Rencana yang di susun Ragil berjalan dengan lancar. Dua minggu setelah ia dan Bu Jumi mengunjungi Pak Diman di sel penjara yang ada di luar kota, Pak Diman benar-benar melancarkan rencananya untuk kabur dari sel penjara dengan menggunakan alat-alat yang sudah di bawakan oleh Ragil.Pak Diman memgira jika kedatangan Arga bersama dengan Dika saat itu karena ada tambahan alat yang di antarkan. Padahal itu adalah rencana Ragil untuk menjebak Arga sebagai orang yang membantu Pak Diman untuk lolos dari penjara. Dan di hari itu, Pak Diman yang sudah bekerja sama dengan beberapa sipir bisa melenggang cukup bebas.Di dalam sakunya, ada sebuah hp yang sudah ia modifikasi sebagai alat setrum. Saat ia sudah berhasil keluar akan ada sipir lain yang menghalanginya. Dengan alat setrum itu, Pak Diman bisa melenggang dengan bebas. Bahkan sipir yang bekerja sama dengan Bos Viper mengambil kunci dari sipir yang berjaga di depan.“Selamat karena telah bebas Pak Diman.”“Terima kasih. Bayaran untukmu akan
Berbeda dengan dua sidang sebelumnya, kali ini Bunga ikut pergi ke pengadilan agama untuk mengurus perceraiannya dengan Ragil. Pak Hendra masih belum tahu apakah sidang kali ini akan menjadi sidang terakhir atau masih ada sidang selanjutnya. Jika sidang ketiga ini menjadi sidang terakhir, maka Ragil harus mengucapkan ikrar talak di hadapannya. Karena itulah Bunga memilih untuk pergi. Sudah ada Putri dan Titi yang mengajar anak-anak les. Jadi, dia bisa pergi dengan tenang. Karena sidang di adakan di hari Jumat, Bunga memutuskan untuk pergi ke perpustaakan kota lebih dulu untuk meminjam beberapa buku. Di tempat itu secara tidak terduga dia bertemu dengan Aris dan asistennya yang tengah makan siang. “Mari bergabung Nga.” Bunga menganggukan kepala lalu duduk di hadapan Aris dengan setumpuk buku yang akan ia pinjam. “Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Mas Aris lagi disini?” Aris terkekeh pelan sebagai jawaban. “Yah aku sangat suka membaca buku. Daripada penat memikirkan pekerjaan
Ragil masuk ke dalam mobilnya. Jarum jam baru menujukkan pukul sebelas siang saat ia baru keluar dari ruang sidang. Mengingat pesan Bu Jumi tadi pagi untuk bertemu dengan seseorang membuat Ragil membelokan mobilnya menuju salah satu restoran yang telah di pesan oleh kenalan Bu Jumi.Hari ini Ragil akan bertemu dengan wanita kaya raya yang di jodohkan dengannya. Menurut informasi yang di berikan Bu Jumi, wanita bernama Amira ini mewarisi toko emas milik mendiang suaminya. Karena sudah lama menjanda, Amira ingin menikah lagi dengan pria yang bisa membantunya mengurus toko emas itu.“Ini kesempatan kamu untuk bisa membuat kita jadi kaya raya Ra. Walaupun dia sepuluh tahun lebih tua dari kamu, tapi hartanya banyak.” Kata Bu Jumi pagi ini memberikan saran pada sang putra.“Tapi, dia masih cantik kan Bu? Terus punya anak sama mendiang suaminya atau nggak? Kalau punya anak mendingan jangan. Sudah pasti hartanya akan jatuh pada anaknya itu.” Tolak Ragil secara halus.Membayangkan jika wanita
“Kamu baik-baik saja Nga? Apa perlu kita pindah?” Tanya Rita khawatir melihat Bunga yang masih menundukan kepalanya setelah mendengar perkataan Ragil barusan.Mereka bertiga sama sekali tidak tahu jika saung yang mereka tempati bersebelahan dengan saung tempat Ragil dan wanita itu duduk. Bunga dapat dengan jelas mendengar saat Ragil menyebutkan nama Amira pada wanita itu. Kepalanya sedikit menoleh ke belakang hingga bisa melihat Ragil dari sudut matanya. Hanya saja Bunga tidak bisa melihat bagaimana wajah Amira yang sebenarnya.Bunga menggelengkan kepalanya sambil tersenyum agar Rita tidak merasa khawatir. “Nggak masalah mbak. Aku baik-baik saja kok. Mereka sebentar lagi juga pergi.” Bisik Bunga pelan agar Ragil tidak mendengar perkataannya.Siang ini Bunga yang ingin mengerjakan tugas kuliah di restoran bertemu dengan Aris dan Rita yang tengah istirahat makan siang. Mereka lalu memutuskan untuk makan siang bertiga. Tanpa di duga, Bunga tidak sengaja melihat keberadaan Ragil saat pria
