Share

6. Badut Fakultas

Penulis: Tita Dewahasta
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-30 11:47:36

6. Badut Fakultas

1 Juni 20XX

Seleksi penerimaan pegawai, hari kedua

"Hei, kenapa psikologis kita musti dites tes segala?" seloroh Linggom.

"Ya iyalah, itu buat nyingkirin kandidat kurang waras macam kamu."

"Biarin nggak waras, biar begini, ada yang mau sama aku. Buat apa keren-keren tapi jomblo hahaha. Tos dulu Bro."

Kendrik tidak menanggapi tangan Linggom yang terangkat dan mengajak ber-high five itu. Dia malah menatap lawan bicaranya dengan mata sedikit melotot.

"Kenapa Bro, ayo tos dong akh kita udah laku." Linggom sedikit menyadari ekspresi Kendrik. "Ups, apa kamu kaum jones? Jomblo ngenes?"

Sekali lagi Kendrik memelototi lawan bicaranya.

"Sorry Mas Bro, kirain udah punya gandengan. Udah jangan melotot, bikin merinding aja."

Rasanya tertampar begitu keras mendapati rekannya yang terkesan ugal-ugalan malah sudah memiliki pasangan. Jiwa jomblonya terusik dan meronta-meronta.

Aku masih muda. Aku masih muda, nggak perlu lah buru-buru. Kerja dulu aja yang bener biar bisa ngumpulin duit buat nikah. (Kendrik).

Rebel mind voice: Ngumpulin duit buat nikah? Mau nikahin siapa emangnya?

Eh pada nggak tahu aja kalau cewek inceranku itu artis ternama. Jangan kaget kalau aku lama single dan akhirnya dapat Natalia Wilona. (Kendrik).

Rebel mind voice: Emangnya dia mau sama kamu?

~

Gangga tiba di aula FBS untuk mengkuti ospek fakultas. Semua mahasiswa baru mengenakan slayer berwarna ungu. Gangga tersenyum senang karena tidak lupa membawa slayer itu dan tidak harus membeli lagi.

Keledai tidak akan tersandung batu yang sama dua kali. Slayer mahal, kamu akan kupake setiap hari meski udah selesai ospek nantinya. Dan hari ini, nggak bakal ngulangin keteledoran kemarin. (Gangga).

Gangga dan ratusan mahasiswa mengikuti ospek fakultas dengan baik.

Saat hari menjelang siang, mahasiswa-mahasiswa di fakultas bahasa dan seni diminta untuk mengeluarkan benda yang berada di dalam catatan. Salah satunya adalah 'Mi Dua Taroh Gelas'.

Gangga mengeluarkan 2 mi instan, sebuah makanan kecil bermerk 'Taroh' dan sebuah gelas.

"Lhoh, kok kamu bawa itu. Kebanyakan," kata seorang mahasiswi kepadanya.

Kakak pembina menghampiri Gangga dan terbahak-bahak melihat kesalahan Gangga. Tapi tenang, dia tidak sendiri. Ada juga yang salah seperti dirinya.

"Terus, yang bener yang kayak gimana, Kak?" tanya Gangga kepada kakak tingkat yang membina.

"Tanya dong sama yang lain. Punya mulut nggak kamu, Dek?!"

Mulai sudah perploncoan ala-ala. Gangga melihat ke arah orang-orang yang tidak tersesat seperti dirinya. Ternyata yang dimaksud dengan 'Mi Dua Taroh Gelas' adalah mi cup yang isinya double.

Dia melirik catatan yang diberikan kemarin. Awal kata selalu diawali dengan huruf kapital sehingga sulit untuk menerjemahkan maksud instruksi itu. Dan memang begitu tujuannya, mengerjai mahasiswa baru.

"Buat yang salah beli, hukumannya adalah menyanyi. Setelah itu kalian diberi waktu untuk pergi ke warung atau minimarket, beli barang yang benar."

Hah? Nyanyi? Lari keliling lapangan sih oke, tapi menyanyi? Mendingan ketemu kuntilanak. (Gangga).

