POV BungaKesibukanku tetap berjalan seperti biasa. Mengurus Mawar seorang diri jika sedang tidak kuliah. Membersihkan rumah, memasak, membuat konten melakukan promosi barang dari klien di sosial media dan tentu saja belajar. Baik untuk kuliahku maupun belajar untuk mempersiapkan usaha bimbingan belajar.Pihak lembaga bimbel sudah mengirimkan lemari kaca berisi puluhan buku, tas dan pernak-pernik lain untuk anak-anak yang akan mendaftar bimbel. Sedangkan untuk mejanya sudah aku pesan pada tetangga yang memililki usaha membuat barang mebel. Tiga meja panjang yang cukup untuk dua anak dengan kaki meja yang rendah.Aku juga tidak lupa membeli matras dengan berbagai bentuk sebagai alas duduk. Agar anak-anak lebih semangat dalam belajar. Ibu mengatakan padaku jika salah satu tetangga sudah bersedia menjadi baby sitter Mawar. Namanya Mita, seorang gadis yang baru berusia dua puluh tahun.Mita akan datang ke rumah setiap jam sembilan pagi lalu pulang ke rumah pukul tujuh malam setiap hari. J
[Kalau bisa kamu terus berusaha untuk mengajak Bunga rujuk lagi. Bahkan jika ketok palu sudah berakhir dan kamu menyatakan talak pada Bunga. Toh isi surat perjanjian itu tidak menyatakan jika kamu tidak boleh menemui Mawar lagi kan. Gunakan alasan itu untuk kembali melakukan pendekatan dengan Bunga. Pura-pura saja bersikap baik seperti saat kalian masih pacaran dulu.][Siap Bu. Untuk urusan ini aku ahlinya.]Itu adalah salah satu pesan yang di kirim oleh Ibu mertua pada Mas Ragil. Banyak sekali pesan yang sudah aku dan Satrio baca. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Jadi, karena Mas Ragil sudah di pecat dia ingin kembali padaku lagi dengan menggunakan Mawar.Mas Ragil memang tidak mengahalangi perceraian kami. Tapi, seperti pesan yang di kirim oleh Ibu mertua, kami masih punya kesempatan untuk rujuk karena jika Mas Ragil menyatakan talak itu baru jatuh talak satu.“Untung saja aku tadi bawa obat tidur mbak.” keningku berkerut bingung.“Kamu yang buat Mas Ragil tidur Yo?” Satrio meng
“Assalamualaikum.” Itu suara Ibu mertua. Tidak lama kemudian kedua sosok itu masuk.“Waalaikumsalam.” Aku melirik pada Mita lalu Mita berjalna menuju ruang tengah untuk mencari Satrio.“Silahkan duduk dulu mas, Bu. Biar aku buatkan minuman.”“Terima kasih Nga.” Pandangan Mas Ragil dan Ibu mertua tertuju pada sebuah meja kecil dengan tiga karpet yang mengelilingi.Serta dua meja lain dan satu lemari kaca yang berada di sudut. Senyum senang tampak tersungging di bibir Ibu mertua saat melihat semua itu. Sedangkan Mas Ragil masih menatap ke seisi rumah ini yang sudah sedikit di ubah.Aku sudah berjalan keluar dengan membawa nampan beriisi dua es teh dan gorengan. Satrio dan Mita yang menggendong Bunga berjalan di belakangku. Wajah Mas Ragil berubah menjadi cemberut saat kami bertiga sudah duduk di sebrang mereka.“Silahkan di minum dulu es tehnya. Ngomong-ngomong ada apa kalian datang kesini?” Meskipun aku membenci mereka, tidak sepatutnya memperlakukan tamu tidak sopan. Terlebih kami sud
