Share

2. Ayo Kita Cerai Saja!

Penulis: Lefayesme
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-31 18:34:21

Gila! Ini benar-benar gila!

Lillian berlari ke ruang kerja pribadinya, tanpa menghentikan apa yang telah dilakukan oleh suaminya itu. 

Tunggu, tapi kenapa harus Lillian yang berlari menjauh? Bukankah sudah seharusnya wanita itu yang sewajarnya memiliki rasa malu karena telah tertangkap basah sedang bercinta dengan suami orang?

Sial! Tentu saja Lillian tidak bisa menyalahkan mereka berdua. Bagaimana pun juga, hubungan keduanya telah terjalin sebelum ia menikahi Jayde. Namun, hal gila seperti itu bukan lantas menjadi sesuatu yang bisa ia terima begitu saja, kan?

Cukup lama Lillian bergerak gelisah, mondar-mandir di dalam ruang kerjanya dengan menggigiti kuku jempol tangan kanannya. Otaknya sedang berpikir tentang hal apa yang harus ia lakukan setelah ini. 

Ah! Andai saja tadi ia melempar vas bunga yang berada di atas meja makan pada wanita itu, akankah ia saat ini menjadi merasa lebih baik?

Pintu terbuka, Lillian berbalik dengan tatapan tajam yang menyorotkan ketidak-adilan. Jayde mendekat, sementara Lillian telah mengayunkan sebelah tangannya dengan kencang, tepat ke rahang tajam milik pria itu.

“Kau sadar apa yang telah kau lakukan!” seru Lillian, dengan napas terengah karena emosinya telah tumpah.

Jayde tak langsung menjawab. Bahkan ia tidak mengusap pipinya yang tampak memerah karena tamparan Lillian. Tatapannya menghunus, tak menunjukkan rasa bersalah sama sekali. 

“Bukankah kau tahu kalau Rosalee adalah wanitaku?” Sorot tajam Jayde mendesak, hampir menyusutkan nyali Lillian yang sedang berapi-api. “Wajar jika aku bersenang-senang dengannya.” 

“Tapi tidak di atas ranjang kita, Jay!” 

Jayde mengangkat sebelah alisnya. Pertama kalinya ia melihat ledakan emosi dari Lillian. Sejak kapan wanita itu berani meninggikan suara padanya?

“Kau harus mulai membiasakannya, Lilly!” Jayde semakin mendekat, membuat Lillian mundur selangkah demi selangkah sampai pinggangnya menabrak pinggiran meja kerja. “Risiko karena kau telah memaksa untuk menikahiku, benar?”

Sialan! Lillian mulai bisa memandang ke arah yang seharusnya ia tuju sejak awal.

“Mari kita bercerai saja!” ucap Lillian tegas, tanpa ada keraguan lagi di dalam sorot matanya.

Kepala Jayde sedikit miring, dengan sebelah alis terangkat angkuh. Satu tangannya mencengkeram kasar rahang mungil Lillian dengan sorot mata tajam, menguliti setiap inci keberanian Lillian. 

“Jangan mengucapkan hal yang tidak masuk akal, Sayang!” Cengkeraman Jayde semakin kuat, menciptakan rona merah di kulit putih Lillian. “

Tidak masuk akal ketika dua tahun yang lalu, wanita itu memohon-mohon agar ia mau menikahinya, dan sekarang dengan gampangnya meminta cerai? Setelah banyak waktu yang terbuang hanya untuk menghadapi kelakuannya?

“L-lepaskan, Jay!” rintih Lillian. Kedua tangannya berusaha menarik cengkeraman tangan Jayde. “Sakit…”

Gelap di dalam mata Jayde mulai memudar. Ia melepaskan tangannya, lalu kembali menatap tajam, memberi ancaman atas apa yang telah diucapkan oleh Lillian dan keluar dari ruangan sambil membanting pintu kencang.

Sementara Lillian, ia berusaha untuk bernapas dengan normal. Campuran emosi yang saat ini ia rasakan membuat dadanya sesak. Pandangannya tak lagi terlihat tunduk, saat ini ia tahu apa yang harus dilakukan pada Jayde.

“Aaarrrgh!!!” erangnya kencang.

