Kembali pada hari Laura disibukkan oleh restoran karena Grace belum bekerja. Dia hanya ditemani oleh pegawai paruh waktu yang masih remaja. Laura kewalahan menyiapkan pesanan sambil mengecek bagian dapur memastikan remaja itu memasak dengan benar. Laura bisa saja menggantikan remaja itu, tapi dia belum mempercayakan bagian kasir pada pegawai baru.
Pukul tujuh malam akhirnya Laura menyelesaikan pekerjaannya dan meminta remaja itu pulang lebih dulu. Dia menutup restorannya kemudian duduk di salah satu kursi sambil menyandarkan kepalanya. Tubuhnya benar-benar letih bahkan matanya terasa sangat berat. Perlahan-lahan matanya terpejam dan suara nyanyian memenuhi gendang telinganya.
Tubuh Laura melayang seperti berada di tempat lain yang bukan bumi. Awan putih menggantung tipis di langit berwarna keemasan. Matahari hampir tenggelam dengan sinarnya yang hangat. Bunga beraneka warna memenuhi sisi jalan setapak yang membawa Laura menuju danau kecil berwarna kehijauan. Di tepi da
Menjemput Laura setelah pulang kerja menjadi kebiasaan Gino setelah gadis itu resmi menjadi kekasihnya. Jangan menilai dia murahan karena bersedia menjadi kekasih gelap. Gino sudah memikirkan kemungkinan untuk merebut Laura dari Russell. Jika kesempatan itu datang, dia akan maju selangkah lebih cepat dari laki-laki itu.Bukankan hubungannya dan Laura telah meningkat pesat?Selain partner di atas ranjang, perasaan gadis itu sepenuhnya tertuju pada Gino. Jadi, kekalahan yang sempat ditakutinya mustahil akan terjadi."Huh, menjemput kekasih hati!"Ucapan pedas Lucy hanya berupa angin lalu sebab Gino sudah berada dalam perjalanan menuju restoran. Dia mampir sebentar di toko bunga dan membelikan satu buket Daisy.Wajah Laura tampak bercahaya saat menyambut kedatangannya tepat ketika gadis itu baru saja menutup restoran. Efek jatuh cinta menyebabkan segala tentang Laura terlihat bersinar. Gino memeluk gadis itu dan melabuhkan kecupan singkat di bib
Melihat wajah Gino yang mirip orang tolol menyebabkan kemarahan Laura mereda. Jauh-jauh datang ke pantai rupanya disuguhkan oleh pemandangan laki-laki itu bermain selancar dengan perempuan berbikini seksi. Sejak awal, Laura sudah memperhatikan interaksi Gino dengan Ellie. Dia menolak ketika David dan Lucy mengajaknya menghampiri Gino. Alasannya, Laura sudah menyiapkan kejutan tersendiri. Namun, siapa sangka Gino justru memberinya kejutan besar.Melihat bagaimana Ellie memapah Gino yang sekarat dan tangan laki-laki itu menempel di bahu perempuan itu. Nyaris menyentuh dada Ellie jika Gino sedikit saja mengulurkan lengan. Laura tidak tahu apa yang dilakukan kedua orang itu di lautan. Mengingat Gino tidak terlalu mahir berenang dan Ellie berpakaian terbuka. Mau tidak mau Laura berpikiran lain. Gino dan segala sifat mesumnya bisa menimbulkan kesalahpahaman. Bercinta di alam terbuka dikelilingi lautan bisa saja terjadi. Meskipun memiliki peluang tenggelam atau d
Usai terombang-ambing di lautan selama satu jam, Gino merasakan tubuhnya kacau. Dia berhalusinasi Laura memeluk Mario dan gadis itu mengatakan tidak akan menikahinya. Setelah itu, Gino tidak merasakan apa-apa lagi selain bunyi samar di sekitarnya.Kini, matahari telah menerobos masuk ke dalam kamar hotel tempatnya menginap. Sadar saat ini masih berada di Las Vegas, Gino kembali teringat dengan Laura. Dia bangkit dari ranjang berniat menemui gadis itu, tapi langkahnya tertahan saat mendengar suara seseorang."Kondisimu belum pulih."Seorang laki-laki berjas putih duduk di sofa tidak jauh darinya. Gino merasa pernah melihat orang itu, tapi dia lupa kapan pernah melihatnya. Mata sipit serta wajah tanpa ekspresi itu menatapnya acuh."Terserah jika kau ingin mati," ucap laki-laki itu.Pintu terbuka mengalihkan perhatian Gino dari laki-laki bermata sipit itu. David berlari menghampirinya dengan wajah panik serta bulir keringat menetes di kening. Oh, ya s
