Gino tidak marah pada pertemuannya dengan Laura di depan gedung apartemen. Dia hanya kecewa gadis itu lebih memilih Russell dan hingga detik ini tidak bisa dihubungi. Lucy pun tidak mengetahui keberadaan Laura yang hilang bak ditelan bumi.
Seminggu ini Gino kehilangan semangat hidup dan jam tidurnya pun berantakan. Tengah malam menjadi kebiasaan menyelinap ke apartemen Laura. Melihat setiap sudut ruangan yang menyimpan banyak kenangan.
Minggu berikutnya Gino semakin uring-uringan dan berdampak pada pekerjaannya hingga David menegurnya. Dia tidak menanggapi celotehan David akibat kepalanya dipenuhi bayangan Laura.
Sebenarnya di mana gadis itu?
Lucy menjadi kalut hingga seisi perusahaan menghindari kontak dengan perempuan itu. Termasuk David yang hari ini memilih mendekam di ruangan Gino daripada terjebak bersama perempuan barbar seperti Lucy.
Satu jam atau mungkin lebih David berbicara panjang lebar sementara Gino masih asyik terme
Mendatangi klub malam merupakan keputusan paling bodoh yang pernah Gino lakukan. Dia bersumpah tidak akan mendatang tempat itu dan terjebak bersama perempuan liar. Gino bernapas lega berhasil tiba di apartemen tanpa kekurangan anggota tubuhnya. Berbeda dengan David yang mabuk berat dan mengigau mengenai Lucy."Kau istri yang tidak berperasaan!"Gino menyingkir sebelum David menendangnya karena menganggap dirinya sebagai Lucy.Udara malam di musim semi masih meninggalkan hawa dingin sisa musim dingin. Gino berdiri di balkon sambil memeluk guling membayangkan benda itu adalah Laura.Jika gadis itu bersama Mario dan terjebak perbincangan serius, maka Gino menjadi orang pertama yang berniat menghajar laki-laki itu.Sayangnya keinginan itu buyar ketika ponselnya berbunyi menampilkan nomor asing. Gino hendak memutuskan sambungan itu ketika sebuah pesan singkat lebih dulu ma
Mungkin pilihan menikahi Russell adalah hal paling gila yang pernah dilakukan Laura. Sejak laki-laki itu memutuskan pertunangan mereka dan secara mengejutkan Katy menemuinya secara pribadi. Meminta Laura menikahi Russell hingga batas waktu yang telah ditentukan dokter. Tentu saja dia menolak mentah-mentah permintaan Katy, tapi tidak lama kemudian kondisi Russell semakin kritis. Sehingga Laura tidak memiliki pilihan selain mengikuti permintaan Katy.Dan dua hari setelah Laura resmi menikah dengan Russell. Perlahan laki-laki itu mulai sadar dan tampak terkejut mengetahui pernikahan diam-diam yang direncanakan Katy. Tentu saja Maldives menjadi tempat bulan madu yang disiapkan Katy dan Mario mendampinginya selama proses pernikahan. Namun, dua hari lalu Mario telah melanglang buana ke tempat lain menyisakan orang kiriman Jean kembali dengan tangan kosong. Mengingat kejadian yang terjadi selama dua hari belakangan, Laura teringat dengan Gino.
Sesuai permintaan Russell kembali ke New York dan menempati apartemen laki-laki itu. Laura juga memindahkan sebagian barang-barangnya supaya memudahkan dirinya mengunjungi restoran tanpa harus bolak-balik ke apartemennya. Meskipun itu artinya tidak bisa bertemu Gino. Paling tidak, Lucy masih mengabarinya seputar laki-laki itu."Akhirnya kau kembali," ucap Grace disertai pelukan hangat.Laura membalas pelukan Grace setelah meminta Russell menunggu di tempat biasa."Aku tidak ingin kau mewarisi restoran ini," ucap Laura yang dibalas tawa oleh Grace."Aku masih waras merebut milik orang lain. Terutama. " Grace mengerling ke arah Russell. "Laki-laki yang menjadi suamimu."Laura tertawa canggung sementara Grace menggodanya tentang bulan madu di Maldives. Dia memalingkan wajah supaya Grace tidak melihat kegugupannya."Kau tidak melakukannya, 'kan?" tebak Grac
Menghela napas berat, Laura memberanikan diri menekan bel apartemen Gino. Beberapa detik kemudian pintu terbuka, tapi bukan laki-laki itu yang membukanya. Melainkan David."Hei, Laura?"Laura tersenyum kikuk lantas melirik ke balik bahu David barangkali Gino menyusul. Namun, beberapa menit telah berlalu sejak David membuka pintu dan sosok Gino tetap tidak muncul."Gino sedang keluar," ucap David seolah memahami pikiran Laura."Oh, terima kasih." Laura mengangguk pelan. "Tolong beritahu Gino aku mencarinya.""Kau bisa menunggunya di sini." David melebarkan pintu. "Sekaligus menitipkan apartemen berisi sampah padamu. Gino bersikap gila sejak kau menikahi bocah itu.""David terima kasih, tapi aku tidak bisa lama-lama," ucap Laura lirih."Apa terjadi sesuatu pada bocah itu?"Jika yang berdiri di depannya adalah Gino, Laura bisa saja menceritakan apa yang terjadi pada Russell. Namun, David bukan orang yang tepat karena Lucy ak