"Tante Bunga." Panggilan dari Arum terpaksa membuatku menoleh.Padahal aku sudah berpura-pura tidak melihatnya. Terpaksa balik menyapa agar tidak di lihat oleh orang-orang. Walaupun aku masih curiga apa yang tengah di rencanakan oleh Arum dan teman-temannya."Kamu disini juga Rum." Balasku basa-basi."Sudah Bu. Totalnya delapan puluh ribu." Kata penjual yang duduk di balik meja kasir.Aku segera membayar lalu pamit pada Arum. Belum sempat aku naik ke atas motor, Arum sudah menarik tanganku agar aku mau bicara dengannya."Tunggu dulu tan. Aku mau bicara dengan Tante Bunga." Dapat aku lihat teman-teman Arum yang berjalan mendekati kami."Kalau boleh aku minta uang sama Tante Bunga. Seratus ribu aja kok. Buat bayar temanku karena sudah di ijinkan tinggal di rumahnya." Aku hanya bisa menggelengkan kepala lalu mengeluarkan dompet dari dalam tas."Maaf Rum. Sisa uangku tinggal tiga puluh ribu aja. Ini buat kamu." Walaupun Arum pernah melakukan kesalahan di masa lalu, bahkan kesalahan yang b
Hari ini aku menerima dua guru baru lagi yang bernama Putri dan Titi. Mereka adalah saudara sepupu dan merupakan tetanggaku. Selain itu, Putri dan Titi sama-sama lulusan pondok pesantren. Hanya saja mereka tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena terbentur masalah biaya. Saat memutuskan untuk mondok itu juga karena Putri dan Titi mendapat beasiswa dair pondok itu.“Kalau begitu kalian bisa mengajari ngaji juga? Nanti jadwal les membaca dan menghitung untuk pagi dan siang hari terus sorenya kalian mengajar mengaji.”“Kami mau mbak. Tapi, apa kami harus mencari murid sendiri?” Aku menggelengkan kepala.“Nggak perlu. Untuk bagian promosi mencari murid baru sudah di lakukan Satrio. Tugas kalian hanya mengajar saja. Atau jika kalian mau, kalian bisa mempromosikan gambar yang akan aku bagikan di grup guru ke sosial media.”Seperti Mita dan Anisa, aku tetap akan melatih Putri dan Titi malam ini. Akhirnya aku bisa sedikit bersantai karena sudah ada beberapa guru yang a
Karena merasa khawatir jika sudah terjadi sesuatu yang buruk pada Arum, aku sampai bertanya pada tetanggaku. Apakah dia melihat Arum atau tidak. Ternyata Arum pergi dengan menggunakan taksi online dengan membawa sebuah tas. Tetanggaku tidak bertanya karena mengira aku sedang berada di dalam rumah saat Arum pergi.“Oh begitu. Terima kasih mbak.” Jawabku segera pergi sebelum di tanyai yang macam-macam. Karena tetangga yang berada persis di samping rumah kontrakanku adalah tipe orang yang kepo.Langkah kakiku terus tertuju ke kamar utama. Ada beberapa barang yang masih aku letakan di dalam lemari selain pakaianku yaitu mainan Mawar. Saat membuka lemari, tas berisi mainan itu sudah tidak ada. Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak membayangkan apa yang sedang terjadi.Pasti tas beserta isi mainan itu sudah di bawa oleh Arum. Dasar. Apa dia tidak bisa membedakan barang asli dan barang mainan? Padahal perbedaannya sangat jelas jika barang yang ia bawa adalah barang mainan milik Mawar.“Tidak
Arum segera pergi ke toko emas sebelum tokonya tutup tepat jam lima sore. Baru saja Arum membuka tas Bu Rati, ia merasa ada yang aneh. Saat ini Arum berada di depan toko dengan sinar matahari senja yang membasuh bumi. Karena itulah Arum dapat melihat dengan jelas jika perhiasan yang ia bawa memiliki ukuran yang berbeda dari perhiasan pada umumnya.Benar-benar ada yang aneh. Arum sendiri merasa menyesal kenapa ia tidak memeriksa perhiasan itu saat masih berada di rumah kontrakan Bunga.“Apa ini perhiasannya Mawar ya? Ukurannya kecil banget.” Tangannya mengambil sebuah kalung dari dalam tas itu. Kedua mata Arum seketika membulat kaget.Tubuhnya terasa lemas saat ia dapat melihat dengan jelas jika kalung yang ia pegang adalah kalung mainan. Warnanya memang sama persis dengan perhiasan emas asli. Tapi, ada sedikit perbedaan yaitu mainan perhiasan ini memiliki warna kuning yang lebih cerah. Selain itu, bahannya juga dari karet.“Ya ampun. Isssh sialan.” Arum melempar kalung dan tas Bu Rati