Pertahanannya telah runtuh. Ia tak bisa lagi melihat masa depan dari pernikahan ini. Seperti tengah kerasukan, ia mulai mengambil apa pun barang yang ada di atas mejanya, dan membanting kencang ke lantai. 

Semua hal yang ada di genggaman tangannya, ingin ia hancurkan semuanya. Termasuk rasa cintanya pada Jayde.

***

“Makanlah dulu, dari tadi makananmu belum kau sentuh,” ucap Noam, pada Lillian yang duduk di sebelahnya, dan sibuk dengan tab-nya. Pria itu mengintip sekilas, penasaran dengan apa yang sedang dilihat oleh Lillian. “Perceraian?”

Lillian sontak menyingkirkan tab-nya, dan tersenyum tipis pada Noam. “Kau tidak boleh mengintip, Noam.”

Garpu yang dipegang oleh Noam segera ditusukkan ke daging steak di atas piring milik Lillian. Berani bertaruh, wanita itu pasti tidak sadar jika Noam telah memotongkan daging miliknya, sesuai dengan ukuran suapan. “Buka mulutmu.”

Sedikit terkekeh, Lillian menyerongkan badannya untuk menerima suapan dari Noam. “Padahal, kau tidak perlu repot-repot seperti itu.”

“Kalau tidak begini, kemungkinan sampai satu jam lagi kau tidak akan menyentuh makananmu.” Noam kembali menusuk daging dengan garpu. “Katakan padaku, apa yang sedang aku pikirkan?”

Haruskah menceritakan semuanya pada Noam?

“Apa yang kau tangkap tadi saat mengintip tab-ku?” tanya Lillian, berusaha untuk tetap tenang.

“Perceraian.” Sorot mata Noam tampak khawatir. “Kau mulai memikirkannya?”

Ragu, Lillian menatap dalam pada Noam. “Aku akan menggugat cerai Jayde.”

Hampir tersedak, Noam langsung menarik satu helai tisu. Wajahnya jelas terkejut dengan satu kalimat mahal yang tiba-tiba keluar dari mulut Lillian. “Kau tidak sedang demam?” 

Lillian terkekeh sambil meraih tangan Noam yang tiba-tiba saja telah mendarat di kening untuk memeriksa suhu tubuhnya. “Aku serius, Noam. Semalam mereka bercinta di kamar kami. Satu hal yang tidak bisa aku terima dengan logika mau pun perasaan.”

Sorot mata Noam melembut, tepukan halus mendarat di punggung tangan Lillian. “Menangislah kalau kau ingin menangis. Aku selalu di sini untuk mendukung semua keputusanmu, Lilly. Kau tahu itu, kan?”

“Aku tahu itu, Noam.” Lillian tersenyum tipis. “Dan aku sangat berterima kasih karena kau selalu ada untukku.”

“Mau kuantar untuk mencari pengacara yang handal dalam masalah ini?” ucap Noam, mencoba menawarkan bantuan.

“Terima kasih tawaranmu, Noam. Tapi aku akan menyelesaikannya sendiri.” 

Itu adalah jawaban yang paling tepat. Tidak ada alasan bagi Lillian untuk merepotkan sahabatnya dalam urusan rumah tangganya. 

“Baiklah, aku percaya kau akan bisa melalui dan mengatasinya. Tapi, kau selalu bisa untuk meminta bantuanku. Ok?”

Lillian mengangguk pelan, membiarkan Noam merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan. Meskipun takdir benar-benar mempermainkan dirinya, tapi setidaknya semesta masih menyayanginya karena mengantarkan sosok Noam menjadi sahabat.

“Apakah tidak masalah jika kau memiliki sahabat berstatus janda?” tanya Lillian, tetap dalam pelukan Noam.

Noam tergelak mendengar ucapan Lillian. “Bahkan jika kau hanya memiliki satu telinga pun, aku akan tetap bangga menjadi sahabatmu.”

Keduanya tergelak, saling menyalurkan energi positif, tanpa menyadari ada sosok yang sangat dikenal sedang memerhatikan mereka dari jauh. Jayde, tanpa sengaja ada berada di dalam satu restoran yang sama dengan mereka.

Seringai dalam mengawali dengkusan yang lolos dari bibir Jayde. “Jadi, karena dia kau tiba-tiba mengajakku bercerai?” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   3. Turuti Saja Semua Ucapanku!

