"Tante Bunga." Panggilan dari Arum terpaksa membuatku menoleh.Padahal aku sudah berpura-pura tidak melihatnya. Terpaksa balik menyapa agar tidak di lihat oleh orang-orang. Walaupun aku masih curiga apa yang tengah di rencanakan oleh Arum dan teman-temannya."Kamu disini juga Rum." Balasku basa-basi."Sudah Bu. Totalnya delapan puluh ribu." Kata penjual yang duduk di balik meja kasir.Aku segera membayar lalu pamit pada Arum. Belum sempat aku naik ke atas motor, Arum sudah menarik tanganku agar aku mau bicara dengannya."Tunggu dulu tan. Aku mau bicara dengan Tante Bunga." Dapat aku lihat teman-teman Arum yang berjalan mendekati kami."Kalau boleh aku minta uang sama Tante Bunga. Seratus ribu aja kok. Buat bayar temanku karena sudah di ijinkan tinggal di rumahnya." Aku hanya bisa menggelengkan kepala lalu mengeluarkan dompet dari dalam tas."Maaf Rum. Sisa uangku tinggal tiga puluh ribu aja. Ini buat kamu." Walaupun Arum pernah melakukan kesalahan di masa lalu, bahkan kesalahan yang b
Hari ini aku menerima dua guru baru lagi yang bernama Putri dan Titi. Mereka adalah saudara sepupu dan merupakan tetanggaku. Selain itu, Putri dan Titi sama-sama lulusan pondok pesantren. Hanya saja mereka tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena terbentur masalah biaya. Saat memutuskan untuk mondok itu juga karena Putri dan Titi mendapat beasiswa dair pondok itu.“Kalau begitu kalian bisa mengajari ngaji juga? Nanti jadwal les membaca dan menghitung untuk pagi dan siang hari terus sorenya kalian mengajar mengaji.”“Kami mau mbak. Tapi, apa kami harus mencari murid sendiri?” Aku menggelengkan kepala.“Nggak perlu. Untuk bagian promosi mencari murid baru sudah di lakukan Satrio. Tugas kalian hanya mengajar saja. Atau jika kalian mau, kalian bisa mempromosikan gambar yang akan aku bagikan di grup guru ke sosial media.”Seperti Mita dan Anisa, aku tetap akan melatih Putri dan Titi malam ini. Akhirnya aku bisa sedikit bersantai karena sudah ada beberapa guru yang a
Karena merasa khawatir jika sudah terjadi sesuatu yang buruk pada Arum, aku sampai bertanya pada tetanggaku. Apakah dia melihat Arum atau tidak. Ternyata Arum pergi dengan menggunakan taksi online dengan membawa sebuah tas. Tetanggaku tidak bertanya karena mengira aku sedang berada di dalam rumah saat Arum pergi.“Oh begitu. Terima kasih mbak.” Jawabku segera pergi sebelum di tanyai yang macam-macam. Karena tetangga yang berada persis di samping rumah kontrakanku adalah tipe orang yang kepo.Langkah kakiku terus tertuju ke kamar utama. Ada beberapa barang yang masih aku letakan di dalam lemari selain pakaianku yaitu mainan Mawar. Saat membuka lemari, tas berisi mainan itu sudah tidak ada. Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak membayangkan apa yang sedang terjadi.Pasti tas beserta isi mainan itu sudah di bawa oleh Arum. Dasar. Apa dia tidak bisa membedakan barang asli dan barang mainan? Padahal perbedaannya sangat jelas jika barang yang ia bawa adalah barang mainan milik Mawar.“Tidak
Arum segera pergi ke toko emas sebelum tokonya tutup tepat jam lima sore. Baru saja Arum membuka tas Bu Rati, ia merasa ada yang aneh. Saat ini Arum berada di depan toko dengan sinar matahari senja yang membasuh bumi. Karena itulah Arum dapat melihat dengan jelas jika perhiasan yang ia bawa memiliki ukuran yang berbeda dari perhiasan pada umumnya.Benar-benar ada yang aneh. Arum sendiri merasa menyesal kenapa ia tidak memeriksa perhiasan itu saat masih berada di rumah kontrakan Bunga.“Apa ini perhiasannya Mawar ya? Ukurannya kecil banget.” Tangannya mengambil sebuah kalung dari dalam tas itu. Kedua mata Arum seketika membulat kaget.Tubuhnya terasa lemas saat ia dapat melihat dengan jelas jika kalung yang ia pegang adalah kalung mainan. Warnanya memang sama persis dengan perhiasan emas asli. Tapi, ada sedikit perbedaan yaitu mainan perhiasan ini memiliki warna kuning yang lebih cerah. Selain itu, bahannya juga dari karet.“Ya ampun. Isssh sialan.” Arum melempar kalung dan tas Bu Rati