Seperti hari-hari biasanya, Ragil akan pergi ke rumah Bunga. Baru saja mobilnya berhenti di sebrang rumah, ia melihat teras warung yang ramai dengan para pembeli. Pria itu mengira akan melihat Bunga yang berjualan. Namun, ternyata justru Asih yang berjualan. "Bunga semakin sukses saja. Tapi, bagaimana caranya agar Bunga mau kembali bersama denganku?" Gumam Ragil pelan. Ia hendak turun dari mobil saat melihat sebuah motor ninja sudah berhenti di halaman rumah Bu Rati. Saat pria itu membuka helmnya, Ragil dapat melihat sosok Aris. Notaris yang menemani Bunga untuk meneken surat perjanjian di kantor polisi. Karena merasa penasaran Ragil memutuskan untuk turun dari mobil. Membiarkan mobilnya tetap berada di sebrang jalan. Toh Asih juga tidak akan bisa melihatnya karena sibuk melayani pembeli. Ragil diam-diam berdiri di teras. Dari jendela, dapat ia lihat jika Bunga bicara dengan Aris. Ada beberapa berkas yang ada di atas meja. Tidak lama kemudian, Bu Rati muncul dari pintu penghubung k
Lima tahun kemudian waktu sudah berlalu begitu cepat. Budi tidak pernah lagi bertemu dengan Tina. Karena desakan Pak Harto Budi sudah menceraikan Tina satu tahun setelah kepergian mantan istrinya itu. Budi juga sudah menikah dua kali. Sayangnya selalu gagal karena istri kedua dan ketiga Budi sama-sama tidak tahan dengan sifat Budi yang tempramen. Di tambah dengan sikap Arga dan Pak Harto yang sangat mengesalkan.Tina mengajak Arum dan Sofia pindah keluar pulau setelah Arum bebas dari penjara. Karena Sinta kukuh ingin menghukum Arum dan Andi, maka Arum di jatuhi hukuman selama dua tahun. Di luar pulau itulah Tina memulai usaha warung tegal bersama dengan Arum dan Sofia. Membuat hubungan Tina dengan Arum dan Sofia menjadi semakin dekat. Begitu juga dengan hubungan Arum dan Sofia yang sudah sangat erat.Ragil dan Bu Jumi sudah bebas dari penjara. Tabungan emas yang sempat di buat Ragil di tambah dengan menjual mobil cukup untuk melunasi kredit rumahnya. Kini hanya ada motor second yang m
Tubuh Tina terasa lemas saat polisi yang bertugas mengatakan jika Arum memang di tangkap karena menjadi wanita penghibur. Kasusnya adalah perselingkuhan dan perzinahan. Tidak hanya Arum yang di tangkap. Tapi, juga beberapa wanita lain yang berprofesi sebagai penghibur. Siska yang merupakan bos Arum berhasil melarikan diri agar tidak di mintai uang oleh Sinta, istri Andi yang memergoki Arum dengan suaminya.Karena Tina sudah mengirim pesan pada pengirim kontrakan akan mengubah jam pertemuan menjadi nanti malam, dia bisa pergi ke rumah tahanan tempat Arum kini di tahan. Tina tahu jika anak bungsunya memang bersalah. Tapi, sebagai seorang Ibu wanita itu tidak mau Arum masuk penjara seperti yang di alami oleh Ragil dan Bu Jumi.Untung saja sopir taksi mau menemaninya terus dan masih menunggu saat Tina masuk ke dalam rumah tahanan. Wanita itu mengisi daftar pengunjung lalu masuk ke dalam ruang tunggu. Disanalah ia akhirnya bisa bertemu dengan Arum setelah sekian bulan Ibu dan anak itu tida
