung Hitam, Kota Praga"Nggak kerasa kita udah mau lulus aja. Kamu jadinya mau kuliah di mana, Bis?" tanya Gangga."Aku sih masih sama kayak cita-cita kita dulu. Kuliah di Universitas Vanguard. Kamu masih pengen kuliah di sana apa punya kampus impian baru?""Aku juga. Moga-moga aja kita ketrima," kata Gangga. Tiba-tiba dia bersedih. "Ehm, masa SMA udah berakhir. Rasanya kayak mimpi aja udah mau beralih ke dunia kampus."Mendengar nada sedih Gangga, Bisma menerawang. Dia mengingat-ingat saat-saat mereka bersama melalui masa remaja. Dia dan gadis di hadapannya ini adalah sepasang sahabat, bukan pacar, bukan saudara, bukan sulap, bukan sihir.Persahabatan ini lahir dari keruwetan hubungan mereka berdua di awal masuk ke sekolah menengah atas. Ruwetnya bagaimana? Hanya author yang tahu. Tapi nanti pasti diceritakan oleh author, karena authornya baik hati, tidak sombong dan gemar
2. Gadis Gambas Bermata AmberJantungnya terus berdegup kencang saat melihat langkah gadis itu lurus menuju mejanya. Kendrik mengangkat pandangan dan menatap gadis yang tersenyum kecil itu.Apakah gadis itu tahu dia sedang diintai? Tak membalas senyumannya, wajah Kendrik malah menegang. Keringat bercucuran, kira-kira seember jika ditampung.Aku bakal digampar? (Kendrik)."Permisi Kak, kecap di meja saya habis. Boleh pinjam punya Kakak?" kata gadis itu sembari menunjuk botol kecap di meja Kendrik."Gampar! Eh maksudnya bo-boleh, silahkan."Gadis itu mengambil botol kecap di meja Kendrik dan beranjak ke mejanya sendiri.Kecap aja? Hatiku nggak? (Kendrik).Tiba-tiba gadis itu berbalik dan kembali ke meja Kendrik.Dia dengar kata hatiku? Shitt, dia pasti bisa baca pikiran. (Kendrik)."Maaf, Kak, saosnya juga ya.""I-iya, ambil aja.""Makasih, Kak."Jangankan kecap dan saos, seluruh hidupku juga bole
3. Obituary29 Mei 20xx (2 bulan kemudian)SMA Pura Mahardika, Kota PragaGangga, Bisma dan seluruh siswa di SMA Pura Mahardika telah lulus. Dua sejoli itu juga sudah menjalani ujian masuk Universitas Vanguard. Mereka berdua pun telah diterima sebagai mahasiswa baru di universitas impian mereka.Bisma juga telah menyanding motor baru yang dibelikan ayahnya ketika dia diumumkan lulus dari ujian.Hari ini adalah jadwal cap 3 jari pada ijazah. Semua mantan siswa sudah berkumpul di sekolah.Gin, salah seorang teman yang akrab dengan mereka, memberikan sebuah gantungan kunci kepada Gangga."Mbas, ini buat kamu," katanya."Wow, makasih banget ya, Gin."Gin juga memberikan sebuah gantungan kunci kepada Bisma."Lhoh, Kubis juga dapet? Kirain aku doang yang dapet, udah GR," sungut Gangga."Semua dapet, aku bikin banyak," timpal Gin sembari memamerkan gantungan kunci di tasnya. Dia pun berla
4. Gloomy Sunday29 Mei 20XX, malam hariGangga sudah sedikit tenang berada di kamarnya yang berukuran 3x3 meter, dengan cat dinding yang sudah terkelupas di sana sini. Dia hanya duduk di tempat tidur, diam.Dunia seolah berputar begitu lambat. Metabolisme tubuhnya juga seolah berhenti. Dia tidak mampu bergerak cepat, lututnya terasa lemas.Kamu jahat Kubis! Tega banget ninggalin aku. (Gangga).Dia membuka tas sekolah yang tadi digunakannya. Dirogohnya 2 benda pemberian Bisma, bunga melati putih dan sebatang coklat.Diletakkannya dua benda itu di dadanya. Buliran bening di matanya menetes lagi meski tak sederas tadi.Bisma bodohh. Kenapa ngasih aku barang yang dua-duanya berumur pendek kayak gini. Melati ini dalam beberapa jam sudah layu. Coklat ini dalam beberapa bulan sudah tak layak dikonsumsi. Kenapa kamu nggak ngasih sesuatu yang bisa aku simpan lama? (Gangga).Dia bingung, akan diapakan kedua benda itu. Akan