    “Pastikan kau tidak mengacaunya, Lilly!” desis Jayde, sembari membuka pintu mobil untuk Lillian.Hah! Lillian seharusnya tidak perlu tercengang dengan duality dari Jayde. Pria itu selalu mudah untuk memainkan peran di depan banyak orang. Sebelumnya tak menjadi masalah bagi Lillian. Ia bahkan menikmatinya, menerima semua sikap lembut Jayde walaupun hanya di saat acara tertentu.Namun tidak untuk saat ini. Ia sudah muak! Bahkan untuk menatap mata pria itu saja terasa berat.Dengan enggan, Lillian menyelipkan tangannya di lengan Jayde. Sedikit melirik ke samping, ia bisa melihat wajah angkuh Jayde yang membuatnya secara refleks ingin menarik tangannya. Namun tentu saja, hal itu dicegah Jayde.“Sudah kubilang jangan mengacaukan acara ini!” Jayde berbisik dengan penuh penekanan.Damn! Lillian tidak bisa berkutik. Ia tahu acara ini sangat penting untuk perusahaan Jayde. Gala Dinner yang menjadi ajang negosiasi banyak proyek besar. Semua manusia manipulatif berkumpul, memasang topeng terbaik

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   4. Mereka Pergi.

    "Apa?!" Lillian sontak menegakkan tubuhnya saat menerima panggilan di ponselnya.Jack, sekretaris ayahnya. Tiba-tiba menghubunginya di tengah malam. "Jangan bercanda, Jack! Kau tahu itu tidak lucu!"raut wajah Lillian seketika terlihat kosong. "Baiklah, aku akan segera ke sana." sambungan diputus.Dalam sekejap, semua informasi yang baru saja ia dapatkan dari Jack, berhasil membuat tubuhnya terasa kebas. Detak jantungnya tak beraturan. Ia bahkan harus mencengkeram sisi-sisi selimutnya; meredam perasaan yang membuatnya ingin berteriak.Kematian orang tuanya karena kecelakaan tidak ada dalam kemungkinan buruk hidupnya selama ini. Bahkan, Lillian selalu membayangkan akan terus bersama dengan mereka, setidaknya sampai 30 tahun lagi. Namun kenyataannya?Lilian menyeka air mata yang berkumpul di titik sudut matanya dengan kasar. Tidak, ia tidak boleh menangis. Atau lebih tepatnya, ia tidak tahu bagaimana menangis dengan benar saat ini. Mungkin karena rasa sakit yang teramat dalam, membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   5. Sebuah Keputusan

    Pemakaman berjalan dengan lancar. Semua pelayat yang datang selalu memberikan kesan-kesan yang baik untuk kedua orang tua Lillian. Sungguh sebuah tindakan yang sangat manis. Tapi tidak cukup membuatnya merasa lebih baik.Saat dua peti yang disatukan itu ditimbun dalam tanah, perasaan Lillian seakan ikut terkubur. Tak ada lagi air mata, tapi jelas bahwa tatapannya tak memiliki kehidupan. Pikirannya mulai meracau. Bisakah ia ikut masuk ke dalam liang itu? Ia merasa tidak ada gunanya lagi ia hidup. Bahkan pria yang selama ini ia cintai, perlahan telah menghilang dari hatinya. Ketika semua pelayat meninggalkan area pemakaman, Noam menghampiri Lillian yang masih menatap pilu. Kehilangan dua orang yang sangat disayangi, tentu bukan hal yang mudah. Dan memang begitulah. Saat orang lain melihat bahwa Lillian saat ini terlalu tenang, tapi tidak di dalam hati wanita tersebut. Badai masih berkecamuk, tidak memberikan kesempatan untuk Lillian menghela napas.“Are you, okay?” tanya Noam.Lillia