Dua hari kemudian Bunga benar-benar menghubungi Tina lagi. Tapi, bukan untuk memberi tahu tentang lokasi Arum. Melainkan Bunga mengirim nomor kontak Satrio karena akan lebih baik jika Tina berhubungan secara langsung dengan adik laki-laki Bunga itu. Karena ada kemungkinan Arum berpindah lokasi.Hari demi hari sudah berlalu. Tina tetap bersikap seperti biasa. Tidak ada barang yang ia masukan ke dalam koper. Karena Tina berniat untuk meninggalkan semua barangnya di rumah ini. Sama seperti yang di lakukan Bunga dulu agar bisa kabur dengan lebih mudah. Tina juga sudah memesan tiket pesawat secara online untuk keberangkatan siang hari. Karena hanya di waktu itulah Budi tidak ada di rumah.Jika ia pergi sampai sore atau malam hari, Arga dan Pak Harto juga tidak akan peduli dengannya. Mungkin saat Budi pulang ke rumah mereka baru akan mencarinya. Karena itulah kesempatan Tina sangat terbuka lebar untuk pergi. Dia hanya perlu mengambil buku tabungan yang di sembunyikan Budi di dalam toko swal
Pagi ini Tina melaksanakan niatnya untuk pergi ke rumah Bu Rati menemui Bunga. Ia pergi setelah tidak ada orang lagi di rumah. Sehingga Tina tidak perlu menjelaskan alasannya pergi menemui Bunga setelah sekian lama mereka tidak pernah berhubungan lagi. Ia juga takut jika Budi akan melarangnya pergi menemui Bunga. Mengintat pertemuan terakhir mereka yang berakhit dengan pertengkaran dengan keluarga Bunga.Motor yang di kendarai Tina sudah berhenti di halaman rumah yang kini sudah tidak seluas dulu. Karena ada warung di sisi kanan halaman dan ruko untuk bimbingan belajar di sebelah kiri. Tampak beberapa orang yang tengah membeli jajanan pasar pada Asih. Tidak terlalu ramai, tapi beberapa orang terus berdatangan. Terlihat jajanan pasar dan gorengan yang di jajakan tinggal sedikit. Anak-anak juga bermain di teras ruko atau di halaman rumah tempat beberapa permainan berada.Tina turun dari motor lalu melepaskan helm yang di pakai. Ia masih memakai masker untuk menutup wajah saat melangkah
Hp yang ada di tangan Tina terjatuh saat ia melihat semua pesan yang di kirim pada Arum sudah berubah menjadi centang biru. Kelopak matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. Buru-buru Tina meraih hpnya lagi. Memang benar nomor telpon Arum sudah aktif pagi ini. Hanya saja dari banyaknya pesan yang sudah ia kirim pada sang putri, tidak ada satu pun yang di balas. Tina kembali mengirim pesan untuk anak bungsunya itu. Sayangnya nomor telpon Arum sudah mati lagi. Membuat hatinya kembali merasa sedih. Sedetik kemudian Tina sudah menggelengkan kepalanya.“Tidak masalah. Dengan aktifnya hp Arum, aku bisa meminta bantuan untuk melacak lokasi terakhirnya.” Tina lalu memasukan hp dan dompet ke dalam tas. Ada tempat yang ia ingin kunjungi hari ini.Siang ini ia hanya sendirian saja di rumah. Budi sedang pergi bekerja. Sedangkan Pak Harto pergi bersama Arga entah kemana. Menghabiskan waktu berduaan dengan Kakungnya lalu pulang dengan membawa banyak barang. Padahal Arga bukan
"Ap, apa yang sedang kamu lakukan disini? Kenapa satpam mengijinkan orang lain masuk tanpa seijin dariku dulu. Aku akan complain pada manajemen gedung ini." Arum hendak segera menutup pintu kamarnya. Tapi, sudah di tahan oleh satpam sehingga Sinta bisa masuk dengan lebih leluasa. Meninggalkan Arum yang masih berdiri di belakang pintu apartemen itu."Jawabannya gampang. Karena hotel ini milik pamanku. Apa Mas Andi tidak pernah memberi tahu tentang harta kekayaan keluargaku? Apa dia hanya menyombongkan tentang gajinya yang di gunakan untuk membayiai kebutuhanku sebagai istri sahnya?" Tanya Sinta dengan nada sombong yang bisa mengatakan dengan tepat apa yang selalu di ucapkan oleh Andi padanya selama ini.Badan langsingnya melenggang santaidengan suara sepatu hak tinggi yang terdenagr keras. Sinta lalu duduk di sofa. Sama sekali tidak terlihat jika Sinta baru melahirkan satu minggu yang lalu. Karena badannya terlihat sangat ramping. Membuat Arum merasa sedikit iri dengan bentuk tubuh pro