Padahal, Gangga juga bukan seorang pemberani. Misalnya benar-benar bertemu dengan hantu, mungkin dia akan berlari tunggang langgang. Atau malah lututnya lemas tidak mampu berlari dan hanya pipis di celana.

Gangga mulai menyanyi dan membuat mahasiswa yang lain cekikikan karena saking indahnya. Beberapa yang sedang minum bahkan tersedak.

"Ya ya ya, suara yang indah. Dan suara kamu terlalu indah sehingga telinga manusia di bumi belum siap menerima keagungan suaramu," kata kakak itu.

Semua mahasiswa yang berada di sana tertawa riuh.

Sialan! Yang nyuruh nyanyi juga siapa? Salah sendiri kena kutukan suara indahku. Pada sakit kuping semua kan jadinya. (Gangga).

"Nada aslinya ke mana, dia nyanyinya ke mana," celetuk seorang mahasiswa masih dengan sisa tawa.

"Eh, jangan salah. Itu yang namanya improvisasi. Justru dia ini kreatif bisa menciptakan nada sendiri," sambung kakak tingkat yang disambung tawa lebih keras dari tawa awal tadi.

Seketika Gangga ingin menghilang dari sana. Sepertinya mereka belum puas megerjai dirinya, dia bahkan masih berdiri di tengah mahasiswa lain yang duduk secara lesehan mengelilingi dirinya.

Dia ingin pergi, namun takut melakukan kesalahan lagi sehingga menunggu instruksi dan mantra jahat dari kakak tingkatnya.

"Ngapain masih berdiri di sini? Udahan kan konsernya? Nunggu diusir? Apa mau nambah lagu?"

"Eng-enggak Kak, udah Kak, ampun." Gangga terbata. Maksud hati tidak ingin melakukan kesalahan, malah kena lagi. Gangga pun duduk bergabung dengan mahasiswa lain.

"Eh eh, siapa suruh kamu duduk?!"

Apa lagi ini ya Tuhan. Belum puas ngerjain aku wahai kakak tingkat? (Gangga).

"Ta-tadi kan katanya ... "

"Kata siapa? Kan tadi di awal udah dibilangin, habis nyanyi, pergi beli barang yang benar!"

"Oh sekarang, Kak?"

"Enggak! Nanti kalau koruptor udah nggak ada di negeri ini! Ya sekarang lah, mau nunggu koruptor nggak ada itu hanyalah mitos."

Gangga segera pergi dari sana.

"Eh eh, kok nyantai-nyantai gitu jalannya, lari!" bentak kakak itu dengan megaphone.

Semua mahasiswa kembali menertawai dirinya. Bagus, predikat 'badut fakultas' secara tidak langsung tersemat di dirinya. Semua menertawakan dirinya dibodohi kakak tingkat.

Semua tertawa gembira kecuali dirinya yang sekarang sedang berlari tergopoh-gopoh mendatangi warung untuk membeli mi cup isi double.

Sayang sekali, warung di seputar kampus telah kehabisan stock.

"Wah maaf Mbak, udah habis. Dari kemarin banyak yang beli. Coba di minimarket GMYM itu."

Semalam, Gangga juga berbelanja di minimarket itu. Namun, dia baru menyadari bahwa harganya lebih mahal dari pada harga warung. Namanya saja GMYM singkatan dari Give Me Your Money. Tujuannya menguras kantong para pembeli.

~

Gedung C1, Universitas Vanguard

Kendrik dan para kandidat pegawai telah menyelesaikan psikotest hari ini. Tersisa interview yang akan dilaksanakan 2 hari lagi. Yang akan mengikuti interview hanyalah kandidat yang lulus tes kompetensi dan psikotest.

"Ken, laper. Yuk ke rumah makan Murah Banget," ajak Linggom.

"Lagi nggak pengen makan. Kamu duluan aja, aku mampir ke situ," jawab Kendrik sembari menunjuk sebuah tempat.

"Kalau gitu, kita pisah di sini Bro. Kalau ketrima, kita ketemu lagi. Kalau enggak, aku pamit mau pulang ke pulau seberang." Linggom mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Semoga ya Bro."

