Share

6. Aku Selalu Bersamamu

Penulis: Lefayesme
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-08 13:37:54

Ponsel Lillian berdering, menampilkan nama Jayde di layarnya. Meskipun kedua matanya menampilkan gerakan malas, tapi tetap saja sebelah tangan meraih ponsel yang terus menjerit, lalu ia menjawab setelah beberapa saat.

“Kau ada di mana?” suara Jayde terdengar dalam, lebih berat dari saat berhadapan langsung.

Lillian menghela napas, berusaha untuk tidak terganggu dengan semua perasaan yang mulai terpancing dalam dirinya. Sebelumnya, mendengar suara Jayde adalah hal yang paling menggembirakan—bahkan pada bagian acuhnya. Namun kali ini ia tak merasakannya lagi.

Hanya ada amarah, dan takjub ketika ia menyadari bahwa perasaannya bisa berubah hanya dalam sekejap.

“Bukan urusanmu,” jawab Lillian. “Mulai saat ini, kau bisa bebas melakukan apa pun dengan Rosalee. Atau, kalian bisa mulai tinggal bersama di rumah itu, aku sama sekali tidak peduli.”

“Kau sadar dengan apa yang kau katakan?” Terdengar semburat amarah pada pertanyaan Jayde.

“Tentu saja. Aku bahkan tidak pernah sesadar ini sebelumnya.”

“Pulang sekarang juga, Lilly!”

“Aku tidak akan pernah kembali ke sana, Jay! Saat ini juga, aku benar-benar melepasmu, dan mengakhiri semua hal yang memang seharusnya tidak pernah kita jalin dari awal.”

Terdengar dengusan kasar dari tempat Jayde, dan beberapa barang yang tampaknya berjatuhan di lantai.

“Lilly! Kembali ke rumah sekarang juga, atau aku akan—”

“Apa?!” bentak Lillian. “Bahkan sampai akhir kau terus saja mengancamku untuk mendapatkan keinginanmu!”

“Pulang sekarang juga!”

Lillian menghela napasnya dalam, menatap tajam pada luar jendela apartemen barunya yang menyuguhkan pemandangan malam kota Duesseldorf. Kemilau lampu saling menyorot dari kejauhan, seakan menegaskan pada dunia bahwa kota ini tidak akan tidur sampai pagi.

“Untuk apa, Jay?” ucap Lillian, sedikit tertahan. “Kau bebas sekarang. Tak ada lagi keraguan untuk saling pergi karena kau tidak lagi terikat dengan janji pada orang tuaku. Mereka sudah pergi, alasan terbesarmu untuk terus mempertahankan pernikahan yang tidak kau inginkan telah hilang!”

“Lilly!”

“Sudah cukup, Jay! Aku lelah, jangan hubungi aku lagi.”

Lillian menurunkan ponsel dari telinganya, menekan pilihan ‘end’ dan mendesah frustasi. Kedua matanya memejam, mengingat wajah kedua orang tuanya saat acara pernikahanya dengan Jayde. Wajah yang sangat bahagia itu, mungkinkah akan tetap tersenyum saat mengetahui jika perceraian adalah akhir dari kisahnya?

Are you, okay?”

Lillian mendongak, hampir melupakan keberadaan Noam yang sedang duduk menatapnya cemas. Wanita itu buru-buru menghapus kesedihannya dengan seutas senyum yang jelas tidak membuat Noam berpikir bahwa Lillian baik-baik saja.

Absolutely yes!” jawab Lillian.

Noam mendesah, terlihat sangat tidak percaya dengan penyanggahan Lillian atas perasaannya sendiri. “Kau yakin dengan semua hal yang telah kau lakukan sejauh ini?”

Pertanyaan kesekian kalinya dari Noam yang terlus dilontarkan pada Lillian beberapa hari terakhir. Kerutan dalam di kening pria itu, semakin menjelaskan sorot khawatir yang tak bisa ditahan lagi. Lillian menyadari semuanya, tapi justru karena itulah, ia tidak ingin memperlihatkan rasa sakitnya semakin dalam pada Noam.

Lillian mengangguk, dan terus memaksakan untuk menunjukkan wajah baik-baik saja. “Aku yakin dengan semua hal yang telah kulakukan, Noam. Seharusnya, aku bisa lebih cepat memutuskannya, sebelum….”