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   6. Aku Selalu Bersamamu

    Ponsel Lillian berdering, menampilkan nama Jayde di layarnya. Meskipun kedua matanya menampilkan gerakan malas, tapi tetap saja sebelah tangan meraih ponsel yang terus menjerit, lalu ia menjawab setelah beberapa saat.“Kau ada di mana?” suara Jayde terdengar dalam, lebih berat dari saat berhadapan langsung.Lillian menghela napas, berusaha untuk tidak terganggu dengan semua perasaan yang mulai terpancing dalam dirinya. Sebelumnya, mendengar suara Jayde adalah hal yang paling menggembirakan—bahkan pada bagian acuhnya. Namun kali ini ia tak merasakannya lagi.Hanya ada amarah, dan takjub ketika ia menyadari bahwa perasaannya bisa berubah hanya dalam sekejap.“Bukan urusanmu,” jawab Lillian. “Mulai saat ini, kau bisa bebas melakukan apa pun dengan Rosalee. Atau, kalian bisa mulai tinggal bersama di rumah itu, aku sama sekali tidak peduli.”“Kau sadar dengan apa yang kau katakan?” Terdengar semburat amarah pada pertanyaan Jayde.“Tentu saja. Aku bahkan tidak pernah sesadar ini sebelumnya.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   7. Dengarkan Aku Baik-Baik!

    Raut wajah yang seketika berubah, jelas menunjukkan perasaan Lillian saat ia membuka pintu ruangan kerjanya. Sosok yang sangat tidak ia harapkan telah berdiri di sana, bersandar pada meja kerja dengan kedua tangan terlipat di depan dada, dan menatap tajam padanya.“Selamat pagi, Nyonya Foster,” ucap Jayde.Tangan Lillian mengepal keras, mencengkeram tali tas kerjanya yang terjinjing di sisi kanan. Desahan kasar lolos, sengaja ia tunjukkan pada Jayde bahwa kedatangannya sangat tidak diharapkan.“Buang jauh nama Foster dari belakang namaku. Aku adalah Lillian Waverly, bukan lagi Lillian Foster!”Sikap tunduk dan penuh takut yang dulu menjadi makanan untuk ego Jayde, kini berhasil mengembalikan menjadi sosok lama dari seorang Lillian yang terkenal sebagai wanita independent, dengan segala kesempurnaannya—sosok yang tidak pernah dilihat oleh seorang Jayde Foster.Namun, hal itu ternyata memancing amarah dari Jayde. Tatapan tajam dari matanya yang tadi hanya bermaksud untuk mengintimidasi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   8. Kenapa Kau Sebaik Ini?

    Pintu ruangan dibuka kasar. Beberapa pasang mata yang dari tadi terlihat penasaran di luar ruangan, segera mengalihkan pandangan, berpura-pura sibuk degan apa pun yang ada di sekitar.Jayde menghela napas panjang, tak berniat untuk mengubah raut wajah meskipun ia merasakan suasana yang tegang karena ulahnya. Harga dirinya yang telah tercabik, tertutup oleh emosi dan menghilangkan sisi profesionalitasnya.Dari arah berlawanan, Noam berjalan menghampiri dengan beberapa tumpukan berkas di tangan. Dari bagaimana sikap Noam saat ini, tampaknya ia ikut mendengar teriakan Jayde yang berhasil membuat hening satu lantai.Beberapa dari orang di ruangan itu terlihat gelisah, menatap cemas pada dua pria yang saling mendekat. Dua pria lainnya yang dari tadi bersembunyi di balik bilik meja kerja, secara otomatis berdiri, bersiap untuk melerai jika saja ada terjadi keributan.Bagaimanapun juga, semua orang tahu tentang Noam yang sangat membela Lillian dan menjadi orang nomor satu yang sangat membenc

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   9. Kau Menyukainya?

    Pintu digebrak terdengar nyaring. Jayde di dalam ruangannya terlihat sangat kacau. Ia benar-benar tidak memedulikan apa pun kecuali melampiaskan emosinya. Dalam hal apa pun di dunia ini, ketika ego dan harga dirinya tercoreng, saat itu adalah situasi yang terburuk dalam hidupnya.Perceraian, satu kata yang saat ini bisa membuatnya sangat marah. Bukan karena ia memiliki perasaan pada Lillian, tidak sama sekali! Harga dirinya yang merasa diinjak-injak, itulah yang membuatnya merasa tidak terima. Terlebih, saat ia mengingat bagaimana tatapan Lillian yang jelas terlihat menantang.Wanita itu, sejak kapan ia berani pada Jayde?“Verdammt!”Satu kepalan meninju permukaan meja kerja. Terasa panas menjalar di buku-buku jari, tapi tak membuatnya merasa kesakitan. Tak lama dari itu, pintu ruangan terbuka. Ia mendongak, lalu mengerutkan keningnya.“Rosie? Sedang apa kau di sini?”Model nomor satu itu melenggang masuk, menampilkan senyum sensual yang selalu berhasil menggoda Jayde. Pelukan mesra me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   10. Apa yang Kau Sembunyikan?

