Share

4. Gloomy Sunday

last update Last Updated: 2022-01-27 20:00:51

4. Gloomy Sunday

29 Mei 20XX, malam hari

Gangga sudah sedikit tenang berada di kamarnya yang berukuran 3x3 meter, dengan cat dinding yang sudah terkelupas di sana sini. Dia hanya duduk di tempat tidur, diam.

Dunia seolah berputar begitu lambat. Metabolisme tubuhnya juga seolah berhenti. Dia tidak mampu bergerak cepat, lututnya terasa lemas.

Kamu jahat Kubis! Tega banget ninggalin aku. (Gangga).

Dia membuka tas sekolah yang tadi digunakannya. Dirogohnya 2 benda pemberian Bisma, bunga melati putih dan sebatang coklat.

Diletakkannya dua benda itu di dadanya. Buliran bening di matanya menetes lagi meski tak sederas tadi.

Bisma bodohh. Kenapa ngasih aku barang yang dua-duanya berumur pendek kayak gini. Melati ini dalam beberapa jam sudah layu. Coklat ini dalam beberapa bulan sudah tak layak dikonsumsi. Kenapa kamu nggak ngasih sesuatu yang bisa aku simpan lama? (Gangga).

Dia bingung, akan diapakan kedua benda itu. Akan diletakkan di toples dan ditambahkan formalin? Atau hanya akan dibuang? Dan bagaimana dengan coklatnya? Akan dia makan atau ditunggu hingga berjamur?

Suara ponsel mengaburkan imajinya. Diusapnya layar benda berbentuk balok pipih itu. Dengan hati yang perih, dia membaca pesan demi pesan yang membuat matanya kembali berair.

📱Erlin: Besok kita bareng ke pemakaman Bisma ya.

📱Yunda: Pemakaman Bisma jam 13.00

📱Group kelas:

Telah meninggal dunia dengan tenang teman seperjuangan kita, Aditya Bisma Wibowo pada tanggal 29 Mei 20XX dan akan dimakamkan besok hari Minggu, 30 Mei 20XX di pemakaman umum Neglo, kecamatan Sentul, Kabupaten Praga.

Diharap kehadiran teman-teman di rumah duka di Neglo, kecamatan Sentul, Kabupaten Praga.

📱Gin: Ngga, tadi Gustyo udah ke rumah kamu kan?

📱Gustyo: Ngga, gimana keadaan kamu? Maaf tadi nggak bisa nunggu sampai kamu sadar, aku harus kabarin teman lain dan guru sebelum bikin pengumuman di grup kelas.

Gangga menyesal kenapa tadi pagi dia terburu-buru untuk pulang. Padahal, Bisma terlihat enggan untuk beranjak dari duduknya.

Dia berharap ini semua hanya mimpi. Dia berharap segera bangun dari mimpi buruk ini.

Ini mimpi buruk...

Sangat buruk...

~

Minggu, 30 Mei 20XX

Dengan pakaian gelap, Gangga berangkat ke rumah duka tempat Bisma disemayamkan. Dalam perjalanannya dengan sebuah bus, dia terus berpikir apa yang nanti akan dia ucapkan jika bertemu dengan ayah ibu Bisma.

Sampai di sana, Gangga menempati kursi di luar rumah beratap tenda. Teman-teman lain sudah berada di sana, namun Gangga tidak ingin bergabung dengan mereka. Dia menyendiri di deretan belakang.

Tidak seperti yang dibayangkannya, ayah ibunya bahkan tidak nampak di sana.

Beberapa menit kemudian, terdengar jeritan keras. Ibunya.

Tak pernah ada kata 'mudah' dalam melepas kepergian seseorang apalagi itu anak tercinta. Begitu pula dengan dirinya. Meski dia tidak terikat darah dengan Bisma, rasanya berat.

Saat ini yang dirasakan oleh Gangga adalah penyesalan tiada tara.

Andai saja kemarin dia mengajaknya mampir lebih lama...