Lillian menggantungkan kalimatnya di udara, tak kuasa untuk meneruskan karena rasa sesak yang semakin menggerogoti dari dalam.

“Tidak ada yang harus disesali, Lilly. Sungguh, kau sudah melakukan semuanya dengan sangat baik.” Noam, menatap lembut, mencoba untuk menyelami sorot Lillian yang memudar. “Mempertahankan perasaan pada orang yang kau cintai, itu bukan tindakan kriminal. Bahkan jika pada akhirnya kau memutuskan untuk menyudahi perjuanganmu, itu juga bukan hal yang memalukan.”

Lillian bergeming, terlihat sedang mencerna dan menjejalkan ke jalur positif tentang apa yang barus aja diucapkan Noam.

“Manusia mendapatkan pelajaran dari pengalaman, dan mendapatkan acuan dari kesalahan.” Noam kembali melanjutkan. “Lagipula, tak ada alasan yang cukup kuat untuk kau terus mempertahankan pernikahanmu, right? Kau terlalu berharga untuk pria seperti Jayde.”

Kali ini, Lillian mengigit bibir bawahnya dan mengatupkannya erat sambil kembali menghela napas. Apa yang dikatakan Noam semuanya benar.

“Kau benar. jika aku terus bersamanya, bukan tidak mungkin aku akan ditindas terus menerus olehnya. Cinta tak akan kubiarkan untuk membuatku buta lagi, Noam. Kurasa sudah Jayde memperlakukanku dengan seenaknya. Sudah saatnya untuk berubah.”

Perasaan yang tadi membuatnya sesak, perlahan menguap, meski masih menitikkan beberapa tetes perasaan yang mungkin akan menjadi residu dalam diri. Namun, bukan itu poin utamanya sekarang.

Rasa pasrah yang telah berubah menjadi lelah, mengantarkan Lillian pada satu titik akhir untuk benar-benar membuang hubungan menyakitkan dalam hidupnya. Satu hal yang selama ini ia hiraukan adalah, nyatanya mencintai dalam kesendirian adalah hal paling bodoh yang telah ia lakukan.

“Dan aku akan mendukungmu seperti yang sudah-sudah. Kau tahu itu, kan? Aku selalu bersamamu, Lilly.” Noam mendekat, memeluk Lillian dan menepuk-nepuk pundaknya.

“Aku tahu itu, Noam. Kau satu-satunya orang yang selama ini berdiri bersamaku. Entah apa yang terjadi jika tak ada dirimu.”

Noam melepas pelukannya, kemudian kembali menatap wajah Lillian. “Karena itu, segera hubungi aku kalau kau membutuhkan bantuan. Karena kita sekarang tinggal dalam satu gedung, jangan sungkan untuk meminta tolong padaku.”

“Apa pun?” tanya Lillian, sambil menyipitkan kedua matanya.

Noam mengangguk. “Apa pun. Tempatku tepat ada di bawah lantai ini. Jadi, bukan hal yang susah untukku segera datang ke sini saat kau perlu bantuan.”

“Bahkan jika aku meminta tolong untuk mengangkut sampah?” tanya Lillian lagi.

Noam terkekeh, tapi tetap saja ia mengangguk sambil mengambil jas yang dari tadi tergantung di sandaran kursi makan. “Apa pun, Lilly. Tapi karena saat ini kau masih belum memiliki sampah untuk dibuang, aku akan pulang dulu. Kau bisa menghubungiku untuk itu, setelah tempat sampahmu penuh.”

“Aku hanya bercanda, Noam. Tapi setidaknya, mungkin aku memang memerlukan beberapa bantuan selama tinggal di sini. Mungkin, ketika air wastafel macet, atau perlu mengangkat benda berat, maybe?”

Senyuman Noam kembali membentuk bulan sabit lancip pada wajahnya. Saat seperti itu, selalu terlihat lekukan lesung di pipi kirinya. Tak terlalu dalam, tapi selalu terlihat saat ia tersenyum.

Sure, kau tinggal bilang padaku. Aku akan ada untukmu apa pun keadaannya, Lilly. Karena itu, selalu ingat bahwa kau tidak akan pernah merasa sendiri. Ada aku.”