    “Oh, tunggu sebentar!” Lillian berteriak, pada ponselnya yang bergetar di meja makan.Ia buru-buru membilas tangannya yang kotor terkena adonan telur pada kran air di sink dan bergegas mengusap pada sisi kanan kiri apron berwarna abu-abu yang ia kenakan. Nama Noam tertera di layar ponsel, mencoba menghubungi.“Hei, Noam. Ada apa?” Sedikit berisik dari tempat Noam, sampai Lillian sedikit menjauhkan ponselnya karena terdengar bunyi klakson panjang. “Kau di mana?” tanya Lillian lagi.“Baru pulang dari tempat gym. Kau sudah makan? Mau makan di luar bersamaku?” Lillian melirik masakannya yang setengah jadi. “Aku sedang memasak makan malam. Bagaimana kalau kau makan saja di tempatku?” “Kau masak?” “Yap. Membuat beberapa isian burger dan roti sourdough. Rotinya baru saja matang, dan sekarang aku sedang membuat isian burger. Kau mau?”“Terdengar lezat. Tentu saja aku mau. Ok, then… see u soon.”“See ya.”Panggilan selesai, Lillian kembali meletakkan ponselnya di atas meja makan. Suara de

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11

Bab terbaru

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   40. Bukti Telah Diamankan

    “Aku tahu kau dari mana.”Suara Rosalee menghentikan langkah Jayde. Bunga yang ada di genggamannya, batang-batangnya hampir patah karena genggaman yang erat. “Ternyata setelah semua hal yang telah kau lakukan, dan semua ucapan yang telah kukatakan padamu, kau masih saja tidak bisa melepaskan wanita itu??” Rosalee tampak tak bisa lagi bersabar.Sudah beberapa hari ini ia memberikan perhatian lebih pada semua gerak-gerik Jayde. Ia tahu bahwa rasa cinta Jayde tak lagi sama, tapi ia tak pernah menyangka jika semua ancaman yang ia berikan selama ini, tak lantas membuat pria itu menjauh dari Lillian.“Haruskah aku habisi nyawanya juga? Sama seperti yang telah kulakukan pada orang tuanya?” Jayde masih terdiam. Bunga yang berada di genggamannya, kini telah diletakkan di atas meja. Pembicaraan yang selama ini telah ia tunggu, pada akhirnya tersebut sendiri dari mulut Rosalee.Jayde berusaha bersikap tenang, duduk di kursi, menatap tajam pada Rosalee yang terlihat muak.“Selagi kau membicarak

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   39. Pergilah!

    Jayde berdiri begitu mengucapkan kalimat terakhirnya pada Rosalee. Langkahnya bergegas, menuju satu tempat yang baru ia ketahui alamatnya. Butuh beberapa bulan sampai ia mendapatkannya.Bukan karena ia kesulitan untuk mendapatkannya, tetapi ia memberikan ruang bagi Lillian untuk bernapas setelah kejadian yang sudah dipastikan menguras emosi.Mobilnya merapat pada garis tepi jalan, tempat parkir paralel. Sepatu mengilatnya menapak trotoar, alas merahnya menunjukkan strata sosial meskipun ia tak banyak bicara. Coat hitam selututnya melambai di bagian belalang, seiring dengan langkah. Ia tak ragu sedikit saat menuju toko bunga milik Lillian. Sementara itu, di dalam toko bunga, Lillian baru saja menyelesaikan rangkaian bunga yang ia kerjakan begitu tiba sekitar setengah jam yang lalu. Di sebelahnya, Noam duduk sambil menata pastry yang baru saja ia beli di kafe sebelah.“Setelah ini kau ada acara?” Noam menoleh sejenak, sebelum mengambil segelas cappucino panas.Lillian menggeleng. Sebe

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   38. Jangan Terlalu Serakah, Dear.

