Share

7. Dengarkan Aku Baik-Baik!

Penulis: Lefayesme
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-09 14:48:50

Raut wajah yang seketika berubah, jelas menunjukkan perasaan Lillian saat ia membuka pintu ruangan kerjanya. Sosok yang sangat tidak ia harapkan telah berdiri di sana, bersandar pada meja kerja dengan kedua tangan terlipat di depan dada, dan menatap tajam padanya.

“Selamat pagi, Nyonya Foster,” ucap Jayde.

Tangan Lillian mengepal keras, mencengkeram tali tas kerjanya yang terjinjing di sisi kanan. Desahan kasar lolos, sengaja ia tunjukkan pada Jayde bahwa kedatangannya sangat tidak diharapkan.

“Buang jauh nama Foster dari belakang namaku. Aku adalah Lillian Waverly, bukan lagi Lillian Foster!”

Sikap tunduk dan penuh takut yang dulu menjadi makanan untuk ego Jayde, kini berhasil mengembalikan menjadi sosok lama dari seorang Lillian yang terkenal sebagai wanita independent, dengan segala kesempurnaannya—sosok yang tidak pernah dilihat oleh seorang Jayde Foster.

Namun, hal itu ternyata memancing amarah dari Jayde. Tatapan tajam dari matanya yang tadi hanya bermaksud untuk mengintimidasi, kini telah berubah menjadi tatapan penuh emosi.

Jayde melepas pinggangnya dari pinggir meja kerja milik Lillian, bergerak ke arah pintu dan mengunci ruangan itu dari dalam. Tirai putih yang terbuka di jendela ruangan, tak lupa ditutup untuk membutakan pandangan dari luar.

Lillian sadar itu adalah langkah yang buruk untuk pagi ini. Ia bisa merasakan aura yang dulu selalu membuatnya berhasil untuk memohon—seperti orang tolol yang takut kehilangan Jayde.

Ah, sial! Lillian semakin menyadari betapa bodoh dirinya saat itu.

“Sudah kukatakan berapa kali kalau perceraian tidak akan terjadi di antara kita!” geram Jayde, menghampiri Lillian dengan cepat.

“Kau bebas mengatakan perihal itu berulang kali, tapi itu tidak akan pernah mengubah keputusanku untuk berpisah denganmu!” Lillian kembali menegaskan.

Ujung rahang Jayde terlihat berkedut, seiring dengan rahangnya yang mengetat. Gelombang panas yang membawa titik amarah menyebar cepat di sekujur tubuhnya. Dalam satu gerakan cepat, ia telah mencengkeram rahang Lillian, mendorongnya kasar sampai wanita itu terpojok di dinding, tak bisa kabur dari himpitan Jayde.

“Sejak kapan kau jadi pintar membantah, Lilly? Seharusnya kau tetap menjadi Lillian yang selalu mengatakan iya pada semua apa pun yang kuucapkan! Seharusnya, kau akan selalu takut kehilangan diriku dan memaklumi semua tingkah lakuku agar aku tetap mau menjadi suamimu!”

Jantung Lillian berdetak sangat kencang, terasa seperti siap melompat tiba-tiba jika saja Jayde melakukan hal yang lebih dari itu. Meskipun begitu, ia tetap menantang pria itu dengan sorot tajamnya.

“Sejak aku menyadari bahwa kau tidak layak untuk kucintai!”

Napas Lilly memburu, sebelum ia merintih kesakitan karena cengkeraman di rahangnya yang semakin kuat.

Jayde tampaknya mulai kesulitan untuk mengendalikan dirinya agar tidak bertindak lebih jauh dari sekedar mencengkeram rahang Lillian. “Aku tegaskan lagi, Lilly! Tidak akan ada perceraian di antara kita. Selamanya kau akan tetap menjadi istriku, tak peduli berapa kali kau mengatakan akan bercerai denganku! Bahkan jika pada akhirnya kita bercerai, aku yang akan mengurusnya, bukan kau!”

