Bel berbunyi disertai gedoran memaksa Laura menyeret kakinya menuju pintu. Entah siapa yang datang pagi-pagi buta dan menyebabkan kehebohan layaknya penagih hutang.
Laura menarik napas berat saat pintu terbuka menampilkan sosok Lucy berdiri di sana dengan wajah merah padam. Bukankah seharusnya dia yang kesal pada perbuatan Lucy?
Mengingat Lucy dengan sikap gampang panik membuat Laura memahami kekesalan sahabatnya. Sudahlah, tidak ada gunanya kesal pada seseorang yang mengganggu paginya.
"Si brengsek itu mendatangi David." Lucy menjatuhkan tubuhnya di sofa. "Aku terpaksa tidur di apartemen Mario karena si brengsek itu bersikeras menginap. Aku tidak bisa tinggal satu atap bersama bajingan. Setidaknya hingga David menyelesaikan kekacauan yang dilakukannya. Kau tahu?" tanya Lucy sementara Laura menggeleng. "David membuat sandiwara yang melibatkan sekretarisnya. Aku hampir mencekiknya, tapi Jessica menggagalkan rencanaku."
Laura terkejut David menimbulkan masa
"Pagi, La."Laura mengusap matanya dan terkejut mendapati Gino berbaring di sampingnya. Semalam apa yang sudah dilakukannya?"Kamu ketiduran di sofa. Tenang aja aku nggak ngapa-ngapain kamu kok." Gino tersenyum kecil. "Mungkin belum," ucapnya santai."Jam berapa sekarang, No?""Mungkin jam sepuluh."Laura menyandarkan punggungnya pada sisi tempat tidur sambil menatap Gino yang juga menatapnya."Semalam aku pasti ngomong nggak jelas," ucap Laura lirih."Kamu persis orang tipsy, La.""No, kamu belum jawab pertanyaanku.""Oh, itu?" Gino menerawang pada kejadian semalam. Dia tersenyum getir lalu mengusap wajahnya dan ikut bersandar di samping Laura. "Kamu mau aku jawab apa?" tanyanya."Jawab dari sudut pandang kamu," ucap Laura tanpa melirik Gino."Aku n
Semuanya kacau akibat David mengajak Ellie dan perempuan itu mengekori Gino layaknya unta. Dia bersusah payah mencari alasan supaya bisa mengejar Laura dan kesempatan itu datang saat melihat tas gadis itu tertinggal di kursi. Secepat mungkin Gino mengejar Laura yang hampir menuju pintu keluar. Dia mengabaikan Lucy ketika perempuan itu memberikan seringai mengejek. Gino hanya membutuhkan Laura bukan perempuan cerewet seperti Lucy."La, nanti malam aku ke apartemen kamu," ucap Gino kemudian menyerahkan tas milik Laura."Oh, oke No."Gino mengangguk lalu berbalik berniat menghampiri David dan mengatakan memiliki urusan. Namun, belum sempat kakinya menghampiri David, sosok Ellie lebih dulu menghadangnya. Gino menoleh dan bernapas lega tidak melihat Laura di belakangnya."Kenapa?" tanya Gino tanpa basa-basi."Apa dia kekasihmu?"Gino mengangguk. "Kenapa?""Kau pernah membawanya ke pesta beberapa tahun lalu," ucap Ellie.Gino terkeju
Usai kencan di Observatorium dan keesokan harinya berlanjut di Central Park. Gino merasakan dunianya berubah dalam sekejap. Tidak ada hari tanpa bertemu Laura dan gadis itu tidak keberatan menampungnya demi secangkir coklat panas. Menjelang malam mereka berdiri di balkon sambil menatap kerlip lampu dari gedung pencakar langit di kejauhan.Kabar tersebut Gino ingin membaginya dengan Ajeng, maka di sela menunggu Laura menutup restoran. Dia menghubungi Ajeng dan mendengar suara perempuan itu dari seberang. Ada suara Gema yang memanggilnya dengan sebutan ayah kemudian sepenuhnya digantikan oleh suara Ajeng."Pasti lagi berbunga-bunga," ucap Ajeng dari seberang."Kamu udah mirip cenayang, Jeng.""Kamu itu kalau bukan karena Laura, siapa lagi yang bisa buat kamu bahagia?""Aku nggak salah cari teman curhat," ucap Gino disertai kekehan pelan."Curhat aja mumpu
Gaun yang diberikan Lucy terlihat seperti kurang bahan terutama di bagian punggung dengan belahan dada rendah. Jika Laura menunduk sedikit saja, maka tidak ada yang bisa dia sembunyikan di balik gaun itu. Namun, perintah Lucy tidak bisa dibantah jika tidak ingin terjadi perang dunia ketiga.Gaunnya memang indah, tapi tidak akan cocok dikenakan Laura.Beberapa jam terlewati dari waktu yang dijanjikan Lucy, Laura masih berdiam diri di kamarnya. Ponselnya terus berbunyi menampilkan nama perempuan itu. Tidak berselang lama David menghubunginya dan disusul bel apartemennya berbunyi.Selain Russell ternyata masih ada orang lain yang mengusik ketenangannya. Dengan langkah terseret, Laura membuka pintu apartemennya. Dia menemukan Gino sudah berpakaian rapi serta dasi kupu-kupu yang dipakai laki-laki itu sangat cocok dengan warna gaunnya. Laura curiga Lucy sengaja menyiapkan warna yang sama agar mereka terlihat seperti pasangan."Pestanya hampir