Andai saja kemarin dia melarangnya pergi...

Andai saja...

Namun pertanyaan juga bermunculan.

Misalnya benar dia mengajaknya mampir lebih lama, akankah Bisma terhindar dari musibah ini?

Misalnya benar dia melarangnya pergi, Bisma akan hidup hari ini?

Ataukah, Bisma terhindar dari kecelakaan namun tetap akan meninggal dalam kejadian yang versinya sama sekali berbeda?

"Mbak Gangga."

"Oh, ya?" Gangga menoleh ke arah datangnya suara. "Nuria?"

Gadis yang lebih muda dari Gangga itu langsung menghambur ke pelukan Gangga. Nuria adalah adik sepupu Bisma yang juga bersekolah di Pura Mahardika, 1 tahun di bawah Bisma dan Gangga.

Dengan berlinangan air mata, Nuria berkata, "Maafkan segala salah Mas Bisma."

Gangga tak mampu menjawab, hanya anggukan disertai air mata yang menetes.

Setelah keduanya tenang, Nuria mulai bercerita.

"Kemarin Mas Bisma pamit ke Gunung Timur. Terus siangnya, kami dapat kabar kalau dia kecelakaan. Dan nggak tertolong. Utamanya karena gegar otak. Tapi tubuhnya juga udah remuk."

"Sssttt, nggak usah diceritain detailnya kalau nggak kuat, Nur."

Sembari menyeka air mata, Nuria tetap bersikeras melanjutkan. "Nggak, Mbak harus denger semua karena ini amanah."

Gangga mengernyit.

"Dia bilang, kalau suatu saat ada apa-apa lalu dia nggak bisa hubungin Mbak Gangga, aku harus cerita."

Gangga akhirnya mengangguk.

"Keadaanya, menyedihkan Kak. Perutnya ..."

Gangga mengangguk kemudian memeluk Nuria lagi.

"Mbak mau lihat jenazahnya?"

"Entahlah Nur, aku takut nggak kuat."

"Kalau gitu, kita ke kamarnya ya."

Gangga menggeleng. "Jangan Nur, ada bapak ibunya."

"Mereka ada di kamar mereka sendiri kok, nggak di kamar Mas Bisma. Setelah ini, mungkin Mbak nggak akan ke sini lagi kan? Nggak mungkin muncul di depan Bude Harsi (ibu Bisma), pasti dia bakal ingat lagi sama Mas Bisma kalau ketemu Mbak Gangga."

Gangga pun mengikuti langkah Nuria. Dan untuk yang pertama kali, dia memasuki kamar Bisma. Selama ini, dia hanya di ruang tamu jika mengunjungi sahabatnya itu.

"Nur, aku boleh ambil kalung ini?" Gangga mengambil kalung hitam berliontin uang kuno di atas meja belajarnya.

Nuria mengangguk. "Ambil aja Mbak, itu kemarin yang dipakai pas kejadian. Kalau bajunya lagi dipelukin sama Budhe dan Pakdhe."

Terdengar kembali jeritan ibunya dari kamar sebelah yang tertutup rapat. Terdengar pula suara orang yang berusaha menenangkan.

Gangga melanjutkan tur di kamar Bisma. Di cermin, tertempel sebuah foto berenam saat bertamasya bersama. Wajah Gangga menghiasi foto itu juga.

Terlalu, aku bahkan nggak punya foto ini. (Gangga).

Dia mengeluarkan ponsel dan memotret foto itu. Dia juga merekam suasana kamar Bisma dalam foto dan video.

"Nur, aku keluar dulu. Aku nggak kuat," kata Gangga sembari terisak.

Dia kembali duduk di deretan kursi beratapkan tenda. Sembari menatap kalung hitam kenang-kenangan yang dia berikan pada Bisma.

~

Jenazah pun memasuki waktu untuk dimakamkan. Kepala pemerintah setempat memberikan kata pengantar. Tak lupa, dia menyebutkan prestasi-prestasi Bisma selama di sekolah.