“Terlambat, Jay! Aku sudah mengurus semuanya. Pengacaraku akan secepatnya mengirim surat panggilan sidang cerai untukmu!”

Kedua mata Jayde mengilat saat mendengarnya. Bola putihnya mulai memerah, cengkeraman tangannya pada rahang Lillian, berganti menelusup ke leher Lillian, mencoba untuk selembut mungkin,  lalu ia mendekat cepat, membuka bibir Lillian dengan paksa dan menyesapnya kasar tanpa memedulikan gestur tubuh Lillian yang tak menginginkannya.

“Jay!” kedua tangan Lillian mendorong kasar pada dada Jay, berhasil membuat pria itu mundur beberapa langkah. “Stop it!”

“Kenapa?! Bukankah kau selalu menginginkannya!” teriak Jayde.

Lillian menoleh cepat ke arah tirai putih yang tertutup. Ia yakin orang-orang di luar bisa mendengar teriakan Jayde dengan jelas. Namun tak ada gunanya juga ia mengkhawatirkan hal itu. Jayde terus berteriak, melampiaskan emosinya pada Lillian yang juga bersikeras untuk tetap menggugat cerai.

“Aku tidak akan pernah menginginkannya lagi, Jayde Foster! saat ini, tidak akan kubiarkan siapa pun untuk merendahkanku. Sekarang, pergilah!” tangan kiri Lillian terulur lurus ke arah pintu.

Kedua mata Jayde masih menyalang, tak terima dengan semua perkataan dan respon yang dilontarkan Lillian. Gadis manis yang dulu selalu menuruti setiap ucapannya, yang selalu memohon agar ia tidak meninggalkannya, saat ini telah menjadi seseorang yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.

Sementara di sisi Lillian, ia tidak menurunkan lengannya sedikit pun, mau pun tatapan tajamnya pada Jayde. Ia benar-benar muak dengan wajah yang selama ini selalu ia agung-agungkan.

Jayde membetulkan letak jasnya, lalu berjalan mendekat pada Lillian. Raut wajahnya masih terlihat sangat marah, bahkan tonjolan otot di pelipisnya masih terlihat jelas.

“Dengarkan baik-baik! Aku, tidak akan membiarkanmu untuk menceraikanku dengan mudah, Lilly!”

Bab terkait

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   8. Kenapa Kau Sebaik Ini?

    Pintu ruangan dibuka kasar. Beberapa pasang mata yang dari tadi terlihat penasaran di luar ruangan, segera mengalihkan pandangan, berpura-pura sibuk degan apa pun yang ada di sekitar.Jayde menghela napas panjang, tak berniat untuk mengubah raut wajah meskipun ia merasakan suasana yang tegang karena ulahnya. Harga dirinya yang telah tercabik, tertutup oleh emosi dan menghilangkan sisi profesionalitasnya.Dari arah berlawanan, Noam berjalan menghampiri dengan beberapa tumpukan berkas di tangan. Dari bagaimana sikap Noam saat ini, tampaknya ia ikut mendengar teriakan Jayde yang berhasil membuat hening satu lantai.Beberapa dari orang di ruangan itu terlihat gelisah, menatap cemas pada dua pria yang saling mendekat. Dua pria lainnya yang dari tadi bersembunyi di balik bilik meja kerja, secara otomatis berdiri, bersiap untuk melerai jika saja ada terjadi keributan.Bagaimanapun juga, semua orang tahu tentang Noam yang sangat membela Lillian dan menjadi orang nomor satu yang sangat membenc

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   9. Kau Menyukainya?