Lefayesme

Hi, apa kabar? I'm so happy karena kau masih bertahan sampai di bab ini. Kuharap, kau bisa tetap tinggal sampai akhir bersamaku, dan terus ikuti semua cerita yang telah kusiapkan khusus untukmu ^^ Ah ya, kau bisa menemuiku juga di akun IG : lefayesme Feel free banget buat kita diskusi apa pun all about novel, atau bahkan hal random lain. aku tunggu di sana yaaa. Love, Lefayesme <3

| 1

Bab terkait

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   7. Dengarkan Aku Baik-Baik!

    Raut wajah yang seketika berubah, jelas menunjukkan perasaan Lillian saat ia membuka pintu ruangan kerjanya. Sosok yang sangat tidak ia harapkan telah berdiri di sana, bersandar pada meja kerja dengan kedua tangan terlipat di depan dada, dan menatap tajam padanya.“Selamat pagi, Nyonya Foster,” ucap Jayde.Tangan Lillian mengepal keras, mencengkeram tali tas kerjanya yang terjinjing di sisi kanan. Desahan kasar lolos, sengaja ia tunjukkan pada Jayde bahwa kedatangannya sangat tidak diharapkan.“Buang jauh nama Foster dari belakang namaku. Aku adalah Lillian Waverly, bukan lagi Lillian Foster!”Sikap tunduk dan penuh takut yang dulu menjadi makanan untuk ego Jayde, kini berhasil mengembalikan menjadi sosok lama dari seorang Lillian yang terkenal sebagai wanita independent, dengan segala kesempurnaannya—sosok yang tidak pernah dilihat oleh seorang Jayde Foster.Namun, hal itu ternyata memancing amarah dari Jayde. Tatapan tajam dari matanya yang tadi hanya bermaksud untuk mengintimidasi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   8. Kenapa Kau Sebaik Ini?

    Pintu ruangan dibuka kasar. Beberapa pasang mata yang dari tadi terlihat penasaran di luar ruangan, segera mengalihkan pandangan, berpura-pura sibuk degan apa pun yang ada di sekitar.Jayde menghela napas panjang, tak berniat untuk mengubah raut wajah meskipun ia merasakan suasana yang tegang karena ulahnya. Harga dirinya yang telah tercabik, tertutup oleh emosi dan menghilangkan sisi profesionalitasnya.Dari arah berlawanan, Noam berjalan menghampiri dengan beberapa tumpukan berkas di tangan. Dari bagaimana sikap Noam saat ini, tampaknya ia ikut mendengar teriakan Jayde yang berhasil membuat hening satu lantai.Beberapa dari orang di ruangan itu terlihat gelisah, menatap cemas pada dua pria yang saling mendekat. Dua pria lainnya yang dari tadi bersembunyi di balik bilik meja kerja, secara otomatis berdiri, bersiap untuk melerai jika saja ada terjadi keributan.Bagaimanapun juga, semua orang tahu tentang Noam yang sangat membela Lillian dan menjadi orang nomor satu yang sangat membenc

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   9. Kau Menyukainya?

    Pintu digebrak terdengar nyaring. Jayde di dalam ruangannya terlihat sangat kacau. Ia benar-benar tidak memedulikan apa pun kecuali melampiaskan emosinya. Dalam hal apa pun di dunia ini, ketika ego dan harga dirinya tercoreng, saat itu adalah situasi yang terburuk dalam hidupnya.Perceraian, satu kata yang saat ini bisa membuatnya sangat marah. Bukan karena ia memiliki perasaan pada Lillian, tidak sama sekali! Harga dirinya yang merasa diinjak-injak, itulah yang membuatnya merasa tidak terima. Terlebih, saat ia mengingat bagaimana tatapan Lillian yang jelas terlihat menantang.Wanita itu, sejak kapan ia berani pada Jayde?“Verdammt!”Satu kepalan meninju permukaan meja kerja. Terasa panas menjalar di buku-buku jari, tapi tak membuatnya merasa kesakitan. Tak lama dari itu, pintu ruangan terbuka. Ia mendongak, lalu mengerutkan keningnya.“Rosie? Sedang apa kau di sini?”Model nomor satu itu melenggang masuk, menampilkan senyum sensual yang selalu berhasil menggoda Jayde. Pelukan mesra me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   10. Apa yang Kau Sembunyikan?