5. Life Must Go On30 Mei 20XXSore hari setelah pemakamanGroup chat di aplikasi Chatsapp ramai berbincang masalah camping perpisahan yang akan diadakan Minggu depan di sebuah pantai di Gunung Timur. Beberapa tidak setuju acara itu tetap dilanjutkan. Beberapa yang lain mengatakan bahwa itu adalah moment mengenang Bisma.Gangga hanya menyimak pesan chat di group itu. Baginya, meski acara itu tetap diadakan, dia tidak akan datang. Hatinya tak akan kuat.~Pukul 15.00"Ngga, kamu ke kos hari ini kan? Udah jam 3!"Gangga terkejut. "Astaga! Jam 3?!"Besok dia harus mengikuti serangkaian kegiatan orientasi di kampus dan sudah sore dia belum juga beranjak.Bu Rasti mengangsurkan amplop coklat kepadanya. "Ini untuk biaya bulanan."Gangga mengangguk. "Makasih, Bu. Aku berangkat dulu, takut kehabisan bus.""Ya, hati-hati."Pamit yang cukup singkat
6. Badut Fakultas1 Juni 20XXSeleksi penerimaan pegawai, hari kedua"Hei, kenapa psikologis kita musti dites tes segala?" seloroh Linggom."Ya iyalah, itu buat nyingkirin kandidat kurang waras macam kamu.""Biarin nggak waras, biar begini, ada yang mau sama aku. Buat apa keren-keren tapi jomblo hahaha. Tos dulu Bro."Kendrik tidak menanggapi tangan Linggom yang terangkat dan mengajak ber-high five itu. Dia malah menatap lawan bicaranya dengan mata sedikit melotot."Kenapa Bro, ayo tos dong akh kita udah laku." Linggom sedikit menyadari ekspresi Kendrik. "Ups, apa kamu kaum jones? Jomblo ngenes?"Sekali lagi Kendrik memelototi lawan bicaranya."Sorry Mas Bro, kirain udah punya gandengan. Udah jangan melotot, bikin merinding aja."Rasanya tertampar begitu keras mendapati rekannya yang terkesan ugal-ugalan malah sudah memiliki pasangan. Jiwa jomblonya terusik dan meronta-meronta.Aku masih m
7. A New Rival Malam hari Hari ini cukup melelahkan untuk fisik sekaligus pikiran Gangga. Dia harus malu di depan mahasiswa-mahasiswa lain. Dan parahnya, semua menikmati kekonyolan keadaannya. Gangga mengetik chat kepada Bisma. 📱Gangga: Bis, kemarin aku lupa nggak bawa slayer jadi harus beli mahal. Sekarang aku salah beli mi cup. Tapi nggak apa-apa sih. Mi cup isi double yang dikumpulin sebagai tugas ospek itu ternyata disumbangin ke panti asuhan oleh panitia ospek. Ikhlas. 📱Gangga: Oh iya, aku jadi badut fakultas, tahu! Aku tadi nyanyi dan semua ngetawain keindahan suaraku. Padahal suaraku kan indah ya kan? Setuju? Dasar, mereka aja yang nggak ngerti seni. Wajah Gangga memanas. Tak kuat menahan kerinduan akan sahabatnya, ia pun menangis. Entah karena hari ini begitu menguras emosi dan tenaganya atau karena apa, tangis Gangga tidak terkontrol. Dia terus terisak hingga mengeluarkan suara sedikit keras. ~ Rumah saki