    Pintu digebrak terdengar nyaring. Jayde di dalam ruangannya terlihat sangat kacau. Ia benar-benar tidak memedulikan apa pun kecuali melampiaskan emosinya. Dalam hal apa pun di dunia ini, ketika ego dan harga dirinya tercoreng, saat itu adalah situasi yang terburuk dalam hidupnya.Perceraian, satu kata yang saat ini bisa membuatnya sangat marah. Bukan karena ia memiliki perasaan pada Lillian, tidak sama sekali! Harga dirinya yang merasa diinjak-injak, itulah yang membuatnya merasa tidak terima. Terlebih, saat ia mengingat bagaimana tatapan Lillian yang jelas terlihat menantang.Wanita itu, sejak kapan ia berani pada Jayde?“Verdammt!”Satu kepalan meninju permukaan meja kerja. Terasa panas menjalar di buku-buku jari, tapi tak membuatnya merasa kesakitan. Tak lama dari itu, pintu ruangan terbuka. Ia mendongak, lalu mengerutkan keningnya.“Rosie? Sedang apa kau di sini?”Model nomor satu itu melenggang masuk, menampilkan senyum sensual yang selalu berhasil menggoda Jayde. Pelukan mesra me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   10. Apa yang Kau Sembunyikan?

    “Oh, tunggu sebentar!” Lillian berteriak, pada ponselnya yang bergetar di meja makan.Ia buru-buru membilas tangannya yang kotor terkena adonan telur pada kran air di sink dan bergegas mengusap pada sisi kanan kiri apron berwarna abu-abu yang ia kenakan. Nama Noam tertera di layar ponsel, mencoba menghubungi.“Hei, Noam. Ada apa?” Sedikit berisik dari tempat Noam, sampai Lillian sedikit menjauhkan ponselnya karena terdengar bunyi klakson panjang. “Kau di mana?” tanya Lillian lagi.“Baru pulang dari tempat gym. Kau sudah makan? Mau makan di luar bersamaku?” Lillian melirik masakannya yang setengah jadi. “Aku sedang memasak makan malam. Bagaimana kalau kau makan saja di tempatku?” “Kau masak?” “Yap. Membuat beberapa isian burger dan roti sourdough. Rotinya baru saja matang, dan sekarang aku sedang membuat isian burger. Kau mau?”“Terdengar lezat. Tentu saja aku mau. Ok, then… see u soon.”“See ya.”Panggilan selesai, Lillian kembali meletakkan ponselnya di atas meja makan. Suara de

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   11. Jadi, Kau Menyukainya Atau Tidak?

    Sorot mata Noam terlihat sangat serius saat menatap Lillian, membuat wanita itu mulai menerka-nerka apakah yang telah disembunyikan darinya. Namun sejauh apa pun ia memikirkan apakah itu, tak ada satu pun asumsi yang bisa ia tuduhkan pada Noam.Mungkin ada, tapi menurutnya sangat tidak mungkin.“Noam, please… katakan apa yang telah kau sembunyikan dariku.”Senyum tipis menghiasi wajah Noam. Dari mata Lillian, pria itu tampak sedang mempermainkan peran yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.“Lillian,” ucap Noam. “Jadi selama ini… aku telah berbohong padamu tentang….”Hening sejenak.“Demi Tuhan, katakan padaku sekarang juga, Noam Turner!”Noam menunduk sebentar, sebelum kembali menatap tajam pada Lillian. “Selama ini, aku berbohong padamu tetang ketampananku.”Ok, wait… ketampanan? Lillian tidak mengerti dengan arah jawaban Noam.“Jangan bercanda, Noam.”“Aku tidak bercanda, Lilly.” Sorot mata Noam sengaja dibuat semeyakinkan mungkin. “Tentang ketampananku, aku menyembunyikannya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   12. Bersikaplah Baik!