Seperti hari-hari biasanya, Ragil akan pergi ke rumah Bunga. Baru saja mobilnya berhenti di sebrang rumah, ia melihat teras warung yang ramai dengan para pembeli. Pria itu mengira akan melihat Bunga yang berjualan. Namun, ternyata justru Asih yang berjualan. "Bunga semakin sukses saja. Tapi, bagaimana caranya agar Bunga mau kembali bersama denganku?" Gumam Ragil pelan. Ia hendak turun dari mobil saat melihat sebuah motor ninja sudah berhenti di halaman rumah Bu Rati. Saat pria itu membuka helmnya, Ragil dapat melihat sosok Aris. Notaris yang menemani Bunga untuk meneken surat perjanjian di kantor polisi. Karena merasa penasaran Ragil memutuskan untuk turun dari mobil. Membiarkan mobilnya tetap berada di sebrang jalan. Toh Asih juga tidak akan bisa melihatnya karena sibuk melayani pembeli. Ragil diam-diam berdiri di teras. Dari jendela, dapat ia lihat jika Bunga bicara dengan Aris. Ada beberapa berkas yang ada di atas meja. Tidak lama kemudian, Bu Rati muncul dari pintu penghubung k
Rencana yang di susun Ragil berjalan dengan lancar. Dua minggu setelah ia dan Bu Jumi mengunjungi Pak Diman di sel penjara yang ada di luar kota, Pak Diman benar-benar melancarkan rencananya untuk kabur dari sel penjara dengan menggunakan alat-alat yang sudah di bawakan oleh Ragil.Pak Diman memgira jika kedatangan Arga bersama dengan Dika saat itu karena ada tambahan alat yang di antarkan. Padahal itu adalah rencana Ragil untuk menjebak Arga sebagai orang yang membantu Pak Diman untuk lolos dari penjara. Dan di hari itu, Pak Diman yang sudah bekerja sama dengan beberapa sipir bisa melenggang cukup bebas.Di dalam sakunya, ada sebuah hp yang sudah ia modifikasi sebagai alat setrum. Saat ia sudah berhasil keluar akan ada sipir lain yang menghalanginya. Dengan alat setrum itu, Pak Diman bisa melenggang dengan bebas. Bahkan sipir yang bekerja sama dengan Bos Viper mengambil kunci dari sipir yang berjaga di depan.“Selamat karena telah bebas Pak Diman.”“Terima kasih. Bayaran untukmu akan
Berbeda dengan dua sidang sebelumnya, kali ini Bunga ikut pergi ke pengadilan agama untuk mengurus perceraiannya dengan Ragil. Pak Hendra masih belum tahu apakah sidang kali ini akan menjadi sidang terakhir atau masih ada sidang selanjutnya. Jika sidang ketiga ini menjadi sidang terakhir, maka Ragil harus mengucapkan ikrar talak di hadapannya. Karena itulah Bunga memilih untuk pergi. Sudah ada Putri dan Titi yang mengajar anak-anak les. Jadi, dia bisa pergi dengan tenang. Karena sidang di adakan di hari Jumat, Bunga memutuskan untuk pergi ke perpustaakan kota lebih dulu untuk meminjam beberapa buku. Di tempat itu secara tidak terduga dia bertemu dengan Aris dan asistennya yang tengah makan siang. “Mari bergabung Nga.” Bunga menganggukan kepala lalu duduk di hadapan Aris dengan setumpuk buku yang akan ia pinjam. “Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Mas Aris lagi disini?” Aris terkekeh pelan sebagai jawaban. “Yah aku sangat suka membaca buku. Daripada penat memikirkan pekerjaan
Ragil masuk ke dalam mobilnya. Jarum jam baru menujukkan pukul sebelas siang saat ia baru keluar dari ruang sidang. Mengingat pesan Bu Jumi tadi pagi untuk bertemu dengan seseorang membuat Ragil membelokan mobilnya menuju salah satu restoran yang telah di pesan oleh kenalan Bu Jumi.Hari ini Ragil akan bertemu dengan wanita kaya raya yang di jodohkan dengannya. Menurut informasi yang di berikan Bu Jumi, wanita bernama Amira ini mewarisi toko emas milik mendiang suaminya. Karena sudah lama menjanda, Amira ingin menikah lagi dengan pria yang bisa membantunya mengurus toko emas itu.“Ini kesempatan kamu untuk bisa membuat kita jadi kaya raya Ra. Walaupun dia sepuluh tahun lebih tua dari kamu, tapi hartanya banyak.” Kata Bu Jumi pagi ini memberikan saran pada sang putra.“Tapi, dia masih cantik kan Bu? Terus punya anak sama mendiang suaminya atau nggak? Kalau punya anak mendingan jangan. Sudah pasti hartanya akan jatuh pada anaknya itu.” Tolak Ragil secara halus.Membayangkan jika wanita