Kiriman bunga terjadi hampir setiap hari sehingga Laura menyediakan tempat khusus supaya bunga-bunga pemberian Gino tidak cepat layu. Grace tidak bertanya perihal bunga, tapi terkadang menatap Laura seperti sedang mencari informasi. Dia menebak Grace sering bertukar kabar dengan Russell. Apa pun itu, selama Russell baik-baik saja, Laura tidak keberatan disebut perempuan serakah."Kau terlihat bahagia," ucap Grace."Aku hanya ingin bahagia, Grace.""Meskipun harus menyakiti Russell?"Laura mengangguk. "Aku minta maaf soal itu.""Sebaiknya kau bicarakan hal ini." Grace menatap Laura sekilas. "Dia kembali ke New York.""Bagaimana kondisinya?" tanya Laura."Dia memaksakan diri."Dengan langkah berat serta pikiran berkecamuk akhirnya Laura mendatangi apartemen Russell. Dia tidak langsung menekan bel melainkan berdiri dalam diam. Menimbang keputusan bertemu Russell atau mengakhiri semuanya di sini. Jika pilihannya sederhana, ma
"Lala?!"Wajah buram Mario perlahan terlihat jelas. Laura terbatuk-batuk hingga Mario menyerahkan segelas air putih. Dia meneguknya dengan rakus mengabaikan keberadaan laki-laki bermata sipit yang berdiri di samping Mario."Mingye, bagaimana kondisinya?" tanya Mario cemas."Terlambat sedikit saja namanya akan tertulis di nisan," jawab Mingye.Ugh, separah itukah kondisinya?Laura menyentuh kepalanya yang terasa nyeri bahkan dadanya sesak. Dia tidak berniat bunuh diri, tapi tatapan menuduh Mario membuatnya mengurungkan niatnya menjelaskan kejadian itu.Laura mengangguk saat Mingye berpamitan menggunakan bahasa isyarat seperti kebiasaan laki-laki itu dulu. Setelah kepergian Mingye, Mario duduk di sampingnya sambil menyentuh keningnya lembut."Kau hampir celaka jika Mingye tidak menolongmu.""Aku hanya ingin berenang," ucap Laura."Mingye melihatmu melompat ke dalam air dan terbawa ombak, apa kau menyangkal kejadian itu?" M
Ajakan Gino tentu saja Laura tolak mentah-mentah. Dia masih waras menerima lamaran seseorang di tengah trauma masa lalunya. Hingga dua hari kemudian Laura tiba di New York, Gino langsung mencegatnya di apartemen. Laki-laki itu masih mengenakan pakaian rumahan pertanda belum mandi. Mudah sekali menebak kebiasaan Gino setelah menjadi kekasihnya.Tunggu dulu ... Kekasihnya?"Apa kabar, La?" tanya Gino disertai cengiran lebar.Laura memicingkan mata curiga Gino sengaja menyambut kedatangannya. Dia melipat tangannya dan memberikan atensi penuh pada sosok di depannya."Kalau kamu tanya kabar hati." Laura menarik napas dalam-dalam. "Jawabannya nggak baik.""Nggak baik bukan berarti nggak membaik, 'kan?"Laura mengangguk. "Iya.""Hari ini aku punya rencana seru." Gino mencondongkan wajahnya. "Kamu tertarik ikutan?""Aku
Bolak-balik rumah sakit menjadi rutinitas Laura selama beberapa hari terakhir. Perempuan yang merawat Russell tidak terlihat sejak malam itu. Artinya, Laura memiliki waktu seharian penuh menjaga Russell. Seperti sore ini, dia membawa seluruh perlengkapan yang barangkali dibutuhkan selama menginap di rumah sakit.Lift terbuka sebelum Laura menekan tombol dan tubuhnya membeku menyadari Gino yang berdiri di sana. Laki-laki itu membisu, tapi tidak kunjung keluar dari lift membuat Laura terjebak dalam situasi canggung. Dia memutar tubuhnya menuju tangga darurat. Namun, Gino lebih dulu menariknya ke dalam lift dan membawa mereka turun ke lantai dasar."Kamu mau ke rumah sakit?" tanya Gino tanpa melirik Laura. Tatapannya lurus ke depan. "Gimana kondisinya?""Baik," ucap Laura lirih."Baguslah," sahut Gino pendek.Selebihnya mereka terjebak keheningan hingga Laura keluar dari lift meninggalkan Gino di belakangnya. Dia menghentikan taksi, tapi sebuah
Gino tidak marah pada pertemuannya dengan Laura di depan gedung apartemen. Dia hanya kecewa gadis itu lebih memilih Russell dan hingga detik ini tidak bisa dihubungi. Lucy pun tidak mengetahui keberadaan Laura yang hilang bak ditelan bumi.Seminggu ini Gino kehilangan semangat hidup dan jam tidurnya pun berantakan. Tengah malam menjadi kebiasaan menyelinap ke apartemen Laura. Melihat setiap sudut ruangan yang menyimpan banyak kenangan.Minggu berikutnya Gino semakin uring-uringan dan berdampak pada pekerjaannya hingga David menegurnya. Dia tidak menanggapi celotehan David akibat kepalanya dipenuhi bayangan Laura.Sebenarnya di mana gadis itu?Lucy menjadi kalut hingga seisi perusahaan menghindari kontak dengan perempuan itu. Termasuk David yang hari ini memilih mendekam di ruangan Gino daripada terjebak bersama perempuan barbar seperti Lucy.Satu jam atau mungkin lebih David berbicara panjang lebar sementara Gino masih asyik terme