Katy langsung menarik Laura menuju ruang perawatan di mana dokter dan perawat sudah berkumpul di sana. Dia melangkahkan kakinya menuju ranjang perawatan Russell. Kain putih menutupi seluruh tubuh laki-laki itu dan peralatan medis telah dimatikan. Laura mencoba memahami situasi tersebut dengan cara mengguncang tubuh Russell. Namun, laki-laki itu tetap diam membiarkan kain putih itu menutupi sekujur tubuh."Dia ingin dikuburkan di Norwegia," ucap Katy."Kenapa kau tidak memberi kabar sebelumnya?" tanya Laura lirih."Russell yang memintanya. Dia tidak ingin memaksamu tinggal di sisinya. Sekarang semuanya sudah berakhir, kau bisa menjalani kehidupan seperti sebelumnya."Katy berserta dokter meninggalkannya di ruangan itu bersama jasad Russell yang terbujur kaku. Laura menyibak kain putih itu dan menatap wajah Russell yang pucat. Tidak ada senyuman atau ucapan perpisahan seperti kebanyakan orang yang akan meninggal. Russell sungguh meminta waktu satu tahun bag
Seminggu penuh Laura mengurung diri di apartemen hingga Lucy meminta bantuan Gino. Namun, dia menolak kehadiran laki-laki itu kala mengingat Russell.Laura juga menolak harta yang diwariskan Russell dan meminta Katy menjaga properti di Norwegia. Meskipun perempuan itu keberatan, tapi Laura berhasil meyakinkan jika Russell tidak menginginkan harta peninggalan orangtuanya dipindah tangankan.Urusan harta benda itu tidak menarik minat Laura dan larut pada kepergian Russell yang terlalu mendadak. Fakta jantung laki-laki itu tidak berfungsi setelah mendengar Laura bertemu Gino. Bukankah artinya dia yang membunuh laki-laki itu?Semua orang mengatakan kepergian Russell merupakan takdir yang sudah digariskan. Namun, Laura tidak berhenti menyalahkan diri sendiri. Hingga di sore hari yang tertutup mendung, dia mendengar pintu apartemennya terbuka.Gino, Lucy, David, dan Mario berdiri di sana. Menatapnya seolah dia makhluk paling menyedihkan yang hidup d
Melihat Laura kehilangan semangat hidup membuat Gino merasa tidak berguna. Dia meminta saran David dan dijawab oleh laki-laki itu agar dia menerima kenyataan Laura terpukul akibat kepergian Russell. Entah benar atau tidak, Gino hanya ingin menjadi orang berguna.Sepulang dari perusahaan dia memutuskan mengunjungi Laura. Pada ketukan kedua gadis itu menyambutnya dengan senyuman. Gino terpaku selama beberapa detik menyadari penampilan Laura jauh lebih baik. Rona wajah gadis itu telah kembali, meski masih sedikit tirus."Aku mau numpang makan malam," ucap Gino mencari alasan."Mie instan?"Gino mengangguk. "Asal kenyang.""Batu rasa apel juga mau, No?"Eh?Laura tertawa pelan membuat Gino terhipnotis dengan tawa gadis itu. Benarkah sosok itu adalah Laura?Seingatnya Laura jarang tertawa bahkan saat dia melontarkan humor garing pun. Gadis itu masih tidak menunjukkan apa-apa. Namun, pemandangan kali ini seperti sebuah ke
Rencana menanyakan perihal kehamilan gagal total saat mendapati Laura menangis di apartemen. Minggu sore Gino berniat mengajak gadis itu keluar. Namun, yang dilihatnya justru Laura yang meringkuk di lantai sambil menangis.Tangisan Laura terdengar sesenggukan menyebabkan hati Gino teriris. Menangisi seseorang yang sudah meninggal memiliki banyak arti. Jika Laura sedih karena rasa bersalah, maka Gino sama sekali tidak keberatan. Namun, jika Laura sedih karena gadis itu mencintai Russell, maka sampai mati pun Gino tidak pernah ikhlas."Aku pikir kamu udah baikan," ucap Gino."Aku takut, No.""Takut kenapa?""Takut jadi orang jahat."Ungkapan itu seolah menyiratkan perasaan Laura pasca kematian Russell. Perlahan Gino merasa lega karena gadis itu tidak mencintai Russell kecuali perasaan bersalah."Manusia pasti punya sisi buruknya