    Seperti yang telah diduga oleh Lillian sebelumnya. Tidak mungkin jika makan malam hari ini tanpa Jayde. Mobil pria itu baru saja terparkir di sebelah mobilnya. Sementara ia terus berada di belakang kemudi, terlihat enggan untuk keluar.Lillian sedang berusaha untuk menyusun rencana kabur saat kaca jendelanya diketuk oleh Jayde. Ia menoleh, menatap enggan pada pria tersebut sambil menghela napas. Entah apa yang ia lihat dari sosok pria itu dulu, kenapa sampai ia menjadi orang bodoh yang terus mengemis cinta padanya.“Keluar!” seru Jayde dari luar.Sial! sikap arogan pria itu benar-benar membuat Lillian muak. Tangannya menyentak kasar sabuk pengaman yang dari tadi masih menempel di badannya. Demi Tuhan, ia benar-benar tidak ingin berada di sini.Ponselnya menyala, notifikasi pesan terlihat dari Noam. Alih-alih turun, Lillian lebih memilih untuk membuka pesan dulu dari Noam.[Lilly, kau sudah pulang? Ruanganmu sudah gelap.]Tanpa lama, ia membalasnya.[Aku ada di rumah orang tua Jayde. A

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   13. Malam Tak Terduga

    Lillian sontak terbatuk-batuk karena makanan yang belum dicecap sempurna telah meluncur tanpa peringatan melewati tenggorokan. Ia tidak memedulikan lagi sikap hormat yang dari tadi ia pertahankan, yang saat ini menjadi fokusnya adalah mengakhiri penderitaan karena tiba-tiba tersedak.“Minum ini, cepat.”Lillian segera menatap ngeri pada Jayde. Pria itu masih dalam posisi menyodorkan satu gelas berisi penuh air mineral dengan memasang sorot mata khawatir yang sangat jelas sedang dibuat-buat.Karena tidak segera bereaksi, Jayde meraih tangan Lillian dan membantunya untuk menggenggam gelas itu. “Minum dulu, Sayang.”Sungguh, ingin sekali Lillian menyiram air itu ke muka Jayde. Ekspresi wajah yang sangat menyebalkan itu, kini mulai menunjukkan seringai tipis yang terlihat samar, tapi sangat jelas untuk bisa ditangkap oleh Lillian.Lillian mencoba untuk mengatur napasnya agar emosinya bisa lebih tenang sebelum menjadi terlambat dan meledak tanpa peduli bahwa di ruangan ini ada Willona dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   14. Kau Hidup Untuk Dirimu Sendiri

    Helaan napas dalam dan panjang lolos dari hidung Lillian. Siapa sangka, malam yang seharusnya menjadi moment-nya untuk merayakan kepuasan dari dirinya karena berhasil membuat Jayde tertegun, justru harus ia lalui dengan duduk di sini, di salah satu ranjang Emergency Room sebuah rumah sakit di kota Duesseldorf sambil menerima beberapa pengobatan luka yang ia dapat karena kecelakaan tadi.Beberapa kali ia menahan rasa perih setiap kali perawat mengoles alkohol medis untuk membersihkan area lukanya sebelum dilanjutkan dengan perawatan luka. Di sebelahnya, terbaring pengendara mobil yang membuatnya celaka tadi. Seorang pemuda yang tengah mabuk berat.“Lilly!”Lillian mendongak, kemudian meringis sat melihat Noam sedang berdiri di depannya dengan wajah cemas. Pria itu mendekat, memperhatikan luka-luka yang sedang diobati pada lengan dan kepala wanita itu.“Apa yang terjadi??” Noam tidak bisa tenang.“Hei, easy,” ucap Lillian. “Hanya kecelakaan kecil. Selebihnya aku baik-baik saja. mobilk

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   15. Seandainya Saja

    Kedua mata Lillian langsung membuka lebar saat ia mendengar bel apartemen berbunyi. Sedikit enggan karena rasa kantuk yang masih menggantung di pelupuk mata, tapi ia tetap turun dari kasur dan keluar kamar untuk membuka pintu.Langkahnya terseok, sambil sesekali mendesis saat merasakan denyutan di luka kepalanya saat ia bergerak terlalu cepat. Saat ia membuka pintu, Noam telah berdiri di balik pintu sambil membawa tas kertas warna cokelat yang ditenteng dan disodorkan pada Lillian.“Apa ini?” Alis Lillian bertaut saat menerimanya, mencoba untuk menerka apa yang ada di dalam tas itu.“Sarapan,” jawab Noam sambil masuk, melewati Lillian yang masih mengintip isi di dalam tas itu. “Aku yakin kau masih kesusahan dengan kondisimu saat ini untuk memasak, dan aku juga sangat yakin kau pasti malas untuk memesan makanan dan lebih memilih untuk tidur karena sekarang adalah weekend.”Tawa Lillian terdengar dari arah dapur. Ia sedang mengeluarkan kotak makanan yang tadi dibeli Noam di restoran baw