Kendrik dan Linggom berpisah ke tujuan mereka masing-masing. Kendrik memasuki tempat yang tadi dia tunjuk.

~

Gangga memasuki minimarket GMYM. Dia mencari mi di deretan mi cup. Apes sekali, mi cup double sudah tidak ada di sana. Dia pun bertanya pada penjaga toko.

"Mbak, mi cup isi double udah habis ya?"

Penjaga toko itu nampak bingung. "Tadi masih ada 1 kok, Dek."

Penjaga itu beranjak memeriksa deretan cup yang ternyata benar, tinggal mi cup isi 1. Dia menggaruk-garuk kepalanya.

"Tadi yakin masih 1, Dek." Penjaga itu mengelilingkan pandangan. "Coba Adek tanya ke masnya itu, kali aja dia yang beli," kata penjaga sembari menunjuk seorang laki-laki yang mengenakan pakaian hitam putih.

Gangga mendekati lelaki yang memunggunginya itu. Rupanya orang itu sedang memilih minuman.

Dia pake baju hitam putih. Jangan-jangan dia kayak aku yang kena hukuman. Boleh diminta nggak ya mi cupnya. (Gangga).

"Permisi," sapa Gangga.

Laki-laki itu berbalik.

Oh my, si gadis gambas bermata amber berada di depan mata. Shitt, aku nggak siapin cincin. Langsung aku ajak ke catatan sipil? Pinjem tuxedo sama gaun pengantin punya Kak Karen dan Kak Daniel. Mama, anakmu segera kawin Ma, segera hubungi WO, siapin gedung. (Kendrik).

Kakak ini yang dulu ketemu di taman kuliner deket rektorat kan? Dia yang bertingkah kayak predator itu kan? Hah, nggak ada waktu! Mi cupnya hei. (Gangga).

"Maaf, boleh mi cupnya saya beli? Saya butuh banget untuk ospek."

Duh kalau dia juga ospek, pasti nggak boleh aku beli. Eh, peserta recruitment Universitas Vanguard nomer 097? Yes, dia bukan mahasiswa baru. (Gangga).

Mata gadis itu membaca tanda yang dijepitkan di saku kemeja putih Kendrik dan bersorak dalam hati. Namun, pria itu tak segera memberi respon, malah terpaku memandanginya.

"Kak, Kak, please Kak mi cupnya buat saya. Saya dari tadi udah dikerjain dan diketawain terus."

"Ini, buat kamu." Kendrik akhirnya mengeluarkan suara. Dia menata kata dalam hati untuk bertanya lebih jauh kepada si gadis bermata amber.

"Terimakasih Kak, semoga rejeki Kakak berlimpah dan diterima jadi pegawai di sini."

Gangga berlari menuju ke kasir dan segera pergi dari sana.

Lhah lhah, namaku Kendrik. Akh telat, orangnya udah pergi aja. Kenapa tadi nggak langsung aku seret aja dia ke kantor catatan sipil. (Kendrik).

Bersambung ...

Jogja, 27 September 2021

Komen (6)
goodnovel comment avatar
XII MIPA 6 WILDA NISHFA RAMADHONA
tertekan dengan kenyataan
goodnovel comment avatar
Yenny Sandra
Sabar Ken, pelan2 atuh, masa isa mau seret gangga ke catatan sipilll
goodnovel comment avatar
Lavinka
malunya setengahapus itu pasti gangga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Simfoni Temaram Takdir   7. A New Rival

    7. A New Rival Malam hari Hari ini cukup melelahkan untuk fisik sekaligus pikiran Gangga. Dia harus malu di depan mahasiswa-mahasiswa lain. Dan parahnya, semua menikmati kekonyolan keadaannya. Gangga mengetik chat kepada Bisma. đŸ“±Gangga: Bis, kemarin aku lupa nggak bawa slayer jadi harus beli mahal. Sekarang aku salah beli mi cup. Tapi nggak apa-apa sih. Mi cup isi double yang dikumpulin sebagai tugas ospek itu ternyata disumbangin ke panti asuhan oleh panitia ospek. Ikhlas. đŸ“±Gangga: Oh iya, aku jadi badut fakultas, tahu! Aku tadi nyanyi dan semua ngetawain keindahan suaraku. Padahal suaraku kan indah ya kan? Setuju? Dasar, mereka aja yang nggak ngerti seni. Wajah Gangga memanas. Tak kuat menahan kerinduan akan sahabatnya, ia pun menangis. Entah karena hari ini begitu menguras emosi dan tenaganya atau karena apa, tangis Gangga tidak terkontrol. Dia terus terisak hingga mengeluarkan suara sedikit keras. ~ Rumah saki

