[Kalau bisa kamu terus berusaha untuk mengajak Bunga rujuk lagi. Bahkan jika ketok palu sudah berakhir dan kamu menyatakan talak pada Bunga. Toh isi surat perjanjian itu tidak menyatakan jika kamu tidak boleh menemui Mawar lagi kan. Gunakan alasan itu untuk kembali melakukan pendekatan dengan Bunga. Pura-pura saja bersikap baik seperti saat kalian masih pacaran dulu.][Siap Bu. Untuk urusan ini aku ahlinya.]Itu adalah salah satu pesan yang di kirim oleh Ibu mertua pada Mas Ragil. Banyak sekali pesan yang sudah aku dan Satrio baca. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Jadi, karena Mas Ragil sudah di pecat dia ingin kembali padaku lagi dengan menggunakan Mawar.Mas Ragil memang tidak mengahalangi perceraian kami. Tapi, seperti pesan yang di kirim oleh Ibu mertua, kami masih punya kesempatan untuk rujuk karena jika Mas Ragil menyatakan talak itu baru jatuh talak satu.“Untung saja aku tadi bawa obat tidur mbak.” keningku berkerut bingung.“Kamu yang buat Mas Ragil tidur Yo?” Satrio meng
“Assalamualaikum.” Itu suara Ibu mertua. Tidak lama kemudian kedua sosok itu masuk.“Waalaikumsalam.” Aku melirik pada Mita lalu Mita berjalna menuju ruang tengah untuk mencari Satrio.“Silahkan duduk dulu mas, Bu. Biar aku buatkan minuman.”“Terima kasih Nga.” Pandangan Mas Ragil dan Ibu mertua tertuju pada sebuah meja kecil dengan tiga karpet yang mengelilingi.Serta dua meja lain dan satu lemari kaca yang berada di sudut. Senyum senang tampak tersungging di bibir Ibu mertua saat melihat semua itu. Sedangkan Mas Ragil masih menatap ke seisi rumah ini yang sudah sedikit di ubah.Aku sudah berjalan keluar dengan membawa nampan beriisi dua es teh dan gorengan. Satrio dan Mita yang menggendong Bunga berjalan di belakangku. Wajah Mas Ragil berubah menjadi cemberut saat kami bertiga sudah duduk di sebrang mereka.“Silahkan di minum dulu es tehnya. Ngomong-ngomong ada apa kalian datang kesini?” Meskipun aku membenci mereka, tidak sepatutnya memperlakukan tamu tidak sopan. Terlebih kami sud
"Tante Bunga." Panggilan dari Arum terpaksa membuatku menoleh.Padahal aku sudah berpura-pura tidak melihatnya. Terpaksa balik menyapa agar tidak di lihat oleh orang-orang. Walaupun aku masih curiga apa yang tengah di rencanakan oleh Arum dan teman-temannya."Kamu disini juga Rum." Balasku basa-basi."Sudah Bu. Totalnya delapan puluh ribu." Kata penjual yang duduk di balik meja kasir.Aku segera membayar lalu pamit pada Arum. Belum sempat aku naik ke atas motor, Arum sudah menarik tanganku agar aku mau bicara dengannya."Tunggu dulu tan. Aku mau bicara dengan Tante Bunga." Dapat aku lihat teman-teman Arum yang berjalan mendekati kami."Kalau boleh aku minta uang sama Tante Bunga. Seratus ribu aja kok. Buat bayar temanku karena sudah di ijinkan tinggal di rumahnya." Aku hanya bisa menggelengkan kepala lalu mengeluarkan dompet dari dalam tas."Maaf Rum. Sisa uangku tinggal tiga puluh ribu aja. Ini buat kamu." Walaupun Arum pernah melakukan kesalahan di masa lalu, bahkan kesalahan yang b
Hari ini aku menerima dua guru baru lagi yang bernama Putri dan Titi. Mereka adalah saudara sepupu dan merupakan tetanggaku. Selain itu, Putri dan Titi sama-sama lulusan pondok pesantren. Hanya saja mereka tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena terbentur masalah biaya. Saat memutuskan untuk mondok itu juga karena Putri dan Titi mendapat beasiswa dair pondok itu.“Kalau begitu kalian bisa mengajari ngaji juga? Nanti jadwal les membaca dan menghitung untuk pagi dan siang hari terus sorenya kalian mengajar mengaji.”“Kami mau mbak. Tapi, apa kami harus mencari murid sendiri?” Aku menggelengkan kepala.“Nggak perlu. Untuk bagian promosi mencari murid baru sudah di lakukan Satrio. Tugas kalian hanya mengajar saja. Atau jika kalian mau, kalian bisa mempromosikan gambar yang akan aku bagikan di grup guru ke sosial media.”Seperti Mita dan Anisa, aku tetap akan melatih Putri dan Titi malam ini. Akhirnya aku bisa sedikit bersantai karena sudah ada beberapa guru yang a