8. Duka Dalam Yang TersembunyiDisplay UKM, rektorat Universitas Vanguard"Eh Kak Adam.""Kamu baru datang?"Gangga mengangguk sembari mengatur napas.Adam melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 20.25."Sini lihat buku UKM kamu."Gangga menyerahkan buku UKMnya yang masih bersih suci tanpa noda. Mahasiswa baru ditugaskan untuk mengisi buku UKM itu dengan profil singkat setiap UKM disertai cap sebagai bukti mereka menghadiri acara display.Tapi Gangga terlambat datang sehingga mustahil menulis profil dan cap dalam waktu 35 menit."Kosong?""Iya, gimana dong Kak. Katanya kurang 1 aja bakal kena hukuman.""Ya udah, gini aja. Kamu tunggu di sini. Kalau kamu sendiri yang muter, nggak bakal selesai. Biar aku aja."Adam bergegas menuju ke stand-stand UKM dan meminta cap. Dalam waktu 15 menit, semua cap sudah didapatkan."Ini bukumu.""Makasih banget ya Kak. Teru
Gunung TimurRandu meremas sebuah kertas bergambar mobil yang diprint oleh Lio. Gambar tersebut juga dimiliki oleh Kendrik. Tangan kirinya memegangi ponsel. Telinganya sedang mendengarkan Kendrik berbicara di seberang sana.Dengan mantap ia menjawab pertanyaan untuk meneruskan apa yang sedang diselidiki oleh staf laboratorium itu. Kasus itu tidak begitu berat tapi menimbulkan berbagai tanda tanya walau pelakunya sudah berada di penjara.Pelaku mengaku dengan sempurna dan menjadi satu-satunya orang yang mungkin menabrak Bisma. Semua itu tidak dapat dibuktikan dengan bukti rekaman video CCTV karena di lokasi tidak terdapat kamera apa pun. Namun, sejak kemunculan Kendrik yang penasaran dengan kasus kecelakaan ini, makin banyak kejanggalan yang muncul ke permukaan."Aku juga nemuin sesuatu tentang itu," kata Randu melalui sambungan telepon sembari melihat ke arah layar laptop di hadapannya.Lio yang berdiri di samping tempat duduk Randu turut memelototi laptop milik Randu. Jemari Randu yan
Kos GanggaStella dan Gangga mengikuti perkuliahan dengan sebuah aplikasi video meeting. Stella dengan laptopnya, Gangga dengan ponselnya. Namun, sambungan internet yang digunakan adalah dengan paket data internet milik Gangga yang di-tether atau di-share sambungannya sehingga Stella dapat turut menikmati.Dengan gemas-gemas kesal Gangga melirik ke arah Stella. Ponselnya menjadi cepat panas karena harus membagikan kuota yang disayang-sayangnya. Berawal dari pertanyaan Stella tentang gaji bulanan yang baru saja diterima Gangga, Stella memanfaatkan kesempatan.Gangga tidak bisa menolak karena Stella sudah berada di depan pintu kamar kos Gangga tadi pagi. Ingin mengusir, Stella langsung masuk ke kamar kos Gangga. Ya sudah, itung-itung menolong calon saudara iparnya.Usai perkuliahan daring dilaksanakan, Gangga berniat untuk mengungkapkan segala kejengkelannya menyaksikan tingkah Stella pagi ini. Sebelum dia mengomel, Stella lebih dulu memberondongnya."Maaf ya, Ngga, aku ke sini terus num
Kendrik: Apa itu, Kak?Daniel: Intinya mengacak huruf untuk menghasilkan kata yang baru.Antara senang dan sedih Kendrik menerima sebuah opsi untuk memecahkan kode itu. Mengacak huruf untuk membentuk sebuah kata akan memakan waktu yang sangat lama. Berhubungan dengan matematika di sub bab peluang, perkiraan kemungkinan kata yang muncul akan sangat banyak.Dia pernah melihat Barry Allen dalam The Flash melakukan pengacakan terhadap kode. Jadi, pada dasarnya si meta human tersebut bukan meng-hack kode tapi melakukan pengacakan dengan cepat sehingga menemukan salah satu rangkaian kode yang benar.Hanya, aneh sekali di serial barat itu. Biasanya setiap kode memiliki maximum attempt yang kemudian akan memblokir sistem jika beberapa kali salah memasukkan kode. Sementara itu The Flash dengan santainya memasukkan ratusan kali.Entah itu cacat logika atau memang sistem di sana tidak memberlakukan maksimal salah memasukkan kode (agak nggak mungkin sih ya).Kendrik mengambil sebuah kertas beruku