Perasaaan Arum menjadi semakin tidak tenang karena Andi sudah tidak bisa di hubungi lagi. Pria itu telah mengganti nomor telponnya. Entah sejak kapan karena Arum baru sempat menghubungi Andi pagi ini. Bukannya Arum merasa takut jika Andi akan meninggalkannya. Toh mereka tidak ada hubungan spesial apapun selain sebagai teman tidur. Arum hanya takut jika Sinta akan melaporkan hal ini ke polisi dengan pasal perzinahan. Dia sama sekali tidak mau di penjara.Karena merasa kalut, Arum mengambil hp lama yang ia simpan di dalam kotak dan di letakan di bagian paling bawah lemari. Hp itu berbunyi sebentar lalu akhirnya bisa hidup kembali. Jika Sinta memang akan membawa masalah ini ke jalur hukum, maka Arum harus minta bantuan pada mantan pacarnya yang kuliah di jurusan hukum. Kabar terakhir yang Arum tahu, mantan pacarny sudah menjadi pengacara di kota mereka.“Mudah-mudahan dia masih bucin sama aku. Jadi, mau nolong untuk kabur dari sini untuk sementara waktu.”Namun, bukannya langsung mencari
Ada pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Artinya semua hal buruk yang di tutupi pasti akan ketahuan juga. Serapat apapun kita mencoba untuk menutupinya. Mungkin hal itu juga yang di lupakan oleh Arum. Padahal hubungan terlarangnya dengan Ragil yang dulu ia kira bisa tertutup dengan rapi akhirnya ketahuan juga. Karena itulah kini Arum jadi lebih berhati-hati saat melakoni pekerjaan ini. Hanya saja ia lupa jika pekerjaan yang Arum lakoni pasti akan ketahuan oleh salah satu istri pelangganya. Seperti yang terjadi malam ini.Istri Andi yang bernama Sinta sudah mengendus sikap aneh suaminya sejak Sinta hamil. Hal itu bermula dari salah satu postingan temannya yang makan malam bersama suami di salah satu restoran terkenal. Suami temannya adalah rekan kerja Andi di kantor. Sinta terkejut karena Andi baru saja mengirim pesan jika ia dan semua rekan kerjanya di suruh lembur sampai tengah malam.Karena itulah Sinta mengirim pesan pada temannya tentan
Sinar matahari menyengat terik di Jakarta. Arum terbangun di kamar apartemennya yang mewah. Tangannya mengucek mata hingga terbuka. Terlihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Rambut Arum sangat berantakan karena ia baru tidur jam tujuh pagi dan bangun jam tiga sore. Ia lalu turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.“Jam berapa aku harus pergi malam ini?” Arum segera mengambil hpnya setelah selesai mandi.Bibirnya mencebik kesal saat membaca pesan masuk. Klien yang sudah membookingnya malam ini membatalkan janjial karena istrinya baru saja melahirkan. Arum melempar hpnya ke atas tempat tidur lalu duduk di kursi yang menghadap meja rias. Ia menyisir rambut lalu memakai make up natural karena Arum tidak berencana keluar malam ini.Drrtt… drrtt… drrttt….Panggilan telpon masuk membuatnya harus bangkit lagi. Rupanya teman sekaligus bosnya, Siska yang menelpon. “Halo Sis. Ada apa?”“Kita keluar yuk malam ini. Klien loh sudah ngirim pesan