    Jayde masih merasakan luka dari perceraiannya dengan Lillian. Rasa bersalah karena telah memperlakukan wanita itu dengan buruk, dan juga tentang perampasan aset setelah mereka resmi bercerai.Andai saja Jayde menyadari betapa jahat dan kejamnya Rosalee dalam mengatur semua hal demi kepentingan pribadinya, semua hal ini mungkin saja tidak akan pernah terjadi. Ah tidak… andai ia tak pernah bertemu dengan Rosalee.Lebih dari itu, ia sangat menyesal karena terlambat menyadari tentang perasaannya pada Lillian. Bahwa selama ini, rasa yang dulu pernah ada saat mereka remaja, ternyata tak pernah terhapus dari dalam hatinya.Jayde menghela napasnya dalam-dalam. Enam bulan terakhir ini ia tak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Sedikit menoleh ke arah ranjang, ia melihat Rosalee yang terlelap. Benar, meskipun kebencian telah mengakar padanya, tetapi ia tak bisa langsung melepaskan Rosalee begitu saja. Jika ia memutuskan hubungan dengan wanita itu, berarti ia menghilangkan kesempatan untuk menca

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   37. Awal Baru

    “Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?” Rexy menatap Lillian, raut wajahnya terlihat cemas.Lillian menghela napasnya panjang. “Apa lagi? Tentu saja aku harus melanjutkan hidup. Kalian tahu kalau dari dulu aku ingin membuka florist, kan? Kurasa, saat ini adalah waktu yang tepat untuk memulainya.”Rexy dan Noam saling pandang. Suara tv di ruangan santai apartemennya Lillian dari tadi menjadi backsound samar yang tidak mereka hiraukan sama sekali. “Well, kalau kau memang mau melakukannya, maka kau harus melakukannya. Aku akan akan mendukungmu—kami, akan selalu mendukungmu. Ya, kan, Rex?” ucap Noam.Anggukan kecil dari Rexy menjadi tanda setuju. Banting setir menjadi florist bukan hal yang buruk. Apalagi itu adalah impian Lillian sejak awal. “Tapi…,” ucap Rexy. “Kau tetap mau membawaku untuk kerja bersama, kan? Maksudku… aku tidak mau menjadi sekretaris mantan suamimu itu.”Lillian membuka kaleng soda, lalu menyesapnya perlahan. “Aku tidak melarangmu. Tapi kau harus tahu, sepertiny

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   36. Pengalihan Perusahaan

    Hari yang telah ditunggu oleh Lillian pada akhirnya tiba. Sidang perceraian antara dirinya dan Jayde Foster akhirnya telah berakhir. Sejak palu hakim diketuk tiga kali, keduanya telah resmi bercerai. Lillian menghela napasnya lega sambil memejamkan kedua matanya. Ia tahu bercerai bukan hal yang patut dibanggakan, tapi untuk kali ini ia ingin merayakannya.Tidak ada interaksi dirinya dengan Jayde. Mereka tampak seperti orang asing yang tidak saling menyapa. Well, Lillian tidak merisaukannya. Bersikap seperti justru membuatnya lebih nyaman. Lagipula dirinya juga telah muak dengan Jayde.Noam tersenyum pada Lillian saat wanita itu keluar dari ruangan sidang. pelukan hangat menyambut sang kekasih yang telah mendapatkan kebebasannya. Kali ini, Noam bisa mencintai Lillian sepenuhnya. Semua hal buruk yang pernah dirasakan oleh wanita itu, dengan tekad yang kuat akan ia ganti dengan semua kebahagiaan yang bisa ia tawarkan dan akan selalu diusahakan.Namun belum sempat Lillian mengucapkan kali

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   35. Sifat Asli Mulai Terlihat

    Jayde melempar satu dokumen yang berhasil ia raup dari atas meja kerjanya di kantor setelah membaca sebuah surat yang baru saja diantar untuknya. Beberapa hari berlalu setelah terakhir kali ia menemui Lillian, sekarang di tangannya telah terselip panggilan sidang untuk perceraiannya dengan wanita itu.Emosinya yang membuncah seakan hampir meledak di kepala. Meskipun ia menyadari bahwa kelakuannya selama ini pada Lillian tidak bisa dibenarkan dan dinormalisasikan. Saat ini bukan tentang harga dirinya yang merasa diinjak karena keinginan Lillian untuk berpisah, melainkan tentang perasaannya yang perlahan mulai kembali lagi pada wanita itu.Benar, Jayde memang egois. Ia menyadarinya, tapi ia tidak memiliki kuasa untuk menahannya. Egonya yang terlalu besar membuatnya menjadi kerap tidak tahu diri. Surat panggilan sidang perceraian itu ia lempar begitu saja ke atas mejanya.“Sayang? Ada masalah?”Jayde menoleh cepat, sorotnya matanya terlihat tidak senang melihat Rosalee yang melenggang be