Kembali pada hari Laura disibukkan oleh restoran karena Grace belum bekerja. Dia hanya ditemani oleh pegawai paruh waktu yang masih remaja. Laura kewalahan menyiapkan pesanan sambil mengecek bagian dapur memastikan remaja itu memasak dengan benar. Laura bisa saja menggantikan remaja itu, tapi dia belum mempercayakan bagian kasir pada pegawai baru.Pukul tujuh malam akhirnya Laura menyelesaikan pekerjaannya dan meminta remaja itu pulang lebih dulu. Dia menutup restorannya kemudian duduk di salah satu kursi sambil menyandarkan kepalanya. Tubuhnya benar-benar letih bahkan matanya terasa sangat berat. Perlahan-lahan matanya terpejam dan suara nyanyian memenuhi gendang telinganya.Tubuh Laura melayang seperti berada di tempat lain yang bukan bumi. Awan putih menggantung tipis di langit berwarna keemasan. Matahari hampir tenggelam dengan sinarnya yang hangat. Bunga beraneka warna memenuhi sisi jalan setapak yang membawa Laura menuju danau kecil berwarna kehijauan. Di tepi da
Menjemput Laura setelah pulang kerja menjadi kebiasaan Gino setelah gadis itu resmi menjadi kekasihnya. Jangan menilai dia murahan karena bersedia menjadi kekasih gelap. Gino sudah memikirkan kemungkinan untuk merebut Laura dari Russell. Jika kesempatan itu datang, dia akan maju selangkah lebih cepat dari laki-laki itu.Bukankan hubungannya dan Laura telah meningkat pesat?Selain partner di atas ranjang, perasaan gadis itu sepenuhnya tertuju pada Gino. Jadi, kekalahan yang sempat ditakutinya mustahil akan terjadi."Huh, menjemput kekasih hati!"Ucapan pedas Lucy hanya berupa angin lalu sebab Gino sudah berada dalam perjalanan menuju restoran. Dia mampir sebentar di toko bunga dan membelikan satu buket Daisy.Wajah Laura tampak bercahaya saat menyambut kedatangannya tepat ketika gadis itu baru saja menutup restoran. Efek jatuh cinta menyebabkan segala tentang Laura terlihat bersinar. Gino memeluk gadis itu dan melabuhkan kecupan singkat di bib
Melihat wajah Gino yang mirip orang tolol menyebabkan kemarahan Laura mereda. Jauh-jauh datang ke pantai rupanya disuguhkan oleh pemandangan laki-laki itu bermain selancar dengan perempuan berbikini seksi. Sejak awal, Laura sudah memperhatikan interaksi Gino dengan Ellie. Dia menolak ketika David dan Lucy mengajaknya menghampiri Gino. Alasannya, Laura sudah menyiapkan kejutan tersendiri. Namun, siapa sangka Gino justru memberinya kejutan besar.Melihat bagaimana Ellie memapah Gino yang sekarat dan tangan laki-laki itu menempel di bahu perempuan itu. Nyaris menyentuh dada Ellie jika Gino sedikit saja mengulurkan lengan. Laura tidak tahu apa yang dilakukan kedua orang itu di lautan. Mengingat Gino tidak terlalu mahir berenang dan Ellie berpakaian terbuka. Mau tidak mau Laura berpikiran lain. Gino dan segala sifat mesumnya bisa menimbulkan kesalahpahaman. Bercinta di alam terbuka dikelilingi lautan bisa saja terjadi. Meskipun memiliki peluang tenggelam atau d
Usai terombang-ambing di lautan selama satu jam, Gino merasakan tubuhnya kacau. Dia berhalusinasi Laura memeluk Mario dan gadis itu mengatakan tidak akan menikahinya. Setelah itu, Gino tidak merasakan apa-apa lagi selain bunyi samar di sekitarnya.Kini, matahari telah menerobos masuk ke dalam kamar hotel tempatnya menginap. Sadar saat ini masih berada di Las Vegas, Gino kembali teringat dengan Laura. Dia bangkit dari ranjang berniat menemui gadis itu, tapi langkahnya tertahan saat mendengar suara seseorang."Kondisimu belum pulih."Seorang laki-laki berjas putih duduk di sofa tidak jauh darinya. Gino merasa pernah melihat orang itu, tapi dia lupa kapan pernah melihatnya. Mata sipit serta wajah tanpa ekspresi itu menatapnya acuh."Terserah jika kau ingin mati," ucap laki-laki itu.Pintu terbuka mengalihkan perhatian Gino dari laki-laki bermata sipit itu. David berlari menghampirinya dengan wajah panik serta bulir keringat menetes di kening. Oh, ya s