Seorang pria setinggi 181 cm dengan menggendong seorang bayi di pelukannya membukakan pintu dan menyapa Kendrik.“Hai, Darren ini Om Kendrik,” sapa Kendrik kepada anak lelaki kecil dalam gendongan Daniel.“Siapa, Niel?” teriak Karen, kakak Kendrik, dari dalam. Wanita berambut merah itu pun terkejut melihat sang adik yang sudah beberapa waktu tidak pernah memberi kabar. “Kendrik! Astaga!”Karen memeluk erat adiknya hingga kesusahan bernapas bukan karena eratnya pelukan Karen melainkan bau kecut wanita itu. Dia memang baru saja pulang dari kantor dan belum membersihkan diri.“Ikh lengket! Mandi sana!” kata Kendrik.Karen mencubit hidung Kendrik kemudian memperhatikan sesuatu yang berbeda dari sang adik. “Kamu kok kurusan? Lagi banyak pikiran ya?”“Ish, kamu mandi dulu sana. Nanti aja ceritanya.”~Ruang buku milik DanielDaniel memiliki ruang buku dengan koleksi komik yang bejibun menyaingi taman bacaan komik. Dahulu saat mengerjakan skripsi, Kendrik hampir setiap hari mendatangi tempat
Randu, Kendrik dan Linggom terbelalak dengan kembalinya file-file yang hilang. Banyak sekali file ber-ekstensi 3gp di sana. Seringai singkat tiga lelaki itu terukir sejenak.“Ya Tuhan, imajinasi Lio pasti tinggi banget nih. Untung aku enggak,” komentar Kendrik.“Ane juga enggak, Brot,” kata Linggom.“Aku juga enggak,” timpal Randu.Mereka bertiga saling pandang dengan canggung seolah berkata ‘akh masak?!’ Paling tidak jika tidak hobi, pasti pernah mengintip video-video seperti itu meski tidak sengaja.“Cepet cari yang tanggal 29 Mei!”Linggom menuruti perkataan Randu. Di antara foto-foto yang diambil pada tanggal 29 Mei, sebuah foto mobil ada di sana. Tidak ada yang aneh dengan foto mobil itu. Mereka bertiga hanya sedikit berdecak dengan jenis mobil yang lumayan mahal itu.“Wuih mobilnya Pakjerot. Mayan mahal nih,” komentar Kendrik.Randu langsung mencetak gambar mobil itu rangkap dua untuk dirinya dan untuk Kendrik. Kendrik menerima itu dengan lemas. Pasalnya dia sedang fokus dengan
“Ehm, apaan tuh, Bang?” tanya Kendrik, pura-pura tidak mengerti.“Itu tadi yang ente masukkin ke botol sample,” serobot Linggom.Kendrik memelototi Linggom karena membongkar sesuatu yang sudah payah ia tutupi. Randu bersidekap di hadapan Kendrik. Kendrik pun menendang kaki Linggom.“Apaan sih nendang-nendang?! Kan ente sendiri yang bilang kalau Bang Randu itu bakal tahu juga. Ini aja dia udah tahu jenisnya. Dari pada kelamaan mending ngaku,” kata Linggom.“Akh, eheheh, iya, Bang. Tenang, aku cuma pake buat dihirup aromanya doang, nggak ditaruh ke minuman yang aku kasihin ke mereka.”“Ya iyalah, kan emang makenya begitu! Mereka siapa? Dan kenapa? Inget! Jangan ngelama-lamain, percuma!” kata Randu dengan penuh intimidasi.Kendrik pun menjelaskan seluruh rangkaian acaranya dengan Linggom hari ini, termasuk acara spesialnya menerobos masuk ke rumah pribadi Pak Zakarria. Lelaki itu menjelaskan dengan pasrah. Kemungkinan Randu akan memarahinya, atau mungkin melaporkannya kepada kepolisian K