Pada ujian kelulusan, nilai Bisma sangat bagus. Dia bahkan meraih ranking 2 kelas paralel.

Gangga tersenyum bangga mendengar prestasi sahabatnya disebutkan.

That's my man. (Gangga).

Ketika peti mulai diangkat oleh 6 bapak-bapak, suara ibu Bisma dari dalam kamar semakin meraung, menyayati hati setiap pelayat yang datang tak terkecuali dirinya.

Rasanya tak ikhlas melepas kepergian orang terkasih. Namun, bukankah setiap yang berjiwa memang suatu saat menemui waktunya?

Time will heal

Time will heal

Time will heal

Gangga yakin akan kuat menghadapi. Ini bukan pertama kalinya dia kehilangan. Telah banyak saudara yang mendahului. Meski saat ini dia masih lemah menghadapi kenyataan, suatu saat pasti dia bisa melupakan peristiwa ini.

Tapi tidak dengan kenangan indah. No one heals or erases good memories. Bisma akan selalu hidup di hati Gangga. Pun di hati orang tuanya yang pastinya tak akan sedetik pun melupakan Bisma.

Selamat jalan sahabat. Tenang di sana.

~

Sunday is gloomy, my hours are slumberless

Dearest, the shadows I live with are numberless

Little white flowers will never awaken you

('Gloomy Sunday', Composed by Rezco Seress/ Sung by Billie Holiday)

Minggu yang suram, waktuku tanpa terlelap

Sayang, bayangan yang hidup bersamaku tak terhitung

Bunga putih kecil takkan pernah membangunkanmu

Bersambung ...

Bersambung ...

Jogja, 22 September 2021

Comments (5)
goodnovel comment avatar
XII MIPA 6 WILDA NISHFA RAMADHONA
ganggaa peluk hangat dariku yaa
goodnovel comment avatar
Yenny Sandra
nyesek loh bab ini, abis di hajar ketawa ketiwi sekarang di bikin nangis. Sukses thor bikin hatiku kek roller coaster.
goodnovel comment avatar
Shasavinta
ya Allah ..... knp begitu sedihhh ... jadi pengen peluk gangga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Simfoni Temaram Takdir   5. Life Must Go On

    5. Life Must Go On30 Mei 20XXSore hari setelah pemakamanGroup chat di aplikasi Chatsapp ramai berbincang masalah camping perpisahan yang akan diadakan Minggu depan di sebuah pantai di Gunung Timur. Beberapa tidak setuju acara itu tetap dilanjutkan. Beberapa yang lain mengatakan bahwa itu adalah moment mengenang Bisma.Gangga hanya menyimak pesan chat di group itu. Baginya, meski acara itu tetap diadakan, dia tidak akan datang. Hatinya tak akan kuat.~Pukul 15.00"Ngga, kamu ke kos hari ini kan? Udah jam 3!"Gangga terkejut. "Astaga! Jam 3?!"Besok dia harus mengikuti serangkaian kegiatan orientasi di kampus dan sudah sore dia belum juga beranjak.Bu Rasti mengangsurkan amplop coklat kepadanya. "Ini untuk biaya bulanan."Gangga mengangguk. "Makasih, Bu. Aku berangkat dulu, takut kehabisan bus.""Ya, hati-hati."Pamit yang cukup singkat