Karena merasa khawatir jika sudah terjadi sesuatu yang buruk pada Arum, aku sampai bertanya pada tetanggaku. Apakah dia melihat Arum atau tidak. Ternyata Arum pergi dengan menggunakan taksi online dengan membawa sebuah tas. Tetanggaku tidak bertanya karena mengira aku sedang berada di dalam rumah saat Arum pergi.“Oh begitu. Terima kasih mbak.” Jawabku segera pergi sebelum di tanyai yang macam-macam. Karena tetangga yang berada persis di samping rumah kontrakanku adalah tipe orang yang kepo.Langkah kakiku terus tertuju ke kamar utama. Ada beberapa barang yang masih aku letakan di dalam lemari selain pakaianku yaitu mainan Mawar. Saat membuka lemari, tas berisi mainan itu sudah tidak ada. Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak membayangkan apa yang sedang terjadi.Pasti tas beserta isi mainan itu sudah di bawa oleh Arum. Dasar. Apa dia tidak bisa membedakan barang asli dan barang mainan? Padahal perbedaannya sangat jelas jika barang yang ia bawa adalah barang mainan milik Mawar.“Tidak
Arum segera pergi ke toko emas sebelum tokonya tutup tepat jam lima sore. Baru saja Arum membuka tas Bu Rati, ia merasa ada yang aneh. Saat ini Arum berada di depan toko dengan sinar matahari senja yang membasuh bumi. Karena itulah Arum dapat melihat dengan jelas jika perhiasan yang ia bawa memiliki ukuran yang berbeda dari perhiasan pada umumnya.Benar-benar ada yang aneh. Arum sendiri merasa menyesal kenapa ia tidak memeriksa perhiasan itu saat masih berada di rumah kontrakan Bunga.“Apa ini perhiasannya Mawar ya? Ukurannya kecil banget.” Tangannya mengambil sebuah kalung dari dalam tas itu. Kedua mata Arum seketika membulat kaget.Tubuhnya terasa lemas saat ia dapat melihat dengan jelas jika kalung yang ia pegang adalah kalung mainan. Warnanya memang sama persis dengan perhiasan emas asli. Tapi, ada sedikit perbedaan yaitu mainan perhiasan ini memiliki warna kuning yang lebih cerah. Selain itu, bahannya juga dari karet.“Ya ampun. Isssh sialan.” Arum melempar kalung dan tas Bu Rati
Seperti hari-hari biasanya, Ragil akan pergi ke rumah Bunga. Baru saja mobilnya berhenti di sebrang rumah, ia melihat teras warung yang ramai dengan para pembeli. Pria itu mengira akan melihat Bunga yang berjualan. Namun, ternyata justru Asih yang berjualan. "Bunga semakin sukses saja. Tapi, bagaimana caranya agar Bunga mau kembali bersama denganku?" Gumam Ragil pelan. Ia hendak turun dari mobil saat melihat sebuah motor ninja sudah berhenti di halaman rumah Bu Rati. Saat pria itu membuka helmnya, Ragil dapat melihat sosok Aris. Notaris yang menemani Bunga untuk meneken surat perjanjian di kantor polisi. Karena merasa penasaran Ragil memutuskan untuk turun dari mobil. Membiarkan mobilnya tetap berada di sebrang jalan. Toh Asih juga tidak akan bisa melihatnya karena sibuk melayani pembeli. Ragil diam-diam berdiri di teras. Dari jendela, dapat ia lihat jika Bunga bicara dengan Aris. Ada beberapa berkas yang ada di atas meja. Tidak lama kemudian, Bu Rati muncul dari pintu penghubung k
Rencana yang di susun Ragil berjalan dengan lancar. Dua minggu setelah ia dan Bu Jumi mengunjungi Pak Diman di sel penjara yang ada di luar kota, Pak Diman benar-benar melancarkan rencananya untuk kabur dari sel penjara dengan menggunakan alat-alat yang sudah di bawakan oleh Ragil.Pak Diman memgira jika kedatangan Arga bersama dengan Dika saat itu karena ada tambahan alat yang di antarkan. Padahal itu adalah rencana Ragil untuk menjebak Arga sebagai orang yang membantu Pak Diman untuk lolos dari penjara. Dan di hari itu, Pak Diman yang sudah bekerja sama dengan beberapa sipir bisa melenggang cukup bebas.Di dalam sakunya, ada sebuah hp yang sudah ia modifikasi sebagai alat setrum. Saat ia sudah berhasil keluar akan ada sipir lain yang menghalanginya. Dengan alat setrum itu, Pak Diman bisa melenggang dengan bebas. Bahkan sipir yang bekerja sama dengan Bos Viper mengambil kunci dari sipir yang berjaga di depan.“Selamat karena telah bebas Pak Diman.”“Terima kasih. Bayaran untukmu akan