“Haih, ente jangan gitu! Ini penting dan butuh kemampuan hacking ente. Kalau ane doang yang ke sana, gimana mau nge-hack. Download video dari Kowetube aja ane kagak bisa.”“Emang mau ngapain? Dan pentingnya buat ane apaan?” tanya Linggom.“Nggak tahu juga, cuman penting aja. Lagian kita cuti hari ini, kan sayang kalau nggak dimaksimalin. Ane yang nyetir. Nanti ane traktir mi lethek khas Gunung Timur. 2 porsi juga boleh. Atau mau angkringan di pinggiran alun-alun?”Linggom merebut kardus berisi botol di tangan Kendrik kemudian mendekat ke jok belakang di bagian penumpang. “Dua-duanya juga boleh. Ayok lah, tancap!”***Gunung TimurKendrik dan Linggom telah sampai. Randu berada di luar ketika mereka telah sampai. Reserse itu sudah memperkirakan dengan tepat tibanya mereka dia sana. Padahal jarak Koja-Gunung Timur adalah kurang lebih 1 jam perjalanan.Randu mengernyit sembari memiringkan kepala melihat yang datang sedikit lain dengan pencitraan yang dia harapkan.Bang Randu pasti nggak n
Gunung TimurSetelah membantu Kendrik menangani kasus penangkapan Duo Wong sekaligus pengungkapan kebersihan kampus dalam kasus penusukan mahasiswa yang sedang berdemo, Randu kembali ke aktivitasnya sebagai reserse kriminal di Gunung Timur. Dia dan Lio kembali berpartner karena selain mengandalkan berita dari Randu, Lio juga banyak membantu Randu dalam menjalankan berbagai misi.Dia kini menangani sebuah kasus sindikat pencurian yang hampir final. Tinggal sedikit bukti lagi, rantai pencurian itu akan terputus. Kasus ini termasuk bukan kasus yang besar seperti korupsi negeri di atas langit yang bahkan pernah terjadi 32 tahun lamanya.Tidak ada yang berani mengutak-atik keluarga ‘raja’ pada waktu itu. Sedikit saja berkoar maka akan dibredel. Sungguh pembungkaman kebebasan berpendapat yang mengerikan sementara sang raja beracting senyum-senyum bijak seperti tak berdosa.Randu kemudian tergelitik dengan salah satu kasus yang sebenarnya tidak besar tapi hingga sekarang belum terungkap, kec
Kendrik dan Linggom telah berada di depan perumahaan elit Pondok Elok. Tak salah diberi predikat elit, bangunan rumah di kompleks ini besar dengan halaman luas. Tidak ada pemilik yang keluar rumah untuk bergosip.Yang keluar rumah untuk menebar berita-berita sosial adalah asisten rumah tangga. Jika ada seorang wanita berdaster lalu keluar rumah untuk mengobrol, para ART lain pasti akan menanyainya dengan pertanyaan seperti “Baru kerja ya?”, atau “Udah berapa lama ikut rumah ini, kok baru keluar?”Pemilik rumahnya bergaul dengan teman-teman high class dan sosialita saja. Mereka juga keluar-masuk mengendarai mobil, hampir tidak pernah keluar rumah untuk bepergian jarak dekat. Yang tinggal di sana adalah bos-bos besar perusahaan, artis, selebriti dan aktor-aktor film.Linggom menyenggol Kendrik. “Ente yakin ini bakal berhasil, Brot?”“Brot? Panggilan macam apa itu?!” protes Kendrik.“Itu singkatan dari brother.”“Oh. Ane perkiraan bakal berhasil dari pada kita musti sok kenal dan harus n