    Last Updated : 2022-01-29
  • Simfoni Temaram Takdir   6. Badut Fakultas

    6. Badut Fakultas1 Juni 20XXSeleksi penerimaan pegawai, hari kedua"Hei, kenapa psikologis kita musti dites tes segala?" seloroh Linggom."Ya iyalah, itu buat nyingkirin kandidat kurang waras macam kamu.""Biarin nggak waras, biar begini, ada yang mau sama aku. Buat apa keren-keren tapi jomblo hahaha. Tos dulu Bro."Kendrik tidak menanggapi tangan Linggom yang terangkat dan mengajak ber-high five itu. Dia malah menatap lawan bicaranya dengan mata sedikit melotot."Kenapa Bro, ayo tos dong akh kita udah laku." Linggom sedikit menyadari ekspresi Kendrik. "Ups, apa kamu kaum jones? Jomblo ngenes?"Sekali lagi Kendrik memelototi lawan bicaranya."Sorry Mas Bro, kirain udah punya gandengan. Udah jangan melotot, bikin merinding aja."Rasanya tertampar begitu keras mendapati rekannya yang terkesan ugal-ugalan malah sudah memiliki pasangan. Jiwa jomblonya terusik dan meronta-meronta.Aku masih m

    Last Updated : 2022-01-30
  • Simfoni Temaram Takdir   7. A New Rival

    7. A New Rival Malam hari Hari ini cukup melelahkan untuk fisik sekaligus pikiran Gangga. Dia harus malu di depan mahasiswa-mahasiswa lain. Dan parahnya, semua menikmati kekonyolan keadaannya. Gangga mengetik chat kepada Bisma. 📱Gangga: Bis, kemarin aku lupa nggak bawa slayer jadi harus beli mahal. Sekarang aku salah beli mi cup. Tapi nggak apa-apa sih. Mi cup isi double yang dikumpulin sebagai tugas ospek itu ternyata disumbangin ke panti asuhan oleh panitia ospek. Ikhlas. 📱Gangga: Oh iya, aku jadi badut fakultas, tahu! Aku tadi nyanyi dan semua ngetawain keindahan suaraku. Padahal suaraku kan indah ya kan? Setuju? Dasar, mereka aja yang nggak ngerti seni. Wajah Gangga memanas. Tak kuat menahan kerinduan akan sahabatnya, ia pun menangis. Entah karena hari ini begitu menguras emosi dan tenaganya atau karena apa, tangis Gangga tidak terkontrol. Dia terus terisak hingga mengeluarkan suara sedikit keras. ~ Rumah saki

    Last Updated : 2022-01-31
  • Simfoni Temaram Takdir   8. Duka Dalam Yang Tersembunyi

    8. Duka Dalam Yang TersembunyiDisplay UKM, rektorat Universitas Vanguard"Eh Kak Adam.""Kamu baru datang?"Gangga mengangguk sembari mengatur napas.Adam melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 20.25."Sini lihat buku UKM kamu."Gangga menyerahkan buku UKMnya yang masih bersih suci tanpa noda. Mahasiswa baru ditugaskan untuk mengisi buku UKM itu dengan profil singkat setiap UKM disertai cap sebagai bukti mereka menghadiri acara display.Tapi Gangga terlambat datang sehingga mustahil menulis profil dan cap dalam waktu 35 menit."Kosong?""Iya, gimana dong Kak. Katanya kurang 1 aja bakal kena hukuman.""Ya udah, gini aja. Kamu tunggu di sini. Kalau kamu sendiri yang muter, nggak bakal selesai. Biar aku aja."Adam bergegas menuju ke stand-stand UKM dan meminta cap. Dalam waktu 15 menit, semua cap sudah didapatkan."Ini bukumu.""Makasih banget ya Kak. Teru

    Last Updated : 2022-02-01
  • Simfoni Temaram Takdir   9. Ternyata Itu Cinta

    9. Ternyata Itu CintaTak lama mata Gangga menitikkan air mata."Lhoh, kenapa? Aku nyinggung ya?""Nggak kok, Kak. Bisma, temenku itu udah meninggal 1 bulan yang lalu.""Ya ampun, maaf banget Ngga. Aku bener-bener nggak tahu."Gangga mengusap air matanya dan kembali berlatih presentasi.Stella datang menghampiri mereka berdua dengan membawa makanan dan minuman."Hey, Kak Ken, kamu apain temenku kok nangis begitu?" protes Stella yang melihat sisa-sisa air mata di sudut mata Gangga."Enggak kok, Stel. Aku aja yang cengeng," bela Gangga.Mereka bertiga agak lama terdiam karena Gangga juga mengalihkan perhatian pada latihan presentasinya besok."Ehm, mata kuliah apa sih yang buat presentasi besok?" Kendrik mencoba mencairkan suasana."Sprechen für Anfänger," jawab