    “Oh, tunggu sebentar!” Lillian berteriak, pada ponselnya yang bergetar di meja makan.Ia buru-buru membilas tangannya yang kotor terkena adonan telur pada kran air di sink dan bergegas mengusap pada sisi kanan kiri apron berwarna abu-abu yang ia kenakan. Nama Noam tertera di layar ponsel, mencoba menghubungi.“Hei, Noam. Ada apa?” Sedikit berisik dari tempat Noam, sampai Lillian sedikit menjauhkan ponselnya karena terdengar bunyi klakson panjang. “Kau di mana?” tanya Lillian lagi.“Baru pulang dari tempat gym. Kau sudah makan? Mau makan di luar bersamaku?” Lillian melirik masakannya yang setengah jadi. “Aku sedang memasak makan malam. Bagaimana kalau kau makan saja di tempatku?” “Kau masak?” “Yap. Membuat beberapa isian burger dan roti sourdough. Rotinya baru saja matang, dan sekarang aku sedang membuat isian burger. Kau mau?”“Terdengar lezat. Tentu saja aku mau. Ok, then… see u soon.”“See ya.”Panggilan selesai, Lillian kembali meletakkan ponselnya di atas meja makan. Suara de

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   11. Jadi, Kau Menyukainya Atau Tidak?

    Sorot mata Noam terlihat sangat serius saat menatap Lillian, membuat wanita itu mulai menerka-nerka apakah yang telah disembunyikan darinya. Namun sejauh apa pun ia memikirkan apakah itu, tak ada satu pun asumsi yang bisa ia tuduhkan pada Noam.Mungkin ada, tapi menurutnya sangat tidak mungkin.“Noam, please… katakan apa yang telah kau sembunyikan dariku.”Senyum tipis menghiasi wajah Noam. Dari mata Lillian, pria itu tampak sedang mempermainkan peran yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.“Lillian,” ucap Noam. “Jadi selama ini… aku telah berbohong padamu tentang….”Hening sejenak.“Demi Tuhan, katakan padaku sekarang juga, Noam Turner!”Noam menunduk sebentar, sebelum kembali menatap tajam pada Lillian. “Selama ini, aku berbohong padamu tetang ketampananku.”Ok, wait… ketampanan? Lillian tidak mengerti dengan arah jawaban Noam.“Jangan bercanda, Noam.”“Aku tidak bercanda, Lilly.” Sorot mata Noam sengaja dibuat semeyakinkan mungkin. “Tentang ketampananku, aku menyembunyikannya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   12. Bersikaplah Baik!

    Seperti yang telah diduga oleh Lillian sebelumnya. Tidak mungkin jika makan malam hari ini tanpa Jayde. Mobil pria itu baru saja terparkir di sebelah mobilnya. Sementara ia terus berada di belakang kemudi, terlihat enggan untuk keluar.Lillian sedang berusaha untuk menyusun rencana kabur saat kaca jendelanya diketuk oleh Jayde. Ia menoleh, menatap enggan pada pria tersebut sambil menghela napas. Entah apa yang ia lihat dari sosok pria itu dulu, kenapa sampai ia menjadi orang bodoh yang terus mengemis cinta padanya.“Keluar!” seru Jayde dari luar.Sial! sikap arogan pria itu benar-benar membuat Lillian muak. Tangannya menyentak kasar sabuk pengaman yang dari tadi masih menempel di badannya. Demi Tuhan, ia benar-benar tidak ingin berada di sini.Ponselnya menyala, notifikasi pesan terlihat dari Noam. Alih-alih turun, Lillian lebih memilih untuk membuka pesan dulu dari Noam.[Lilly, kau sudah pulang? Ruanganmu sudah gelap.]Tanpa lama, ia membalasnya.[Aku ada di rumah orang tua Jayde. A

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   13. Malam Tak Terduga

    Lillian sontak terbatuk-batuk karena makanan yang belum dicecap sempurna telah meluncur tanpa peringatan melewati tenggorokan. Ia tidak memedulikan lagi sikap hormat yang dari tadi ia pertahankan, yang saat ini menjadi fokusnya adalah mengakhiri penderitaan karena tiba-tiba tersedak.“Minum ini, cepat.”Lillian segera menatap ngeri pada Jayde. Pria itu masih dalam posisi menyodorkan satu gelas berisi penuh air mineral dengan memasang sorot mata khawatir yang sangat jelas sedang dibuat-buat.Karena tidak segera bereaksi, Jayde meraih tangan Lillian dan membantunya untuk menggenggam gelas itu. “Minum dulu, Sayang.”Sungguh, ingin sekali Lillian menyiram air itu ke muka Jayde. Ekspresi wajah yang sangat menyebalkan itu, kini mulai menunjukkan seringai tipis yang terlihat samar, tapi sangat jelas untuk bisa ditangkap oleh Lillian.Lillian mencoba untuk mengatur napasnya agar emosinya bisa lebih tenang sebelum menjadi terlambat dan meledak tanpa peduli bahwa di ruangan ini ada Willona dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   14. Kau Hidup Untuk Dirimu Sendiri