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • Simfoni Temaram Takdir   8. Duka Dalam Yang Tersembunyi

    8. Duka Dalam Yang TersembunyiDisplay UKM, rektorat Universitas Vanguard"Eh Kak Adam.""Kamu baru datang?"Gangga mengangguk sembari mengatur napas.Adam melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 20.25."Sini lihat buku UKM kamu."Gangga menyerahkan buku UKMnya yang masih bersih suci tanpa noda. Mahasiswa baru ditugaskan untuk mengisi buku UKM itu dengan profil singkat setiap UKM disertai cap sebagai bukti mereka menghadiri acara display.Tapi Gangga terlambat datang sehingga mustahil menulis profil dan cap dalam waktu 35 menit."Kosong?""Iya, gimana dong Kak. Katanya kurang 1 aja bakal kena hukuman.""Ya udah, gini aja. Kamu tunggu di sini. Kalau kamu sendiri yang muter, nggak bakal selesai. Biar aku aja."Adam bergegas menuju ke stand-stand UKM dan meminta cap. Dalam waktu 15 menit, semua cap sudah didapatkan."Ini bukumu.""Makasih banget ya Kak. Teru

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Simfoni Temaram Takdir   9. Ternyata Itu Cinta

    9. Ternyata Itu CintaTak lama mata Gangga menitikkan air mata."Lhoh, kenapa? Aku nyinggung ya?""Nggak kok, Kak. Bisma, temenku itu udah meninggal 1 bulan yang lalu.""Ya ampun, maaf banget Ngga. Aku bener-bener nggak tahu."Gangga mengusap air matanya dan kembali berlatih presentasi.Stella datang menghampiri mereka berdua dengan membawa makanan dan minuman."Hey, Kak Ken, kamu apain temenku kok nangis begitu?" protes Stella yang melihat sisa-sisa air mata di sudut mata Gangga."Enggak kok, Stel. Aku aja yang cengeng," bela Gangga.Mereka bertiga agak lama terdiam karena Gangga juga mengalihkan perhatian pada latihan presentasinya besok."Ehm, mata kuliah apa sih yang buat presentasi besok?" Kendrik mencoba mencairkan suasana."Sprechen für Anfänger," jawab

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Simfoni Temaram Takdir   10. Pohon Bisma

    10. Pohon BismaSenin, 6 Juli 20xxGedung D03Gangga telah menyadari perasaan yang selama ini dipunyai untuk Bisma adalah cinta. Entah apakah Bisma juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya atau tidak. Semua pertanyaan tentang itu hanya sebatas rasa penasaran yang sudah tak dapat lagi dipastikan. Dia tidak lagi bisa bertanya kepada yang bersangkutan.Tangannya memegangi handout materi presentasinya dengan Stella. Sembari berlatih, pikirannya bercabang ke mana-mana."Siap, Ngga? Masih 30 menit lagi.""Belum Stel. Aduh gimana ya, aku nervous banget dan nggak konsen.""Mikirin apa?"Gangga tidak menjawab, dia hanya tersenyum. Meski pun dia dan Stella terbilang dekat, dia tidak pernah bercerita mengenai Bisma."Ya udah, coba merem, fokus. Tenang. Bu Omih Sutia, dosen Sprechen für Anfänger itu baik. Kita udah 3 kali pertemuan dan dia nggak killer kok. Kayaknya dink, siapa tahu kalau presentasi berubah jadi

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Simfoni Temaram Takdir   11. Tawa Pertama