    Last Updated : 2022-02-02
  • Simfoni Temaram Takdir   10. Pohon Bisma

    10. Pohon BismaSenin, 6 Juli 20xxGedung D03Gangga telah menyadari perasaan yang selama ini dipunyai untuk Bisma adalah cinta. Entah apakah Bisma juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya atau tidak. Semua pertanyaan tentang itu hanya sebatas rasa penasaran yang sudah tak dapat lagi dipastikan. Dia tidak lagi bisa bertanya kepada yang bersangkutan.Tangannya memegangi handout materi presentasinya dengan Stella. Sembari berlatih, pikirannya bercabang ke mana-mana."Siap, Ngga? Masih 30 menit lagi.""Belum Stel. Aduh gimana ya, aku nervous banget dan nggak konsen.""Mikirin apa?"Gangga tidak menjawab, dia hanya tersenyum. Meski pun dia dan Stella terbilang dekat, dia tidak pernah bercerita mengenai Bisma."Ya udah, coba merem, fokus. Tenang. Bu Omih Sutia, dosen Sprechen für Anfänger itu baik. Kita udah 3 kali pertemuan dan dia nggak killer kok. Kayaknya dink, siapa tahu kalau presentasi berubah jadi

    Last Updated : 2022-02-03
  • Simfoni Temaram Takdir   11. Tawa Pertama

    11. Tawa PertamaRumah Kendrik, Malam hariKendrik menatap langit-langit kamar dan mengingat percakapannya dengan Gangga tadi siang. Sangat bahagia hatinya mengetahui bahwa Gangga akan sering berada di dekatnya, di pohon itu. Namun dia juga kesal dengan keisengan gadis itu mengerjai dirinya.Dia pun tak ingin kalah dari gadis itu.📱Kendrik: Minta nomernya Gangga, Stel.📱Stella: Aku tanya dulu sama orangnya, boleh apa nggak.📱Kendrik: Eh jangan tanya. Gini, kamu kasih aja, nanti kalau dia marah atau ternyata nggak ijinin, aku janji bakal hapus nomer dia. Kalau perlu aku block sekalian. Gimana?📱Stella: Halah. Ya udah deh. Tapi bener lho ya, kalau orangnya marah, Kak Ken hapus nomernya. Janji??!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!📱Kendrik: Iya, akh, buruan dong.📱Stella: Nggak mau buru-buru. Terserah aku dong.

    Last Updated : 2022-02-07
  • Simfoni Temaram Takdir   12. Rindu Itu Menyesakkan

    12. Rindu Itu MenyesakkanAdakah di sana kau rindukan akuMeski kita kini ada di dunia berbedaBila masih mungkin waktu kuputarKan kutunggu dirimu('Mengenangmu' - Kerispatih)****Jum'at, 9 Juli 20xxHari ini adalah 40 hari kepergian Bisma. Gangga menghabiskan waktu dengan duduk di bawah pohon di dekat laboratoium. Dia memandangi foto, bunga melati kering, kalung, coklat dan tulisan-tulisannya tentang Bisma di buku binder.Kendrik mendatanginya. Sejak tahu di belakang laboratorium adalah HIMA sastra Jerman dan terdapat pohon favorit Gangga, dia menjadi rajin mengamati pohon itu, menunggu kalau-kalau Gangga datang ke sana."Hai, Kubis. Aku boleh duduk di sini sama Gangga nggak? Apa? Boleh? Makasih ya," kata Kendrik, berbicara pada pohon besar itu kemudian duduk tanpa aba-aba di samping Gangga.Gangga menutup buku binder yang sedang diperhatikannya. "Apa, Kak?!""Galak amat sing, Mbyak, aku kan u