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18

Bab terbaru

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   36. Pengalihan Perusahaan

    Hari yang telah ditunggu oleh Lillian pada akhirnya tiba. Sidang perceraian antara dirinya dan Jayde Foster akhirnya telah berakhir. Sejak palu hakim diketuk tiga kali, keduanya telah resmi bercerai. Lillian menghela napasnya lega sambil memejamkan kedua matanya. Ia tahu bercerai bukan hal yang patut dibanggakan, tapi untuk kali ini ia ingin merayakannya.Tidak ada interaksi dirinya dengan Jayde. Mereka tampak seperti orang asing yang tidak saling menyapa. Well, Lillian tidak merisaukannya. Bersikap seperti justru membuatnya lebih nyaman. Lagipula dirinya juga telah muak dengan Jayde.Noam tersenyum pada Lillian saat wanita itu keluar dari ruangan sidang. pelukan hangat menyambut sang kekasih yang telah mendapatkan kebebasannya. Kali ini, Noam bisa mencintai Lillian sepenuhnya. Semua hal buruk yang pernah dirasakan oleh wanita itu, dengan tekad yang kuat akan ia ganti dengan semua kebahagiaan yang bisa ia tawarkan dan akan selalu diusahakan.Namun belum sempat Lillian mengucapkan kali

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   35. Sifat Asli Mulai Terlihat

    Jayde melempar satu dokumen yang berhasil ia raup dari atas meja kerjanya di kantor setelah membaca sebuah surat yang baru saja diantar untuknya. Beberapa hari berlalu setelah terakhir kali ia menemui Lillian, sekarang di tangannya telah terselip panggilan sidang untuk perceraiannya dengan wanita itu.Emosinya yang membuncah seakan hampir meledak di kepala. Meskipun ia menyadari bahwa kelakuannya selama ini pada Lillian tidak bisa dibenarkan dan dinormalisasikan. Saat ini bukan tentang harga dirinya yang merasa diinjak karena keinginan Lillian untuk berpisah, melainkan tentang perasaannya yang perlahan mulai kembali lagi pada wanita itu.Benar, Jayde memang egois. Ia menyadarinya, tapi ia tidak memiliki kuasa untuk menahannya. Egonya yang terlalu besar membuatnya menjadi kerap tidak tahu diri. Surat panggilan sidang perceraian itu ia lempar begitu saja ke atas mejanya.“Sayang? Ada masalah?”Jayde menoleh cepat, sorotnya matanya terlihat tidak senang melihat Rosalee yang melenggang be

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   34. Malam Panas

    “Brengsek!”Tangan Jayde mengepal kencang sambil beberapa kali memukul setir mobil. Urat di pelipisnya menonjol, seiring dengan emosinya yang berusaha meledak bersama dengan geraman teredam.“Damn, Noam! Damned, Rosalee!”Jayde jelas mengutuk Noam karena pria itu berhasil merebut Lillian darinya. Mungkin lebih tepatnya, Noam mengambil kesempatan dengan cerdas saat Jayde menyia-nyiakan Lillian dengan kebodohannya. Setelah semuanya menjadi lebih terang bagi Jayde, saat itulah ia merasakan ketololan yang berhasil menggigitnya sedikit demi sedikit; mengoyak; dan menghancurkan pada akhirnya.Satu hal yang tak pernah ia bayangkan dalam hubungan sempurnanya dengan Rosalee, ternyata akan membawanya pada hal-hal yang mengerikan. Semua perlakuan buruknya pada Lillian memang tak terbantahkan. Ia mengakuinya, dan saat ini menyesalinya dengan segenap jiwa.Namun semuanya telah menjadi terlambat bagi Jayde. Semua kenangannya bersama dengan Lillian sebelum Rosalee hadir di kehidupannya kembali memb

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   33. Pergilah!