    11. Tawa PertamaRumah Kendrik, Malam hariKendrik menatap langit-langit kamar dan mengingat percakapannya dengan Gangga tadi siang. Sangat bahagia hatinya mengetahui bahwa Gangga akan sering berada di dekatnya, di pohon itu. Namun dia juga kesal dengan keisengan gadis itu mengerjai dirinya.Dia pun tak ingin kalah dari gadis itu.đŸ“±Kendrik: Minta nomernya Gangga, Stel.đŸ“±Stella: Aku tanya dulu sama orangnya, boleh apa nggak.đŸ“±Kendrik: Eh jangan tanya. Gini, kamu kasih aja, nanti kalau dia marah atau ternyata nggak ijinin, aku janji bakal hapus nomer dia. Kalau perlu aku block sekalian. Gimana?đŸ“±Stella: Halah. Ya udah deh. Tapi bener lho ya, kalau orangnya marah, Kak Ken hapus nomernya. Janji??!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!đŸ“±Kendrik: Iya, akh, buruan dong.đŸ“±Stella: Nggak mau buru-buru. Terserah aku dong.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • Simfoni Temaram Takdir   12. Rindu Itu Menyesakkan

    12. Rindu Itu MenyesakkanAdakah di sana kau rindukan akuMeski kita kini ada di dunia berbedaBila masih mungkin waktu kuputarKan kutunggu dirimu('Mengenangmu' - Kerispatih)****Jum'at, 9 Juli 20xxHari ini adalah 40 hari kepergian Bisma. Gangga menghabiskan waktu dengan duduk di bawah pohon di dekat laboratoium. Dia memandangi foto, bunga melati kering, kalung, coklat dan tulisan-tulisannya tentang Bisma di buku binder.Kendrik mendatanginya. Sejak tahu di belakang laboratorium adalah HIMA sastra Jerman dan terdapat pohon favorit Gangga, dia menjadi rajin mengamati pohon itu, menunggu kalau-kalau Gangga datang ke sana."Hai, Kubis. Aku boleh duduk di sini sama Gangga nggak? Apa? Boleh? Makasih ya," kata Kendrik, berbicara pada pohon besar itu kemudian duduk tanpa aba-aba di samping Gangga.Gangga menutup buku binder yang sedang diperhatikannya. "Apa, Kak?!""Galak amat sing, Mbyak, aku kan u

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-08
  • Simfoni Temaram Takdir   13. Peristiwa Tak Mengenakkan

    13. Peristiwa Tak MengenakkanSabtu, 10 Juli 20xxRumah Kendrik, sore hari"Ken, besok kita ke rumah kakakmu ya. Seharian kita jagain dan ajak jalan dek Darren.""Mama ikh, aku mau jalan-jalan malah ngajak ke tempat Kak Ren. Lagian bayi baru umur 41 hari masak mau diajak jalan.""Kamu nggak peka. Justru karena dia udah 41 hari itu kita harus ajak dia jalan-jalan biar papa mamanya bisa ... heheh."Kadang aku tyduck mengerti maksud emak gue ini. (Kendrik).Kendrik masih terus mengernyit mendengar perkataan ibunya itu. Sekian menit berpikir, ia tak juga menemukan jawaban. Minion yang bekerja di otaknya belum juga menemukan file tentang hubungan antara bayi berumur 41 hari, mama papanya dan onomatopoeia tertawa 'heheh'.Meski pengetahuan tentang serba-serbi wanita melahirkan sudah sedikit diketahuinya, dia belum juga ngeuh maksud Bu Puri yang mengar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09
  • Simfoni Temaram Takdir   14. Sudah Jatuh Tertimpa ...