    Last Updated : 2022-02-08

Latest chapter

  • Simfoni Temaram Takdir   74. Semua Berkaitan

    Gunung TimurRandu meremas sebuah kertas bergambar mobil yang diprint oleh Lio. Gambar tersebut juga dimiliki oleh Kendrik. Tangan kirinya memegangi ponsel. Telinganya sedang mendengarkan Kendrik berbicara di seberang sana.Dengan mantap ia menjawab pertanyaan untuk meneruskan apa yang sedang diselidiki oleh staf laboratorium itu. Kasus itu tidak begitu berat tapi menimbulkan berbagai tanda tanya walau pelakunya sudah berada di penjara.Pelaku mengaku dengan sempurna dan menjadi satu-satunya orang yang mungkin menabrak Bisma. Semua itu tidak dapat dibuktikan dengan bukti rekaman video CCTV karena di lokasi tidak terdapat kamera apa pun. Namun, sejak kemunculan Kendrik yang penasaran dengan kasus kecelakaan ini, makin banyak kejanggalan yang muncul ke permukaan."Aku juga nemuin sesuatu tentang itu," kata Randu melalui sambungan telepon sembari melihat ke arah layar laptop di hadapannya.Lio yang berdiri di samping tempat duduk Randu turut memelototi laptop milik Randu. Jemari Randu yan

  • Simfoni Temaram Takdir   73. Penyesalan dan Kegundahan

    Kos GanggaStella dan Gangga mengikuti perkuliahan dengan sebuah aplikasi video meeting. Stella dengan laptopnya, Gangga dengan ponselnya. Namun, sambungan internet yang digunakan adalah dengan paket data internet milik Gangga yang di-tether atau di-share sambungannya sehingga Stella dapat turut menikmati.Dengan gemas-gemas kesal Gangga melirik ke arah Stella. Ponselnya menjadi cepat panas karena harus membagikan kuota yang disayang-sayangnya. Berawal dari pertanyaan Stella tentang gaji bulanan yang baru saja diterima Gangga, Stella memanfaatkan kesempatan.Gangga tidak bisa menolak karena Stella sudah berada di depan pintu kamar kos Gangga tadi pagi. Ingin mengusir, Stella langsung masuk ke kamar kos Gangga. Ya sudah, itung-itung menolong calon saudara iparnya.Usai perkuliahan daring dilaksanakan, Gangga berniat untuk mengungkapkan segala kejengkelannya menyaksikan tingkah Stella pagi ini. Sebelum dia mengomel, Stella lebih dulu memberondongnya."Maaf ya, Ngga, aku ke sini terus num

  • Simfoni Temaram Takdir   72. Problem Solver

    Kendrik: Apa itu, Kak?Daniel: Intinya mengacak huruf untuk menghasilkan kata yang baru.Antara senang dan sedih Kendrik menerima sebuah opsi untuk memecahkan kode itu. Mengacak huruf untuk membentuk sebuah kata akan memakan waktu yang sangat lama. Berhubungan dengan matematika di sub bab peluang, perkiraan kemungkinan kata yang muncul akan sangat banyak.Dia pernah melihat Barry Allen dalam The Flash melakukan pengacakan terhadap kode. Jadi, pada dasarnya si meta human tersebut bukan meng-hack kode tapi melakukan pengacakan dengan cepat sehingga menemukan salah satu rangkaian kode yang benar.Hanya, aneh sekali di serial barat itu. Biasanya setiap kode memiliki maximum attempt yang kemudian akan memblokir sistem jika beberapa kali salah memasukkan kode. Sementara itu The Flash dengan santainya memasukkan ratusan kali.Entah itu cacat logika atau memang sistem di sana tidak memberlakukan maksimal salah memasukkan kode (agak nggak mungkin sih ya).Kendrik mengambil sebuah kertas beruku