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   34. Malam Panas

    “Brengsek!”Tangan Jayde mengepal kencang sambil beberapa kali memukul setir mobil. Urat di pelipisnya menonjol, seiring dengan emosinya yang berusaha meledak bersama dengan geraman teredam.“Damn, Noam! Damned, Rosalee!”Jayde jelas mengutuk Noam karena pria itu berhasil merebut Lillian darinya. Mungkin lebih tepatnya, Noam mengambil kesempatan dengan cerdas saat Jayde menyia-nyiakan Lillian dengan kebodohannya. Setelah semuanya menjadi lebih terang bagi Jayde, saat itulah ia merasakan ketololan yang berhasil menggigitnya sedikit demi sedikit; mengoyak; dan menghancurkan pada akhirnya.Satu hal yang tak pernah ia bayangkan dalam hubungan sempurnanya dengan Rosalee, ternyata akan membawanya pada hal-hal yang mengerikan. Semua perlakuan buruknya pada Lillian memang tak terbantahkan. Ia mengakuinya, dan saat ini menyesalinya dengan segenap jiwa.Namun semuanya telah menjadi terlambat bagi Jayde. Semua kenangannya bersama dengan Lillian sebelum Rosalee hadir di kehidupannya kembali memba

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   33. Pergilah!

    Ponsel Lillian berdering beberapa kali saat ia masih memfokuskan pikirannya pada pekerjaan. Ada beberapa hal yang harus ia kerjakan hari ini juga, mengenai rencana penambahan armada pesawat sehubungan dengan penambahan slot yang telah disetujui oleh pihak bandara. Semakin banyak antusias warga asing untuk mengunjungi Eropa menjadi perhatiannya saat ini agar mampu menyediakan fasilitas penerbangan yang memuaskan.Wanita itu hanya melirik sebentar dan mendesah malas setelah membaca nama sang penelepon. Jayde terus berusaha untuk menghubunginya. Semenjak mengetahui ada foto-foto dirinya dengan ancaman kematian, ia berniat untuk segera Jayde dari kehidupannya. Entah Jayde atau bukan yang melakukan hal-hal buruk itu, yang jelas dirinya mendapatkan banyak masalah setelah bersama dengan Jayde.Namun ia kembali mengingat tentang pendapat Noam mengenai kemungkinan bahwa Jayde berusaha menyembunyikan itu semua agar tidak membebani pikiran Lillian. Walaupun itu adalah hal yang sangat tidak masuk

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   32. Dia Mau Membunuhku?

    Hal-hal negatif terus bermunculan dalam pikiran Lillian selama mobil yang dikendarakan oleh Noam melaju kencang, menembus jalanan untuk membawa mereka kembali ke rumah Lillian bersama dengan Jayde. Lillian merasa harus memeriksa sekali lagi rumah itu, mungkin saja ada hal yang terlewatkan olehnya.Noam tak bisa melarangnya. Dirinya tidak berada pada posisi yang bisa untuk melarang Lillian menantang bahaya seperti ini. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mendampingi dan mendukung apa pun yang akan dilakukan oleh Lillian.“Maafkan aku, Noam,” ucap Lillian tanpa mengalih pandangannya dari jendela mobil.Noam menoleh sekilas padanya. “Maaf untuk apa?”“Karena kau jadi terlibat dalam masalah yang tidak terlihat ujungnya ini. Aku merasa bersalah padamu.” Lillian memejamkan matanya sejenak, merasakan panas yang mengakar dari bola matanya dan menyebar cepat ke kepala.“Saat ini kau adalah kekasihku, Lilly. Dan sangat wajar jika aku terlibat dalam masalahmu.” Noam merasakan kehangatan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status