    14. Sudah Jatuh Tertimpa ..."Tasku yang diambil. Karena aku masih pertahanin, kami jadi tarik-tarikan ..." Gangga mengambil jeda. "Terus dia pake pisau buat mutusin slingnya."Kendrik menghela napas. "Barang apa aja yang diambil? Handphone kamu di mana sekarang?"Saat menegangkan tadi membuat Gangga lupa akan keberadaan ponselnya. Untung dia meletakkannya di saku celana. Namun earphone yang sedari tadi terhubung ke telinganya turut terputus karena ayunan pisau si jambret."Yah, earphoneku rusak. Pisaunya tajem banget bisa langsung putus, nggak ketarik.""Kenapa nggak mau diajak ke rumah sakit? Kalau ada luka dalam gimana?""Nggak ada uang buat bayar. Uangku ..." Gangga terdiam."Diambil jambret tadi? Tapi di kos masih punya, kan?"Gangga menggeleng."Di ATM?"Gangga menggeleng lagi. "Uangku cash semua."Setelah mendapat kiriman uang bulan ini, dia langsung mengambil seluruh uangnya. Mesin ATM berada

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10

Bab terbaru

  • Simfoni Temaram Takdir   74. Semua Berkaitan

    Gunung TimurRandu meremas sebuah kertas bergambar mobil yang diprint oleh Lio. Gambar tersebut juga dimiliki oleh Kendrik. Tangan kirinya memegangi ponsel. Telinganya sedang mendengarkan Kendrik berbicara di seberang sana.Dengan mantap ia menjawab pertanyaan untuk meneruskan apa yang sedang diselidiki oleh staf laboratorium itu. Kasus itu tidak begitu berat tapi menimbulkan berbagai tanda tanya walau pelakunya sudah berada di penjara.Pelaku mengaku dengan sempurna dan menjadi satu-satunya orang yang mungkin menabrak Bisma. Semua itu tidak dapat dibuktikan dengan bukti rekaman video CCTV karena di lokasi tidak terdapat kamera apa pun. Namun, sejak kemunculan Kendrik yang penasaran dengan kasus kecelakaan ini, makin banyak kejanggalan yang muncul ke permukaan."Aku juga nemuin sesuatu tentang itu," kata Randu melalui sambungan telepon sembari melihat ke arah layar laptop di hadapannya.Lio yang berdiri di samping tempat duduk Randu turut memelototi laptop milik Randu. Jemari Randu yan

  • Simfoni Temaram Takdir   73. Penyesalan dan Kegundahan

    Kos GanggaStella dan Gangga mengikuti perkuliahan dengan sebuah aplikasi video meeting. Stella dengan laptopnya, Gangga dengan ponselnya. Namun, sambungan internet yang digunakan adalah dengan paket data internet milik Gangga yang di-tether atau di-share sambungannya sehingga Stella dapat turut menikmati.Dengan gemas-gemas kesal Gangga melirik ke arah Stella. Ponselnya menjadi cepat panas karena harus membagikan kuota yang disayang-sayangnya. Berawal dari pertanyaan Stella tentang gaji bulanan yang baru saja diterima Gangga, Stella memanfaatkan kesempatan.Gangga tidak bisa menolak karena Stella sudah berada di depan pintu kamar kos Gangga tadi pagi. Ingin mengusir, Stella langsung masuk ke kamar kos Gangga. Ya sudah, itung-itung menolong calon saudara iparnya.Usai perkuliahan daring dilaksanakan, Gangga berniat untuk mengungkapkan segala kejengkelannya menyaksikan tingkah Stella pagi ini. Sebelum dia mengomel, Stella lebih dulu memberondongnya."Maaf ya, Ngga, aku ke sini terus num

  • Simfoni Temaram Takdir   72. Problem Solver

    Kendrik: Apa itu, Kak?Daniel: Intinya mengacak huruf untuk menghasilkan kata yang baru.Antara senang dan sedih Kendrik menerima sebuah opsi untuk memecahkan kode itu. Mengacak huruf untuk membentuk sebuah kata akan memakan waktu yang sangat lama. Berhubungan dengan matematika di sub bab peluang, perkiraan kemungkinan kata yang muncul akan sangat banyak.Dia pernah melihat Barry Allen dalam The Flash melakukan pengacakan terhadap kode. Jadi, pada dasarnya si meta human tersebut bukan meng-hack kode tapi melakukan pengacakan dengan cepat sehingga menemukan salah satu rangkaian kode yang benar.Hanya, aneh sekali di serial barat itu. Biasanya setiap kode memiliki maximum attempt yang kemudian akan memblokir sistem jika beberapa kali salah memasukkan kode. Sementara itu The Flash dengan santainya memasukkan ratusan kali.Entah itu cacat logika atau memang sistem di sana tidak memberlakukan maksimal salah memasukkan kode (agak nggak mungkin sih ya).Kendrik mengambil sebuah kertas beruku