    Helaan napas dalam dan panjang lolos dari hidung Lillian. Siapa sangka, malam yang seharusnya menjadi moment-nya untuk merayakan kepuasan dari dirinya karena berhasil membuat Jayde tertegun, justru harus ia lalui dengan duduk di sini, di salah satu ranjang Emergency Room sebuah rumah sakit di kota Duesseldorf sambil menerima beberapa pengobatan luka yang ia dapat karena kecelakaan tadi.Beberapa kali ia menahan rasa perih setiap kali perawat mengoles alkohol medis untuk membersihkan area lukanya sebelum dilanjutkan dengan perawatan luka. Di sebelahnya, terbaring pengendara mobil yang membuatnya celaka tadi. Seorang pemuda yang tengah mabuk berat.“Lilly!”Lillian mendongak, kemudian meringis sat melihat Noam sedang berdiri di depannya dengan wajah cemas. Pria itu mendekat, memperhatikan luka-luka yang sedang diobati pada lengan dan kepala wanita itu.“Apa yang terjadi??” Noam tidak bisa tenang.“Hei, easy,” ucap Lillian. “Hanya kecelakaan kecil. Selebihnya aku baik-baik saja. mobilk

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15

Bab terbaru

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   36. Pengalihan Perusahaan

    Hari yang telah ditunggu oleh Lillian pada akhirnya tiba. Sidang perceraian antara dirinya dan Jayde Foster akhirnya telah berakhir. Sejak palu hakim diketuk tiga kali, keduanya telah resmi bercerai. Lillian menghela napasnya lega sambil memejamkan kedua matanya. Ia tahu bercerai bukan hal yang patut dibanggakan, tapi untuk kali ini ia ingin merayakannya.Tidak ada interaksi dirinya dengan Jayde. Mereka tampak seperti orang asing yang tidak saling menyapa. Well, Lillian tidak merisaukannya. Bersikap seperti justru membuatnya lebih nyaman. Lagipula dirinya juga telah muak dengan Jayde.Noam tersenyum pada Lillian saat wanita itu keluar dari ruangan sidang. pelukan hangat menyambut sang kekasih yang telah mendapatkan kebebasannya. Kali ini, Noam bisa mencintai Lillian sepenuhnya. Semua hal buruk yang pernah dirasakan oleh wanita itu, dengan tekad yang kuat akan ia ganti dengan semua kebahagiaan yang bisa ia tawarkan dan akan selalu diusahakan.Namun belum sempat Lillian mengucapkan kali

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   35. Sifat Asli Mulai Terlihat

    Jayde melempar satu dokumen yang berhasil ia raup dari atas meja kerjanya di kantor setelah membaca sebuah surat yang baru saja diantar untuknya. Beberapa hari berlalu setelah terakhir kali ia menemui Lillian, sekarang di tangannya telah terselip panggilan sidang untuk perceraiannya dengan wanita itu.Emosinya yang membuncah seakan hampir meledak di kepala. Meskipun ia menyadari bahwa kelakuannya selama ini pada Lillian tidak bisa dibenarkan dan dinormalisasikan. Saat ini bukan tentang harga dirinya yang merasa diinjak karena keinginan Lillian untuk berpisah, melainkan tentang perasaannya yang perlahan mulai kembali lagi pada wanita itu.Benar, Jayde memang egois. Ia menyadarinya, tapi ia tidak memiliki kuasa untuk menahannya. Egonya yang terlalu besar membuatnya menjadi kerap tidak tahu diri. Surat panggilan sidang perceraian itu ia lempar begitu saja ke atas mejanya.“Sayang? Ada masalah?”Jayde menoleh cepat, sorotnya matanya terlihat tidak senang melihat Rosalee yang melenggang be