  • Simfoni Temaram Takdir   71. Memecahkan Kode

    Seorang pria setinggi 181 cm dengan menggendong seorang bayi di pelukannya membukakan pintu dan menyapa Kendrik.“Hai, Darren ini Om Kendrik,” sapa Kendrik kepada anak lelaki kecil dalam gendongan Daniel.“Siapa, Niel?” teriak Karen, kakak Kendrik, dari dalam. Wanita berambut merah itu pun terkejut melihat sang adik yang sudah beberapa waktu tidak pernah memberi kabar. “Kendrik! Astaga!”Karen memeluk erat adiknya hingga kesusahan bernapas bukan karena eratnya pelukan Karen melainkan bau kecut wanita itu. Dia memang baru saja pulang dari kantor dan belum membersihkan diri.“Ikh lengket! Mandi sana!” kata Kendrik.Karen mencubit hidung Kendrik kemudian memperhatikan sesuatu yang berbeda dari sang adik. “Kamu kok kurusan? Lagi banyak pikiran ya?”“Ish, kamu mandi dulu sana. Nanti aja ceritanya.”~Ruang buku milik DanielDaniel memiliki ruang buku dengan koleksi komik yang bejibun menyaingi taman bacaan komik. Dahulu saat mengerjakan skripsi, Kendrik hampir setiap hari mendatangi tempat

  • Simfoni Temaram Takdir   70. Kode Apakah Itu?

    Randu, Kendrik dan Linggom terbelalak dengan kembalinya file-file yang hilang. Banyak sekali file ber-ekstensi 3gp di sana. Seringai singkat tiga lelaki itu terukir sejenak.“Ya Tuhan, imajinasi Lio pasti tinggi banget nih. Untung aku enggak,” komentar Kendrik.“Ane juga enggak, Brot,” kata Linggom.“Aku juga enggak,” timpal Randu.Mereka bertiga saling pandang dengan canggung seolah berkata ‘akh masak?!’ Paling tidak jika tidak hobi, pasti pernah mengintip video-video seperti itu meski tidak sengaja.“Cepet cari yang tanggal 29 Mei!”Linggom menuruti perkataan Randu. Di antara foto-foto yang diambil pada tanggal 29 Mei, sebuah foto mobil ada di sana. Tidak ada yang aneh dengan foto mobil itu. Mereka bertiga hanya sedikit berdecak dengan jenis mobil yang lumayan mahal itu.“Wuih mobilnya Pakjerot. Mayan mahal nih,” komentar Kendrik.Randu langsung mencetak gambar mobil itu rangkap dua untuk dirinya dan untuk Kendrik. Kendrik menerima itu dengan lemas. Pasalnya dia sedang fokus dengan

  • Simfoni Temaram Takdir   69. Mencari File Yang Hilang

    “Ehm, apaan tuh, Bang?” tanya Kendrik, pura-pura tidak mengerti.“Itu tadi yang ente masukkin ke botol sample,” serobot Linggom.Kendrik memelototi Linggom karena membongkar sesuatu yang sudah payah ia tutupi. Randu bersidekap di hadapan Kendrik. Kendrik pun menendang kaki Linggom.“Apaan sih nendang-nendang?! Kan ente sendiri yang bilang kalau Bang Randu itu bakal tahu juga. Ini aja dia udah tahu jenisnya. Dari pada kelamaan mending ngaku,” kata Linggom.“Akh, eheheh, iya, Bang. Tenang, aku cuma pake buat dihirup aromanya doang, nggak ditaruh ke minuman yang aku kasihin ke mereka.”“Ya iyalah, kan emang makenya begitu! Mereka siapa? Dan kenapa? Inget! Jangan ngelama-lamain, percuma!” kata Randu dengan penuh intimidasi.Kendrik pun menjelaskan seluruh rangkaian acaranya dengan Linggom hari ini, termasuk acara spesialnya menerobos masuk ke rumah pribadi Pak Zakarria. Lelaki itu menjelaskan dengan pasrah. Kemungkinan Randu akan memarahinya, atau mungkin melaporkannya kepada kepolisian K