  • Simfoni Temaram Takdir   71. Memecahkan Kode

    Seorang pria setinggi 181 cm dengan menggendong seorang bayi di pelukannya membukakan pintu dan menyapa Kendrik.“Hai, Darren ini Om Kendrik,” sapa Kendrik kepada anak lelaki kecil dalam gendongan Daniel.“Siapa, Niel?” teriak Karen, kakak Kendrik, dari dalam. Wanita berambut merah itu pun terkejut melihat sang adik yang sudah beberapa waktu tidak pernah memberi kabar. “Kendrik! Astaga!”Karen memeluk erat adiknya hingga kesusahan bernapas bukan karena eratnya pelukan Karen melainkan bau kecut wanita itu. Dia memang baru saja pulang dari kantor dan belum membersihkan diri.“Ikh lengket! Mandi sana!” kata Kendrik.Karen mencubit hidung Kendrik kemudian memperhatikan sesuatu yang berbeda dari sang adik. “Kamu kok kurusan? Lagi banyak pikiran ya?”“Ish, kamu mandi dulu sana. Nanti aja ceritanya.”~Ruang buku milik DanielDaniel memiliki ruang buku dengan koleksi komik yang bejibun menyaingi taman bacaan komik. Dahulu saat mengerjakan skripsi, Kendrik hampir setiap hari mendatangi tempat

  • Simfoni Temaram Takdir   70. Kode Apakah Itu?

    Randu, Kendrik dan Linggom terbelalak dengan kembalinya file-file yang hilang. Banyak sekali file ber-ekstensi 3gp di sana. Seringai singkat tiga lelaki itu terukir sejenak.“Ya Tuhan, imajinasi Lio pasti tinggi banget nih. Untung aku enggak,” komentar Kendrik.“Ane juga enggak, Brot,” kata Linggom.“Aku juga enggak,” timpal Randu.Mereka bertiga saling pandang dengan canggung seolah berkata ‘akh masak?!’ Paling tidak jika tidak hobi, pasti pernah mengintip video-video seperti itu meski tidak sengaja.“Cepet cari yang tanggal 29 Mei!”Linggom menuruti perkataan Randu. Di antara foto-foto yang diambil pada tanggal 29 Mei, sebuah foto mobil ada di sana. Tidak ada yang aneh dengan foto mobil itu. Mereka bertiga hanya sedikit berdecak dengan jenis mobil yang lumayan mahal itu.“Wuih mobilnya Pakjerot. Mayan mahal nih,” komentar Kendrik.Randu langsung mencetak gambar mobil itu rangkap dua untuk dirinya dan untuk Kendrik. Kendrik menerima itu dengan lemas. Pasalnya dia sedang fokus dengan

  • Simfoni Temaram Takdir   69. Mencari File Yang Hilang

    “Ehm, apaan tuh, Bang?” tanya Kendrik, pura-pura tidak mengerti.“Itu tadi yang ente masukkin ke botol sample,” serobot Linggom.Kendrik memelototi Linggom karena membongkar sesuatu yang sudah payah ia tutupi. Randu bersidekap di hadapan Kendrik. Kendrik pun menendang kaki Linggom.“Apaan sih nendang-nendang?! Kan ente sendiri yang bilang kalau Bang Randu itu bakal tahu juga. Ini aja dia udah tahu jenisnya. Dari pada kelamaan mending ngaku,” kata Linggom.“Akh, eheheh, iya, Bang. Tenang, aku cuma pake buat dihirup aromanya doang, nggak ditaruh ke minuman yang aku kasihin ke mereka.”“Ya iyalah, kan emang makenya begitu! Mereka siapa? Dan kenapa? Inget! Jangan ngelama-lamain, percuma!” kata Randu dengan penuh intimidasi.Kendrik pun menjelaskan seluruh rangkaian acaranya dengan Linggom hari ini, termasuk acara spesialnya menerobos masuk ke rumah pribadi Pak Zakarria. Lelaki itu menjelaskan dengan pasrah. Kemungkinan Randu akan memarahinya, atau mungkin melaporkannya kepada kepolisian K