    Ponsel Lillian berdering beberapa kali saat ia masih memfokuskan pikirannya pada pekerjaan. Ada beberapa hal yang harus ia kerjakan hari ini juga, mengenai rencana penambahan armada pesawat sehubungan dengan penambahan slot yang telah disetujui oleh pihak bandara. Semakin banyak antusias warga asing untuk mengunjungi Eropa menjadi perhatiannya saat ini agar mampu menyediakan fasilitas penerbangan yang memuaskan.Wanita itu hanya melirik sebentar dan mendesah malas setelah membaca nama sang penelepon. Jayde terus berusaha untuk menghubunginya. Semenjak mengetahui ada foto-foto dirinya dengan ancaman kematian, ia berniat untuk segera Jayde dari kehidupannya. Entah Jayde atau bukan yang melakukan hal-hal buruk itu, yang jelas dirinya mendapatkan banyak masalah setelah bersama dengan Jayde.Namun ia kembali mengingat tentang pendapat Noam mengenai kemungkinan bahwa Jayde berusaha menyembunyikan itu semua agar tidak membebani pikiran Lillian. Walaupun itu adalah hal yang sangat tidak masuk

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   32. Dia Mau Membunuhku?

    Hal-hal negatif terus bermunculan dalam pikiran Lillian selama mobil yang dikendarakan oleh Noam melaju kencang, menembus jalanan untuk membawa mereka kembali ke rumah Lillian bersama dengan Jayde. Lillian merasa harus memeriksa sekali lagi rumah itu, mungkin saja ada hal yang terlewatkan olehnya.Noam tak bisa melarangnya. Dirinya tidak berada pada posisi yang bisa untuk melarang Lillian menantang bahaya seperti ini. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mendampingi dan mendukung apa pun yang akan dilakukan oleh Lillian.“Maafkan aku, Noam,” ucap Lillian tanpa mengalih pandangannya dari jendela mobil.Noam menoleh sekilas padanya. “Maaf untuk apa?”“Karena kau jadi terlibat dalam masalah yang tidak terlihat ujungnya ini. Aku merasa bersalah padamu.” Lillian memejamkan matanya sejenak, merasakan panas yang mengakar dari bola matanya dan menyebar cepat ke kepala.“Saat ini kau adalah kekasihku, Lilly. Dan sangat wajar jika aku terlibat dalam masalahmu.” Noam merasakan kehangatan

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   31. Petunjuk yang Samar

    Lillian dan Noam hari ini memutuskan untuk pergi ke kediaman orang tua Lillian. Misteri yang tentang kematian orang tuanya biar bagaimanapun juga harus bisa diuangkap. Itu seakan menjadi hutang bagi Lillian untuk mencari keadilan bagi orang tuanya.Bukannya ia masih tidak bisa menerima kematian kedua orang tuanya tersebut. Semua orang pasti akan mengalami kematian. Namun hal yang tidak wajar dalam sudut pandangnya membuat ia tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Karena itulah, apa pun yang terjadi mereka tidak akan pernah menyerah untuk menemukan petunjuk tentang kebenaran dari kecelakaan itu.Mobil Noam berhenti tepat di depan rumah bercat putih bergaya eropa dengan sentuhan mewah di tiap-tiap sisinya. Helaan napas terdengar dari Lillian sebelum ia melepas sabuk pengaman yang ia kenakan.“Hei, kau baik-baik saja?”Noam meraih tangan Lillian sebelum wanita itu membuka pintu mobil.Lillian memutar kepalanya sambil tersenyum. “Selama bersamamu aku akan baik-baik saja, Noam.” Ucapannya