  • Simfoni Temaram Takdir   68. Pindah Lokasi Operasi

    “Haih, ente jangan gitu! Ini penting dan butuh kemampuan hacking ente. Kalau ane doang yang ke sana, gimana mau nge-hack. Download video dari Kowetube aja ane kagak bisa.”“Emang mau ngapain? Dan pentingnya buat ane apaan?” tanya Linggom.“Nggak tahu juga, cuman penting aja. Lagian kita cuti hari ini, kan sayang kalau nggak dimaksimalin. Ane yang nyetir. Nanti ane traktir mi lethek khas Gunung Timur. 2 porsi juga boleh. Atau mau angkringan di pinggiran alun-alun?”Linggom merebut kardus berisi botol di tangan Kendrik kemudian mendekat ke jok belakang di bagian penumpang. “Dua-duanya juga boleh. Ayok lah, tancap!”***Gunung TimurKendrik dan Linggom telah sampai. Randu berada di luar ketika mereka telah sampai. Reserse itu sudah memperkirakan dengan tepat tibanya mereka dia sana. Padahal jarak Koja-Gunung Timur adalah kurang lebih 1 jam perjalanan.Randu mengernyit sembari memiringkan kepala melihat yang datang sedikit lain dengan pencitraan yang dia harapkan.Bang Randu pasti nggak n

  • Simfoni Temaram Takdir   67. Teringat Kasus Lama

    Gunung TimurSetelah membantu Kendrik menangani kasus penangkapan Duo Wong sekaligus pengungkapan kebersihan kampus dalam kasus penusukan mahasiswa yang sedang berdemo, Randu kembali ke aktivitasnya sebagai reserse kriminal di Gunung Timur. Dia dan Lio kembali berpartner karena selain mengandalkan berita dari Randu, Lio juga banyak membantu Randu dalam menjalankan berbagai misi.Dia kini menangani sebuah kasus sindikat pencurian yang hampir final. Tinggal sedikit bukti lagi, rantai pencurian itu akan terputus. Kasus ini termasuk bukan kasus yang besar seperti korupsi negeri di atas langit yang bahkan pernah terjadi 32 tahun lamanya.Tidak ada yang berani mengutak-atik keluarga ‘raja’ pada waktu itu. Sedikit saja berkoar maka akan dibredel. Sungguh pembungkaman kebebasan berpendapat yang mengerikan sementara sang raja beracting senyum-senyum bijak seperti tak berdosa.Randu kemudian tergelitik dengan salah satu kasus yang sebenarnya tidak besar tapi hingga sekarang belum terungkap, kec

  • Simfoni Temaram Takdir   66. Menerobos

    Kendrik dan Linggom telah berada di depan perumahaan elit Pondok Elok. Tak salah diberi predikat elit, bangunan rumah di kompleks ini besar dengan halaman luas. Tidak ada pemilik yang keluar rumah untuk bergosip.Yang keluar rumah untuk menebar berita-berita sosial adalah asisten rumah tangga. Jika ada seorang wanita berdaster lalu keluar rumah untuk mengobrol, para ART lain pasti akan menanyainya dengan pertanyaan seperti “Baru kerja ya?”, atau “Udah berapa lama ikut rumah ini, kok baru keluar?”Pemilik rumahnya bergaul dengan teman-teman high class dan sosialita saja. Mereka juga keluar-masuk mengendarai mobil, hampir tidak pernah keluar rumah untuk bepergian jarak dekat. Yang tinggal di sana adalah bos-bos besar perusahaan, artis, selebriti dan aktor-aktor film.Linggom menyenggol Kendrik. “Ente yakin ini bakal berhasil, Brot?”“Brot? Panggilan macam apa itu?!” protes Kendrik.“Itu singkatan dari brother.”“Oh. Ane perkiraan bakal berhasil dari pada kita musti sok kenal dan harus n

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status