  • Simfoni Temaram Takdir   68. Pindah Lokasi Operasi

    “Haih, ente jangan gitu! Ini penting dan butuh kemampuan hacking ente. Kalau ane doang yang ke sana, gimana mau nge-hack. Download video dari Kowetube aja ane kagak bisa.”“Emang mau ngapain? Dan pentingnya buat ane apaan?” tanya Linggom.“Nggak tahu juga, cuman penting aja. Lagian kita cuti hari ini, kan sayang kalau nggak dimaksimalin. Ane yang nyetir. Nanti ane traktir mi lethek khas Gunung Timur. 2 porsi juga boleh. Atau mau angkringan di pinggiran alun-alun?”Linggom merebut kardus berisi botol di tangan Kendrik kemudian mendekat ke jok belakang di bagian penumpang. “Dua-duanya juga boleh. Ayok lah, tancap!”***Gunung TimurKendrik dan Linggom telah sampai. Randu berada di luar ketika mereka telah sampai. Reserse itu sudah memperkirakan dengan tepat tibanya mereka dia sana. Padahal jarak Koja-Gunung Timur adalah kurang lebih 1 jam perjalanan.Randu mengernyit sembari memiringkan kepala melihat yang datang sedikit lain dengan pencitraan yang dia harapkan.Bang Randu pasti nggak n

  • Simfoni Temaram Takdir   67. Teringat Kasus Lama

    Gunung TimurSetelah membantu Kendrik menangani kasus penangkapan Duo Wong sekaligus pengungkapan kebersihan kampus dalam kasus penusukan mahasiswa yang sedang berdemo, Randu kembali ke aktivitasnya sebagai reserse kriminal di Gunung Timur. Dia dan Lio kembali berpartner karena selain mengandalkan berita dari Randu, Lio juga banyak membantu Randu dalam menjalankan berbagai misi.Dia kini menangani sebuah kasus sindikat pencurian yang hampir final. Tinggal sedikit bukti lagi, rantai pencurian itu akan terputus. Kasus ini termasuk bukan kasus yang besar seperti korupsi negeri di atas langit yang bahkan pernah terjadi 32 tahun lamanya.Tidak ada yang berani mengutak-atik keluarga ‘raja’ pada waktu itu. Sedikit saja berkoar maka akan dibredel. Sungguh pembungkaman kebebasan berpendapat yang mengerikan sementara sang raja beracting senyum-senyum bijak seperti tak berdosa.Randu kemudian tergelitik dengan salah satu kasus yang sebenarnya tidak besar tapi hingga sekarang belum terungkap, kec

  • Simfoni Temaram Takdir   66. Menerobos

    Kendrik dan Linggom telah berada di depan perumahaan elit Pondok Elok. Tak salah diberi predikat elit, bangunan rumah di kompleks ini besar dengan halaman luas. Tidak ada pemilik yang keluar rumah untuk bergosip.Yang keluar rumah untuk menebar berita-berita sosial adalah asisten rumah tangga. Jika ada seorang wanita berdaster lalu keluar rumah untuk mengobrol, para ART lain pasti akan menanyainya dengan pertanyaan seperti “Baru kerja ya?”, atau “Udah berapa lama ikut rumah ini, kok baru keluar?”Pemilik rumahnya bergaul dengan teman-teman high class dan sosialita saja. Mereka juga keluar-masuk mengendarai mobil, hampir tidak pernah keluar rumah untuk bepergian jarak dekat. Yang tinggal di sana adalah bos-bos besar perusahaan, artis, selebriti dan aktor-aktor film.Linggom menyenggol Kendrik. “Ente yakin ini bakal berhasil, Brot?”“Brot? Panggilan macam apa itu?!” protes Kendrik.“Itu singkatan dari brother.”“Oh. Ane perkiraan bakal berhasil dari pada kita musti sok kenal dan harus n

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status