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   34. Malam Panas

    “Brengsek!”Tangan Jayde mengepal kencang sambil beberapa kali memukul setir mobil. Urat di pelipisnya menonjol, seiring dengan emosinya yang berusaha meledak bersama dengan geraman teredam.“Damn, Noam! Damned, Rosalee!”Jayde jelas mengutuk Noam karena pria itu berhasil merebut Lillian darinya. Mungkin lebih tepatnya, Noam mengambil kesempatan dengan cerdas saat Jayde menyia-nyiakan Lillian dengan kebodohannya. Setelah semuanya menjadi lebih terang bagi Jayde, saat itulah ia merasakan ketololan yang berhasil menggigitnya sedikit demi sedikit; mengoyak; dan menghancurkan pada akhirnya.Satu hal yang tak pernah ia bayangkan dalam hubungan sempurnanya dengan Rosalee, ternyata akan membawanya pada hal-hal yang mengerikan. Semua perlakuan buruknya pada Lillian memang tak terbantahkan. Ia mengakuinya, dan saat ini menyesalinya dengan segenap jiwa.Namun semuanya telah menjadi terlambat bagi Jayde. Semua kenangannya bersama dengan Lillian sebelum Rosalee hadir di kehidupannya kembali memb

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   33. Pergilah!

    Ponsel Lillian berdering beberapa kali saat ia masih memfokuskan pikirannya pada pekerjaan. Ada beberapa hal yang harus ia kerjakan hari ini juga, mengenai rencana penambahan armada pesawat sehubungan dengan penambahan slot yang telah disetujui oleh pihak bandara. Semakin banyak antusias warga asing untuk mengunjungi Eropa menjadi perhatiannya saat ini agar mampu menyediakan fasilitas penerbangan yang memuaskan.Wanita itu hanya melirik sebentar dan mendesah malas setelah membaca nama sang penelepon. Jayde terus berusaha untuk menghubunginya. Semenjak mengetahui ada foto-foto dirinya dengan ancaman kematian, ia berniat untuk segera Jayde dari kehidupannya. Entah Jayde atau bukan yang melakukan hal-hal buruk itu, yang jelas dirinya mendapatkan banyak masalah setelah bersama dengan Jayde.Namun ia kembali mengingat tentang pendapat Noam mengenai kemungkinan bahwa Jayde berusaha menyembunyikan itu semua agar tidak membebani pikiran Lillian. Walaupun itu adalah hal yang sangat tidak masuk

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   32. Dia Mau Membunuhku?

    Hal-hal negatif terus bermunculan dalam pikiran Lillian selama mobil yang dikendarakan oleh Noam melaju kencang, menembus jalanan untuk membawa mereka kembali ke rumah Lillian bersama dengan Jayde. Lillian merasa harus memeriksa sekali lagi rumah itu, mungkin saja ada hal yang terlewatkan olehnya.Noam tak bisa melarangnya. Dirinya tidak berada pada posisi yang bisa untuk melarang Lillian menantang bahaya seperti ini. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mendampingi dan mendukung apa pun yang akan dilakukan oleh Lillian.“Maafkan aku, Noam,” ucap Lillian tanpa mengalih pandangannya dari jendela mobil.Noam menoleh sekilas padanya. “Maaf untuk apa?”“Karena kau jadi terlibat dalam masalah yang tidak terlihat ujungnya ini. Aku merasa bersalah padamu.” Lillian memejamkan matanya sejenak, merasakan panas yang mengakar dari bola matanya dan menyebar cepat ke kepala.“Saat ini kau adalah kekasihku, Lilly. Dan sangat wajar jika aku terlibat dalam masalahmu.” Noam merasakan kehangatan

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   31. Petunjuk yang Samar

    Lillian dan Noam hari ini memutuskan untuk pergi ke kediaman orang tua Lillian. Misteri yang tentang kematian orang tuanya biar bagaimanapun juga harus bisa diuangkap. Itu seakan menjadi hutang bagi Lillian untuk mencari keadilan bagi orang tuanya.Bukannya ia masih tidak bisa menerima kematian kedua orang tuanya tersebut. Semua orang pasti akan mengalami kematian. Namun hal yang tidak wajar dalam sudut pandangnya membuat ia tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Karena itulah, apa pun yang terjadi mereka tidak akan pernah menyerah untuk menemukan petunjuk tentang kebenaran dari kecelakaan itu.Mobil Noam berhenti tepat di depan rumah bercat putih bergaya eropa dengan sentuhan mewah di tiap-tiap sisinya. Helaan napas terdengar dari Lillian sebelum ia melepas sabuk pengaman yang ia kenakan.“Hei, kau baik-baik saja?”Noam meraih tangan Lillian sebelum wanita itu membuka pintu mobil.Lillian memutar kepalanya sambil tersenyum. “Selama bersamamu aku akan baik-baik saja, Noam.” Ucapannya