Sesuai dengan permintaan Bunga, Ragil hanya datang ke rumah Bu Rati satu minggu dua kali. Yaitu di hari Jumat dan Minggu. Ragil sengaja datang hari Minggu agar punya alasan untuk mengobrol dengan Bunga. Ia juga sudah hapal kapan jadwal Bunga membersihkan rumah, memasak dan membuat konten. Jadi, Bunga tidak akan bisa mengelak lagi.“Apa wanita itu tidak akan marah kalau tahu kamu sering datang ke rumahku mas?” Tanya Bunga menyinggung tentang Amira. Sudah satu minggu berlalu sejak mereka tidak sengaja berada di restoran yang sama. Baru kali ini Bunga menyinggung secara langsung tentang wanita bernama Amira itu. Membuat Ragil membulatkan kedua matanya kaget. Ia bisa menduga jika Bunga juga sudah melihat sosoknya dan Amira saat tengah makan siang bersama.“Hmmm. Nggak kok. Lagian dia sudah tahu kalau aku sering datang ke rumah ini untuk bertemu dengan Mawar.” Ujar Ragil yang sudah kembali tenang.“Oh iya. Syukurlah. Berarti wanita itu adalah pacarmu? Maaf aku tidak sengaja melihat kalia
Karena ramainya anak-anak yang les di rumah Bu Rati, Bunga memutuskan untuk membangun ruko yang akan di dirikan halaman depan rumah Bu Rati. Bersebrangan dengan warung agar masih ada jalan menuju pintu depan. Proses pembangunan baru akan di lakukan besok pagi. Setelah bangunan itu selesai, Bunga masih harus mengurus sertifikanya. Ia akan pergi ke kantor notaris Aris lagi untuk mengurus hal itu. Belum lagi mengurus masalah pembagian warisan untuknya dan Satrio yang sudah di sepakati. Termasuk dengan sepetak lahan yang sudah lama tidak di rawat karena tidak punya biaya. Aris mengatakan jika prosesnya akan selesai bulan depan. Sejak mengetahui jika Aris sudah di jodohkan dengan perempuan lain, Bunga jadi jarang membalas pesan dari Aris. Bunga telah membangun tembok di antara dirinya dan Aris agar tidak terus berkomunikasi di luar pekerjaaan Aris sebagai notaris Bunga. Hal itulah yang menyebabkan Aris menanyakan kabar Bunga pada Satrio. Sayangnya Satrio sedang berada di rumahnya yang a
“Apa yang di lakukan wanita itu Tik? Apa dia menggoda Aris?” Tanya Mama Aris yang bernama Bu Nura dari sebrang sambungan telpon.Tika yang saat itu sedang berada di dalam kamar yang ia tempat di rumah Nenek Aris pura-pura menangis. Padahal tidak ada air mata yang keluar dari kedua matanya. Namun, hal itu bisa langsung membuat Bu Nura menjadi percaya. Dalam hatinya bahkan ia sudah membenci wanita yang di sebutkan oleh Tika. Bahkan sebelum tahu namanya.“Siapa nama wanita itu Tik? Apa kamu tahu hubungannya dengan Aris?” Tika terkekeh pelan karena berhasil membuat Bu Nura percaya padanya.“Namanya Bunga Tan. Kata Mas Aris mereka dulu satu organisasi di sekolah. Oh iya Tan. Bunga itu baru jadi janda satu minggu yang lalu loh. Mereka kembali bertemu karena si Bunga itu masu mengurus surat menyurat harta agar tidak di rebut mantan suaminya.”“Janda? Apa dia juga punya anak dengan mantan suaminya?”“Iya Tan. Kemarin dia juga bawa anaknya. Cewek mungkin baru berumur dua atau tiga tahunan.” Bu
Seperti yang di lakukan penduduk desa pada umumnya, Bunga membuat acara syukuran dua hari setelah bangunan baru untuk tempat les sudah jadi. Ia membagikan berkat pada para tetangga. Karena acara syukuran di adakan pada hari minggu, jadi setelah makan siang dan sholat dhuhur Bunga bersama lima karyawannya memindahkan semua peralatan les ke dalam bangunan baru itu.Tidak lupa juga dengan Satrio yang ikut membantu membawakan barang-barang yang berat. Hanya Mita yang tidak ikut karena sedang menjaga Mawar selama Bunga masih sibuk. Selain itu, Bunga juga harus memastikan jika barang-barang yang di kirim ke rumah Rumi dan Sarah sesuai dengan kriteria.“Maaf ya untuk sementara waktu cabang les di adakan di rumah kalian. Kalau aku sudah dapat ruko yang murah, kita bisa pindah.”“Nggak masalah mbak. Orang tuaku malah senang karena akan banyak anak-anak yang belajar di rumah ini.” Jawab Sarah menenangkan. Di angguki oleh Rumi.Setelah memastikan jika barang-barang les sudah di tata di rumah Rum