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   30. Tidak Ada yang Salah, Mari Kita Jalani dengan Lambat dan Tenang

    Tunggu...Kenapa Noam ada di sisi Lillian??Wanita itu terbangun dengan kedua mata membelalak lebar saat menyadari Noam sedang tertidur di sisinya. Masih dengan tubuh mematung karena tak ingin membangunkan pria itu, Lillian mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi pada mereka berdua.Satu detik... dua detik... tiga detik... sampai beberapa detik selanjutnya...Oh, my Godness!! Apa yang telah kulakukan?? jerit Lillian dalam hati.Dengan jantung berdebar, ia berusaha untuk mengintip bagian bawahnya yang masih tertutup selimut. Yeah, seperti dugaan. Semuanya masih polos, sama dengan bagian atas tubuhnya yang tak menempel sehelai benang pun, hanya tertutup selimut.Semalam... meskipun samar dalam ingatannya, tapi ia masih bisa merasakan kehangatan dari tiap dekapan dan sentuhan Noam. Semuanya terasa menenangkan, membawanya pada puncak kebahagiaan yang telah lama tak ia rasakan. Saat bibir Noam menjejak di tiap jengkal tubuhnya, saat ia menyentak dalam dan memainkan ritmenya, saat s

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   29. Sejak Awal Aku Sudah Mencintaimu

    Seharian ini adalah hari yang sangat sibuk bagi Noam. Final laporan audit harus diselesaikan hari ini juga. Karena itulah, pria itu sama sekali tidak mengetahui bahwa Lillian mengajukan cuti dadakan. Ia baru mengetahuinya ketika akan masuk ke dalam ruangannya. Rexy—sekretaris Lillian mengatakan bahwa Lillian telah mengajukan cuti dadakan untuk beberapa hari kedepan.“Apakah dia sakit?” Noam terdengar cemas saat menanyakannya.Rexy menggeleng. “Justru nada bicaranya terdengar sangat bersemangat. Kalau kau mencemaskannya, kenapa tidak menghubunginya sendiri?”Noam memicingkan kedua matanya saat mendengar nada bicara Rexy dan raut wajah wanita itu yang terlihat sedang menggodanya. “Hei, kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Noam.Rexy tertawa, kemudian menepuk pundak Noam pelan. “Kau tahu bahwa dari dulu aku mendukung kalian berdua, kan? Kurasa ini kesempatanmu untuk menaklukkan hati Lilly.”Noam langsung menoleh ke kanan dan ke kiri saat Rexy mengatakan hal itu tanpa merasa berdosa s

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   28. Kau Memang Seburuk Itu

    Hampir tengah malam, dan Lillian sengaja membaca buku di ruang depan. Sengaja ia menunggu Jayde, ingin melihat apakah ada reaksi yang berbeda setelah pria itu bertemu dengan Rosalee—Walaupun dalam hatinya, ia yakin pasti jawabannya tidak akan ada reaksi apa-apa.Sekitar setengah jam setelah Lillian memutuskan untuk duduk di single sofa yang langsung memudahkan pandangannya untuk langsung melihat ke arah lorong pintu masuk, Jayde datang. Pria itu berjalan tenang, seperti tak pernah terjadi apa-apa—menurutnya, dan langsung mengerutkan keningnya saat melihat Lillian yang juga tengah memandangnya.“Kenapa kau belum tidur?” tanya Jayde, terdengar canggung, sisa dari pertengkaran semalam.Lillian mengangkat bukunya dengan kedua alis terangkat ke atas. “Kau tidak melihat aku sedang membaca buku?”Raut wajah Jayde terlihat sedikit gusar. Rupanya ia masih belum terbiasa dengan semua sikap patuh Lillian yang tiba-tiba lenyap. Lillian yang dulu tak lagi ia temukan pada sosok Lillian yang sekaran

DMCA.com Protection Status