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   30. Tidak Ada yang Salah, Mari Kita Jalani dengan Lambat dan Tenang

    Tunggu...Kenapa Noam ada di sisi Lillian??Wanita itu terbangun dengan kedua mata membelalak lebar saat menyadari Noam sedang tertidur di sisinya. Masih dengan tubuh mematung karena tak ingin membangunkan pria itu, Lillian mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi pada mereka berdua.Satu detik... dua detik... tiga detik... sampai beberapa detik selanjutnya...Oh, my Godness!! Apa yang telah kulakukan?? jerit Lillian dalam hati.Dengan jantung berdebar, ia berusaha untuk mengintip bagian bawahnya yang masih tertutup selimut. Yeah, seperti dugaan. Semuanya masih polos, sama dengan bagian atas tubuhnya yang tak menempel sehelai benang pun, hanya tertutup selimut.Semalam... meskipun samar dalam ingatannya, tapi ia masih bisa merasakan kehangatan dari tiap dekapan dan sentuhan Noam. Semuanya terasa menenangkan, membawanya pada puncak kebahagiaan yang telah lama tak ia rasakan. Saat bibir Noam menjejak di tiap jengkal tubuhnya, saat ia menyentak dalam dan memainkan ritmenya, saat s

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   29. Sejak Awal Aku Sudah Mencintaimu

    Seharian ini adalah hari yang sangat sibuk bagi Noam. Final laporan audit harus diselesaikan hari ini juga. Karena itulah, pria itu sama sekali tidak mengetahui bahwa Lillian mengajukan cuti dadakan. Ia baru mengetahuinya ketika akan masuk ke dalam ruangannya. Rexy—sekretaris Lillian mengatakan bahwa Lillian telah mengajukan cuti dadakan untuk beberapa hari kedepan.“Apakah dia sakit?” Noam terdengar cemas saat menanyakannya.Rexy menggeleng. “Justru nada bicaranya terdengar sangat bersemangat. Kalau kau mencemaskannya, kenapa tidak menghubunginya sendiri?”Noam memicingkan kedua matanya saat mendengar nada bicara Rexy dan raut wajah wanita itu yang terlihat sedang menggodanya. “Hei, kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Noam.Rexy tertawa, kemudian menepuk pundak Noam pelan. “Kau tahu bahwa dari dulu aku mendukung kalian berdua, kan? Kurasa ini kesempatanmu untuk menaklukkan hati Lilly.”Noam langsung menoleh ke kanan dan ke kiri saat Rexy mengatakan hal itu tanpa merasa berdosa s

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   28. Kau Memang Seburuk Itu

    Hampir tengah malam, dan Lillian sengaja membaca buku di ruang depan. Sengaja ia menunggu Jayde, ingin melihat apakah ada reaksi yang berbeda setelah pria itu bertemu dengan Rosalee—Walaupun dalam hatinya, ia yakin pasti jawabannya tidak akan ada reaksi apa-apa.Sekitar setengah jam setelah Lillian memutuskan untuk duduk di single sofa yang langsung memudahkan pandangannya untuk langsung melihat ke arah lorong pintu masuk, Jayde datang. Pria itu berjalan tenang, seperti tak pernah terjadi apa-apa—menurutnya, dan langsung mengerutkan keningnya saat melihat Lillian yang juga tengah memandangnya.“Kenapa kau belum tidur?” tanya Jayde, terdengar canggung, sisa dari pertengkaran semalam.Lillian mengangkat bukunya dengan kedua alis terangkat ke atas. “Kau tidak melihat aku sedang membaca buku?”Raut wajah Jayde terlihat sedikit gusar. Rupanya ia masih belum terbiasa dengan semua sikap patuh Lillian yang tiba-tiba lenyap. Lillian yang dulu tak lagi ia temukan pada sosok Lillian yang sekaran

DMCA.com Protection Status